Anda di halaman 1dari 108

DAMPAK KEBERADAAN OBJEK WISATA WADUK SERMO TERHADAP

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DUSUN SERMO,


DESA HARGOWILIS, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial


Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:
YUNITA DWI RAHMAYANTI
13413244005

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARATA
2017
PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Dampak Objek Wisata Waduk Sermo Terhadap Perubahan

Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap,

Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta” telah disetujui oleh

pembimbing untuk diujikan.

Pembimbing

V. Indah Sri Pinasti, M. Si


NIP. 19590106 198702 2 001

i
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Yunita Dwi Rahmayanti

Nim : 13413244005

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “Dampak Keberadaan Objek Wisata

Waduk Sermo Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Sermo,

Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa

Yogyakarta” ini merupakan hasil karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya

tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain

kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 10 Juli 2017

Yang menyatakan,

Yunita Dwi Rahmayanti


NIM. 13413244005

ii
MOTTO

All the impossible is possible for those who believe!

Semua yang tidak mungkin adalah mungkin bagi orang yang percaya!

(PENULIS)

Perubahan tidak akan pernah terjadi jika kita terus menunggu waktu atau

orang yang tepat.

Kita adalah perubahan itu sendiri

(Barack Obama)

iii
PERSEMBAHAN

Puji syukur sata haturkan Kepada Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan dalam proses pembuatan skripsi ini

Karya ini saya persembahkan untuk:

Masyaakat Sremo, yang telah memberikan saya inspirasi sebagai objek

penelitian skripsi ini.

Kedua orang tua, Bapak Pujiono dan Ibu Sumirah yang telah mendoakan

dan mendukungku

Kakakku Wahid Romadhin Zuhdi yang selalu mendokaan dan memberikan

sememangat untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini.

Teman-temanku Arif, Aizz, Tw, Wimpi, Wulan, Nisa, Rafika, Dian, Arum,

Novita, Fee, yang telah memberikan warna dalam hidupku dan memotivasi

saya dalam mengerjakan skripsi ini.

iv
DAMPAK KEBERADAAN OBJEK WISATA WADUK SERMO TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DUSUN SERMO,
DESA HARGOWILIS, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:
Yunita Dwi Rahmayanti
1341324405

ABSTRAK

Masyarakat Sremo adalah masyarakat yang banyak terkena dampak adanya


pembangunan Waduk Sermo, hal ini mengakibatkan masyarakat Sremo mengalami
perubahan dalam bidang sosial maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh keberadaan objek wisata Waduk Sermo terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat Dusun Sermo.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposive sampling. Subjek dalam
penelitian ini adalah tokoh masyarakat Desa Hargowilis, kepala dukuh Sremo, warga
lokal Sremo meliputi bapak-bapak, ibu-ibu, dan pemuda. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik
validitas data menggunakan teknik triangulasi. Sedangkan dalam analisis data
menggunakan analisis interaktif yang dikemukakan oleh Hiberman dan Miles terdiri
dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan sosial yang telihat pada
masyarakat Sremo adalah cara pola pikir masyarakat yang semakin maju dan
berkembang. Selain itu juga interaksi sosial yang terjalin antar masyarakat semakin
erat dengan munculnya beberapa kerjasama yang mereka bangun antar sesama warga
masyarakat Sremo. Selain perubahan sosial yang muncul akibat adanya pembangunan
waduk, muncul pula perubahan ekonomi. Perubahan pada bidang ekonomi yang
sangat dirasakan adalah perubahan pada mata pencaharian masyarakat Dusun Sremo.
Bentuk mata pencaharian masyarakat Dusun Sremo sebelum adanya waduk
mayoritas sebagai petani, beternak, nderes, dan pedagang kelapa. Namun setelah
adanya waduk masyarakat mengubah mata pencahariannya yaitu sebagai penarik
prahu wisata, tim sar, pedagang warungan, pegawai di kantor waduk, dan pekerja
musiman. Dampak positif yang dirasakan yaitu mudahnya mendapatkan air bersih,
munculnya lapangan kerja baru, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, akses jalan
menjadi lebih mudah, pola pikir masyarakat lebih maju. Sedangkan dampak negatifya
adalah tanah menjadi tandus, dan hilangnya lahan mata pencaharian.

Kata kunci: perubahan sosial ekonomi, dampak sosial ekonomi, wisata Waduk Sermo
v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Dampak Keberadaan Objek Wisata Waduk Sermo

Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Sermo, Desa

Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa

Yogyakarta”. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Sosiologi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta,

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Yogyakarta,

3. Dr. Taat Wulandari, M.Pd., Wakil Dekan I FIS UNY yang telah memberikan

izin untuk melakukan penelitian,

4. Grendi Hendrastomo, MM. MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi FIS

UNY yang telah memberikan izin untuk penyusunan skripsi ini,

5. Dr. Amika Wardana selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan dan nasihat selama menjadi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sosiologi

6. Dra. V. Indah Sri Pinasti, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan, nasihat selama proses penyelesaian tugas akhir skripsi,


vi
7. Grendi Hendrastomo, MM. MA selaku narasumber yang senantiasa memberikan

masukan untuk perbaikan skripsi ini,

8. Seluruh Dosen dan Staf Pendidikan Sosiologi yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi,

9. Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan bekerja sama untuk

memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

10. Bapak, ibu, dan kakakku tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan dan

semangat selama menjalani kuliah ini.

11. Teman-teman Pendidikan Sosiologi 2013 A yang telah membersamai perjuangan

selama 8 semester ini.

12. Buat teman-teman dekatku “cucurut gengges” Arif, Aiz, Tw, Wimpi, Cungkring,

Dtr, dan Rafika yang telah mendukung, mendoakan dan membantu dalam

penusukan skripsi.

Semoga Allah senantiasa meridhoi dan membalas semua usaha-usaha kebaikan

yang telah kita lakukan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Yogyakarta, Juli 2017


Penyusun

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................


PERSETUJAUN .............................................................................................. i
PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Batasan Masalah ................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
BAB II. KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN DAN KERANGKA
PIKIR
A. Kajian Pustaka ........................................................................................ 9
1. Kajian Perubahan Sosial .................................................................. 9
2. Kajian Pariwisata dan Peningkatan Kesejahteraan .......................... 13
3. Kajian Tentang Pariwisata ............................................................... 19
B. Kajian Teori ............................................................................................ 23
1. Teori Fungsionalisme Struktural ..................................................... 23
C. Penelitian Relevan .................................................................................. 25
D. Kerangka Pikir ........................................................................................ 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .................................................................................... 31
B. Waktu Penelitian..................................................................................... 31
C. Bentuk Penelitian .................................................................................... 31
D. Sumber Data ........................................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33

viii
F. Teknik Sampling..................................................................................... 35
G. Validitas Data ......................................................................................... 35
H. Teknik Analisi Data ................................................................................ 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umun Lokasi dan Informan Penelitian ................................. 41
1. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................ 41
2. Deskripsi Informan Penelitian ........................................................... 47
B. Pembahasan dan Analisis........................................................................ 50
1. Bentuk Perubahan Sosial Ekonomi .................................................... 52
2. Dampak Perubahan Sosial Ekonomi .................................................. 68
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 82
B. Saran ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86
LAMPIRAN ....................................................................................................... 88

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan
1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 30
2. Model analisis interakif Milles dan Huberman ........................................... 38

x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Susunan Pemerintahan Padukuhan Ngropoh .............................................46
Tabel 2. Tingkat Pendapatan Sebelum dan Sesudah Adanya Objek .........................58
Tabel 3. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Objek Wisata Waduk Sermo di
Kabupaten Kulon Progo Periode 2011-2015 (orang).................................................61
Tabel 4. Pendapatan Menurut Obyek Wisata, Kabupaten Kulon Progo, 2013-2014
(Juta Rupiah) ..............................................................................................................62
Tabel 5. Perubahan Interaksi sosial Pada Masyarakat Sremo ....................................68
Tabel 6. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Sremp Pasca Adanya Objek
Wisata Waduk Sermo.................................................................................................70
Tabel 7. Dampak Perubahan Sosial Ekonomi ............................................................82

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Observasi ................................................................................................88
2. Pedoman Wawancara ..............................................................................................89
3. Hasil Observasi ...................................................................................................... 93
4. Hasil Wawancara ...................................................................................................96

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.

Perkembangan sektor pariwisata menjanjikan dan memberikan manfaat kepada

banyak pihak dari pemerintah, masyarakat maupun swasta. Oleh karena itu

membuat banyak daerah berkeinginan untuk mengadakan pembangunan di

bidang pariwisata. Salah satunya adalah Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten

Kulon Progo adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Seiring dengan perkembangnnya, Kabupaten Kulon Progo

memanfaatkan sumberdaya alam yang ada dengan mengadakan pembangunan di

sektor pariwisata. Salah satu objek wisata yang fenomenal adalah Waduk Sermo.

Pembangunan waduk sremo di Desa Hargowilis dalam kurun waktu 1

Maret 1994 hingga Oktober 1996. Proyek pembangunan Waduk Sermo

merupakan salah satu komponen program IISP (Integrated Irrigation Sector

Project) yang pembiayaannya berasal dari APBN murni dan bantuan ADB.

Waduk sermo ini dibuat dengan membendung Kali Ngrancah dan diresmikan

pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto. Tujuan pembangunan

waduk ini adalah untuk suplesi system irigasi daerah Kalibawang. System irigasi

tersebut merupakan interkoneksi dari beberapa daerah irigasi, diantaranya

1
Clereng, Pengasih, dan Pekik Jamal. Pembangunan waduk ini juga diharapkan

dapat meningkatkan hasil pertanian sehingga diharapkan dapat memperbaiki

pendapatan petani dan meningkatkan kesempatan kerja di daerah sekitar waduk

sermo. (https://waduksermo.wordpress.com/tentang/ pada tanggal 25 April 2017).

Sebelum adanya kawasan Wisata Waduk Sermo, wilayah ini hanya

berupa lahan pertanian dan perkebunan yang masyarakatnya sebagaian besar

bekerja sebagai petani. Masyarakat hanya mendapatkan pendapatan dari hasil

pertanian. Manfaat dari hasil lahan pertanian dan berkebunan tersebut belum

menjangkau ke semua masyarakat yang hanya memiliki lahan pertanian itu saja.

Peralihan fungsi lahan dari pertanian menjadi waduk sermo membuat

kebanyakan masyarakat kehilangan mata pencahariannya.

Pembanguan Waduk Sermo di daerah Sermo yang sekarang ini menjadi

kawasan wisata sangat berperan penting dalam pembangunan dan perkembangan

wilayah yaitu dalam memberikan kontribusi dalam pendapatan suatu daerah

maupun pendapatan masyarakat setempat. Pembangunan pada suatu daerah juga

pasti menimbulkan suatu perubahan, perubahan dapat dilihat pada bidang

ekonomi, sosial, politik, budaya, maupun pada sistem sosial lainnya.

Menurut Pitana (2005: 109-110) dampak adanya pembangunan wisata

terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar dapat dikategorikan menjadi beberapa

kelompok, salah satunya adalah dampak terhadap pendapatan masyarakat.

Hampir semua kajian studi lapangan menunjukan bahwa pembangunan


2
pariwisata pada suatu daerah akan berdampak positif, yaitu salah satunya adalah

berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Pariwisata diharapkan

mampu menghasilkan angka pengganda (multiplier effect) yang tinggi, melebihi

angka penggandaan pada berbagai kegiatan ekonomi lainnya.

Sektor pariwisata tidak jauh beda dengan sektor ekonomi dalam

perkembangannya sektor pariwisata juga mempunyai dampak dan pengaruh di

bidang sosial ekonomi dan fisik kawasan, pengaruh yang yang muncul

mempunyai dampak positif maupun dampak negative terhadap kehidupan

masyarakat setempat. Untuk mencegah perubahan itu menuju kearah negative

maka diperlukan suatu perencanaan yang mencakup aspek fisik, sosial dan

ekonomi. Hal ini perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan pengembangan

daerah wisata yang bersangkutan (Kodyat, 1982:4; dalam Biantoro, 2014).

Pariwisata memberikan kontribusi kepada penciptaan lapangan

pekerjaan, perbaikan infrastruktur wilayah. Pembangunan tempat wisata dapat

memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi. Pengaruh yang paling menonjol

dalam bidang ekonomi adalah perubahan mata pencaharian. Mata pencaharian

dalam suatu masyarakat sangat beraneka ragam misalnya seperti pertanian,

perdagangan, perkebunan, nelayan, buruh, perkantoran, dan lain sebagainya.

Masyarakat melakukan hal tersebut semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan kesejahteraan keluarga mereka, contohnya pada masyarakat

pegunungan, mayoritas mata pencaharian mereka adalah berkebun. Mata


3
pencaharian tersebut dapat berjalan baik apabila letak atau keadaan geografis

wilayah mendukung. Begitu pula untuk mata pencaharian masyarakat lain yang

tinggal diwilayah pesisir pantai maupun diwilayah perkotaan juga mengikuti

keadaan geografis tempat tinggalnya. (Suzanna 2003; dalam Rahman, 2014).

Hal ini juga terjadi di dalam masyarakat sekitar kawasan wisata Waduk

Sermo. Mata pencaharian masyarakat Sermo sangat beraneka ragam, sebelum

terbangunnya waduk sermo mereka menjalankan rutinitas mereka sehari-hari

seperti berkebun, nderes, dan masih banyak lainnya. Sehubungan dengan adanya

pembangunan waduk yang merupakan program dari pemerintah mengharuskan

banyak dari mereka yang harus tergusur. Mereka yang wilayahnya tergusur dan

tidak mempunyai sisa tanah sedikitpun kebanyakan dari mereka mengikuti

program dari pemerintah yaitu transmigasi ke daerah Bengkulu dan Riau. Dari

data yang diperoleh ada sebanyak 100 kepala keluarga ke daerah Bengkulu dan 7

kepala keluarga ke daerah Riau.

Pembangunan Waduk Sermo nampaknya memberikan perubahan pada

system mata pencaharian masyarakat sekitar. Mata pencaharian masyarakat

Dusun Sermo sebelum adanya pembangunan Waduk Sermo mayoritas bekerja

sebagai petani, selian itu juga beternak, tukang, pedagang kelapa, nderes, dan

kerja srabutan, tetapi setelah adanya pembangunan Waduk Sermo masyarakat

Dusun Sermo mengubah mata pencahariannya. Mata pencaharian yang hampir

dijalani sebagian masyarakat adalah sebagai penarik perahu wisata, tim sar,
4
pegawai di kantor waduk, dan sebagai pekerja musiman. Dampak yang terjadi

tentu saja ada dampak positif dan dampak negative di dalamnya. Dampak positif

yang diperoleh sejak adanya wisata Waduk Sermo adalah masyarakat menjadi

semakin mudah memperoleh pendapatan misalnya mereka mendirikian warung

makan dan bengkel di sekitar daerah wisata. Namun, ada juga dampak negative

yang muncul di dalamnya, dilihat dari segi kacamata ekonomi tidak ada

peningkatan pendapatan, perubahan pendapatan hanya dirasakan oleh beberapa

orang yaitu mereka yang bekerja di kantor waduk dan diangkat menjadi PNS.

Industri pariwisata di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat

pesat, jika dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan pada tahun 2013 ke obyek

wisata waduk sermo mencapai 30.643 wisatawan (BPS, 2013). Sedangan pada

tahun 2014 wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata waduk sermo

mengalami peningkatan mencapai 38.657 wisatawan (BPS, 2014). Sektor

pariwisata di Indonesia memang terus mengalami perkembangan, baik wisata

alam maupun wisata budaya. Perkembangan pariwisata yang sekarang ini sangat

pesat dalam perkembangannya diharapkan akan memberikan dampak positif

dalam meningkatkan pendapatan negara.

Kawasan wisata Waduk Sermo selalu berupaya meningkatkan kualitas

kawasan dengan mengadakan pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan sarana

prasarana penunjang wisata. Hal ini bertujuan agar jumlah wisatawan yang

berkunjung ke dalam kawasan semakin meningkat. Adanya perkembangan


5
aktivitas periwisata Waduk Sermo telah berpengaruh terhadap system sosial

masyarakat yang berada di dalam kawasan wisata tersebut. Perubahan system

sosial masyarakat terlihat dari perubahan tingkat kesenjangan sosial. Sedangkan

perubahan karakteristik ekonomi masyarakat sangat terlihat dari perubahan jenis

pekerjaan, tingkat pendapatan masyarakat.

Berdasarkan fenomena dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut untuk mengetahui seperti apa pengaruh keberadaan

pariwisata Waduk Sermo terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Dusun

Sermo.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat kita lihat bahwa

perubahan pada system sosial ekonomi dipengaruhi oleh beberapan faktor, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat kita lihat sebagai berikut:

1. Banyaknya wisatawan yang datang ke obyek wisata Waduk Sermo.

2. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah kekeringan dengan membangun

Waduk Sermo sebagai sumber air.

3. Masyarakat Waduk Sermo kehilangan wilayahnya yang merupakan sumber

mata pencaharian akibat adanya pembanguanan Waduk Sermo.

6
C. PEMBATASAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi untuk menjaga kualitas

dan fokus dari penelitian yang akan dilakukan agar tetap konsisten dalam kajian

yang jelas. Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

difokuskan pada perubahan sosial ekonomi masayrakat Dusun Sermo pasca

adanya wisata Waduk Sermo.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk perubahan sosial ekonomi masyarakat Dusun Sermo

pasca adanya obyek wisata Waduk Sermo?

2. Bagaimana dampak perubahan sosial ekonomi masyarakat Dusun Sremo

pasca adanya obyek wisata Waduk Sermo?

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mendeskripikan perubahan sosial ekonomi masyarakat Dusun

Sermo pasca adanya obyek wisata Waduk Sermo.

2. Untuk mengetahui dampak apa saja yang menyebabkan perubahan system

sosial ekonomi masyarakat Dusun Sermo di Kulon Progo.

F. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari adanya penelitian

ini, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

7
a. Menambahkan pemaparan kajian sosial ekonomi mengenai

pengelolaan sumberdaya alam dengan tepat guna.

b. Dapat memberikan kontribusi dan pengaruh positif bagi masyarakat

luas khususnya masyarakat Dusun Sermo.

c. Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik

dan lengkap.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Dapat dijadikan sebagai pengukur kemampuan peneliti dalam

menemukan fenomena permasalahan yang terjadi di masyarakat

serta menganalisisnya.

b. Bagi pembaca

Memberikan tambahan informasi dan referensi bagi pembaca untuk

dapat mengelola sumberdaya alam dengan tepat guna.

c. Bagi masyarakat

Memberikan tambahan informasi bagi masyarakat agar bisa

menjaga memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di lingkungan

sekitar.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENELITIAN

RELEVAN

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Perubahan Sosial

Robert H. lauer (dalam Ranjabar, 2015: 4-5), mendefinisikan

perubahan sosial sebagai suatu konsep inklusif yang menunjuk kepada

perubahan gejala sosial berbagi tingkat kehidupan manusia, dan mulai dari

individual sampai global. Definisi lain dikemukakan oleh Fairchild, bahwa

perubahan sosial ialah variasi modifikasi dalam setiap aspek proses sosial,

pola sosial dan bentuk sosial.

Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 1982: 263), mengatakan arti

perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah

diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan

material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi atau

penemuan baru dalam masyarakat.

Soekanto (dalam Ranjabar, 2015:6) definisi perubahan sosial dalam

arti lain adalah dari Selo Soemardjan, beliau mengemukakan bahwa

perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system

9
sosialnya, termasuk dalam nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-

kelompok dalam masayarakat.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan sosial adalah

proses dimana terjadi perubahan struktur masyarakat yang selalu berjalan

sejajar dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu system sosial. Jadi

dalam arti perubahan sosial jika salah satu berubah, maka yang lain akan

berubah juga. Sebagai contoh berdirinya atau ditetapkannya organisasi

kampus yang baru, mempengaruhi struktur sosial universitas karena adanya

fungsi dan aturan baru yang didukung oleh nilai-nilai dan norma kebudayaan

yang di anut dalam lingkungan universitas tersebut. Begitu juga dengan suatu

daerah kawasan wisata, dengan di dirikannya tempat wisata baru jelas

mempengaruhi system sosial ekonomi yang sudah ada di daerah tersebut.

Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung

pada sudut pandang aspek, fragneb atau dimensi system sosial (Piotr

Sztompke, 2008: 3). Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa

bentuk, yaitu (Soekanto, 1982: 268):

a. Perubahan lambat dan perubahan cepat

b. Perubahan kecil dan perubahan besar

c. Perubahan dikehendaki (intended-change) atau perubahan

direncanakan (Planned-change) dan perubahan yang tidak

10
dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak

dikarenakan (unplanned-change).

Soerjono Soekanto (2012: 57-58) mengemukakan ada lima faktor

utama yang berhubungan dengan interaksi sosial, yaitu:

a. Faktor imitasi

imitasi adalah dorongan untuk meniru atau menghadapi tindakan-

tindakan dari lingkungan sekitarnya.

b. Sugesti

sugesti terjadi apabila seseorang memberi suatu pandangan yang

berasal dari dirinya kemudian diterima oleh pihak lain.

c. Identifikasi masalah

identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan pihak lain.

d. Simpati

simpati adalah proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak

lain.

Dampak dari adanya perubahan yang terjadi akibat adanya aktifitas

manusia dalam bidang sosial ekonomi khususnya untuk negara berkembang

dapat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat antara lain Suratmo (

dalam Prakoso 2012 ).


11
a. Penyerapan tenaga kerja

b. Berkembangnya struktur ekonomi, yaitu timbulnya aktifitas

perekonomian lain akibat adanya perubahan tersebut seperti toko,

restoran, dan lain-lain

c. Peningkatan pendapatan masyarakat

d. Kesehatan masyarakat

e. Presepsi masyarakat

f. Pertambahan penduduk.

Dampak sosial yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang

diakibatkan oleh aktifitas pembangunan (Sadharto, 1995). Dampak sosial

muncul ketika terdapat aktivitas, proyek, program, atau kebijaksanaan yang

diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini mempengaruhi

keseimbangan pada suatu system masyarakat. Pengaruh tersebut bisa positif

maupun negatif (Prakoso, 2012 ).

Perubahan sosial ini sebagai pedoman peneliti untuk menganalisis

dampak sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat dusun Sremo semenjak

adanya wisata Waduk Sermo. Perubahan terjadi dengan cepat semenjak

adanya tempat wisata Waduk Sermo. Masyarakat sekitar banyak yang

membuka usaha seperti warung-warung di kawasan daerah wisata, sehingga

tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Perubahan sosial yang

12
terjadi tentu saja perubahan yang dikehendaki oleh masyarakat Sremo karena

membawa dampak baik bagi mereka.

2. Kajian Tentang Pariwisata dan Peningkatan Kesejahteraan

Tujuan dari pembangunan dan pengembangan pariwisata menurut

Wight (1998) dalam Poerwanto (2004), adalah untuk menjaga keseimbangan

antara kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Konsep

menjaga keseimbangan terhadap aset pariwisata merupakan wujud kepedulian

terhadap kualitas hidup. Menurut Boediono (1981: 9), pertumbuhan ekonomi

didefinisikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang,

yang menekankan pada 3 aspek, yaitu proses, output per kapita dan jangka

panjang. Pertumbuhan ekonomi mengandung makna bahwa pertumbuhan

ekonomi bukan merupakan suatu gambaran ekonomi pada saat tertentu,

melainkan dilihat dari aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu

bagaimana suatu perekonomian berkembang dari waktu ke waktu. Jadi, dari

dua definisi di atas hubungan antara ekonomi kepariwisataan dengan ekonomi

masyarakat bila suatu daerah dibangun tempat-tempat wisata maka secara

tidak langsung penduduk sekitar akan mengalami dampak pertumbuhan

ekonomi, karena tempat-tempat wisata tersebut akan menarik lapangan

pekerjaan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat

13
wisata tersebut. Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara

lain adalah :

a. Peranan ekonomi, yaitu sebagai sumber devisa negara, peningkatan

pendapatan masyarakat dan memberikan peluang usaha.

b. Peranan sosial, yaitu sebagai penciptaan lapangan pekerjaan.

c. Peranan kebudayaan, yaitu memperkenalkan kebudayaan dan kesenian,

mendorong terpeliharanya lingkungan hidup dan sebagainya.

Jadi, hubungan antara sektor pariwisata dengan kesejahteraan

ekonomi masyarakat lokal sangat berkaitan satu dengan yang lainnya.

Adanya sektor pariwisata di suatu daerah akan berdampak positif baik bagi

pemerintah daerah seperti dapat meningkatkan PAD Kabupaten maupun bagi

masyarakat sekitar seperti dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

setempat penyerapan tenaga kerja, memberikan peluang usaha, dan lain

sebagainya. (Indahsari Kuniyati, 2014)

Pembangunan sektor kepariwisataan menurut Spillane (1994:14) akan

terkait dengan aspek social budaya, politik dan ekonomi yang diarahkan

untuk meningakatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

konsep pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang no. 9 tahun 1990 disebutkan bahwa penyelenggaraan

kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam

14
rangka kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui perluasan dan

pemerataan kesempatan berusaha dan bekerja serta mendorong pembangunan

infrastruktur daerah dalam rangka kemudahan untuk memperkenalkan obyek

dan daya tarik wisata. Disamping itu pembangunan kepariwisataan juga

dimaksudkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan memparerat

persahabatan umat manusia dalam negeri dan antar bangsa. (Nandi: 2008)

Kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan yang diatur

secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur

sosial ekonomi masyarakat (Ginting, 2014). Pengaruh sosial ekonomi dapat

diartikan sebagai suatu perubahan yang timbul akibat adanya kegiatan yang

mempengaruhi lingkungan sosial ekonomi, baik dalam hal kesemptan kerja,

pendapatan, dan kesejahteraan (Gillmore, dalam Prakoso, 2012 ). Berikut ini

adalah kondisi masyarakat dilihat dari aspek sosial dan ekonomi.

a. Kondisi Sosial Masyarakat

Hubungan sosial adalah suatu hubungan antar orang atau

kelompok pada kondisi masyarakat yang dilandasi oleh system nilai dan

makna symbol. Dalam bentuk dinamis, hubungan sosial akan berbentuk

interaksi sosial antar individu dan kelompok dalam komunitas tersebut.

Terbentuknya sistem hubungan sosial dalam suatu masyarakat senantiasa

dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungannya, meliputi lingkungan

15
fisik maupun lingkungan sosialnya (Prakoso 2012 ). Berikut ini adalah

salah satu bentuk dari hubungan sosial, yaitu:

1) Interaksi sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam suatu masyarakat

sangat dibutuhkan adanya proses sosial agar bisa saling bekerja sama.

Proses sosial dapat dilihat apabila para individu dan kelompok-

kelompok saling bertemu dan menentukan system serta bentuk

hubungan yang terjadi apabila ada perubahan yang merubah cara

hidup yang telah ada (Soekanto, 1982: 54).

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, karena

interaksi sosial adalah merupakan syarat utama terjadinya aktivitas

sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,

menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok maupun antara

individu dengan kelompok. Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial,

yaitu (Soekanto, 1982: 62):

a) Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam

tiga bentuk yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, dan

antarkelompok.

16
b) Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku

orang lain, perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap

perasaan yang ingin disampaikan ke orang tersebut.

Pentingnya kontak dan komunikasi sebagai terwujudnya interaksi

sosial dapat dirasakan oleh setiap makhluk sosial. Adanya interaksi sosial

yang terjalin dalam masyarakat, dapat melahirkan suatu norma sosial.

Menurut Emile Durkheim norma sosial adalah sesuatu yang berada diluar

individu untuk membatasi mereka dan mengenadalikan tingkah laku mereka

(Soleman, 1984: 67).

b. Kondisi Ekonomi Mayarakat

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Nomos.

Oikos berarti rumah tangga, sedangkan Nomos berarti aturan, kaidah atau

pengalolaan. Dengan demikian ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-

kaidah, aturan-aturan, atau cara pengelolaan dalam suatu rumah tangga.

Selain itu dalam ilmu ekonomi disebut salah satu cabang ilmu sosial yang

khusus mempelajari tingkah laku manusia dan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. (deliarnov, 2003 dalam Sholik, 2013).

17
Pengaruh sosial ekonomi dapat diartikan sebagai suatu perubahan

yang timbul akibat adanya kegiatan yang mempengaruhi lingkungan sosial

ekonomi, baik dalam hal kesemptan kerja, pendapatan, dan kesejahteraan.

Dalam kajian ini membahas tetang peningkatan pendapatan (Prakoso 2012).

1) Peningkatan pendapatan

Menurut Soediyono (1992:1) pendapatan adalah jumlah penghasilan

yang diterima oleh para anggota masyarakat dalam waktu tertentu sebagai

balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut

serta dalam membentuk produksi nasional.

Ada tiga cara dalam menghitung besarnya pendapatan menurut

Soediyono (1992: 21-22), yaitu:

a) Pendekatan hasil produksi (product approach) menghitung besarnya

pendapatan dengan mengumpulkan hasil akhir barang dan jasa.

b) Pendekatan pendapatan (income approach) menghitung besarnya

pendapatan dengan mengumpulkan data tentang pendapatan yang

diperoleh suatu rumah tangga.

c) Pendekatan pengeluaran (expenditure approach) menghitung

besarnya pendapatan dengan menjumlah seluruh pengeluaran yang

dilakukan oleh salah satu unit.

18
3. Kajian Tentang Pariwisata

Definisi wisata menurut UU No.10 Tahun 2009 adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara. Dalam UU No.10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan dijelaskan juga tentang definisi pariwisata yaitu, berbagai

macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah

daerah.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh

pemerintah untuk mendapatkan devisa dan penghasilan. Peran pariwisata

sendiri dalam membangun pembangunan nasional sangat besar, hal ini

bisa dilihat dengan banyaknya tercipta lapangan modal dalam

pembangunan baik dalam tingkat lokal, regional, maupun nasional

(Prakoso, 2012 ).

Pariwisata berkembang karena adanya usaha manusia dalam

menjelajahi suatu wilayah yang baru, mencari suasana yang baru dengan

perjalanan baru (Robinson, dalam Pitana 2005). Pariwisata telah menjadi

salah satu industri yang dapat menghasilkan devisa di berbagai negara.

19
Dalam perkembangan pariwisata dunia menunjukan bahwa pada saat

terjadinya resesi dunia awal tahun 1980-an, pariwisata dunia tetap maju,

baik dilihat dari jumlah wisatawan internasional maupun penerimaan

devisa dari sektor pariwisata (Pitana, 1999).

Pertumbuhan dan perkembangan sektor pariwisata tidak begitu

saja berjalan dan muncul dengan sendirinya. Ada beberapa upaya yang

dilakukan pemerintah seperti tambahan dana, perbaikan infrastruktur,

peningkatan kualitas sumber daya baik alam maupun manusia. Selain

stimulus dari pemerintah diperlukan juga peranan masyarakat yang juga

turut mendukung pertumbuhan pariwisata, salah satunya keramahan,

penciptaan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Sehingga dalam

perkembangannya pariwisata akan tetap tumbuh dan bahkan lebih baik

(Anggraeni, 2013).

Menurut I Nyoman Erawan (dalam Sholik, 2013) kepariwisataan

ditinjau dari segi ekonomi, menurutnya pengaruh ekonomi akibat adanya

industri pariwisata mendatangkan devisa serta terciptanya kesempatan

kerja bagi masyarakat luas. Daerah sekitar pariwisata juga dapat

meningkatkan pendapatan dan standar kebutuhan hidup mereka.

Disamping menjadi mesin penggerak ekonomi. Pariwisata juga

merupakan wahana menarik untuk mengurangi angka pengangguran

20
mengingat berbagai jenis wisata dapat ditempatkan dimana saja. Oleh

sebab itu pembangunan wisata dapat dilakukan di daerah yang

berpengaruh dalam menciptakan lapangan kerja yang menguntungkan

(Suwantoro, 2004:36).

Menyadari besarnya potensi pariwisata Indonesia, Presiden Soeharto

dalam pengarahannya kepada Bapparnas, mengharapkan agar sektor

pariwisata mampu menjadi pengahasil devisa kedua, atau sekurang-

kurangnya ketiga. (Pitana, 2005)

Menurut Suwantoro (2004) dampak yang ditimbulakan dengan adanya

pembangunan pariwisata sebagai berikut:

a. Dampak positif

1) Bidang ekonomi

a) Pembangunan wisata dapat membuka lapangan pekerjaan dan

kesempatan berusaha baik langsung maupun tidak langsung.

b) Sektor pariwisata dapat menigkatkan devisa negara. Hal ini

dapat dilihat dengan semakin banyaknya wisatawan asing

yang berkunjung ke Indonesia.

c) Pariwisata dapat meningkatan dan memeratakan pendapatan

masyarakat sekitar daerah wisata, dibuktikan dengan

banyaknya wisatawan yang berbelanja di derah tujuan wisata.

21
d) Meningkatkan ekspor, dengan semakin banyaknya wisatawan

mancanegara yang berkunjung berarti akan ikut

memperkenalkan barang-barang produksi dalam negari yang

dinikmati wisatawan yang kemudian akan membuka peluang

untuk ekspor.

e) Pembangunan wisata akan menunjang pembangunan daerah.

2) Bidang sosial budaya

a) Pelestarian situs bersejarah, sebagai bentuk atraksi pariwisata

yang dihargai oleh masyarakat lokal.

b) Pembangunan tempat rekreasi yang mengandung nilai

pendidikan agar menarik untuk dikunjungi masyarakat.

c) Pelestarian dan pengenalan budaya lokal terhadap wisatawan

yang berkunjung ke tempat wisata.

b. Dampak negatif

1) Dampak Sosial Pariwisata

Pada Negara berkembangan dapat muncul berbagai macam

masalah sosial. Sektor wisata adalah salah satu yang mepengaruhi

dalam mengubah gaya hidup sehari-hari masyarakat sekitar daerah

wisata. Pembangunan pariwisata juga dapat meningkatkan angka

kejahatan, perjudiam, materialism, serta keserakahan (Denis L. Foster,

2000 dalam Surwiyanta, 2003).


22
Pariwisata juga dapat menyebabkan aksi sosial, dalam artian

bahwa kegiatan pariwisata sangat erat kaitannya dengan tingkah laku

setiap individu maupun kelompok dalam melakukan perjalanan wisata.

Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata tersebut akan

saling berhubungan antar sesama individu.

Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar

individu. Kontak sosial ini mengandung makna sebagai berikut

(Surwiyanta, 2003):

a) Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling

mengenal kebudayaan masing-masing dalam batas tertentu.

b) Memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk mengenal sikap

dasar yang dimiliki orang tersebut.

B. KAJIAN TEORI

1. Teori Fungsionalisme Struktural

Teori fungsional structural Talcott Parsons diawali dengan empat

skema penting mengenai fungsi dari sistem tindakan sosial, skema tersebut

dikenal dengan sebetuan skema AGIL. Sebelumnya kita harus mengetahi apa

arti dari fungsi disini. Fungsi adalah suatu gagasan aktivitas yang diarahkan

untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan system. Menggunakan defisini

ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperative fungsional yang diperlukan

bagi semua system sosial, meliputi (Ritzer, 2004: 257):


23
a. Adapatasi (adaptation) yaitu system harus mengatasi kebutuhan

situasional yang datang dari luar, system harus beradaptasi dengan

lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhannya.

b. Pencapaian tujuan (goal attainment) yaitu system harus mendefinisikan

dan mencapai tujuan utamanya.

c. Integrarasi yaitu sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang

menjadi komponennya. Selain itu juga harus mengatur hubungan antar

ketiga imperative fungsional tersebut.

d. Pemeliharaan pola (latensi) yaitu sistem harus melengkapi,

memelihara,dan memperbarui motivasi individu dan pola-pola budaya

yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

Analisis sistem sosial Parsons memandang sistem sosial sebagai satu

kesatuan, meliputi semua jenis kehidupan kolektif (Ritzer 2005:127),

sehingga ia mengutamakan dominasi sistem sosial atas bagian-bagian atau

subsistem/ individu yang dikatakannya, mengendalikan individu, dan individu

bertindak menurut ekspektasi logis dari sistem masyarakat. Sistem sosial

dalam konsep Parsons tentang sistem dimuai dari level mikro, yaitu interaksi

antara ego dengan alter ego, yang didefinisikan sebagai bentuk paling dasar

dari sistem sosial. Sistem sosial terdiri dari beragam actor individual yang

berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik

24
atau lingkungan, actor yang cenderung termotivasi kearah optimasi kepuasan

dan yang berhubungan dengan situasi yang didefinisikan dan di perantari

dalam bentuk sistem symbol yang terstruktur secara kultural dan dimiliki

bersama (Ritzer, 2004: 259)

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Fajar Trisni Pertiwi, mahasiswa

Jurusan Pendidikan Sosiologi, Program Pendidikan Sosiologi, Universitas

Negeri Yogyakarta tahun 2013 berjudul “Perubahan Mata Pencaharian

Masyarakat Dusun Sremo Pasca dibukanya Kawasan Wisata Waduk

Sermo di Kabupaten Kulon Progo”. Tujuan dari penelitian ini untuk

mendeskripsikan bentuk, faktor penyebab dan dampak dari adanya

perubahan mata pencaharian pada masyarakat Dusun Sremo. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukan bahwa faktor penyebab perubahan mata

pencaharian masyarakat Dusun Sremo dikarenakan keadaan daerah yang

berbeda dengan daerah yang ada dahulu (keadaan tanah) dan adanya

tuntutan kebutuhan hidup. Bentuk mata pencaharian masyarakat Dusun

Sremo sebelum adanya waduk mayoritas petani di sawah, selain itu juga

berternak, nderes, tukang, pedagang kelapa, industri genteng dan warung.

Tetapi, setelah adanya waduk masyarakat mengubah pada bentuk yang

25
baru yaitu penarik perahu wisata, tim sar, pegawai kantor waduk dan

kerja musiman. Dampak positif perubahan mata pencaharian ini adalah

masyarakat mudah dalam memperoleh kebutuhan rumah tangganya

karena adanya warung dalam jumlah yang banyak, sehingga mereka tidak

perlu ke pasar yang letaknya jauh. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu

Fajar Trisni Pertiwi menekankan pada bentuk, faktor penyebab, dan

dampak dari adnaya perubahan mata pencaharian pada masyarakat Dusun

Sremo. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti lebih

cenderung ke bentuk perubahan sosial ekonomi masyarakat Dusun Sermo

pasca dibangunya Wsata Waduk Sermo.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Dewi Saputri, mahasiswa Jurusan

Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2008

berjudul “perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Penambang Pasir Pasca

Erupsi Merapi, Tahun 2010 Di Dusun Kojor, Kelurahan Bojong,

Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang”. Tujuan dari penelitian ini

untuk mengetahui perubahan sosial-ekonomi masyarakat penambang

pasir pasca erupsi merapi yang ada di Dusun Kojor. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif. Subyek pengambilan

sempelnya dengan snowball sampling. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukan bahwa kondisi sosial-ekonomi masyarakat Dusun Kojor

pada umumnya hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar


26
(SD). Interaksi yang ada di dalam masayarakat Kojor berjalan baik, serta

saling tolong menolong dalam peristiwa perjalanan hidup mereka.

Kondisi ekonomi masyarakat Dusun Kojor dapat dilihat dari pendapatan

rumah tangga masyarakat sekitar yang dapat dibilang cukup untuk

kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama tentang

suatu perubahan sosial ekonomi. Perbedaan juga terletak pada objek yang

akan dijadikan penelitian, dimana penelitian yang dilakukan oleh Catur

Dewi Saputri dilakukan pada masyarakat penambang pasir pasca erupsi

merapi sedangkan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan, dilakukan

pada masyarakat Dusun Sremo yang wilayahnya tergusur karena adanya

pembangunan Waduk Sermo.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Anggraeni, mahasiswa Jurusan Ilmu

Ekonomi, Universitas Brawijaya Malang tahun 2014 berjudul “Peran

Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II Terhadap Kondisi

Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya”. Tujuan dari penelitian ini

untuk mengetahui peran pembangunan kawasan wisata Jawa Timur Park

II terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukan bahwa dampak sosial yang dirasakan

masyarakat adalah muncul keramian akibat banyaknya kunjungan

wisatawan, hal tersebut juga berpengaruh terhadap kondisi lingkungan


27
disekitarnya baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Sedangkan

dampak ekonomi yang muncul adalah munculnya kesempatan kerja baru

yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, banyak alih fungsi bangunan

tempat tinggal yang dijadikan sebagai lokasi usaha. Penelitian ini

memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-

sama meneniti tentang peran pembangunan kawasan wisata terhadap

perubahan kondisi sosial ekonomi. Namun terdapat perbedaan objek yang

akan dijadikan penelitian, dimana penelitian yang dilakukan oleh Siska

Anggraeni dilakukan di kawasan wisata Jawa Timur Park II, sedangkan

penelitian yang akan peneliti lakukan di kawasan wisata Waduk Sermo.

D. KERANGKA BERPIKIR

Munculnya wisata Waduk Sermo di desa Sremo membawa dampak

tersendiri bagi masyarakat sekitar. Dampak yang timbul dapat berupa dampak

positif maupun dampak negative. Secara langsung maupun tidak langsung

tentu saja akan berpengaruh bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat

sekitar wisata Waduk Sermo. Kondisi ekonomi pada masyarakat Sremo

sebelum adanya wisata Waduk Sermo rata-rata penduduknya bermata

pencaharian berkebun dan nderes, namun setelah adanya wisata Waduk

Sermo masyarakatnya banyak yang berpindah menjadi penarik prahu wisata,

tim sar, pegawai musiman maupun menciptakan lapangan pekerjaan sendiri

28
seperti mendirikan warung makan, dan penginapan. Sebelum adanya wisata

Waduk Sermo, daerah Sremo merupakan daerah yang tergolong sepi akan

kendaraan yang berlalu lalang, namun setelah berdirinya tempat wisata

Waduk Sermo daerah Sremo menjadi daerah yang tergolong cukup ramai

meskipun berada di lereng gunung. Banyak wisatawan lokan maupun

wisatawan mancanegara yang datang berkunjung hanya untuk menikmati

indahnya pemandangan di sekitar kawasan wisata Waduk Sermo. Banyaknya

wisatawan yang masuk berkunjung ke tempat wisata membuat terjadinya

interaksi sosial dan mobilitas sosial semakin tinggi antara penduduk asli

dengan wisatawan yang berkunjung ke Waduk Sermo. Bentuk interaksinya

pun berbeda-beda antara satu individu dengan individu lain. Perubahan sosial

ekonomi yang terjadi akibat adanya wisata Waduk Sermo tidak hanya

perubahan yang positif saja, namun dalam realitanya juga muncul perubahan

sosial ekonomi yang bersifat negative. Perubahan yang bersifat negative

tersebut juga beriringan dengan berkembangnya desa Sremo setelah

munculnya tempat wisata Waduk Sermo tersebut. Berikut ini adalah kerangka

berpikir:

29
Bagan 1 : Kerangka Pikir

Wisata Waduk Sermo


Masyarakat Sermo

Perubahan Sosial
Ekonomi

Dampak Sosial
Ekonomi

Dampak Positif Dampak Negatif

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi dalam penelitian ini mengambil lokasi di Dusun Sremo, Desa

Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian dengan objek dan pokok materi

“Pengaruh Wisata Waduk Sermo terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat

Dusun Sremo”.

B. WAKTU PENELITIAN

Penelitian mengenai Pengaruh Wisata Waduk Sermo terhadap Perubahan

Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Sremo akan dilaksanakan dalam kurun waktu

kurang lebih 3 bulan yaitu bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017 hingga

ditemukan data jenuh dari penelitian.

C. BENTUK PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2006: 5)

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada.

31
Moleong (2006: 5-6) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain.

D. SUMBER DATA

a. Sumber Data Primer

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2006: 157) sumber

data primer adalah sumber data utama dalam penelitian kualitatif berasal

dari kata-kata dan tindakan seseorang. Sumber data primer dapat

diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung. Pada penelitian

ini mengambil sumber data primer dari hasil wawancara dengan

masyarakat Dusun Sremo yang berada di kawasan Daerah Wisata Waduk

Sermo. Selain itu data juga diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiono, 2010: 225). Data

sekunder digunakan sebagai pendukung data primer. Sumber data

32
sekunder dapat diperoleh dari dokumentasi dan catatan lapangan yang

diperoleh melalui hasil observasi.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a. Observasi

Menurut Usman (2011: 52) observasi merupakan pengamatan dan

pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi

menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan

penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis.

Melakukan observasi secara terus-menerus dan sungguh-sungguh,

sehingga peneliti semakin mendalami fenomena sosial yang diteliti

seperti apa adanya. Hal ini disebabkan karena banyaknya fenomena sosial

yang tersamar atau kasat mata, yang sulit terungkap bilamana hanya

digali melalui wawancara (Bungin, 2012: 60). Penelitian ini secara

langsung mengamati kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun

Sermo. Observasi dilakukan dengan alasan untuk mengetahui kegiatan

apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Sermo agar bisa

memberikan data yang akurat karena bisa melihat tingkah laku, aktivitas

mereka secara langsung.

b. Wawancara

33
Menurut Moleong (2006: 186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Sedangkan menurut (Usman, 2011: 55-57) wawancara ialah tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara

disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut

interviewer. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai

keuntungan sebagai salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data

pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat

berbicara dengan baik. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan wawancara terstruktur. Peneliti mengharapkan

dengan wawancara terstruktur ini dapat memperoleh informasi yang

sesuai dengan yang diharapkan.

c. Dokumentasi

Menurut Moleong (2006: 216-217) dokumen adalah bahan tertulis

ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya

permintaan seorang peneliti. Dokumen digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber

data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

34
meramalkan. Dokumentasi dapat dilakukan dengan menganalisa data

mentah yang digunakan sebagai pendukung penelirian. Dalam penelitian

ini mengambil dokumentasi berupa aktivitas masyarakat Dusun Sremo

dan kegiatan yang ada di daerah Wisata Waduk Sermo.

F. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan

adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan atau pengambilan sampling

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Seperti

yang telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik

pengambilan sempel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau dia mungkin sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti (Sugiono,

2010: 300).

G. VALIDITAS DATA

Menurut Moleong (2006: 324-325) untuk menetapkan keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan

pada sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu

derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Penerapan

35
kriteria derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas

internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuri

sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai, dan menunjukan hasil

penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang

sedang diteliti. Kriteria keteralihan mempunyai konsep validitas menyatakan

bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua

konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada

sempel secara representatif mewakili populasi. Kriteria kebergantungan

merupakan jalan untuk mengadakan replikasi penelitian. Jika peneliti

melakukan beberapa kali penelitian dalam kondisi yang sama dan

mendapatkan hasil yang sama maka tingkat reabilitasnya tercapai. Kriteria

kepastian disini pemastian bahwa sesuatu objektif tidak bergantung pada

persetujuam beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan

seseorang.

Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pendamping terhadap data tersebut

(Moleong, 2006: 330).

H. INSTRUMEN PENELITIAN

36
Instrumen penelitian disini dimaksud sebagai alat pengumpulan data

seperti tes pada penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, yang

menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu

peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti

kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan (Sugiono, 2010: 305-306).

I. TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Patton (dalam Moleong, 2016: 280) analisis data adalah

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam sesuatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran,

yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan

pola uraian, dan mencari hubungan di antara demensi-dimensi uraian.

Sedangkan menurut (Moleong, 2006: 280-281) analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud

untuk mengorganisasikan data. Data yang terkumpul dari catatan lapangan


37
dan tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi,

artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur,

mengurutkan, mengelompokan, memberi kode, dan mengkatogorikan.

Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema

dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.

Penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang dikemukakan oleh

Hiberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti yang terlihat pada gambar

berikut:

DATA DATA
COLECTION DISPLAY

DATA
REDUCTION

COCLUTION
DRAWING
&VERIFYING

Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif koleksi data atau

pengumpulan data dengan analisis data. Pengumpulan data itu sendiri

38
juga ditempatkan sebagai komponen yang merupakan bagian integral dari

kegiatan analisis data (Bungin, 2012: 69).

a. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data

menggunakan teknik yang ditentutan sejak awal. Pengumpulan data

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai

dengan kebutuhan. Dalam pengambilan data peneliti menggunakan teknik

wawancara mendalam terhadap informan.

b. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusuri tema, dan lainnya. Reduksi data merupakan suatu analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengkategorikan, mengarahkan,

membuang data yang tidak perlu, dan menggorganisasikan data

sedemiakian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat

diverifikasi (Miles dan Huberman, dalam Usman, 2011: 85-87).

c. Penyajian Data

39
Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam

bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik,

jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan

informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami

(Miles dan Huberman dalam Usman, 2011: 87).

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan di akhir penelitian

kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan

verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang

disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Demikian pula

jika dalam verifikasi ternyata ada kesimpulan yang masih meragukan dan

belum disepakati kebenaran maknanya, maka harus kembali ke proses

pengumpulan data (Usman, 2011: 87-88).

40
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Informan Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. Keadaan geografis Dusun Sremo Lor

Penelitian ini dilakukan di Dusun Sremo. Dusun Sremo yang

menjadi objek penelitian ini adalah Dusun Sremo Lor. Dusun Sremo

Lor merupakan salah satu Dusun yang terletak di Desa Hargowilis,

Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Berdasarkan data profil desa Hargowilis tahun 2015.

Desa Hargowilis terletak diwilayah Kecamatan Kokap Luas wilayah

keseluruhan adalah 1453.8384 Ha 99 % perbukitan ketinggian

wilayah antara 110 - 600 dpl yang ada terbagi dalam beberapa

kelompok, dapat dikelompokan seperti untuk fasilitas umum,

pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Berdasar letak

geografis wilayah, desa Hargowilis berada antara 7o 50’ 16.40” - 70

47’ 21,20” LS dan 1100 07’ 38.06” - 1100 07 ’41.01” BT. , dengan

berbatasan sebelah utara Desa Jatimulyo, sebelah timur dengan Desa

Sendang Sari, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Hargorejo, dan

sebelah barat berbatasan dengan Desa Hargotirto. Desa Hargowilis

41
memiliki jarak dan waktu tempuh ke ibu kota kecamatan, kabupaten

dan propinsi sebagai berikut:

a. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan memiliki jarak 9 km dnegan waktu

tempun 30 menit.

b. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten 12 km dengn waktu tempuh 30

menit.

c. Jarak ke Ibu Kota Propinsi 35 km dengan waktu tempuh 90 menit.

Desa hargowilis terdiri dari beberapa dusun, salah satunya

yaitu Dusun Sremo Lor yang menjadi lokasi penelitian. Dusun Sremo

Lor ini merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Hargowilis.

Wilayah Sremo Lor ini merupakan kawasan rawan bencana tanah

longsor. Dusun Sremo Lor ini tidak mempunyai lahan pertahian

sehingga membuat para warga bermata pencaharian sebagai penderes

dan pembuat gula merah. Selain itu mereka juga banyak yang bekerja

sebagai pegawai negeri sipil, karyawan swasta dan pedagang

dilingkungan sekitar waduk. Sebagian besar masyarakat Sremo Lor

bergantung kepada hutan alam yang ada di daerah sekitar tempat

tinggalnya. Hasil dari hutan alam di daerah Sremo Lor yang paling

menghasilkan adalah tanaman hutan kayu, seperti pohon jati, pohon

sono keling, pohon sengon, dan masih banyak yang lainnya.

42
Akses jalan menuju ke Dusun Sremo Lor tidaklah sulit. Rute

perjalanan menuju Dusun Sremo Lor bisa memakai traspotasi umun.

Rute termudah yang bisa dilalui untuk menuju Dusun Sremo Lor

adalah melalui jalan Wates. Perjalanan dari timur Kota Jogja-Jalan

raya Wates-Pusat Kota Wates (Alun-alun Wates Kulon Progo)-Ke

barat melalui jalan Wates arah Kokap-Ke lokasi Dusun Sremo Lor.

Perjalanan dari Barat Jalan raya Purworejo Wates jalur selatan-Lantas

terminal Wates belok kiri-Perlintasan rel kereta api belok kiri-Jalan

Wates arah Kokap-Ke lokasi Dusun Sremo Lor.

1) Keadaan Umun Dusun Sremo Lor

a) Kondisi Demografis Dusun Sremo Lor

Dusun Sremo Lor merupakan salah satu Dusun yang

berada di Desa Hargowilis. Berdasarkan data administrasi

pemerintah desa pada tahun 2015, jumlah penduduk Desa

Hargowilis terdiri dari 6532 jiwa. Penduduk dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 3230 jiwa dan yang berjenis

kelamin perempuan berjumalah 3302 jiwa. Sedangkan untuk

Dusun Sremo sendiri yang menjadi tempat lokasi penelitian

terdiri dari 92 KK dengan 332 jiwa, dengan jumlah yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 162 jiwa dan 170

perempuan.
43
Mata pencaharian masayrakat Dusun Sremo mayoritas

sebagai petani, mereka bertani dikebun dengan jenis

tananaman yang mereka tanam adalah ketela pohon bukan

bertani di sawah. Selain sebagai petani warga Sremo juga ada

yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil,

wiraswasta, warunngan, peternak, dan juga pengrajin gula

merah (gula jawa).

b) Keadaan Sosial Masyarakat Dusun Sremo Lor

 Jumlah Penduduk

Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa

Hargowilis, jumlah penduduk Dusun Sremo Lor yang

tercatat secara administrasi terakhir pada tahun 2015

berjumalah 332 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 92 jiwa

dengan 332 jiwa, dengan jumlah yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 162 jiwa dan 170 perempuan.

 Agama

Berdasarakan data administrasi Dusun Sremo Lor

mayoritas warga menganut ajaran agama Islam, dari data

administrasi pemerintahan desa ada berjumlah 332 jiwa

yang memeluk agama Islam.

44
 Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan

tingkat kesadaranan masyarakat pada umumnya dan

tingkat perekonomian pada khususnya, selain itu

pendidikan juga sudah menjadi symbol status sosial. Oleh

karena itu, saat ini masyarakat sudah memandang

pendidikan sebagai salah satu kebutuhan utama, dengan

tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak

tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan

mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Begitu

juga tingginya pendidikan dapat mendorong munculnya

lapangan pekerjaan baru. Pendidikan juga dapat

meningkatkan pola pikir individu, selain itu mudah

menerima informasi yang lebih maju. Dalam rangka

memajukan pendidikan, Dusun Sremo merencanakan dan

menggangarkan bidang pendidikan melalui swadaya

masyarakat dan sumber dana yang sah lainnya, guna untuk

mendukung progam pemerintah yang termuat dalam RPJM

Daerah Kabupaten Kulon Progo. Tingkat pendidikan

masyarakat Dusun Sremo sendiri untuk golongan warga

masyarakat lansia hanya sebatas sampai SD, SMP, namun


45
dengan adanya perkembangan zaman kebanyakan dari

masyarakat dusun Sremo mencapai tingkat pendidikan

yang lebih tinggi yaitu SMA, bahkan ada yang hingga

sampai ke bangku perkuliahan.

 Susunan pemerintahan padukuhan Sermo Lor

Terdapat beberapa jabatan pemerintahan di Dusun Sremo

lot yang dalan hal ini termauk ke dalam kategori tokoh

yang di tuakan di Dusun Ngropoh. Hal tersebut dijelaskan

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Susunan Pemerintahan Padukuan Ngropoh

No Nama Jabatan
1 Parjiman Kepala Dukuh Sremo Lor
2 Sarjo Ketua RW 14
3 Sayib Ketua RW 15
4 Suraja Ketua RT 39
5 Punidi Ketua RT 40
6 Sumino Ketua RT 41
7 Muji Wahyo Ketua RT 42
Sumber: Data Hasil Wawancara Kepala Dukuh Padukuhan

Sremo Lor (20 April 2017)

 Keadaan Sosial-Budaya

Keadaan masyarakat Dusun Sremo Lor dalam

kondisi yang damai antara warga satu dengan warga yang

lainnya. Semua warga pun bersikap terbuka, ramah, dan

46
senantiasa merangkul antar sesama warga. Walaupun

daerah ini termasuk dalam kategori daerah pinggiran kota

namun kondisi masyarakatnya dilihat dari segi interaksi

sosialnya mereka sangat menjunjung tinggi nilai solidaritas

dan rasa toleransi antar sesama warganya.

c) Keadaan Ekonomi Masyarakat Dusun Sremo Lor

Secara umum kondisi perekonomian dusun Sremo ditopang

oleh beberapa mata pencaharian, warga masyarakat dusun

Sremo dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata

pencaharian seperti petani, buruh, PNS, karyawan swasta,

pedagang, dan peternak.

2. Deskripsi Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini berjumalah 8 orang. Informan ini

dipilih karena mereka dianggap tahu dan data memberikan data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini mengambil 3

tokoh masyarakat Sermo dan 5 warga masyarakat Sermo. Tiga tokoh

masyarakat itu meliputi kepala dukuh, kepala desa, ketua seksi

kemasyarakatan, sedangkan lima informan yang lainnya meliputi

pemuda, dan beberapa warga dusun Sermo Lor. Berikut ini deskripsi dari

masing-masing informan:

a. Ibu Wasikem
47
Ibu Waikem ini berusia 62 tahun. Ibu Wasikem merupakan salah satu

pemilik warung di kawasan wisata waduk Sermo yang sudah dijalani

dari tahun 90-an. Perkerjaan sehari-harinya di warung meskipun

terkadang pembeli sepi. Keluarga bu Wasikem sebelum ada wisata

waduk Sermo bermata pencaharian sebagai buruh dan pembuat gula

merah. Setelah adanya wisata waduk Sermo ini mata pencaharian

keluarga bu Wasikem berpindah sebagai pedagang.

b. Bapak Dalijan

Bapak Dalijan ini berusia 59 tahun. Beliau tinggal di Tegiri RT 05

RW 21, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo. Beliau menjabat sebagai

kepala Desa Hargowilis. Dahulu pekerjaan beliau adalah PNS.

c. Ibu yati

Ibu Yati ini berusia 38 tahun. Ibu Yati merupakan salah satu pemilik

warung di kawasan wisata waduk Sermo. Pekerjaan yang dijalani

oleh ibu Yati sebagai pedagang namun dulu sebelum mempunyai

usaha warung di kawasan waduk Sermo beliau bekerja sebagai petani

dan pembuat gula merah.

d. Bapak Hartono

Bapak Hartono ini berusia 57 tahun. Beliau menjabat sebagai kepala

seksi kemasyarakatan desa Hargowilis. Pak Hartono ini tinggal di

Klepu.
48
e. Mbak Ratna

Mbak Ratna berusia 33 tahun dengan pendidikan terakhir SLTA.

Beliau salah satu pemilik warung di kawasan wisata Waduk Sermo,

sebelum bekerja sebagai pedagang beliau bekerja sebagai buruh

pabrik di Kota Magelang.

f. Bapak Sajimin

Bapak Sajimin berusia 55 tahun. Bapak Sajimin ini bekerja sebagai

petani dan peternak. Sebelum wilayahnya tergusur beliau bertani

sawah, namun setelah wilayahnya tergusur beliau hanya bertani

jagung dan berternak sapi.

g. Mas Wawan

Saudara Wawan ini berusia 24 tahun. wawan ini bekerja sebagai

penjaga salah satu sport wisata yang ada di sepanjang wisata

Waduk Sermo. Sebelum dia bekerja sebagai penjaga tempat wisata,

saudara Wawan bekerja di luar pulau jawa sebagai buruh pabrik.

h. Bapak Parjiman

Bapak Parjiman ini berusia 47 tahun. Beliau adalah salah satu tokoh

yang dituakan di Dusun Sremo. Beliau menjabat sebagai ketua

Dukuh di Dusun Sremo, sebelum menjadi ketua dukuh beliau

bekerja di Banten. Namun seiring berjalannya waktu beliau pulang

49
ke kampung halaman dan terpilih menjadi kepala Dukuh Dusun

Sremo.

B. Hasil dan Pembahasan

Dusun Sremo merupakan salah satu dusun yang berada di Desa

Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Dusun Sremo merupakan Dusun yang berada di sekitar obyek

wisata Waduk Sermo, Waduk Sermo ini adalah salah satu objek wisata yang

banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun mancanegara. Pembangunan

waduk merupakan program pembangunan dari pemerintah. Pembiayaan

pemangunan waduk perasal dari APBN murni dan bantuan ADB. Waduk

Sermo ini dibuat dengan membendung Kali Ngrancah. Tujuan dari

pembangunan waduk ini untuk suplesi sistem irigasi daerak Kalibawang, dan

daerah yang berada disekitar waduk. Harapan dari dibangun Waduk Sermo

diharapkan akan meningkatkan hasil pertanian sehingga dapat memperbaiki

pendapatan petani di daerah sekitar waduk, dan juga diharapkan dapat

meningkatkan atau membuka lapangan kerja baru dengan diberikan

kesempatan warga sekitar bekerja di daerah waduk. Pembangunan Waduk

Sermo tentunya memberikan harapan terhadap warga yang tinggal di daerah

sekitar waduk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan bisa

meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat.

50
Pelaksanaan program pemerintah dalam membangun Waduk Sermo

tidak berjalan mulus begitu saja, melainkan harus menggusur beberapa dusun

yang ada di Desa Hargowilis, salah satunya yang terkena dampak gusuran

adalah Dusun Sermo. Penduduk yang tanahnya akan terkena proyek

pembangunan waduk dipertemukan dnegan pidak pemerintahan Kabupaten

Kulon Progo untuk membicarakan besarnya biaya ganti rugi permeter

persegit, waktu itu untuk lahan perumahan warga hanya digantirugi sebesar

Rp. 3000,- permeter persegi. Pembangunan berjalan dengan baik tanpa ada

rintangan apapun yang berarti bagi masyarakat mesikpun mereka terkena

gurusan lahan namun mereka menyadari bahwa pembangunan waduk ini akan

berdampak baik dalam jangka panjang. Berikut pernyataan dari pak Parjiman

berkain hal ini,

“pas dulu adanya penggusuran waduk itu masyarakat tidak ada


penolakan karena mereka tanahnya dibeli tinggi, pada waktu itu kan
harga Rp. 3000,- meter kan sudah termasuk tinggi” (wawancara
dengan bapak Parjiman, kamis 20 April 2017, pukul 16.00 WIB).

Mereka menunjukan sikap menerima adanya pembangunan waduk

karena kebanyakan dari mereka menyadari bahwa aka nada dampak yang

positif setelah adanya waduk tersebut.

Pembangunan waduk yang mempunyai fungsi sebagai penampung air

dan sebagai tempat wisata tentunya penuh pertimbangan dan memilih wilayah

yang memiliki sumber mata air. Begitu juga Dusun Sremo Lor yang sebagai

51
salah satu dusun yang terkena gusur karena pada waktu itu memiliki sumber

mata air yang subur tidak seperti daerah atau dusun yang lain seperti dusun

Sidowayah, Clereng, dan daerah lainnya yang tidak terkena gusuran waduk.

1. Bentuk Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Sremo Pasca

Adanya Objek Wisata Waduk Sermo

Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 1982:

263), adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik

karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,

koposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi penemuan baru

dalam masyarakat. Adaya objek wisata waduk sermo membawa perubahan

baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang ekonomi bagi masyarakat

sekitar khusunya warga masyarakat Dusun Sremo. Disamping menjadi mesin

penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana menarik untuk

mengurangi angka pengangguran. Oleh sebab itu pembangunan wisata dapat

dilakukan di daerah yang berpengaruh dalam menciptakan lapangan

pekerjaan (Suwantoro, 2004: 36).

a. Perubahan Ekonomi Mayarakat Dusun Sremo Pasca Adanya Objek

Wisata Waduk Sermo

1) Perubahan mata pencaharian

Keberadaan objek wisata waduk sermo bagi masyarakat Dusun Sremo

mengharuskan mereka untuk merubah segalanya, dari mulai tempat tinggal,


52
mata pencaharian, dan masih banyak lainnya. Perubahan fungsi wilayah yang

dulunya kawasan penduduk berubah menjadi kawasan wisata waduk.

Keadaan tersebut membuat mereka harus berpindah tempat tinggal, dan

kehilangan ladang pertanian yang sebagai sumber mata penvaharian mereka.

Hal ini dibuktikan oleh berbagai pekerjaan masyarakat Sremo pada saat ini,

mereka tidak hanya sebagai petani dan penderes, namun mereka juga banyak

yang beralih profesi yang banyak kaitannya dengan wisata waduk seperti

membuka warung disekitar objek wisata, menjadi karyawan pengelola wisata,

dan bahkan ada yang menjadi penjaga disalah satu spot-spot wisata yang

mereka buat dalam kelompok wisata masyarakat.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Parjiman sebagai pamong desa

Dusun Sremo, tentang kondisi sosial ekonomi sebelum dan setelah adanya

wisata waduk menjadi lebih baik:

“Kondisi sosial ekonomi sebelumnya penderes gula jawa, ada


padi juga sebelumnya pengairannya dari sungai dan musim kemarau
juga pernah kering. Ketela pohon juga masing banyak, jagung, juga
masih banyak kalo sekarang ini sudah jarang yang bercocok tanam
itu.” (Wawancara pada tanggal 20 April 2017, pada pukul 16.05 WIB -
selesai )

Sama halnya yang diucapakan oleh Bapak Hartono yang menjabat

sebagai kepala seksi kemasyarakatan di Desa Hargowilis, mengatakan bahwa

kondisi sosial ekonomi sebelum dan sesusah adanya objek wisata waduk

menjadi lebih baik:

53
“ Sebelum adanya wisata itu ya tidak meningkat, setelah ada wisata
meningkat. Dulu masyarakat bekerja sebagai pederes kalo sekarang
bayak masyarakat yang bekerja di waduk sermo.” (Wawawancara pada
tanggal 14 Maret 2017, pada pukul11.30 WIB - selesai)

Pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat Sremo tidak semuanya

sama, tergantung pada mata pencaharian mereka masing-masing. Adanya

objek wisata Waduk Sermo menjadikan masyarakat semakin berkembang

yang dulunya hanya mengandalkan dari hasil pertanian saja namun tidak

untuk sekarang. Sekarang ini banyak masyarakat Sremo yang terbentuk dalam

kelompok wisata seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Sajimin yang

merupakan salah satu warga masyarakat Sremo mengatakan bahwa memiliki

usaha yang terkait dengan berdirinya obyek wisata Waduk Sermo:

“Iya punya usaha kelompok wisata itu, tapi kan itu bukan milik pribadi
mba jdai keuntungannya dibagi dalam anggota persatu kelompok itu.
Itu juga masih proses pembuatan sport wisatanya belum berjalan jadi
belum memetik keuntungan.” (Wawancara pada tanggal 11 Maret
2017, pada pukul 12.30 WIB - selesai)

Keberadaan sejumlah obyek wisata baru di kawasan Waduk Sermo

menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Masyarakat sekitar

Waduk Sermo khusunya dusun Sremo mengembangkan berbagai obyek

wisata atau spot-spot wisata baru yang ada di sekitar waduk. Beberapa

diantaranya adalah Taman Bambu Air, Akar Liar, Bukut Pethu, dan Taman

Munggur. Mereka menawarkan keindahan berbagai wahana yang bisa

54
dimanfaatkan untuk berfoto dan menikmati pemandangan alam Waduk

Sermo.

Perubahan juga dirasakan oleh warga Sremo khususnya anak-anak

muda di Dusun Sremo, banyak dari mereka yang merasakan perubahan yang

dulunya mereka bekerja di luar kota sebagai buruh pabrik, dengan adanya

obyek wisata Waduk Sermo ini banyak dari mereka yang memilih pulang ke

kampung halaman dan mereka bekerja di sektor wisata Waduk Sremo. Seperti

yang dikatakan oleh mbak Ratna, sebagai pedagang di kawasan obyek wisata

Waduk Sermo:

“Cuma warung ini mba, nerusin punya ibu dulu soalnya ibu sudah ga
ada jadi saya meneruskan usahanya ibu kadang juga adek membantu
disini kalo udah pulang sekolah. Saya dulu juga kerja di Magelang tapi
udah setahun belakangan ini berhenti, kalo dipikir-pikir hasilnya sama
aja disini sama disana, tapi kan enak disini dekat dengan keluarga.”
(Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 14.00 WIB - selesai)

Hal serupa juga dikatan oleh salah satu warga Dusun Sremo yaitu Mas

Wawan sebagai salah satu karyawan di salah satu spot yang ada di sekitar

waduk:

“Kalau keuntungan ya banyak lah keuntungan bagi masyarakat sekitar,


kalo bagi saya ya sedikit ada lah haha jadi kerja ga jauh-jauh dari
rumah cukup kerja disini aja. Dulu saya kan merantau di Kalimantan
menjadi buruh disana, tapi udah setahun belakangan ini saya pulang
dan bekerja disini.” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2017, pukul
13.00 WIB - selesai)

55
Hal serupa juga dibetulkan oleh Kepala Desa Hargowilis yang

berbicara tentang adanya warga yang memilih pulang kampung semenjak

dibangunnya waduk:

“Setelah adanya wisata para generasi muda yang dulu merantau dan
sekarang pulang untuk mengelola wisata dan hasilnya untuk kebutuhan
sehari-hari ternyata dibandingkan dari pada kerja kasar ditempat lain
ternyata lebih menguntungkan disini dari segi ekonomi,….”
(Wawancara pada tanggal 14 Maret 2017, pukul 13.05 WIB - selesai)
Selain adanya perubahan yang sudah dipaparkan diatas seperti adanya

penyerapan tenaga kerja, adanya perkembangan dalam struktur ekonomi

seperti munculnya toko dan warung makan disekitar waduk, dan adanya

peningkatan dalam pendapatan masyarakat. Perubahan juga dirasakan dalam

bidang pembangunan infrastruktur sekitar wisata Waduk Sermo. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu Yati pedagang di kawasan wisata Waduk Sermo:

“Akses jalan raya dan kendaraan sudah bisa sampai rumah, sekarang
udah jadi kota gini mba, dulu kan masih jalan kaki dan harus lewat
hutan-hutan belum ada jalan raya kaya sekarang ini.” (Wawancara
pada tanggal 10 Maret 201, pukul 13.30 WIB - selesai)

Begitu juga yang dikatakan oleh warga masyarakat lain yang yaitu Ibu

Wasikem yang mengatakan adanya keuntungan selain dalam bidang ekonomi

juga dia merasakan dalam bidang perkembangan fisik daerahnya:

“Ya ada sedikit cuma sekarang sudah mudah untuk mendapatkan air
minum dan air buat kebutuhan sehari-hari, dulu mandi harus ngangsu
dulu jauh pake jun. akses jalan juga sekarang sudah mudah dulu Cuma
jalan setapat sekarang udah aspal dan bisa dilaui roda empat.”
(Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 11.15 WIB - selesai)

56
2) Perubahan pendapatan ekonomi masyarakat Dusun Sremo

Keberadaan obyek wisata Waduk Sermo juga membawa pengaruh

baik terhadap perubahan pendapatan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh

Prakoso (2012) mengatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor

yang diandalkan oleh pemerintah untuk mendapatkan devisa dan penghasilan.

Hal tersebut terbukti pada masyarakat Sremo yang berada di sekitar obyek

wisata Waduk Sermo mengalami perubahan dalam bidang ekonomi khusunya

pada peningkatan pendapatan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Parjiman

yang mengatakan bahwa ada peningkatan harga kayu sebagai berikut:

“Pendapatan warga yaitu tadi yang dulunya kayu seharga 500 ribu
sekarang bisa jadi 2 juta, banyak warga juga yang mengambil
keuntungan dengan berjualan disekitar waduk.” (Wawancara pada
tanggal 20 April 2017, pukul 16.05 WIB – selesai)

Sama halnya yang diungkapkan oleh Ibu Yati sebagai salah satu

pedagang di sekitar obyek wisata Waduk Sermo:

“Alhamdulilah perekonomian meningkat buat beli apa-apa cukup


hehee, buat makan sehari-hari juga cukup tapi cuma tahu sama tempe
heehee.” (Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 13.30 WIB
- selesai)

Objek wisata waduk sermo memang memberikan banyak perubahan

pada masayarakat Dusun Sremo khususnya, dari golongan tua maupun

remaja. Hal tersebut terlihat bahwa yang dulunya mereka bekerja sebagai

petani, nderes, maupun kerja sebagai karyawan di luar kota akhirnya mereka

berpindah mata pencaharian dengan cara mengambil peluang kerja di sektor


57
pariwisata. Adanya kelompok wisata membuat mereka mempunyai

tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlihat jelas

secara umum memang pekerjaan masyarakat Sremo sudah berubah, hal ini

juga beriringan dengan adanya perubahan pada pendapatan atau

perekonomian mereka. Sebelum adanya wisata terlihat bahwa perekonomia

masyarakat sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun

dengan munculnya wisata dan spot-spot wisata baru perekonomian

masyarakat Sremo bisa dibilang lebih baik dan lebih sejahtera. Pernytaan

tersebut dibuktikan sesui dengan data yang ada di Tabel berikut ini:

Tabel 2 Tingkat Pendapatan Sebelum dan Sesudah Adanya Objek

Wisata Waduk Sermo

Nama Pekerjaan Penghasilan


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Wasikem Petani kakao Pedagang Rp 15.000,- Rp 50.000
(biji coklat) warungan di sampai Rp sampai Rp
objek wisata 20.000,- 100.000,-
Waduk perhari perhari
Sermo
Yati Petani dan Pedagang Rp 20.000,- Rp 50.000,-
pembuat gula warungan di sampai Rp sampai Rp
jawa objek wisata 50.000,- 100.000,-
Waduk perhari
Sermo

58
Ratna Karyawan Pedagang Rp Rp 50.000,-
pabrik warungan di 1.300.000,- sampai Rp
objek wisata (UMR) 100.000,-
Waduk perbulan perhari
Sermo
Wawan Karyawan Penjaga spot Rp Rp
pabrik wisata taman 1.300.000,- 600.000,-
pring kuning (UMR) sampai
dan peternak perbulan 1.000.000
ikan perbulan
(kalau
pengunjung
ramau ada
uang
tambahan)
Parjiman Petani dan Petani dan Tidak Rp 30.000,-
penderes anggota menentu, dan Rp
kelompok gula jawa 2 300.000,-
wisata Kg/hari Rp per 3 bulan
30.000,- (anggota
kelompok
wisata)
Sumber: data wawancara masyarakat Sremo

Pembangunan Waduk Sermo yang sekarang ini dijadikan sebagai

obyek wisata memang memberikan banyak perubahan baik dalam bidang

sosial maupun ekonomi. Seperti yang dikatakan Pitana (2005: 109)

59
berpendapat bahwa pariwisata memberikan dampak terhadap masyarakat

sekitar. Bahkan pariwisata telah menjadi salah satu industri yang dapat

menghasilkan devisa di berbagai negara.

Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Sremo adalah bentuk

perubahan sosial yang direncanakan dimana perubahan-perubahan yang ada

di dalam lingkungan sosial masyarakat Sremo didasarkan perencanaan yang

matang oleh pihak yang menghendaki adanya perubahan. Pihak yang

menghendaki adanya perubahan juga bisa disebut agent of change, yaitu

kelompok orang yang mendapat kepercayaan dari pimpinan yang dituakan

dari sebuah lembaga masyarakat. Pada masyarakat Sremo yang

merencanakan adalah kelompok wisata yang dipimpin oleh ketua Padukuhan

sendiri, para naggota yang terjaring dalam kelompok wisata tersebut

merupakan bagian dari masyarakat Sremo yang sadar akan adanya kemajuan

untuk masa depan kehidupannya. Sebagaian dari anggota kelompok wisata

tersebut juga sudah merasakan adanya perubahan kearah yang baik semenjak

mereka mendirikan sport-sport wisata baru yang ada di sekitar wilayah

obyek wisata waduk sermo.

Hal ini tidak luput dari adanya peningkatan wisatawan yang

berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo. Berikut ini data meningkatanya

jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo.

60
Tabel 3. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Objek Wisata Waduk

Sermo di Kabupaten Kulon Progo Periode 2011-2015 (orang)

Tahun Jumlah Wisatawan

2011 16.806

2012 20.822

2013 30.643

2014 38.657

2014 81.460
Sumber: Dinas Pariwisata DIY 2015

Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan yang

berkunjung ke obyek wisata Waduk Sermo mengalami peningkatan yang

sangat signifikan setiap tahunnya. Terbukti dilihat dari tahun 2011 jumlah

wisatawan yang berkunjung mencapai 16.806 orang dan pada tahun 2015

jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 81.460 orang, hal tersebut

tentu saja mengalami peningkatan yang sangat tajam. Jumlah wisatawan

yang tinggi mengidentifikasi bahwa obyek wisata Waduk Sermo semakin

diminati oleh masyarakat sebagai tujuan berwisata. Hal ini tidak dipungkiri

membawa dampak positif bagi warga masyarakat sekitar dan juga membawa

banyak perubahan kea rah yang positif. Namun tidak diabaikan juga tentu

saja membawa dampak yang negatif.

61
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Waduk Sermo dari tahun

2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan yang sangat tajam yaitu

meningkat sebesar 27,9 persen. Banyaknya wisatawan yang berkunjung juga

menyebabkan adanya peningkatan pendapatan. Berikut ini data peningkatan

pendapatan menurut obyek wisata Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 4. Pendapatan Menurut Obyek Wisata, Kabupaten Kulon Progo,

2013-2014 (Juta Rupiah)

Obyek Wisata 2013 2014 2015


Pantai Glagah 1.157.421 1.051.791 1.196.234
Pantai Congot 147.712 136.453 133.131
Pantai Trisik 65.763 55.255 38.786
Waduk Sermo 96.315 119.926 238.403
Puncak Suroloyo 71.880 23.382 102.247
Gua Kiskendo 21.926 76.156 45.043
Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kab. Kulon
Progo

Pendapatan yang diperoleh dari obyek wisata berbanding lurus dengan

jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata. Terlihat pada obyek

wisata Waduk Sermo mengalami peningkatan yang sangat menjulang dan

menyumbang pendapatan terbesar setelah pantai Glagah. Hal ini juga seperti

yang disebutkan oleh masyarakat Sremo yang berada disekitar obyek wisata

waduk merasakan akan peningkatan ekonomi semenjak adanya obyek wisata

Waduk Sermo.

62
Keberadaan obyek wisata Waduk Sermo mampu memberikan

peningkatan kesejahteraan khususnya ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Karena dengan dibangunnya waduk tersebut masyarakat sekitar mampu

membuka lapangan kerja baru maupun sampingan sehingga pendapatan

masyarakat juga mengalami peningkatan. Pendapatan yang digunakan warga

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari sandang, pangan,

dan papan. Selain itu dengan adanya Waduk Sermo masyarakat juga

mempunyai peluang untuk membuka usaha ataupun mengembangkan usaha

agar lebih maju dan tercukupi kebutuhan hidupnya. Tercukupi dalam bidang

ekonomi masyarakat Dusun Sremo merupakan salah satu ukuran bahwa

mereka sudah merasakan kesejahteraan hidup, sehingga masyarakat Dusun

Sremo bisa dikatakan kesejahteraan meningkat semenjak adanya wisata

Waduk Sermo karena telah mencapai kebutuhan hidupnya

b. Perubahan Sosial Mayarakat Dusun Sremo Pasca Adanya Objek

Wisata Waduk Sermo

1) Perubahan pola pemikiran masyarakat Sremo

Perubahan infrastruktur yang dialami oleh daerah sekitar waduk

khusunya Dusun Sremo membuat kondisi fisik lingkungan masyarakat

semakin maju dan berkembang. Hal serupa juga berdampak terhadap

berubahnya pola pikir masyarakat Sremo yang semakin maju dan

63
berkembang. Hal tersebut dibuktikan bahwa sekarang ini sebagaian

masyarakat Dusun Sremo terlibat ke dalam kelompok wisata yang

mengembangkan dan memanfaatkan keindahan alam waduk yang dikemas

sebagain rupa menjadi tempat spot-spot foto yang menarik. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Parjiman sebagai berikut:

“Dulu masyarakat belum sadar akan adanya keuntungan dari adanya


wisata, namun sekarang mereka sudah sadar mereka berfikir
bagaimana caranya agar wisatawan lebih tertarik lagi untuk berwisata
ke Waduk Sremo. Soalnya memang dari dulu itu harapan kami, sermo
ini bukan saja sebagai irigasi namun harus memberi dampak ekonomi
bagi kita. Makanya sekarang kita lagi merintis membuat wisata baru
disekitar waduk sermo dengan cara membuat kelompok wisata dengan
iuran untuk membangun sport-sport wisata baru”. (Wawancara pada
tanggal 20 April 2017, pukul 16.05 WIB - selesai)

Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Dalijan selaku menjabat sebagai

Kepala Desa Hargowilis, beliau mengatakan adanya kesadaran masyarakat

untuk mengembangkan potensi wisata Waduk Sermo:

“Ya sementara ini sampai hari ini untuk potensi waduk sermo ingin
dikembangkan dari masyarakat. Rencananya akan dibangun juga water
boom dan permainan anak itu sudah direncanakan, masyarakat tetap
menginginkan untuk membangun potensi wisata.” (Wawancara pada
tanggal 14 Maret 2017, pukul 13.05 WIB - selesai)
2) Perubahan interaksi sosial

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu

dengan individu lainnya, antar kelompok, dan antar individu dengan

kelompok. Pada masyarakat Sremo terlihat adanya beberapa interaksi sosial

yang menonjol. Perubahan interaksi sosial sebelum dan sesudah adanya objek
64
wisata waduk sermo tetap baik antar warga masyarakatnya. Hal ini

disebabkan oleh semua warga masyarakat Sremo yang mampu berkerjasama

dengan baik. Masyarakat Sremo menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan yang sama. Untuk memenihi kepentingan tersebut masyarakat

Sremo melakukan kerjasama dengan antar sesama anggota masyarakat. Salah

satu bentuk kerjasama yang terlihat pada masyarakat Sremo adalah mereka

terbentuk dalam suatu organisasi yaitu kelompok wisata. Jika dulunya mereka

hanya sebatas tetangga, maka saat ini dengan adanya kelompok wisata maka

mereka bekerja di tempat yang sama, memiliki tujuan yang sama, dan juga

mereka mempunyai kepentingan yang sama yaitu mempertahankan dan

mengembangkan adanya objek wisata waduk sermo dengan cara membuat

spot-spot wisata baru di sekitar objek wisata tersebut. Sesama anggota

kelompok wisata juga menjalin hubungan dengan baik, meskipun mereka

semuanya tidak ditempatkan menjadi pengelola wisata namun tetap menjalin

hubungan baik sebab dalam setiap bulan mereka mengadakan rapat pertemuan

untuk membicarakan bagaimana perkembangan spot-spot wisata yang mereka

bangun, dan juga setiap bulan mereka mengadakan pertemuan untuk arisan.

Arisan disini dijadikan alat untuk semua warga masyarakat Sremo bisa

kumpul dan srawung bersama.

Semakin kompaknya warga masyarakat Sremo juga ditunjukan dalam

kerjasama yang mereka lakukan dalam pembangunan jalan, hal ini dikatakan
65
oleh ketua Padukuhan Sremo Bapak Parjiman yang mengatakan bahwa semua

warga ikut andil dalam pembangunan jalan yang ada di depan rumahnya, hal

tersebut diuangkapkan berliau sebagai berikut:

“…….tapi ini merupakan kesadaran dari masyarakat sebabnya apa


tanah-tanah ini yang dibuat jalan tidak ada ganti rugi dari pemerintah
ini tanah milik pribadi, dari kesadaran masyarakat itu mereka juga ikut
membangun jalan dengan bekerja sama antara para pemborong jalan
dengan masayrakat Sremo sendiri….”(Wawancara pada tanggal 20
April 2017, pukul 16.05 WIB - selesai)

Interaksi sosial pada masyarakat Dusun Sremo sebelum dan sesudah

adanya wisata tetap baik antar warga yang satu dengan yang lainnya. Hal ini

dikarenakan semua warga masyarakat Sremo bekerjasama dengan baik antar

tingkatan lapisan sosial, misalnya antar masyarkat yang bekerja sebagai

pegamai kantor waduk, penjaga wisata, tim SAR, dan warga yang bekerja

sebagai pedagang disekitar obyek wisata. Jika mereka dulunya rata-rata

bekerja sebagai petani namun tidak untuk sekarang. Saat ini dengan adanya

waduk mereka bekerja beraneka ragam sesuai kemampuan dan keahlian yang

mereka miliki, namun mereka memiliki tujuan yang sama untuk tetap

mempertahankan eksistensi wisata waduk sermo yang menjadi sumber mata

pencaharian mereka. Adanya wisata ini juga menjadikan hubungan antar

pegawai karyawan, pengelola, dan warga masyarakat sremo mejadi semakin

akrab. Sesama anggota antar kelompok wisata pun terjalin dengan baik tidak

66
ada istilah sirik-sirikan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh bapak Parjiman

selaku Ketua Padukuhan Sremo dan Ketua kelompok wisata di Dusun Sremo,

“……iya tetep baik kalo warga sini alhamdulilah ga ada iri-irian


soalnya kan rejeki masing-masing udah ada sendiri-sendiri ada yang
ngatur.” (Wawancara pada tanggal 20 April 2017, pukul 16.05 WIB -
selesai).

Interaksi yang dialami oleh antar masyarakat Sremo memang berjalan

dengan baik dan menjalin keakraban antar sesama warga masyarakat Sremo.

Dampak perubahan yang dirasakan terhadap interaksi sosial pun ke dalam hal

yang positif. Karena masyarakat Sremo menjadi semakin terbuka dan mudah

menerima wisatawan asing.

Selanjutnya adalah proses interaksi sosial yang disosiatif yaitu

terwujud dalam bentuk persaingan. Persaingan yang terlihat pada masyarakat

Sremo adalah persaingan dalam bidang ekonomi. Namun, persaingan dalam

bidang ekonomi disini cenderung kearah yang positif. Persaingan terlihat

ketika ada satu masyarakat membangun warung di sekitar wilayah obyek

wisata waduk sermo, warga yang lain pun ikut mendirikan warung. Hal

tersebut bisa dikatakan positif karena dengan adanya niatan mereka

mendirikan warung otomatis mereka memikirkan jangka panjang untuk

mensejahterakan kehidupan dalam keluarganya. Begitu juga hubungan

interaksi antara warga masyarakat dengan masyarakat lain, meskipun mereka

berbeda dalam tingkatan sosial namun tidak membuat mereka memunculkan

67
kecemburuan sosial antar masyarakat. Hal tersebut dikatakan oleh Bapak

Dalijan sebagai berikut:

“Kelihatannya sampai hari ini belum ada persaingan, adapun


persaingan itu persaingan yang positif. Contohnya disana ada warung
kalo gitu juga saya akan membangun warung, gitu kan namanya juga
persaingan yang positif.” (Wawancara pada tanggal 14 Maret 2017,
pukul 13.05 WIB - selesai)

Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

orang lain, dalam suatu masyarakat dibutuhkan adanya proses sosial agar bisa

saling bekerja sama. Proses sosial dapat dilihat apabila warga masyarakat satu

dengan lainnya melakukan kontak sosial dan ada komunikasi di dalamnya. Hal

tersebut sudah jelas terlihat pada masyarakat Dusun Sremo.

Tabel 5. Perubahan Interaksi sosial Pada Masyarakat Sremo

Proses Asosiatif Proses Disosiatif

Bekerjasama dalam suatu organisasi Adanya persaingan dalam bidang

kelompok wisata dengan tujuan untuk ekonomi yaitu terlihat pada

mengembangkan dan mempertahankan masayarakat Sremo yang mendirikan

eksistensi wisata Waduk Sermo warung dikawasan sekitar Waduk

Sermo

Bekerjasama dalam pembangunan

jalan raya Dusun Sremo

68
3) Banyaknya kenakalan remaja di lingkungan wisata Waduk

Sermo

Banyaknya penyimpangan sosial yang dialami oleh seorang remaja

merupakan tindakan yang tidak sesui nilai dan norma dalam masayarakat.

Perilaku yang tidak sesuai itu merupakan suatu tindakan yang dianggap tidak

sesui dengan kebiasaan, tata aturan, atau norma sosial yang berlaku

(Budirahayu, 2013: 98). Melihat kondisi remaja saat ini terlihat sangat banyak

menunjukan kenakalan remaja yang sangat memperihatinkan. Hal ini terlihat di

dalam lingkungan wisata Waduk Sermo. Kenakalan remaja yang terjadi

dilingkungan waduk sangat memperihatikan, khususnya pada waktu malam hari

banyak remaja domestik yang menyalah gunakan fungsi destinasi wisata

sebagai tempat mesum. Hal tersebut terlihat oleh peneliti saat melakukan

observasi di malam hari dilingkungan sekitar waduk menjumpai ada beberapa

pasangan remaja yang sedang duduk berdua dalam tempat yang remang-

remang. Hal serupa juga dikatakan oleh salah satu informan yaitu bapak sajimin

sebagai berikut.

“….negatifnya banyak kenakalan gitu, orang-orang pacaran gitu, ada


juga yang berkeluarga dan sekarang bercerai….”(wawancara pada
tanggal 11 Maret 2017, pukul 12.30 WIB)
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjukan pada suatu bentuk

oerilaku remaja yang tidak sesuai nilai dan norma yang hidup di dalam

69
masayarakat. Hal tersebut juga dapat meresahkan warga sekiat akibat terjadi

adanya ketidak nyamanaa warga atas perilaku menyimpang yang dilakukan

oleh seorang rema. Namun lah tersebut sudah tidak dapat dipungkiri, dengan

adanya kemajuan perkembangan atau perubahan suatu wilayah tentu saja ada

pengaruh positif dan negatif terhadap lingkungan sosialnya.

Tabel 6. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Sremo Pasca


Adanya Objek Wisata Waduk Sermo

Perubahan Ekonomi Perubahan Sosial


Perubahan mata pencahrian Perubahan pola pikir masyarakat
masyarakat
Perubahan pendapatan ekonomi Perubahan interaksi sosial
masyarakat
Banyaknya kenakalan remaja di
lingkungan wisata Waduk Sermo
Sumber: data wawancara dengan masyarakat Sremo

2. Dampak Perubahan Sosial Ekonomi

Adanya pembangunan pariwisata tentu saja mengharapkan adanya

perkembangan dan berubahan kearah yang baik bagi masyarakat, seperti

halnya adanya pembangunan Waduk Sermo yang ada di Kulon Progo. Tujuan

dari dibangunnya waduk tentu saja bermasuk untuk menigkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar. Pemerintah juga mengaharapakan akan ada

perubahan yang positif. Namun tidak bisa dipungkiri dengan adanya

70
pembangunan tentu saja akan berdapak bagi lingkungan sekitar, baik itu

dampak positif maupun dampak negative. Penelitian ini berfokus terhadap

dampak sosial dan ekonomi.

Pembangunan waduk yang memiliki tujuan awal sebagai sumber mata

air untuk daerah sekitar yang sering mengalami kekeringan. Hal tersebut

memang membawa dampak positif maupun dampak negative. Dampak positif

maupun negative memang sangat dirasakan oleh masyarakat yang ada

disekitar waduk khususnya masyarakat Dusun Sremo yang daerahnya paling

besar terkena gusuran lahan waduk. Berikut ini dampak negative maupun

dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Dusun Sremo semenjak

adanya obyek wisata Waduk Sermo.

a. Dampak positif

1) Pengairan semakin mudah

Dampak adanya waduk sebagai sumber mata air memiliki

dampak positif bagi kehidupan sehari-hari mereka, yang dulunya harus

mengangsu ke sumber mata air yang jaraknya lumayan jauh dari

tempat tingga mereka, namun tidak untuk sekarang. Sekarang ini

sudah ada PDAM yang bersumber dari perairan waduk. Hal serupa

juga dikatakan oleh salah satu warga Dusun Sremo yaitu Ibu Wasikem

yang mengatakan adanya perubahan yang baik terkait mudahnya air

yang di dapatkan pada masa sekarang ini:


71
“………senengnya sekarang ini air sudah gampang ga kaya
dulu dulu air minum ajah susahnya minta ampun……”
(Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 11.15 WIB-
selesai)

Hal serupa juga dirasakan oleh Ibu Yati sebagai pedagang di

sekitar kawasan waduk:

“…..Semenjak adanya waduk ini juga kan perairan juga


banyak sekarang udah ada PDAM to jadi lebih mudah.”
(Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 13.30 WIB-
selesai)

Begitu juga dengan Bapak Sajimin yang bermata pencaharian

sebagai petani mengatakan hal yang paling dirasakan dan berdampak

baik bagi kehidupan keluarganya adalah adanya PDAM:

“Yang paling dirasakan air minum sekarang kan sudah


gampang mendapatkan air sudah ada PDAM itu kan dari
pemerintah.” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2017, pukul
12.30 WIB - selesai)

Dampak yang dirasakan dengan mudahnya mencari air bersih

semenjak dibangunnya waduk Sermo sangat membawa dapak baik

bagi mereka, mereka tidak lagi harus ngangsu dnegan merjalan jauh

naik turun bukun. Adanya perairan dari PDAM membuat mereka bisa

lebih hidup tenang, yang dulunya mereka hanya mengandalkan air

hujan untuk pertanian mereka namun tidak untuk sekarang ini.

2) Munculnya lapangan kerja baru

72
Masyarakat Dusun Sremo sebelum dibangunnya waduk

mereka bekerja mayoritas sebagai petani, namun dengan adanya

pembangunan waduk tersebut banyak dari mereka yang mengharuskan

kehilangan lahan pertanian yang mereka punya. Oleh sebab itu secara

tidak langsung mereka kehilangan mata pencaharian yang sudah

ditekuni dari dulu. memang iya satu dua tahun setelah dibangunnya

waduk mereka belum bisa menyesuaikan dengan keadaan. Namun

tidak untuk dua tahun belakangan ini mereka sudah bisa bangkit dari

keterpurukan ekonomi yang mereka rasakan. Adanya pembangunan

waduk mereka manfaatkan untuk mencari lapangan kerja meskipun

tidak semua warga masayarakat bernasib sama dengan mendapatkan

pekerjaan yang menjanjikan di lingkungan waduk tersebut. Seperti

yang dikatakan oleh Mas Wawan yang bekerja sebagai penjaga salah

satu spot wisata di sekitar waduk:

“Banyak, jadi banyak lapangan pekerjaan juga kan. Tapi saya


merasakan itu belum lama soalnya saya dulu kerja di
“Kalimantan. Saya juga mendapat berkahnya lah jadi bisa kerja
juga disini sebagai karyawan meskipun cuma menjaga tempat
wisata.” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2017, pukul 13.00
WIB- selesai)

Bapak Parjiman juga mengatakan banyak tenaga kerja yang

terserap ikut bekerja di kawasan waduk:

73
“Iya termasuk ada yang diangkat PNS sebagai pengelola
waduk. Tim sar juga ada yang di angkat sebagai PNS. Terus
yang menjadi karyawan honorer juga banyak. Kemudian
sekarang adanya wisata kita memanfaatkan jasa.” (Wawancara
pada tanggal 20 April, pukul 16.05 WIB - selesai)

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Parjiman mereka

memanfaatkan jasa, jasa disini yang dimaksud adalah mereka

menawarkan dan membangun spor-spor foto yang ada di wilayah

Waduk Sermo. Selain itu juga banyak dari warga Sremo yang

membangun usaha warung disekitar obyek wisata Waduk Sermo.

3) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat

Pembangunan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk

menciptakan suatu perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Tujuan

dari adanya perubahan secara umum untuk menciptakan suatu

kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sosial menggambarkan suatu

kehidupan material maupun spiritual dalam meningkatkan kualaitas

hidup dalam suatu kondisi masyarakat seperti halnya dalam

pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal ini terlihat pada masyarakat

Sremo yang mengalami perubahan semenjak adanya pembangunan

waduk Sermo. Pembangunan waduk Sermo membawa dampak banyak

bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah terhadap peningkatan

pendapatan. Peningkatan pendapatan membawa dampak banyak bagi

kehidupan masyarakat Sremo khususnya. Salah satunya yang


74
dirasakan oleh Ibu Yati beliau adalah salah satu warga masyarakat

Dusun Sremo yang berpindah mata pencaharian sebagai pedagang,

beliau merasakan perubahan semenjak adanya pembangunan waduk

khususnya dalam hal peningkatan pendapatan. Ibu Yati mengatakan

semenjak beliau berpindah profesi sebagai pedagang bisa

menyekolahkan anaknya sampai kepada bangku perkuliahan. Berikut

peryataan dari Ibu Yati mengenai dampak yang dirasakan dengan

adanya pembangunan waduk,

“Iya sangat membawa keuntungan, kalo sekarang mau pergi


kemana-mana gampang kalo dulu kan tidak, dalam bidang
ekonomi juga sangat berubah pada keluarga saya dibandingkan
dulu dengan mata pencaharian berkebun. Ya rasanya senang bisa
mengangkat perekonomian keluarga, bisa menyekolahkan anak
juga alhamdulillah sekarang sudah kuliah.”(Wawancara pada
tanggal 10 Maret 2017, pukul 13.30 WIB - selesai)

Dampak lain juga dirasakan oleh salah satu warga Dusun

Sremo yang bekerja sebagai kepala padukuhan Dusun Sremo. Pak

Parjiman mengatakan dengan adanya peningkatan ekonomi berdampak

baik bagi kemajuan desanya. Mereka berpikir dengan adanya waduk

harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengembangkan

potensi wisata alam dengan keindahan alam yang ada. Berikut ini

pernyataan Bapak Parjiman mengenai hal itu,

“……dari dulu itu harapan kami, sermo ini bukan saja sebagai
irigasi namun harus memberi dampak ekonomi bagi kita.
Makanya sekarang kita lagi merintis membuat wisata baru
75
disekitar waduk sermo dengan cara membuat kelompok wisata
dengan iuran untuk membangun sport-sport wisata baru.”
(Wawancara pada tanggal 20 April 2017, pukul 16.05 WIB -
selesai)

Sadarnya akan kemajuan dan perkembangan zaman membuat

masyarakat Sremo berpikir lebih luas untuk mencapai kesejahteraan

yang mereka inginkan. Meningkatnya pendapatan mendorong

perokonomian warga Sremo menjadi lebih baik, dan juga membuat

orang bergairah untuk bekerja. Hal ini yang terlihat pada masyarakat

Sremo dengan berpikir bagaimana cara memanfaatkan waduk sermo

bukan hanya berfungsi sebagai perairan saja melainkan mempunyai

fungsi lain yang bisa menguntungkan masyarakat sekitarnya. Adanya

pemikiran seperti itulah yang akhirnya memunculkan ide-ide baru

dengan cara membaut kelompok wisata yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi yang ada dengan cara membuat sport-sport

wisata baru.

Pariwisata dengan kesejahteraan ekonomi masyarakat sangat

erat kaitannya. Adanya sekor pariwisata di dalam suatu daerah tentu

saja akan berdampak positif bagi masyarakat sekitar maupun bagi

devisa negara. Hal ini juga dirasakan oleh warga Sremo yang

wilayanya berada di daerah sekitar wisata Waduk Sermo. Mereka

merasakan sedikit ada perubahan dalam bidang ekonomi meskipun

76
tidak berubah secara drastis. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Yati

pemilik warung di sekitar waduk:

“Alhamdulilah perekonomian meningkat buat beli apa-apa


cukup hehee, buat makan sehari-hari juga cukup tapi cuma
tahu sama tempe heehee.” (Wawancara pada tanggal 10 Maret
2017, pukul 13.30 WIB- selesai)

Peningkatan kesejahteraan masyarakat Sremo dalam bentuk

finansial juga ikut dirasakan oleh Bapak Dalijan sebagai kepala Desa

Hargowilis:

“Kalo perbedaan menganai tingkatan ekonomi jelas meningkat,


dulunya warga rata-rata bermata pencaharian berkebun dan
bertenak sekarang sudah banyak yang mempunyai usaha
warung dan ada juga yang ikut ke dalam kelompok sport
wisata, dari kelompok wisata itu juga bisa mendapatkan
keuntungan dalam bentuk finansial.” (Wawancara pada tanggal
14 Maret 2017, pukul 13.05 WIB - selesai)

Hal tersebut terlihat adanya peningkatan meskipun tidak

drastis, mereka dalam bidang ekonomi juga belum bisa bergantung

penuh kepada waduk ini sendiri.

4) Akses jalan menjadi lebih mudah

Pembangunan wisata juga memberikan dampak baik bagi

pembangunan daerah Dusun Sremo, khusunya dalam akses jalan.

Banyak warga masyarakat yang mengatakan bahwa sesudah adanya

obyek wisata Waduk Sremo memudahkan mereka untuk bepergian

karena aksis jalan yang dulunya belum bisa dilalui roda mepat

77
sekarang sudah bisa dan bahkan sudah di aspal. Hal tersebut juga

diungkapkan oleh mbak Ratna pemilik warung disekitar obyek wisata:

“Iya merasakan sekarang jadi kemana-mana mudah sekarang


kan sudah ada jalan raya kan dulu kan engga ada.”
(Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 14.00 WIB)

Adanya pembangunan jalan juga berdampak baik bagi

peningkatan ekonomi juga, hal ini diungkapkan oleh Bapak Parjiman

selaku kepala Dukuh Sremo:

“……setelah ada jalan peningkatan ekonomi warga sangat


banyak terutama hasil kayu lingkungan harganya naik
misalnya dulu harganya 500 ribu sekarang bisa menjadi 2
juta.” (Wawancara pada tanggal 20 April 2017, pukul 16-05
WIB)

5) Membuat pola pikir masyarakat lebih maju

Pola pikir masyarakat Dusun Sremo juga sudah lebih terlihat

maju dibangdingkan dulu sebelum adanya wisata waduk. Hal ini

terlihat dari jawaban yang dilontarkan oleh Bapak Parjiman mengenai

hal tersebut:

“….dulu masyarakat belum sadar akan adanya keuntungan dari


adanya wisata, namun sekarang mereka sudah sadar mereka
berfikir bagaimana caranya agar wisatawan lebih tertarik lagi
untuk berwisata ke Waduk Sremo.” (Wawancara pada tangga;
20 April 2017, pukul 16.05 WIB)

Hal tersebut nampaknya juga dipengaruhi oleh faktor dari luar

semenjak banyaknya wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata

Waduk Sermo mereka menjadi lebih terbuka dan lebih maju


78
pemikiranya seperti yang diungkapkan oleh Mas Wawan salah satu

penjaga spot wisata yang ada disekitar waduk:

“…….yang paling saya rasakan ya itu jadi semakin maju


desanya. wilayahnya tergusur tapi seenggaknya udah lebih
maju dari pada dulu.” (Wawancara pada tanggal 11 Maret
2017, pukul 13.00 WIB)

b. Dampak negative

1) Tanah menjadi tandus (tidak subur)

Pembangunan sektor pariwisata tentu saja mau tidak mau akan

memunculkan maslaah sosial di dalamnya. Hal ini terjadi di derah

kawasan wisata Waduk Sermo khusunya pada masyarakat Dusun

Sremo yang merasakan adanya perubahan dalam bentuk fisik

lingkungan sosialnya. Mereka sangat merasakan perubahan pada

struktur tanah yang menjadi tandus dilingkungan tempat tinggal

mereka. Hal ini seperti yang dibicarakan oleh Bapak Parjiman selaku

warga yang dituakan di Dusun Sremo:

“Kalo sekarang ini kondisinya untuk pertanian itu sangat


berkurang karena pertama lahan pertahian sudah hilang dan
banyak yang berganti menjadi tanaman keras, selain itu juga
banyaknya hama.” (Wawancara pada tanggal 20 April 2016,
pukul 16.05 WIB- selesai)

2) Hilangnya lahan mata pencaharian

Adanya pembangunan waduk sermo membuat banyak warga

yang harus rela kehilangan tempat tinggal dan lahan pertaniannya.

79
Sebelum adanya kawasan waduk wilayah ini merupakan lahan

pertanian dan kawasan rumah penduduk, namun dengan adanya

program dari pemerintah yang memutuskan untuk membangun waduk

sebagai system irigasi mengharusnya banyak dari mereka yang harus

rela kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Hal tersebut

dikatakan oleh salah satu warga Dusun Sremo yaitu Ibu Yati salah satu

pedagang dikawasan waduk:

“Dampak negatifnya jadi lahannya hilang, dulu kan disini


sawah sekarang kan sudah hilang jadi harus beli beras kalo
sekarang.” (Wawancara pada tanggal 10 Maret 2017, pukul
13.30 WIB- selesai)

Ibu Yati tersebut mengatakan kalo dia kehilangan lahan

pertaniannya, dan mengharuskannya membeli beras untuk memenuhi

kebutuhan pangannya. Hal tersebut tidak hanya dirasakan oleh Ibu

Yati, dirasakan juga oleh masyarakat lain yang kehilangan lahan

pertanian, bahkan ada juga yang harusa sampai trasmigasi ke luar

jawa.

80
Tabel 7. Dampak Perubahan Sosial Ekonomi

Dampak Positif Dampak Negatif


Pengairan semakin mudah Tamah menjadi tandus (tidak
subur)
Munculnya lapangan kerja baru Hilangnya lahan mata
pencaharian masyarakat
Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat
Akses jalan menjadi lebih mudah
Membuat pola pikir masyarakat
mejadi lebih maju
Sumber: data wawancara dengan masyarakat Sremo

Masyarakat Dusun Sremo dalam hal ini mengalami perubahan

dari segi sosial maupun ekonomi. Hal ini terlihat dengan adanya

peningkatan ekonomi dan adanya perubahan lingkungan sosial yang

mereka alami. Hal tersebut mengharuskan mereka beradaptasi dengan

sesuatu perubahan yang baru, dimana yang dulunya pemukiman warga

dan lahan pertanian kemudian dijadikan sebagai seumber irigasi air

PDAM yang sekarang ini juga dijadikan obyek wisata Waduk Sermo.

Tentu saja masyarakat harus menyesusaikan dengan keadaan yang

mengharuskan mereka untuk berubah. Hal tersebut seperti dapat

dianalisis dengan teori AGIL. Teori AGIL ini merupakan gagasan dari

Talcott Parsons tentang struktur dan sistem. Ada empat implementasi


81
fungsional yang diperlukan dalam sebuah system yaitu Adaptation,

Goal Attainment, Integration, dan Latency. Petaman, Adaptation

(adaptasi) masyarakat Dusun Sremo dengan adanya pembangunan

waduk harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan dengan perubahan

yang ada, yang dulunya merupakan daerah kawasan penduduk dan

lahan pertanian kemudian sekarang dijadikan sebagai sumber irigasi

yang meharuskan masyarakat Dusun Sremo kehilangan empat tinggal

dan lahan pertaniannya, dimana dulu mereka bermata pencaharian

sebagai petani sawah sekarang harus berpindah mata pecaharian

dengan petani kebun.

Kedua, Goal Attainment (Pencapai tujuan),dalam suatu system

harus mendefinsikan dan mencapai tujuan utamanya. Pembangunan

waduk srem tentunya memiliki tujuan utama sebagai sumber perairan

irigasi untuk memenuhi kebutuhan air daerah sekitar yang sering

mengalami kekeringan. Hal tersebut pemerintah mengharapkan adanya

kesejahteraan hidup bagi warga masyarakatnya dnegan cara

membangun sebuah waduk sebagai sumber mata air. Tujuan dari

dibangunnya waduk tersebut sudah terwujud bahkan melebihi tujuan

awal dari adanya pembangunan sebuah waduk tersebut. Adanya

Waduk Sremo juga membawa dampak baik bagi kehidupak sosial

ekonomi masyarakat, hal tersebut dibuktikan dengan adanya


82
peningkatan ekonomi dan adanya pembangunan daerah sekitar seperti

dibangunnya jalan raya yang memudahkan mereka dalam akses

bertranspotasi.

Ketiga Integration (Integrasi), dalam hal ini system harus

mengatur hubungan-hubungan yang menjadi komponennya. Hal

tersebut dibuktingan dnegan adnaya kelompok wisata masyarakat

Dusun Sremo yang memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi

wisata waduk dengan cara membuat spot-spot foto yang menarik para

pengunjung obyek wisata. Pembuatan spot-spot tersebut juga

membutuhkan perijinan yang panjang ke pemerintah setempat. Hal

tersebut terlihat bahwa masyarakat sudah bisa beradaptasi dengan

adanya pembangunan waduk dengan wujud mereka memanfaatkan

adanya peluang untuk membuat spot-spot foto disekitar waduk.

Keempat, ada Latency (Latensi), system harus melengkapi

pemeliharaan, dan memperbarui motivasi individu dan pola-pola

budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. Hal

tersebut terlihat pada masyarakat Sremo yang berusaha untuk

memperbaiki dan selalu memperbarui daya tarik pengunjung agar

mereka tertarik untuk mengunjungi obyek wisata tersebut. Masyarakat

Sremo juga termotivasi pada masyarakat sebelah yaitu Dusun Kalibiru

yang mampu mengembangkan potensi wisatanya, hal tersebut menjadi


83
motivasi bagi masyarakat Sremo sehingga mereka mulai

mengembangkan kreatifitasnya dengan cara membuat spot-spot wisata

di sekitar Waduk Sermo.

84
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dusun Sremo merupakan salah satu dusun yang banyak

terkena dampak adanya pembangunan waduk. Waduk Sermo yang

dibangun 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto, tujuan

pembangunan waduk ini adalah untuk pengairan irigasi masyarakat

sekitar waduk yang sering mengalami kekeringan.

Adanya pembangunan Waduk Sermo sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat sekitar, terutama pada masyarakat Dusun

Sremo. Adanya program pembangunan dari pemerintah membuat

masyarakat sremo banyak kehilangan tempat tinggal dan lahan

pertanian yang sebagai sumber utama mata pencaharian mereka.

Hilangnya tempat tinggal dan lahan mata pencaharian mengharuskan

mereka mengalami perubahan sosial ekonomi, oleh karena itu dengan

keadaan yang seperti itu secara langsung mengharuskan warga

masyarakat sremo mengalami perubahan.

1. Bentuk perubahan sosial ekonomi

Keberadaan objek wisata waduk sermo bagi masyarakat Dusun

Sremo mengharuskan mereka untuk merubah segalanya, dari mulai

tempat tinggal, mata pencaharian, dan masih banyak lainnya.


85
Perubahan fungsi wilayah yang dulunya kawasan penduduk berubah

menjadi kawasan wisata waduk. Keadaan tersebut membuat mereka

harus berpindah tempat tinggal, dan kehilangan ladang pertanian yang

sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal ini dibuktikan oleh

berbagai pekerjaan masyarakat Sremo pada saat ini, mereka tidak

hanya sebagai petani dan penderes, namun mereka juga banyak yang

beralih profesi yang banyak kaitannya dengan wisata waduk seperti

membuka warung disekitar objek wisata, menjadi karyawan pengelola

wisata, dan bahkan ada yang menjadi penjaga disalah satu spot-spot

wisata yang mereka buat dan dikelola oleh kelompok wisata

masyarakat Sremo. Selain itu perubahan yang sangat dirasakan oleh

masyarakat Sremo adanya perubahan infrastruktur yang membuat

kondisi fisik lingkungan masyarakat semakin maju dan berkembang.

Hal serupa juga berdampak terhadap berubahnya pola pikir masyarakat

Sremo yang semakin maju dan berkembang, selain itu interaksi sosial

yang terjadi pada masyarakat Sremo juga mengalami perubahan kearah

yang lebih baik, mereka semakin kompak dalam bekerjasama

mengembangkan kelompok wisata, karena mereka merasa mempunyai

tujuan yang sama untuk lebih mengembangkan potensi wisata yang

ada. Keberadaan obyek wisata Waduk Sermo juga membawa pengaruh

baik terhadap perubahan pendapatan ekonomi. Adanya obyek wisata


86
Waduk Sermo membuat adanya peningkatan pendapatan bagi

masyarakat sekitar.

2. Dampak perubahan sosial ekonomi

a. Dari segi positif adanya pembangunan waduk membuat

masyarakat Sremo semakin mudah mendapatkan air bersih,

munculnya lapangan kerja baru, meningkatnya kesejahteraan

masyarakat Sremo, akses jalan kemana-mana menjadi lebih

mudah, dan membuat pola pikir masayrakat Sremo menjadi lebih

maju.

b. Dari segi negatifnya dengan adanya pembangunan waduk

membuat tekstur tanah menjadi tandur dan tidak sumbur lagi

sehingga sulit untuk ditanami tanaman, selain itu juga

masyarakat Sremo kehilangan mata pencaharian karena mereka

kehilangan lahan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian “Dampak Wisata

Waduk Sermo Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Di

Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten

Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta” peneliti mengajukan saran

sebagai berukut.

1. Bagi masyarakat
87
Masyarakat Sremo harus mempertahankan dan mengembangkan

eksistensi potensi wisata yang ada. Hal ini dilakukan agar lebih

maju dan berkembang bagi kesejahteraan hidup masyarakat Sremo

sendiri.

2. Bagi pemerintah

Pemerintah seharusnya lebih mengembangkan potensi wisata yang

ada dengan cara membuat spot-spot wisaya baru yang lebih menarik

agar para wisatawan semakin banyak yang berkunjung ke Waduk

Sermo.

88
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Siska. (2013). Peran Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masayrakat di Sekitarnya. Jurnal Ilmiah.
2(2): 1-12.
Anggraeni, Siska. 2014. Peran Pembangunan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. S1. Tidak
diterbitkan. Universitas Brawijaya Malang.
Biantoro, Rudi. et. al. (2014). Pengaruh Wisata Terhadap Karakteristik Sosial
Ekonomi Masyarakat pada Kawasan Objek Wisata Borobudur Kabupaten
Magelang. Jurnal Teknik PWK. 3(4): 1038-1047.
BPS. 2013. Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Statistik Kepariwisataan 2013.
BPS. 2014. Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Statistik Kepariwisataan 2014.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Ginting, A Yus. (2014). Perkembangan Objek Wisata Goa Kreo Terhadap Kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP
Veteran Semarang. 2(1): 1-8.
Indahsari, Kurniyati. (2014). Analisis Peran Pariwisata Pantai Cmplong terhadap
Kesejahteraan Mayarakat Lokal. Jurnal Media Tren. 9(2): 181-195.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nandi. (2008). Pariwisata dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jurnal Gea.
8(1): 1-10.
Pertiwi, Wahyu Fajar. 2013. Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Dusun
Sremo Pasca Dibukanya Kawasan Wisata Waduk Sermo di Kabupaten Kulon
Progo. S1. Tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Pitana, I Gde. & Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Prakoso, Eko. (2012). Perkembangan Desa Wisata Kembang Arum dan Dampaknya
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Donokerto Kecamatan Turi.
Jurnal Lib Geo UGM. 1(1): 1-9.

89
Rahman, Yudha. et. al. (2014). Pengaruh Aktivitas Pariwisata Pantai Taplau Kota
Padang Terhadap Ekonomi, Sosial Masyarakat, dan Lingkungan. Jurnal
Teknik PWK. 3(4): 979-990.
Ranjabar, Jacobus. 2015. Perubahan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Reksoprayitno, Soediyono. 2000. Ekonomi Makro. Yogyakarta: Liberty.
Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.
Rukminto, Isbandi. 2013. Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Saputri, Catur Dewi. 2008. Perubahan Sosial-Ekonomi Masayrakat Penambang
Pasir Pasca Erupsi Merapi, Tahun 2010 di Dusun Kojor, Kelurahan Bojong,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. S1. Tidak diterbitkan.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sholik, Adabi. (2013). Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makan Dan
Perpustakaan Bung Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Pelaku
Usaha Perdagangan di Sekitarnya. Jurnal Lib Geo UGM. 2(3): 1-10.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Soleman b. Taneko. 1984. Struktur Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali.
Sudarmadji, dkk. (2014). Dampak dan Kendala Wisata Waduk Sermo dari Aspek
Lingkungan Hidup dan Resiko Bencana. Jurnal Teknosains: 3(2): 142-157.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Surwiyanta, Ardi. (2003). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan
Sosial Budaya dan Ekonomi. Jurnal Media Wisata. 2(1): 33-42.
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.
Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Usman, Husaini. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

(https://waduksermo.wordpress.com/tentang/ pada tanggal 25 April 2017).

90
Pedoman Observasi
Hari, Tanggal Observasi :
Temapat :

No. Aspek yang diamati Keterangan

1. Lokasi

2. Kondisi masyarakat sebelum adanya obyek


wisata Waduk Sermo

3. Kondisi masyarakat setelah adanya obyek


wisata Waduk Sermo

4. Dampak obyek wisata Waduk Sermo terhadap


peningkatan pendapatan

5. Kondisi sosial masyarakat Dusun Sremo:


a. Interaksi sosial yang terjalin dalam
masyarakat

91
Pedoman Wawancara Untuk Masyarakat Dusun Sremo

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Alamat :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai didirikannya obyek wisata Waduk Sermo

didesa anda?

2. Apakah anda bekerja di wilayah obyek wisata Waduk Sermo?

3. Apakah anda memiliki usaha yang terkait dengan berdirinya obyek wisata

Waduk Sermo? Usaha apa?

4. Apakah anda merasa senang dnegan didirikannya obyek wisata Waduk

Sermo?

5. Apa mata pencaharian warga Dusun Sremo sebelum adanya obyek wisata

Waduk Sermo?

6. Apakah banyak warga yang berpindah mata pencaharian menjadi pegawai

atau tim sar di obyek wisata Waduk Sermo?

7. Apakah didirikannya obyek wisata Waduk Sermo membawa keuntungan bagi

anda dan keluarga?

92
8. Apakah anda merasakan perubahan kearah yang baik dengan didirikannya

obyek wisata Waduk Sermo?

9. Apakah ada perubahan tingkat ekonomi yang baik bagi anda dan warga lain

setelah adanya obyek wisata Waduk Sermo?

10. Perubahan apa yang paling dirasakan anda setelah adanya obyek wisata

Waduk Sermo?

11. Apakah banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Waduk Sermo?

12. Bagaimana hubungan antara warga dengan wisatawan yang berunjung ke

obyek wisata Waduk Sermo?

13. Apakah anda merasakan dampak positif sejak adanya obyek wisata Waduk

Sermo?

14. Apakah anda merasakan dampak negative sejak adanya obyek wisata Waduk

Sermo?

15. Apakah anda tetap menghendaki adanya obyek wisata Waduk Sermo?

93
Pedoman Wawancara Untuk Pamong Desa

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Jabatan :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan masyarakat setelah adanya obyek wisata Waduk

Sermo?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi warga sebelum adanya obyek wisata

Waduk Sermo?

3. Bagaimana kondisi sosial ekonomi warga setelah adanya obyek wisata Waduk

Sermo?

4. Apakah banyak warga yang teganya terserap menjadi pegawai di obyek wisata

Waduk Sermo?

5. Selaian menjadi pegawai wisata, keuntungan apa saja yang didapatkan warga

dengan adanya obyek wisata Waduk Sermo?

6. Adakah perbedaan mengenai tingkat ekonomi warga sebelum adanya obyek

wisata Waduk Sermo dan setelah ada?

7. Adakah keluhan warga mengenai aktifitas yang dilakukan terkait dengan

adanya obyek wisata Waduk Sermo?

94
8. Bagaimana hubungan warga dengan wisatawan yang berkunjung ke obyek

wisata Waduk Sermo?

9. Bagaimana hubungan warga yang satu dengan warga lainnya semenjak

adanya obyek wisata Waduk Sermo?

10. Apa saja perubahan dan perkembangan yang ada di wilayah obyek wisata

Waduk Sermo?

11. Apakah lingkungan sosial mengalami perubahan sejak adanya obyek wisata

Waduk Sermo?

12. Adakah dampak positif yang timbul sejak adanya wisata Waduk Sermo?

13. Adakah dampak negative yang timbul sejak adanya wisata Waduk Sermo?

14. Apakah warga tetap menghendaki adanya obyek wisata Waduk Sermo?

95

Anda mungkin juga menyukai