Anda di halaman 1dari 80

MODAL, HASIL TANGKAP, DAN PEMBAGIAN

HASIL TANGKAP NELAYAN DI DESA


PURWOREJO, KECAMATAN BONANG,
KABUPATEN DEMAK

Skripsi
Diajukan untuk Melangkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Antropologi Sosial

Oleh:
AHMAD KHOIRUL MANAN
NIM 13060116120005

PROGRAM STUDI S1 ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

i
2020

ii
PERNYATAAN

Saya akan bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ahmad Khoirul Manan
NIM : 13060116120005
Program Studi : S1 Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Budaya

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Modal, Hasil Tangkap,
Dan Pembagian Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Purworejo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri,
bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, bagi sebagian maupun
keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan
sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya
ilmiah.

Semarang, Agustus 2020


Yang menyatakan

Ahmad Khoirul Manan


NIM. 13060116120005

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“Barang siapa yang menempuh jalan buat mencari ilmu, tentu Allah akan
memudahkannya ke jalan untuk masuk surga”
(HR.Tirmidzi)

PERSEMBAHAN
Dengan ridho Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini kepada kedua orang
tua serta keluarga tercinta, Bapak Alm. Abdul Chanif, Ibunda Dwi Restuti, serta
kakakku Sri Chafidhotus Sakdanah, dan adikku Nadiatul Khoirun Nisa. Sahabat-
sahabatku Antropologi Sosial angkatan 2016 yang telah memberikan motivasi dan
dukungannya.

iv
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “MODAL, HASIL TANGKAP, DAN PEMBAGIAN


HASIL TANGKAP NELAYAN DI DESA PURWOREJO, KECAMATAN
BONANG, KABUPATEN DEMAK” telah disetuji oleh Dosen Pembimbing
untuk diajukkan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada:

Hari :
Tanggal :

Di setujui oleh,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Nurdien H. Kistanto, M.A. Dr. Eko Punto Hendro, M.A.
195211031980120001 195612241986031003

v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “MODAL, HASIL TANGKAP, DAN PEMBAGIAN
HASIL TANGKAP NELAYAN DI DESA PURWOREJO, KECAMATAN
BONANG, KABUPATEN DEMAK” ditulis oleh Ahmad Khoirul Manan
(13060116120005) telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Program Strata 1 Jurusan Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Diponegoro.

Hari/Tanggal :
Pukul :
Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Ketua Prodi
Dr. Amiruddin, M.A.
NIP. 1967100241993031003 ______________________

Anggota I
Prof. Dr. Nurdien H.Kistanto, M.A.
NIP. 1952110311980120001 ______________________

Anggota II
Dr. Eko Punto Hendro, M.A.
NIP. 195612241986031003 ______________________

Anggota III
Af’idatul Lathifah, S.Ant, M.A.
NIP. 198604222015042001 ______________________

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Dr. Nurhayati, M. Hum.


NIP. 196610041990012001

vi
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan kasih-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Modal, Hasil Tangkap, dan Pembagian Hasil Tangkap Nelayan di Desa
Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak”. Dalam penulisan skripsi ini,
peneliti banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Nurhayati M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro.
2. Dr. Suyanto, M.Si. selaku Ketua Departemen Fakultas Ilmu Budaya.
3. Dr. Amirudin, M.A. selaku Ketua Program Studi S-1 Antropologi Sosial
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
4. Drs. Mulyo Hadi Purnomo M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi S-1
Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
5. Prof. Dr. Nurdien H Kisanto, M. A. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan selalu memberikan nasihat, petunjuk,
bimbingan, serta arahan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi.
6. Dr. Eko Punto Hendro, M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan selalu memberikan nasihat, petunjuk,
bimbingan, serta arahan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi.
7. Dr. Sugiarto, M.A. selaku Dosen Wali yang memberikan bimbingan dan
selalu dan memberikan nasihat, petunjuk, bimbingan, serta arahan yang
sangat berarti dalam perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
8. Ahmad Syaifullah Al Asadul Usud, selaku Kepala Desa Purworejo yang
telah memberikan bimbingan dan memberikan nasihat, petunjuk,
bimbingan serta arahan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi.
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi S-1 Antropologi Sosial Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
10. Seluruh masyarakat Desa Purworejo yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data selama penelitian dan memberikan doa serta semangat.

vii
11. Kedua orang tuaku Bapak Alm. Abdul Chanif , Ibunda Dwi Restuti,
kakakku Sri Chafidhotus Sakdanah serta adikku Nadiatul Khoirun Nisa
yang tidak pernah lelah mendidik, memberikan kasih sayang, dan
dukungan serta doa kepada peneliti.
12. Teman-teman seperjuangan S-1 Antopologi Sosial Angkatan 2016, teman-
teman sebimbingan dan Sahabat-sahabatku tercinta Risa Hidayat, Dandy
Ramdhanoe Himawan, Angga Saria Wicaksana, Risqi Apreliawan yang
selalu membantu, memberi semangat, dan mendoakan penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih untuk semua
bantuan dan pelajaran yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membantu untuk menyempurnakan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2020


Penulis

Ahmad Khoirul Manan

viii
ABSTRAK
Ahmad Khoirul Manan (2020). Program Studi Antropologi Sosial. Fakultas Ilmu
Budaya. Univeristas Diponegoro Semarang. Modal, Hasil Tangkap, dan
Pembagian Hasil Tangkap Nelayan di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak. Pembimbing: Prof. Dr. Nurdien H Kistanto, M.A. dan Dr. Eko
Punto Hendro, M.A.

Penelitian ini berlokasi di Desa Purworejo, yang merupakan masyarakat


nelayan di Kabupaten Demak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian
yang menggambarkan keadaan sosial di masyarakat. Penelitian ini
menggambarkan kehidupan budaya nelayan Desa Purworejo. Teknik
pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Secara umum pembagian hasil tangkap
nelayan mengenai kerja sama yang dilakukan pemilik kapal dengan nelayan di
Desa Purworejo dalam sistem patron klien antar nelayan. Kerja sama yang
dilakukan setara yang ada di lapangan nelayan dengan pemilik modal yang tidak
di rugikan dan di lebihkan. Sistem patron klien adalah hubungan bagi hasil
tangkapan nelayan antara dua pihak saling menanggung, salah satu pemilik modal
menyerahkan kapalnya kepada nelayan yang nantinya akan mendapat bagian yang
telah ditentukan dari keuntungan seperti, setengah atau sepertiga dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan. Pembgian hasil tangkapan nelayan Desa Purworejo
di bagi menjadi dua setelah di kurangi perbekalan 50%, untuk pemilik kapal 50%,
untuk anak buah kapal satu bagian yang di bagi berdasarkan tingkat keahlian
anggota anak buah kapal yang ikut melaut.

Kata Kunci: Pembagian Hasil Tangkapan Nelayan, Desa Purworejo.

ix
ABSTRACT
Ahmad Khoirul Manan (2020). Social Anthropology Study Program. Faculty of
Cultural Studies. Diponegoro University of Semarang. Model, in the distribution,
of fishermen catch in the village of Purworejo, district of Bonang, district of
Demak. Advisor: Prof. Dr. Nurdien H Kistanto, M.A. and Dr. Eko Punto Hendro,
M.A.

This research is located in Purworejo Village, which is a fishing community in


Demak Regency. This study used qualitative research methods. This type of
research is descriptive research, which is a type of research that describes the
social conditions in society. This study describes the cultural life of the fishermen
in Purworejo Village. The collection technique used in this study using
observation, interview and documentation techniques. In general, the sharing of
fishermen's catch is about the cooperation carried out by boat owners with
fishermen in Purworejo Village in a client patron system between fishermen.
Cooperation is carried out on an equal basis in fishing fields with capital owners
who are not disadvantaged and exaggerated. The client patron system is a
relationship for the fishermen's catch between two parties mutually sharing, one of
the owners of the capital hands over the boat to the fisherman who will later get a
predetermined share of the profit, such as, half or a third on predetermined
conditions. The distribution of the catch of fishermen in Purworejo Village is
divided into two after reducing supplies by 50%, for boat owners 50%, for one-
part crew members who are divided based on the skill level of the crew members
who go to sea.

Keywords: Distribution of the catch of fishermen in Purworejo Village.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PEMBUKA..........................................................................................i
PERNYATAAN......................................................................................................ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................v
PRAKATA..............................................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Urgensi Penelitian.....................................................................................3
1.4. Batasan Masalah........................................................................................3
1.5. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.6. Manfaat Penelitian.....................................................................................3
1.6.1. Manfaat Ilmiah...................................................................................3
1.6.2. Manfaat Praktis……..……………………………………………....3
1.7. Kerangka Teoritik......................................................................................4
1.7.1. Penelitian Terdahulu..........................................................................4
1.7.2. Landasan Teori...................................................................................5
1.8. Metode Penelitian......................................................................................9

xi
1.8.1. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................9
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data.................................................................9
1.8.3. Subjek Kajian...................................................................................10
1.9. Sistematika Penulisan..............................................................................11
BAB II....................................................................................................................12
GAMBARAN UMUM DESA PURWOREJO......................................................12
2.1. Kondisi Geografis Desa Purworejo.........................................................12
2.2. Kondisi Demografis Desa Purworejo......................................................20
2.3. Kondisi Sosial Ekonomi..........................................................................23
2.3.1. Kondisi Sosial..................................................................................23
2.3.2. Kondidi Ekonomi.............................................................................25
2.4. Kondisi Sosial Budaya............................................................................26
2.4.1. Sistem Kekerabatan..........................................................................26
2.4.2. Kepercayaan dan Religi...................................................................28
BAB III..................................................................................................................31
KEHIDUPAN NELAYAN DESA PURWOREJO................................................31
3.1. Keseharian Nelayan Desa Purworejo......................................................31
3.1.1. Kerjasama Bakul dan Nelayan.........................................................31
3.1.2. Kerjasama Tengkulak dan Nelayan ………………………………31
3.1.3. Kerjasama Pemilik Modal dan Anak Buah Kapal...........................31
3.2. Permukiman Nelayan Desa Purworejo....................................................31
3.3. Kebutuhan persiapan Nelayan.................................................................31
3.3.1. Jenis Alat Tangkap Nelayan............................................................31
3.3.2. Jenis Kapal dan Perahu Nelayan......................................................33
3.3.3. Jenis Mesin Kapal dan Perahu Nelayan...........................................33
BAB IV..................................................................................................................35
MODAL, HASIL TANGKAPAN DAN PEMBAGIAN HASIL TANGKAP
IKAN DESA PURWOREJO.................................................................................35
4.1. Modal Nelayan Desa Purworejo..............................................................35
4.2. Hasil Tangkapan Nelayan Desa Purworejo.............................................37
4.3. Pembagian Hasil Tangkapan Nelayan Desa Purworejo..........................38
4.4. Hasil Pemasaran Ikan di Desa Purworejo ……………………………..49

xii
BAB V....................................................................................................................46
PENUTUP..............................................................................................................46
5.1. Kesimpulan..............................................................................................46
5.2. Saran........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
LAMPIRAN...........................................................................................................48

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Kabupaten Demak …………………………………….............

Gambar 2 : Peta Kecamatan Bonang …………………………………………..

Gambar 3 : Foto sungai tuntang perbatasan Desa Purworejo …………………

Gambar 4 : Peta Desa Purworejo ……………………………………………..

Gambar 5 : Masjid Jam’i Biaturruhman Dukuh Kongsi Desa Purworejo …….

Gambar 6 : Foto jenis mesin perahu mesin dompeng ………………………..

Gambar 7 : Kepala bidang humas tempat pelelangan ikan ……………………

Gambar 8 : Foto ikan tenggiri dan ikan kembung………………………………

Gambar 9 : Foto kapal branjang atau bagan …………………………………..

Gambar 10 : Foto kapal perahu sampan ……………………………………….

Gambar 11 : Foto kapal purse siene …………………………………………..

Gambar 12 : Foto kapal bulga ………………………………………………….

Gambar 13 : Foto perahu arad ………………………………………………….

xiv
DAFTAR TABEL

Tablel 1 : Luas wilayah Kecamatan Bonang ……………………………………


Tabel 2 : Jumlah Dusun RW, RT menurut Desa Purworejo ……………………
Tabel 3 : Jumlah Pemeluk Agama Kecamatan Bonang …………………………
Tabel 4 : Data Alat Tangkap ikan di Kecamatan Bonang……………………….
Tabel 5 : Hasil Tangkapan Nelayan di bulan Agustus ………………………….
Tabel 6 : Hasil Tangkapan Nelayan kapal Bagan
Tabel 7 : Hasil Tangkapan Nelayan perahu sampan
Tabel 8 : Hasil Tangkapan Nelayan Kapal Pusre Siene
Tabel 9 : Hasil tangkapan nelayan kapal bulga
Tabel 10: Hasil tangkapan nelayan perahu arad
Tabel 11: Hasil Pemasaran Ikan di Bulan Agustus ……………………………....

xv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Perbandingan jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Bonang ……

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Interview Guide…………………………………………………

Lampiran 2 Daftar Informan ……………………………………………….

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian………………………………………….

Lampiran 4 Biodata Penulis ………………………………………………..

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas


perairanya mencapai 73% selain itu, Indonesia disebut juga negara maritim
dengan panjang garis pantai 81.000 km yang memiliki kekayaan ekosistem yang
sangat tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat
pesisir adalah masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah yang relatif dekat
dengan laut. Menurut Retnowati (2011), menyatakan bahwa kondisi geografis dan
wilayah Negara Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauaan dan
negara bahari (maritim) yang demikian ini sangat menguntungkan bagi bangsa
dan negara Indonesia karena didukung adanya potensi atau kekayaan yang berupa
sumber daya alam (SDA) yang ada di wilayah tersebut. Sumber daya alam (SDA)
yang merupakan kekayaan alam Indonesia meliputi bentuk modal alam (natural
resources stock), seperti daerah natural.

Kabupaten Demak merupakan salah satu daerah yang berada di pesisir pulau
Jawa bagian utara. Kabupaten Demak memiliki potensi laut dan perikanan yang
cukup besar. Daerah pantainya berada di Kecamatan Bonang, Kecamatan
Wedung, Kecamatan Karangtengah, dan Kecamatan Sayung. Desa Purworejo
yang terletak di Kecamatan Bonang, sebagian besar masyarakatnya bekerja
sebagai nelayan. Menurut data yang bersumber dari badan pusat statistik
Kabupaten Demak tahun 2019, profesi yang memiliki persentasi paling besar
adalah nelayan, yaitu sebanyak 40,12%. Profesi lainnya sebagai buruh 2,38%,
petani 5,53%, pengusaha 2,53%, buruh industri 3,13%, buruh bangunan 1,49%,
pedagang 2,74%, angkutan 0,97 %, pegawai atau ABRI 0,88, pensiunan 0,24%,
dan lainnya 40,00% (Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat

1
2

Statistik tahun 2019). Dengan demikian, sebagian besar penduduk Purworejo


hidup bergantung pada sumber daya alam perikanan.

Tingginya sumber daya alam dari hasil perikanan di Desa Purworejo


seharusya dapat mensejahterakan masyaratakat pesisir yang rata-rata bekerja
sebagai nelayan, akan tetapi hanya beberapa orang yang dapat menikmati hasil
yang besar. Pendapatan nelayan atau ABK kapal kadang-kadang masih untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pada pekerjaan lain seperti ASN atau buruh
yang memliki gaji tetap. Hasil atau pendapatan dari nelayan juga dipengaruhi oleh
sistem bagi hasil yang diterapkan oleh kedua belah pihak yaitu juragan atau
pemilik kapal dengan ABK. Perhitungan bagi hasi antar kelompok juga berbeda-
beda sesuai dengan kesepakan dan juga jenis kapal yang digunakan

Menurut (Salim, 1999) faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan


nelayan yaitu modal, jumlah perahu, jumah tenaga kerja, jarak tempuh melaut dan
pengalaman. Menurut Retnowati (2011), Indonesia sebagai negara kepulauan,
yang luas wilayahnya 70% merupakan wilayah lautan. Di wilayah lautan ini
terkandung potensi ekonomi kelautan yang sangat besar dan beragam, antara lain
sumber daya ikan. Dengan melimpahnya sumber daya ikan maka seharusnya
pendapatan nelayan sangatlah memadai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun dalam realita tidak demikian, kemiskinan masih banyak melanda
kehidupan nelayan. Dari sisi ekonomi hasil tangkapan nelayan masih jauh dari
memadahi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan karena
minimnya modal yang dimiliki nelayan, tekanan dari pemilik modal, sistem bagi
hasil yang tidak adil, perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan
(dikuasai tengkulak) dan otoritas tidak punya wibawa untuk mengatur dan
menegakkan aturan. Serta pola atau budaya kerja yang masih apa adanya.

Kegaiatan perikanan di Desa Purworejo dalam menangkap ikan mempunyai


budaya yang unik turun temurun, terutama dalam kegiatan pembagian modal dan
hasil tangkap ikan. Menurut Widihastuti (2018) dalam jurnal yang berjudul
“Sistem Bagi Hasil pada Usaha Perikanan Tangkap di Kepulauan Aru”, sistem
3

bagi hasil usaha perikanan merupakan sistem yang diberlakukan dari pemilik
kapal atau perahu, atau juragan kepada awak kapal. Di Desa Purworejo,
pembagian hasil tangkap ikan tidak berdasarkan upah antara majikan dengan
buruh, tetapi menggunakan sistem bagi hasil tangkap ikan menurut budaya
masyarakat Desa Purworejo. Kerja sama dilakukan antara pemilik kapal dengan
nelayan dimana hasil tangkapan dari setiap melaut dibagi sesuai dengan jumlah
nelayan yang ikut di dalam kapal. Alasan yang mendasari terjadinya kerjasama
bagi hasil ini adalah minimnya kemampuan maupun modal yang dimiliki nelayan.
Hubungan-hubungan ini tidak terlepas dari minimnya sumber daya yang dimiliki
oleh masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.
Keunikan tersebut menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang
modal, hasil tangkap, dan pembagian hasil tangkapan nelayan di Desa Purworejo,
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apa saja modal yang digunakan nelayan di Desa Purworejo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak?
1.2.2. Apa saja hasil tangkapan perikanan di Desa Purworejo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak?
1.2.3. Bagaimana pelaksanaan pembagian hasil tangkapan nelayan di Desa
Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak?

1.3. Urgensi Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui modal untuk melaut yang
digunakan nelayan di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.
Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui modal, hasil tangkap, dan
pembagian hasil tangkapan nelayan di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak.
4

1.4. Batasan Masalah


a. Pemaknaan istilah sistem bagi hasil tangkap nelayan oleh masyarakat di
Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak mereka
melaksanakan setiap hari pagi, siang, hingga malam.
b. Deskripsi mengenai proses berlangsungnya bagi hasil tangkapam nelayan
serta peran dan fungsi setiap nelayan yang ada di kapal yang mereka
tempat di saat melaut.
c. Makna penggunaan istilah bahasa, jenis kapal, bagi hasil dengan nelayan,
alat-alat nelayan dan alat-alat bagi hasil nelayan.
d. Penjelasan tentang fungsi dan dampak bagi hasil tangkapan nelayan yang
secara ideal bagi nelayan dari melaut.

1.5. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di sampaikan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1. Menjelaskan modal yang digunakan nelayan di Desa Purworejo,
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.
1.5.2. Menjelaskan hasil tangkapan perikanan di Desa Purworejo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak.
1.5.3. Menjelaskan pelaksanaan pembagian hasil tangkapan nelayan di Desa
Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.

1.6. Manfaat Penelitian


1.6.1. Manfaat Ilmiah
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk hasil
dari studi penelitain lapangan penggunaan istilah-istilah pembagian hasil
tangkapan nelayan. Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan bahan rujukan
penelitian selanjutnya untuk sumbangan penelitian mengenai modal, hasil
tangkap, dan pembagian hasil tangkapan nelayan di Desa Purworejo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan di bidang antropologi maritim dan menjadi informasi penting dalam
pembagian hasil tangkap nelayan yang secara ideal dalam kajian ilmu antropologi.
5

1.6.2. Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi pemerintah dan
masyarakat mengenai bagaimana pentingnya pembagian hasil tangkapan nelayan
yang secara ideal. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah-masalah
yang telah dirumuskan sebelumnya serta mengetahui bagaimana perubahan
sebelum dan setelah hasil tangkap dan pembagian hasil tangkapan nelayan.

1.7. Kerangka Teoritik


1.7.1. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu membahas beberapa penelitian mengenai
pembagian hasil tangkapan ikan yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-
penelitian tersebut kemudian digunakan sebagai acuan dan perbandingan dalam
pembuatan penelitian ini.

Penelitian pertama berjudul “Sistem bagi hasil pada nelayan Desa Purworejo
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak” Wardah, Hananah (2019) membahas
mengenai analisis terhadap akad perjanjian pada nelayan Desa Purworejo,
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Perjanjian kerja sama yang terjadi antara
pemilik modal dengan nelayan di Desa Purworejo dilakukan secara lisan dan tidak
ada bagi hasil yang jelas secara tertulis, sedangkan dalam pelaksanaan bagi hasil
di Desa Purworejo dilakukan dengan mengikuti peraturan atau cara-cara yang
telah berlaku sejak dulu dan turun temurun kepada masyarakat setempat.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa sistem bagi hasil di masyarakat Desa
Purworejo dilaksanakan tanpa ada perjanjian terulis yang pelaksaannya tidak jelas
tetapi hanya secara lisan, serta terjadi sejak dulu turun temurun. Hal ini terjadi
karena keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan atau pekerja.
6

Penelitian kedua berjudul “Sistem Bagi Hasil Tangkapan Ikan Menurut


Ekonomi Islam Di Masyarakat Nelayan Desa Gebangmekar Kecamatan Gebang
Kabupaten Cirebon” membahas mengenai pembagian hasil tangkapan ikan
nelayan. Bagi hasil nelayan di Desa Gebangmekar antara nelayan dan juragan
tidak terdapat suatu hubungan yang mengikat. Hubungan kerjanya hanya terbatas
pada pekerjaan dan bagi hasil. Bagian yang diperoleh si nelayan pun tergantung
pada hasil yang diperoleh dari melaut. Praktek kerja sama penangkapan ikan di
Desa Gebangmekar, perjanjian diantara nelayan dan juragan dilakukan secara
lisan, meskipun hal tersebut kurang mempunyai kekuatan hukum sehingga tidak
ada bukti yang kuat bahwa perjanjian kerja sama tersebut terjadi. Sistem bagi hasil
antara pemilik modal dengan nelayan akan dibagi sesuai dengan akad yang yang
telah disepakati oleh pemilik modal. Bagi hasil pemilik modal dengan anak buah
kapal yaitu akad bagi hasil dari hasil tangkapan nelayan yang telah didapatkan
dari laut. Kemudian biasanya setelah pulang melaut, ikan yang diperoleh
kemudian dijual oleh juragan melalui seseorang yang biasa disebut dengan istilah
bakul. Sedangkan cara pembagian keuntungan atau bagi hasil antara nelayan dan
juragan adalah akan dibagi sesuai dengan akad yang telah disepakati dari awal
antara kedua belah pihak atau lebih.

1.7.2. Landasan Teori


1.7.2.1.Pengertian Teori Sistem Patron Klien

Toeri sistem patron klien merupakan bentuk perjanjian kerja sama antara
pemodal (investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dengan menjalankan
kegiatan usaha ekonomi, dalam hal ini adalah kegiatan nelayan. Ada beberapa
macam pembagian hasil masing-masing sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Menurut Kusnadi dalam artikel tahun 2000“ Nelayan Strategi Adaptasi dan
Jaringan Sosial” Bandung: Humaniora Utama Press. Mengatakan bahwa
pembagian hasil dalam sistem relasi patron-klien terjadi secara intensif pada suatu
masyarakat yang menghadapi persoalan sosial dan kelangkaan sumber daya
ekonomi yang kompleks. Unsur-unsur sosial sebagai patron adalah pedagang
7

(ikan) berskala besar dan kaya, nelayan pemilik (perahu), juru mudi (juragan laut
atau pemimpin awak perahu), dan orang kaya lainnya.

Klien adalah nelayan buruh (pandhiga) dan warga pesisir yang kurang mampu
sumber dayanya. Secara intensif, relasi patron-klien ini terjadi di dalam aktivitas
pranata ekonomi dan kehidupan sosial di kampung. Para patron ini memiliki
status dan peranan sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat nelayan
(Kusnadi, 2000:157). Kompleksitas relasi sosial patron-klien (vertikal) dan relasi
sosial horisontal di antara mereka merupakan bagian struktur sosial masyarakat
nelayan. Aktivitas ekonomi perikanan tangkap di kalangan nelayan Madura
misalnya, terdapat tiga pihak yang berperan besar, yaitu pedagang perantara
nelayan pemilik perahu, dan nelayan buruh (Kusnadi, 2000:157), jadi pembagian
hasil nelayan adalah pemilik modal dan nelayan sesuai dengan kesepakatan
nelayan.

1.7.2.2. Konsep Pembagian Hasil Tangkapan Nelayan

Konsep pembagian hasil tangkapan merupakan bentuk perjanjian antara


pemilik modal dengan buruh nelayan. Perjanjian merupakan suatu perbuatan
kesepakatan antara seseorang atau beberapa orang dengan seseorang atau
beberapa orang lain yang melakukan suatu perbuatan tertentu. Menurut Retnowati
Endang artikel yang berjudul “Nelayan Indonesia dalam pusaran Kemiskinan
Struktural” (perspektif sosial, ekonomi dan hukum) (2011). Sistem pembagian
hasil penangkapan ikan pada umumnya diterapkan dengan sistem bagi hasil ini,
pemilik modal mendapatkan bagian hasil lebih banyak dari nelayan, sebagai
contoh di PPN Brondong Lamongan, sistem bagi hasil disini (Brondong
Lamongan) disebut dengan umanan (prosentase). Pola kerjasama antara majikan
dan anak buah kapal pada masyarakat nelayan didasarkan atas kebiasaan setempat
dan sangat sulit dihindari karena berdasarkan adat kebiasaan (Sofiyanti, 2016: 52).
Nelayan identik dengan keterbatasan aset perekonomian, lemahnya kemampuan
modal, posisi tawar dan akses pasar. Usaha perikanan tangkap hanya mampu
memenuhi kebutuhan dasar dan sering kali juga kurang. Masyarakat nelayan di
Desa Purworejo mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal
8

pembagian hasil tangkapan ikan karena keterbatasan modal. Adapun para pemilik
modal atau majikan memiliki kewenangan dalam hal memperoleh bagian hasil
yang lebih banyak. Pemilik kapal Desa Purworejo rata-rata memperoleh bagi hasil
50% dari tangkapan ikan.
Keterbatasan pemilikan aset ialah ciri umum masyarakat miskin termasuk
nelayan dimana contohnya tergambar dari kondisi rumah. Kesulitan-kesulitan
nelayan dari manusia yang tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan, serta masyarakat yang
relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan
dan layanan kesehatan), dan kultural atau budaya setempat. Sitem pembagian
hasil tangkap bagi hasil di Desa Purworejo masih menggunakan hukum adat yang
mana perjanjian kerjasama antara pemilik kapal dengan nelayan dilakukan secara
lisan tanpa adanya perjanjian tertulis (Sudaryanto, 2009: 525).

1.7.2.3. Modal Nelayan

Modal usaha yang dimilik seorang dalam suatu lingkup tempat tinggal untuk
kegiatan aktivitas manusia sifatnya material. Modal memiliki wujud berupa
kepercayaan dan sistem kebersamaan dalam suatu lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat di sekitar pesisir pulau yang bermayoritas sebagai
nelayan yang mengandalkan laut dengan hasil tangkap mereka. Modal tangkap
nelayan secara material menggunakan kapal keseharian untuk melaut, selain kapal
mesin, bensir solar dan keperluan yang di butuhkan dari sendiri untuk melaut.
Modal nelayan secara pribadi yang di bawa untuk meluat seperti: rokok, makanan,
kebutuhan bersama ketika meluat kapal, mesin, solar, serta keperluan nelayan
bersama.

1.7.2.4. Tempat Jual Beli Hasil Tangkapan Ikan

Tempat jual beli hasil tangkapan ikan dijual di kongsi tempat pelelangan ikan
setiap hasil kerja nelayan dari laut. Tempat pelelangan ikan di Kabupaten Demak
mempunyai dua pelelangan ikan yaitu, di Kecamatan Wedung dan Kecamatan
Bonang. TPI Kecamatan Bonang dikelola oleh KUD Mina Utomo di Desa
9

Purworejo. Secara geografis Mina Utomo terletak pada 110032’40’’ BT dan


6049’30’’ LS Kabupaten Demak memiliki panjang pantai 34,1 km berada di
sisi timur laut Jawa. Muara Sungai Tuntang Lama merupakan bagian dari pantai
yang berada di wilayah Desa Purworejo dengan luas lahan ± 2 Ha. Kondisi tanah
lahan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
sebagian besar terdiri dari campuran lumpur dan pasir halus pada aliran Sungai
Tuntang. Jarak tempat pelelangan ikan (TPI) Kecamatan Bonang Kabupaten
Demak dari jalan raya 0,50 km dengan panjang garis pantai 0,20 km.
Jumlah kapal di PPI 754 armada yang sebagian besar merupakan motor
temple 720 buah, kapal motor 10-20 GT, 34 buah. Usaha pendukung
penangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Utomo Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak; Dock atau spliway 1 buah, Toko, BAP 5 buah, pabrik Es 1
buah, bengkel 1 buah, penyalur BBM 3 buah, toko perbekalan 5 buah. Tempat
pengolahan ikan 52 buah; ikan segar 15 buah, ikan kering 37 buah (Hadi, 2015:
151-157).

1.7.2.5. Hasil Tangkapan Perikanan

Hasil tangkapan perikanan dari laut yang di bawa oleh nelayan, setiap nelayan
datang dari laut waktunya berbeda beda. Hasil tangkapan perikanan dari kapal
bulga datang siang adri melaut yang membawa hasil tangkapan jenis ikan: teri,
juwih, kembung, jenis tongkol. Kapal purse sience datang pagi yang membawa
hasil tangkapan jenis ikan: kakap, ikan teri, ikan juwih. Kapal branjang atau bagan
datang siang membawa hasil tangkapan jenis ikan: teri, bilis, japon kelalapan, dan
cumi-cumi. Hasil tangkapan nelayan ini dari tiga kapal yang menjala menggunkan
jaring dengan ukuran meter lebar cukup panjang dengan bantuan mesin khusus
menjala ikan yan ada di bawah laut. Dengan jual beli hasil tangkapan ikan
kebanyakn dijual ke tengkulak, namun tergantung dengan nelayan. Sedangkan
perahu sampan, dan perahu arad mendapatkan beberapa basket 30 kg, pasti di jual
belikan ke bakul yang menawarkan dari nelayan di tempat pelelangan ikan.
10

1.7.3. Bagan Kerangka Pikiran

Latar Belakang Penelitian: Masalah tentang kurangnya pembagian hasil


tangkapan nelayan yang kurang ideal kadang bisa dirugikan nelayan dan
diuntungkan oleh pemilik kapal. Maka pemerintah dan masyarakat Desa
Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak bekerja sama dalam bagi
hasil tangkapan nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya.

Munculnya pembagian hasil tangkapan nelayan kebutuhan sehari hari.

Analisis
a. Teori system bagi hasil patron klien merupakan bentuk perjanjian kerja
sama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (enterpreneur)
dengan menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dalam hal ini adalah
kegiatan nelayan.
b. Pembagian hasil tangkapan nelayan dilaksanakan setiap hari pagi dan
siang nelayan datang dari laut yang disetorkan di TPI melalui tengkulak
dan bakul. Untuk mengupayakan tidak terjadi konflik jual beli hasil
tangkapan ikan.
c. Selain sebagai bentuk keprihatinan jual beli ikan pemerintah Desa
Purworejo Kecamatan Bonang memberikan fasilitas di TPI agar
menyatukan warga setiap hari bisa jual beli langsung dari hasil laut yang
didapatkan nelayan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal yang digunakan nelayan


Desa Purworejo untuk melaut serta hasil tangkap ikan, dan pembagian hasil
tangkapan nelayan yang ada di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak.
11

1.8. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni suatu metode
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah yang terjadi pada manusia. Pada pendekatan
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti hasil wawancara,
laporan terinci dari pandangan informan, dan melakukan studi pada situasi secara
alami.

1.8.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di masyarakat Desa Purworejo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak pada bulan Februari – Juni 2020.

1.8.2. Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk
memenuhi penelitian ini, yaitu:

18.2.1. Observasi Partisipasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan


untuk mencari lokasi Desa Purworejo di Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.
Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti atau orang yang melakukan
observasi ikut terlibat secara langsung dalam kehidupan objek. Selain sebagai
pengamat, peneliti juga harus mendengarkan sekaligus berpartisipasi dalam segala
aktivitas mereka.

1.8.2.2. Wawancara atau Interview


Metode wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan cara
wawancara dengan peneliti terlibat langsung dalam ritual upacara dan juga
masyarakat. Wawancara ini bersifat bebas dan santai dalam memberikan informan
kesempatan yang besar untuk memberikan keterangan. Bentuk wawancara
sebaiknya dijauhkan dari suasana formal agar tidak ada jarak dengan informan
dan jawaban yang diperoleh tidak bersifat normatif. Agar memperoleh informasi
(data) yang optimal dan relevan, peneliti kualitatif tidak hanya mengandalkan
dalam hal mengamati atau wawancara saja, namun memimikirkan terlebih dahulu
12

informasi apa yang harus dikumpulkan, kepada siapa dan dengan cara bagaimana
informasi tersebut dapat diperoleh. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menyusun draft pertanyaan.

1.8.2.3. Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Sumber
data primer dalam penelitian ini berupa tuturan langsung oleh orang-orang yang
terlibat dalam bagi hasil tangkapan nelayan. Hal itulah yang menjadikan penulis
yakin dalam memilih nara sumber agar data yang diperoleh lengkap dan akurat.

1.8.3. Subjek Kajian


Subjek penelitian mengenai pembagian hasil tangkapan nelayan yang ada di
Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak ini yaitu nelayan,
pegawai TPI, kepala desa, dan satpam TPI.

Wilayah
Data yang Dipelajari Informan Metode
Penelitian
Desa Modal persiapan nelayan Nelayan Observasi
Purworejo, untuk melaut seperti Pegawai TPI Wawancara
Kecamatan kapal, solar, makanan, Kepala Desa Pencatatan
Bonang, dan lain-lain. Satpam TPI Dokumen
Kabupaten Pegawai BPS
Demak Kabupaten
Demak
Jenis dan jumlah ikan
10. Nelayan
hasil penangkapan 11. Pegawai TPI
Pembagian hasil
12. Kepala Desa
tangkapan nelayan
13. Satpam TPI

13.8. Sistematika Penulisan


Tujuan akhir dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran
serta penjelasan mengenai bagaimana urutan penjelasan yang disampaikan dalam
penelitian. Oleh sebab itu, untuk memudahkan pemahaman terhadap gagasan inti
13

dalam skripsi ini dan juga agar pembahasan yang lebih terarah, maka penulisan
skripsi ini dibagi dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: berisi latar belakang, rumusan masalah, urgensi
penelitian, batasan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teoritik, metode penelitian,
dan sistematik penulisan. Pada bab ini pemaparannya masih berisi secara umum
karena pembahasan yang lebih mendalam akan diberikan pada bab-bab
selanjutnya
Bab II Gambaran Umum Desa Purworejo: Bab ini memberikan
gambaran umum tentang objek kajian dan tempat penelitian yaitu Keadaan
Geogarfi dan Demografi Desa Purworejo, kemudian dijelaskan juga mengenai
keadaan sosial ekonomi masayarakat Desa Purworejo serta kondisi sosial budaya
masyarakat Desa Purworejo. Melalui bab ini diharapkan para pembaca mampu
membayangkan kondisi lapangan.

Bab III Kehidupan Nelayan Desa Purworejo: Bab ini menjelaskan


keseharian nelayan, permukiman nelayan, serta kebutuhan persiapan nelayan

Bab IV Modal Penangkapan dan Pembagian Hasil Tangkapan


Ikan Desa Purworejo: Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan
korelasinya terhadap permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai.

Bab V Penutup: Bab ini memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada
bab sebelumnya yang berupa temuan-temuan pokok hasil analisis yang menjawab
permasalahan dan tujuan.
14

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA PURWOREJO

2.1. Kondisi Geografis Desa Purworejo

Kabupaten Demak secara geografis berada di pantai utara Jawa bagian tengah
sehingga mengakibatkan iklim laut. Wilayah Demak di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Jepara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan
Kabupaten Grobogan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan,
dan Kabupaten Semarang di sebelah barat berbatasan dengan Kota Semarang, dan
laut Jawa. Lokasi Kabupaten Demak mempunyai posisi yang, strategis yang
menghubungkan Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Jepara sebagai Kota kerajinan ukir, Kabupaten Kudus sebagai Kota
Kretek, Kabupaten Grobogan sebagai Kota palawija (jagung, tela dsb). Kabupaten
Demak sebagai jalur lalu lintas pantai utara yang menghubungkan Kota Jakarta
dan Kota Surabaya atau sebaliknya yang dulu pada jaman penjajahan sebagai
jalan Daendeles (Mujihadi, 2017: 273).

Secara geologis tanah wilayah Kabupaten Demak merupakan tanah endapan


yang berasal dari lembah atau endapan sungai yang mengalir di Kabupaten
Demak seperti Sungai Tuntang yang mengalir dari Kota Salatiga dan bermuara di
daerah antara Desa Purworejo dan Desa Morodemak Kecamatan Bonang, sungai
Jeragung mengairi wilayah Kecamatan Karangawen Kecamatan Guntur,
Kecamatan Sayung dan bermuara di Laut Jawa. Sungai Wulan mengairi wilayah
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mijen, Kecamatan Wedung. Kondisi
geologis Kabupaten Demak dibagi dua wilayah yaitu (1) di sebelah utara tanah
endapan berlumpur dan rawa-rawa dengan terkenal dengan hasil perikanan (2)
sebelah timur, selatan, dan barat berupa dataran rendah yang terkenal dengan
daerah pertanian. Tanah di Demak kandungan pasirnya sangat kurang sehingga
15

bila terlalu banyak air tanahnya sangat lembek dan di saat musim kemarau
keadaan tanah sangat keras dan retak-retak, sehingga pada musim penghujan
sangat rawan dengan musibah banjir dan sebaliknya pada musim kemarau sangat
rawan dengan musibah kekeringan. Kondisi tersebut, sudah agak berubah dengan
dibangunnya waduk Kedung Ombo di daerah Purwodadi yang airnya mengalir
sampai daerah Kabupaten Demak. Daerah pertanian Kabupaten Demak
menghasilkan bahan pokok seperti padi dan palawija serta sebagian tanaman
tembakau dan jati di wilayah timur, selain itu Demak juga memiliki hasil
perikanan baik perikanan laut, perikanan tambak. Adapun luas tanah daerah
pertanian terdiri atas luas tanah sawah jenis irigasi teknis 15.680 ha, tanah sawah
setengah teknis 7.770 ha, tanah sawah irigasi sederhana 5.110 ha, dan tanah sawah
tadah hujan 21.517 ha, tanah kering seluas 39.656 ha (Kabupaten Demak dalam
Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

Secara astronomis Kabupaten Demak terletak pada 60.43’26’ lintang selatan


dan 110o 27’58’ bujur timur, sehingga wilayah daerah Demak beriklim torpis.
Sudut pandang yang dilihat di ketinggian tanah di mulai dari 0 m sampai 100 m
dari permukaan air laut, dengan suhu sekitar 22osampai 35oC, curah hujan sekitar
100 sampai 200 mm tiap tahun, kelembaban udarannya antara 50 sampai 100%.

Berdasarkan administratif luas, wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743 ha,


terdiri atas 14 Kecamatan, 243 Desa, dan 6 Kelurahan. Adapun nama
Kecamatannya sebagai berikut: Kecamatan Karanganyar jumlah desa sebanyak
17, Kecamatan Mijen jumlah desanya sebanyak 15, Kecamatan Wedung jumlah
desanya sebanyak 20, Kecamatan Kebonagung jumlah desanya sebanyak 14,
Kecamatan Gajah banyak desanya 16, Kecamatan Dempet jumlah desanya
sebenyak 16, Kecamatan Wonosalam jumlah desanya sebanyak 2, Kecamatan
Demak jumlahnya desanya sebanyak 13 dan kelurahan sebanyak 6, Kecamatan
Bonang jumlah desanya sebanyak 21, Kecamatan Karangtengah jumlah desanya
sebanyak 17, Kecamatan Sayung jumlah desanya sebanyak 20, Kecamatan Guntur
jumlah desanya sebanyak 20, Kecamatan Karangawen jumlah desanya sebanyak
16

12, Kecamatan Mranggen jumlah desanya sebanyak 19 (Kabupaten Demak dalam


Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

Kabupaten Demak sebagai daerah agraris yang kebanyakan penduduknya


hidup dari pertanian, sebagian besar wilayah Kabupaten Demak terdiri atas lahan
sawah yang mencapai luas 52.315 ha (58,29 persen), dan selebihnya adalah lahan
kering. Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah yang berpengairan
teknis adalah 67,94 persen dan tadah hujan 32,06 persen. Lahan kering 28,96
persen digunakan untuk tegal atau kebun, 23,43 persen digunakan untuk tambak,
serta 42,07 persen digunakan untuk lainnya (Kabupaten Demak dalam Angka
2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020). Keadaan iklim sebagaimana musim di
Indonesia pada umumnya, di Kabupaten Demak hanya dikenal dua musim yaitu
musim kemarau dan penghujan.

Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan September arus angin
berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air. Sebaliknya pada
waktu bulan Oktober sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap
air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik, sehingga terjadi musim
penghujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati
masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Menurut Dinas
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Demak, selama tahun 2018 di
wilayah Demak telah terjadi sebanyak 40 sampai dengan 128 hari hujan dengan
curah hujan antara 346 mm sampai dengan 2.944 mm. Jumlah hari hujan
terbanyak terjadi di daerah Mijen, sementara curah hujan tertinggi terjadi di
daerah Jatirogo (Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik
dalam Angka 2020).
17

Gambar 1 : Peta Kabupaten Demak

Sumber : Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020
https://neededthing.blogspot.com/2019/06/peta-administrasi-kabupaten-demak.htmln
diaskses pada tanggal 21 April 2020 pukul 14.00 WIB.

Kecamatan Bonang secara geografis salah satu Kecamatan di Kabupaten


Demak, sebelah utara wilayah ini berbatasan dengan Kecamatan Wedung, sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Demak, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Karangtengah, serta sebelah barat berbatasan dengan laut Jawa. Jarak
terjauh dari barat ke timur adalah sepanjang 8 km dan dari utara ke selatan
sepanjang 6 km. Jarak ke Ibu kota Demak 10 km, sedangkan jarak ke Kecamatan
sekitar adalah ke Kecamatan Wedung 11 km, ke Kecamatan Demak 10 km dan ke
Kecamatan Karangtengah 15 km. Secara administratif luas wilayah Kecamatan
Bonang adalah 83,24 km2 , terdiri atas 21 Desa. Daerah agraris yang kebanyakan
penduduknya hidup dari pertanian, wilayah Kecamatan Bonang terdiri atas lahan
sawah yang mencapai luas 5, 970,90 ha dan selebihnya adalah lahan kering.
Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah yang digunakan
berpengairan tadah hujan 4, 932,81 ha, teknis 0,00 ha dan setengah teknis 261,00
ha. Lahan kering 248,24 ha digunakan untuk tegal atau kebun, 892,55 digunakan
untuk bangunan dan pekarangan, selebihnya digunakan untuk lainnya (Kecamatan
18

Bonang dalam Angka 2019 Badan Pusat Statistik tahun 2019). Berikut data
wilayah Kecamatan Bonang secara administratif :

Gambar 2 : Peta Kecamatan Bonang


Lokasi Desa Purworejo

Sumber : Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019
https://neededthing.blogspot.com/2019/07/peta-administrasi-kecamatan-bonang.html
diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 14.00 WIB.

Lokasi Desa Purworejo sebelah utara berbatasan dengan Desa Betahwalang,


sebelah timur berbatasan dengan Desa Tridonorejo, sebelah selatan Desa
Margolinduk, dan Desa Morodemak, sebelah barat laut Jawa. Desa Purworejo
dipisahkan dengan Desa Morodemak berupa Sungai Tuntang yang mengalir ke
laut Jawa, terdapat ratusan perahu nelayan berbagai jenis dan ukuran yang
diparkir di pinggir.
19

Gambar 3 : Foto Sungai Tuntang Perbatasan Desa Purworejo dan Desa


Morodemak Kecamatan Bonang

Sumber : Dokumen Penelitian 2020 pengambilan foto tanggal 20 April 2020 pukul 14.00
WIB.

Sepanjang tepi Sungai Tuntang jalan beraspal terdapat pemukiman penduduk


yang cukup padat, jarak rumah satu dengan rumah yang lainnya saling
berhimpitan. Jarak dari Kecamatan Ibu kota Demak 10 km tinggi dari permukaan
air laut antara 0,5 sampai 4,0 m dari permukaan air laut. Luas wilayah Kecamatan
Bonang menurut Desa pada tahun 2019 sebagai beirkut.
Tabel 1 : Luas wilayah Kecamatan Bonang menurut Desa tahun 2019
Luas wil ayah kecamatan Bonang menurut desa
tahun 2018

no. desa luas presentase


1 Morodemak 4,26 5,12
2 Margolinduk 0,95 1,14
3 Gebang 3,31 3,98
4 Gebangarum 2,95 3,54
5 Karangrejo 5,07 6,09
6 Tlogoboy0 3,67 4,41
7 Krajanbogo 2,76 3,32
8 Kembangan 2,14 2,57
9 Sumberejo 5,19 6,24
10 Sukodono 2,49 2,99
11 Jatilmulyo 2,69 3,23
12 Bonangrejo 3,47 4,17
13 Jatirogo 3,23 3,88
14 Tridonorejo 5,33 6,40
15 Purworejo 7,41 8,90
16 Betahwalang 4,69 5,63
17 Seranagan 3,07 3,69
18 Poncoharjo 6,94 8,34
19 Wonosari 3,94 4,73
20 Jali 3,54 4,25
21 Weding 6,13 7,37
Jumlah 83,23 100,00

Sumber : Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019
20

Data diatas menunjukkan luas wilayah Kecamatan Bonang paling terluas


yaitu: Desa Puworejo luas paling tinggi 7,41 presentase 8,90, sedangkan Desa
Margolinduk luas terendah 0,95 presentase 1,14. Jumlah penduduk Kecamatan
Bonang berdasarkan Dusun, RW, dan RT terdapat tabel berikut ini:
Tabel 2 : Jumlah Dusun, RW, dan RT Menurut Desa Purworejo Tahun 2019
Jumlah Dusun, RW, dan RT kecamatan
Bonang

No. Desa Dusun RW RT


1 Morodemak 5 5 32
2 Margolinduk 1 4 16
3 Gebang 4 6 28
4 Gebangarum 5 6 20
5 Karangrejo 5 7 28
6 Tlogoboyo 4 4 24
7 Karajanbogo 5 5 26
8 Kembangan 3 5 18
9 Sumberejo 9 13 46
10 Sukodono 6 4 17
11 Jatimulyo 6 6 17
12 Bonangrejo 3 3 20
13 Jatirogo 4 4 21
14 Tridonorejo 4 5 26
15 Purworejo 6 7 66
16 Betahwalang 1 4 26
17 Serangan 2 4 21
18 Poncoharjo 3 5 22
19 Wonosari 1 4 21
20 Jali 3 4 29
21 Weding 4 9 28
  Jumlah 84 114 552

Sumber : Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019

Data diatas menunjukkan jumlah dusun, RW, dan RT di Kecamatan Bonang


menurut sensus 2018. Secara berturut-turut paling banyak jumlah Dusun Desa
Sumberejo 9 Dusun, RW 13 RT 46, yang kedua Desa Purworejo 6 dusun, RW 7
RT 66. Wilayah Desa Purworejo terbagi atas 6 Dukuh, yaitu Ponganggan,
Gandong, Pesurungan, Kongsi, Tambak Malang, dan Tambak Polo.
21

Keadaan Geografis di Desa Purworejo Secara geografis Desa Purworejo,


Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak berbatasan dengan empat desa yaitu
sebelah barat berbatasan dengan Desa Margolinduk, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Tridonorejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Morodemak
dan Desa Margolinduk, serta sebelah utara berbatasan dengan Desa Betahwalang.
Waktu tempuh antara Desa Purworejo dengan pusat Kota Kabupaten Demak
berjarak sekitar + 17 km. Desa Purworejo yang terletak di sepanjang pesisir
Pantai Morodemak. Batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Barat : Laut Jawa


Sebelah Selatan : Sungai Tuntang
Sebelah Utara : Kali jajar
Sebelah Timur : Desa Tridonorejo

Wilayah Desa Purworejo terbagi menjadi tujuh Rukun Warga atau dusun
dengan pembagian sebagai berikut RW 01 yaitu Dusun Pongangan, RW 02
yaitu Dusun Gandong, RW 03 yaitu Dusun Surungan, RW 04 yaitu Dusun
Kongsi, RW 05 yaitu Dusun Lapangan, RW 06 yaitu Dusun Tambak
Malang, RW 07 yaitu Dusun Tambak Polo. Luas area tanah wilayah Desa
Purworejo yaitu 56. 645 Ha. Dusun Lapangan, masyarakat tidak diperbolehkan
mendirikan bangunan permukiman, karena wilayah tersebut merupakan
wilayah pelabuhan. Wilayah Desa Purworejo ini dikelilingi oleh area tambak
(Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019).
22

Gambar 4: Peta Desa Purworejo

Sumber :Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019
web.google.maps https://www.google.com/maps/dir/-
6.8950963,110.628811/desa+purworejo+kecamatan+Bonang+Kabupaten+demak di akses
pada tanggal 13 Juni 2020 pukul 21.00 WIB

2.2. Kondisi Demografis Desa Purworejo


Jumlah penduduk Kabupaten Demak tahun 2018, sebanyak 1.140.675 orang
terdiri atas 565.102 laki-laki (49,54 persen) dan 575.573 perempuan (50,46
persen). Jumlah ini naik sebanyak 11.377 orang atau sekitar 1,00 persen
dibanding tahun 2017. Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk
Kabupaten Demak termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak
780.554 orang (68,43 persen), dan selebihnya 293.345 orang (25,72 persen)
berusia dibawah 15 tahun dan 66.776 orang (5,85 persen) berusia 65 tahun keatas.
Akibat dari struktur penduduk yang demikian besarnya angka ketergantungan
(dependency ratio) Kabupaten Demak adalah 46,14. Hal ini berarti bahwa setiap
100 orang berusia produktif menanggung sekitar 46 orang penduduk usia non
produktif yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas.
Kepadatan penduduknya, pada tahun 2018 kepadatan penduduk Kabupaten
Demak mencapai 1.271 orang/km2. Penduduk terpadat terdapat di Kecamatan
23

Mranggen dengan kepadatan 2.623 orang/km2, sedang penduduk paling jarang


berada di Kecamatan Wedung dengan kepadatan hanya 740 orang/km2
(Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

Ketenagakerjaan tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya


manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah
penduduk berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja ini dibedakan sebagai
angkatan kerja yang terdiri dari bekerja dan mencari pekerjaan, serta bukan
angkatan kerja yang terbagi atas yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan
lainnya. Penduduk Kabupaten Demak usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada
tahun 2018 sebanyak 549.295 orang yang terdiri atas 332.622 laki-laki dan
216.673 perempuan.

Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Demak,


banyaknya pencari kerja yang mendaftar selama tahun 2018 adalah sebanyak
8.444 orang terdiri dari 2.769 orang laki-laki (32,79 persen) dan 5.675 orang
perempuan (67.21 persen). Pekerjaan tingkat pendidikan di Kabupaten Demak
sebagian besar setingkat SLTA (5.626 orang), dan selebihnya 1.531 orang
berpendidikan setingkat SLTP, 936 orang berpendidikan Diploma atau Perguruan
Tinggi dan 351 orang berpendidikan SD. Transmigrasi merupakan upaya untuk
memperluas lapangan usaha dan kesempatan kerja. Menurut Kantor Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Demak, selama tahun 2018 telah
diberangkatkan sebanyak 8 kk ke beberapa daerah tujuan. Dilihat dari asal
Kecamatan, transmigran berasal dari Kecamatan Mranggen, Karangawen, Guntur,
Sayung, Karangtengah, Demak, dan Wonosalam.

Jumlah angka kelahiran dan angka kematian pada tahun 2018 di Kabupaten
Demak 1140, 675, jumlah angka ketergantungan di Kabupaten Demak 46,14,
pendaftaran, target dan realisasi pemberangkatan transmigrasi di Kabupaten
Demak. Jumlah 17 kartu keluarga pertahun, transmigrasi umum 8 kk, 31 jiwa,
serta menurut daerah tujuan transmigrasi dari Kabupaten Demak pada tahun 2018
24

dearah tujuan daerah Sumatera Barat jumlah kk 3 keluarga, 11 jumlah jiwa,


daerah Sulawesi Tenggara jumlah kk 5 keluarga 20 jumlah jiwa.

Grafik 1: Perbandingan Jumlah Penduduk di wilayah Kecamatan Bonang


tahun 2019

Perbandingan Jumlah Penduduk di wilayah kecamatan Bonang

7% 6% 3%
4%
5%
4% 3%
5%
6%
4%
4%
6%
3%
4%
9%
7%
6%
4% 4%
3%
3%

Sumber : Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019.
Jumlah penduduk Kecamatan Bonang berdasarkan hasil registrasi penduduk
2018 adalah sebanyak 103.256 orang terdiri atas 51.854 laki-laki dan 51.402
perempuan. Jumlah penduduk ini naik sebanyak 819 orang atau sekitar 0,80
persen dari tahun sebelumnya. Secara berurutan, penduduk terbanyak terdapat di
Desa Purworejo, Desa Sumberejo, dan Desa Weding dengan jumlah penduduk
maisng-masing sebesar 9.525 orang, 7.636 orang dan 7.461 orang. Jumlah
penduduk terkecil terdapat di Desa Gebangarum, Desa Sukodono, dan Desa
Margolinduk dengan masing-masing sebanyak 3.030 orang, 3.132 orang, dan
3.113 orang. Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kecamatan
Bonang termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 70.720 orang
(68,49 persen), dan selebihnya 26.299 orang (25,47 persen) berusia di bawah 15
tahun dan 6.237 orang (6,04 persen) berusia 65 tahun ke atas. Angka
ketergantungan (dependency ratio) Kecamatan Bonang adalah 460,07. Hal ini
berarti bahwa setiap 1.000 orang berusia produktif menanggung sebanyak 460
orang lebih penduduk usia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. Kepadatan
25

penduduk, pada tahun 2018 Kecamatan Bonang mencapai 1.241 jiwa/km2.


Penduduk terdapat di Desa Margolinduk dengan kepadatan 3.271 jiwa/km2,
sedang penduduk paling jarang berada di Desa Poncoharjo dengan kepadatan 742
jiwa/km2 (Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun
2019).

2.3. Kondisi Sosial Ekonomi


2.3.1. Kondisi Sosial
Kondisi sosial pada dasarnya suatu konsep yang berhubungan antara manusia
dengan lain sikap, perilaku atau orientasi yang mempertimbangkan kepentingan,
niat atau kebutuhan orang lain. Hubungan tersebut, berupa kebutuhan orang
dengan orang lain yang saling terjadi dalam bidang sosial dan perekonomian.
Kabupaten Demak merupakan daerah yang tidak begitu ramai dalam bidang
perekonomian sebab sebagian besar masyarakat bermata pencaharian petani,
meskipun ada juga menjadi pedagang, pengusaha, buruh pabrik, karyawan,
kantor, nelayan dan sebagiannya. Keberadaan sektor industri di wilayah
Kabupaten Demak tidak terlalu banyak hanya saja terdapat di wilayah Kecamatan
Sayung dan Kecamatan Mranggen yang berdekatan dengan Kota Semarang.
Demak merupakan Kabupaten kecil yang penduduknya cukup padat dan tersebar
sebagian besar di pedesaan. Secara berurutan penduduk terbanyak di Kecamatan
Mranggen (189.451), Kecamatan Sayung (106.372) dan Kecamatan Bonang
(102.437) (Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun
2020). Angka kepadatan penduduk cukup tinggi demikian juga di setiap desa
kesibukan warga masyarakat khususnya di bidang perekonomian tampak biasa-
biasa saja.

Kabupaten Demak di bidang pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya


sarana dan prasarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidikan (guru)
yang memadai. Berdasarkan data dari Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Demak, pada tahun 2018 diketahui ada 494 Sekolah Dasar (SD), 84
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan 93 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SMA&SMK). Jumlah guru berturut-turut 5.598 untuk SD, 1.918 untuk SMP dan
26

1.761 untuk SMA/SMK. Jumlah guru dan murid diatas dapat dihitung rasio murid
terhadap guru, dimana rasio murid terhadap terhadap guru untuk SD adalah 16,56
untuk SMP 13,43 dan untuk SMA/SMK 17,53. Bahwa setiap guru SD harus
menangani sedikitnya 16 orang, untuk SMP 13 orang dan SMA/SMK 17 orang.
Sumber yang sama didapat jumlah anak putus sekolah (drop-out) selama tahun
2018 menurut tingkat pendidikan adalah untuk tingkat SD 94 orang, SMP 89
orang dan SLTA 10 orang, sehingga jumlah seluruhnya mencapai 193 orang
(Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

Bidang kesehatan Kabupaten Demak perlu mendapatkan perhatian serius dari


berbagai pihak. Demak sudah memiliki sarana kesehatan yang cukup memadai.
Sarana kesehatan tersebut antara lain berupa Rumah Sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu dan tenaga kesehatan. Pada tahun 2018, di Kabupaten Demak terdapat 4
rumah sakit umum, 27 puskesmas, 52 puskesmas pembantu. Selain itu, sarana
kesehatan lain yang berupa tenaga kesehatan adalah 75 dokter spesialis, 81 dokter
umum, 16 dokter gigi dan 65 apoteker. Keluarga Berencana (KB) aktif di
Kabupaten Demak selama tahun 2018 tercatat 155.154 peserta. Pada keadaan
yang sama, peserta KB baru tercatat sebanyak 23.049 peserta. Berdasarkan alat
kontrasepsi yang digunakan, sebagian besar peserta KB aktif menggunakan suntik
sebagai metode kontrasepsi (74,98 persen). Selain itu ada beberapa alat
kontrasepsi yang lebih diminati oleh peserta KB daripada alat yang lain, antara
lain susuk/implant (9,23 persen), pil (7,34 persen), dan IUD (3,83 persen)
(Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

Bidang peradilan pembangunan di bidang hukum Kabupaten Demak dapat


menciptakan sistem dan produk hukum yang mengayomi dan memberikan
landasan kegiatan hukum bagi masyarakat. Salah satu indikator tersebut dapat
dilihat dari banyaknya perkara pidana yang masuk dan yang diselesaikan di
Kejaksaan Negeri Kabupaten Demak, dimana selama tahun 2018 perkara yang
masuk atau dapat diselesaikan/ diputuskan 100 persen. Kabupaten Demak
mayoritas memeluk Agama Islam, disamping Agama Kristen, Katholik dan
Konghucu, Suasana kerukunan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap
27

Tuhan Yang Maha Esa sangat baik. Beragamnya tempat peribadatan merupakan
salah satu bukti kerukunan agama diantara umat. Jama’ah haji yang
diberangkatkan pemerintah pada tahun 2018 dan berasal dari Kabupaten Demak
sebanyak 1.459 orang. Jama’ah haji terbanyak berasal dari Kecamatan Demak 260
orang, Kecamatan Guntur 153 orang, dan Kecamatan Gajah 120 orang
(Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

2.3.2. Kondidi Ekonomi


Kondisi ekonomi kegiatan aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, konsumsi terhadap barang dan jasa. Pekerjaan warga
masyarakat di Kabupaten Demak sebagai petani bekerja di sawah, mereka bangun
tidur menjelang subuh, setelah subuh berangkat kerja hingga sore. Masyarakat
yang pekerjaannya sebagai nelayan jam kerjanya bisa sehari semalam atau bahkan
berhari-hari, sebab daerah penangkapan ikan tidak hanya di sekitar muara laut
yang berdekatan dengan tempat tinggalnya, melainkan berada di luar kota, seperti
Jepara, Pekalongan, Kendal bahkan ke laut jawa di wilayah Jawa Barat. Secara
historis warga masyarakat Demak khususnya warga di Desa Purworejo,
Kecamatan Bonang. Sejak jaman kesultanan telah memperlihatkan
kemampuannya di bidang maritim mereka dikenal sebagai pelaut yang ulung dan
gagah berani, dalam mempertahankan kedaulatan melawan penjajah Portugis yang
ada di Malaka Malaysia, bahkan pada jaman Raja Pati Unus pernah mengusir
Portugis dari Sunda Kelapa (Jakarta). Bagi masyarakat nelayan Pati Unus menjadi
figur kepahlawanan yang menginspirasi dalam menekuni usaha perekonomiannya
sebagai nelayan (Yogyanto, 2017: 7).

Kabupaten Demak merupakan daerah pertanian di samping perikanan, hasil


pertanian seperti: (1) sorgum, (2) kedelai, (3) kacang hijau, (4) kacang tanah (5)
ketela rambat (6) ketela pohon (7) jagung (8) padi. Hasil perikanan seperti: (1)
bawal, (2) kembung, (3) tongkol,(4) udang, (5) teri, (6) tengiri, (7) layur, (8)
petek, (9) manyung, (10) kakap, (11) tigawaja, (13) bambangan, (15) cumi-cumi,
(16) blanak, (17) kerang. Hasil ladang seperti (1) mangga, (2) jeruk besar, (3)
jambu biji, (4) jambu air, (5) sawo, (6) pisang, (7) pepaya, (8) nanas, (9)
28

belimbing, (10) jeruk keprok, (11) nangka, (12) semangka, (13) sirsat, (14)
kelengkeng, (15) blewah, (19) sukun, (20) melinjo, (21) rambutan, (22) melon.
Hasil sayur-sayuran seperti: (1) bawang merah, (2) sawi, (3) kacang panjang, (4)
cabe, (5) tomat, (6) ketimun, (7) kangkung, (8) bayam, (9) melinjo, (10) terong
(Kabupaten Demak dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik tahun 2020).

Para nelayan di Kecamatan Bonang yang menangkap ikan di laut biasanya


berlayar dekat pantai terutama di daerah-daerah teluk, sebab kebanyakan ikan
hidup pada kawasan laut dengan jarak 10-30 km dari pantai. Musim tertentu
kawasan ikan lebih mendekat lagi dan masuk ke dalam teluk atau pantai mencari
air tenang dan untuk bertelur. Pada bulan purnama nelayan pantai di Purworejo
tidak banyak melaut, karena ikannya sedikit, tetapi pada bulan tua atau bulan
muda berdasarkan pada penanggalan hijriyyah para nelayan pergi ke laut lantaran
banyak ikan yang muncul.

2.4. Kondisi Sosial Budaya


2.4.1. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan kehidupan yang memiliki silsilah kelompok masyakarat
yang ada pada keluarga di lingkungan sekitar. Sistem kekerabatan menjelaskan
secara matrilineal ini garis keturunan adalah dari ibu dan wanita: anak-anaknya
hanya mengenal ibu dan saudara-saudara ibunya: ayah dan keluarganya tidak
masuk clan anaknya karena ayah termasuk clan ibunya pula. Menurut para ahli
antropologi sependapat bahwa garis-garis keturunan matrilineal merupakan yang
tertua dari bentuk garis keturunan lainnya. Menurut Wilken seorang ahli teori
evolusi mengemukakan bahwa proses dari garis keturunan ini pada masa
pertumbuhannya adalah sebagai berikut: (1) Garis keturunan ibu, (2) Garis
keturunan ayah, (3) Garis keturunan orang tua (Munir Misnal, 2015: 3). Menurut
teori evolusi, garis keturunan ibu dianggap yang tertua dan kemudian garis
keturunan ayah. Selanjutnya dari anak tidak hanya mengenal garis keturunan
ibunya, tetapi juga garis keturunan ayahnya. Alasan yang digunakan oleh
penganut teori evolusi ini menitik beratkan terhadap evolusi kehidupan manusia.
29

Desa Purworejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada umumnya


berbentuk keluarga inti yang terdriri dari bapak (kepala keluarga), ibu dan anak.
Keluarga kadang-kadang terdapat beberapa orang tambahan anggota keluarga
yang masih ada hubungan kekerabatan atau pembantu rumah tangga. Tugas pokok
bapak adalah bertanggung jawab atas segala kebutuhan rumah tangganya, yaitu
bekerja mencari nafkah baik di rumah ataupun di luar rumah. Tugas ibu lebih
banyak di rumah untuk mengasuh anak, mengurusi rumah, dan waktu di sela
membantu pekerjaan suami. Tugas anak-anak sekolah, mengaji, membantu orang
tua mengasuh adik, jika perlu membantu pekerjaan orang tua. Warga masyarakat
Desa pada umumnya hanya berhubungan kekerabatan dengan anggota keluarga
intinya, dengan para saudara kandung orang tuanya beserta anak-anaknya, dengan
kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibunya, dengan anak-anak saudara
kandungnya sendiri, serta ipar-iparnya. Hubungan ini terutama berfungsi dalam
kehidupan sekitar kegiatan rumah tangga (Koentjaraningrat, 1984: 153). Warga
masyarakat Desa Purworejo satu dan lainnya terkait hubungan keluarga dengan
kekerabatan yang jelas, baik yang terbentuk dengan hubungan darah maupun
karena perkawinan. Hubungan perkawinan antar warga merupakan salah satu
bentuk yang melestarikan mata pencaharian sebagai nelayan atau petani tambak.

Secara khusus untuk menyebut hubungan kekerabatan akibat perkawinan,


dipergunakan istilah tambahan mertua atau maratuwa di belakang kata bapak-ibu
untuk menyebutkan orang tua suami atau istri. Menyebut kakak atau adik dari istri
atau suami ditambah dengan kata ipar atau ipe. Menyebut anak yang menjadi
suami atau istinya anaknya ditambah istilah menantu atau mantu. Menyebut anak
dari kakak atau adik dengan istilah keponakan, sedangkan menyebut hubungan
kekerabatan antara orang tua kedua belah pihak yang terikat perkawinan
digunakan istilah besan. Istilah besan dengan perkataan lain, disebut sanak-
sedulur atau sanak sedherek, yaitu kelompok kekerabatan bilateral yang warganya
terikat hubungan keturunan atau perkawinan (Koentjaraningrat, 1984: 153).
30

Hubungan sosial, warga masyarakat Desa Purworejo cenderung egaliter,


tingkatan usia dan status sosial seorang tidak menjadi acuan tatakarma. Manusia
memandang sesama sederajat, yang membedakan adalah tingkat ketakwaan
manusia terhadap Allah SWT. Kyai atau tokoh ulama lebih dihormati dan
disegani. Hal ini tercermin dalam sikap badan, penggunaan bahasa, pemberian
kesempatan, dan sebutan sapaan untuk memanggil, misalnya dalam sholat
berjama’ah dan pembacaan doa-doa upacara ritual tertentu seorang kyai akan
diberi kesempatan untuk memimpinnya. Seorang santri bila bertemu dengan
seorang kyai akan berjabatan tangan dan mencium tangannya. Nasehat-nasehat
atau ucapan seorang kyai dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Kesimpulanya pada saat-saat ada kegiatan penting di Desa, seorang
kyai akan mendapatkan posisi yang terhormat.

2.4.2. Kepercayaan dan Religi


Kepercayaan merupakan konsep yang dipercayai dan menjadi keyakinan
secara mutlak suatu umat beragama dan upacara-upacara beserta pemuka-pemuka
agama yang melaksanakannya. Kabupaten Demak dikenal sebagai kota religi atau
yang sering di kenal sebagai kota wali yang meninggalkan warisan sejarah berupa
Masjid Agung Demak beserta para raja di Kelurahan Bintoro dan Makam Sunan
Kalijaga yang merupakan aset dan ikon bagi Kabupaten Demak. Keberadaan
peninggalan sejarah tersebut merupakan sumber pendapatan yang bernilai
ekonomi di bidang pariwisata, karena pengunjungnya sangat ramai terutama pada
hari-hari tertentu seperti, hari jum’at, sabtu, dan minggu, atau bulan-bulan tertentu
(menjelang bulan Ramadhan). Pusat pariwisata lainnya terdapat di Pantai
Morosari Sayung, makam Syekh Mundakir di ditengah laut, Grebeg Besar,
Prajurit Patang Puluhan diadakan pada bulan Dzulhijah, Syawalan di Morodemak
(sedekah laut) diadakan bulan syawalan dan sebagiannya.

Budaya masyarakat di Kabupaten Demak di pengaruhi oleh budaya Islam


yang mana sejak zaman kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran Agama
Islam di pulau Jawa, dan kerajaan Islam pertama kali di pulau Jawa dengan bukti
31

adanya Masjid Agung Demak. Peninggalan budaya ini dapat dilihat dari beberapa
upacara keagamaan yang masih ada sampai sekarang antara lain adanya
peringatan grebek besar yang diadakan setiap tahun sekali, upacara syawalan dan
kebiasan-kebiasaan ziarah ke makam para wali. Budaya rutinitas yang dilakukan
oleh masyarakat Demak juga masih berlangsung seperti kebiasaan membaca
berjanzi, atau maulidi Rosul di kampung-kampung, kegiatan manakibpan,
peringatan ruwahan atau kirim doa ke para leluhur, dan kegaiatan apitan. Data
penduduk berdasarkan agama Kabupaten Demak tahun 2020 jumlah agama
Kabupaten Demak yaitu Agama Islam 1.149.603, Protestan 6.659, Katolik 2.306,
Hindu 53, Budha 124 lainnya 26. Dibawah ini data penduduk di Kecamatan
Bonang berdasarkan agama.

Tabel 3 : Jumlah Pemeluk Agama Kecamatan Bonang 2019


Jumlah pemeluk agama di Kecamatan Bonang tahun 2019
Hind
Desa Islam Katolik Protestan u Budha lainnya
Morodemak 5745 0 0 0 0 5745
Margolinduk 3111 1 1 0 0 3113
Gebang 5044 0 0 0 0 5044
Gebangarum 3029 1 0 0 0 3030
Karangrejo 6032 0 0 0 0 6032
Tlogoboyo 4453 0 0 0 0 4453
Krajanbogo 3514 0 0 0 0 3514
Kembangan 3744 0 0 0 0 3744
Sumberejo 7631 5 0 0 0 7636
Sukodono 3132 0 0 0 0 3132
Jatimulyo 3314 0 0 0 3314
Bonangrejo 4158 0 0 0 0 4158
Jatirogo 3891 0 0 0 0 3891
Tridonorejo 6412 2 0 0 0 6414
Purworejo 9525 0 0 0 0 9525
Betahwalang 5890 0 0 0 0 5890
Serangan 4180 0 0 0 0 4180
Poncohrajo 5148 0 0 0 0 5148
Wonosari 3931 1 0 0 0 3932
Jali 3900 0 0 0 0 3900
Weding 7461 0 0 0 0 7461
10324
Jumlah 5 10 1 0 0 103256
Kecamatan Bonang dalam Angka 2019, Badan Pusat Statistik tahun 2019
32

Kecamatan Bonang penduduk yang beragama Islam 80.999, Protestan, 118,


Katolik 25, Hindu 5, Budha 6, lainnya 3. Ciri khas masyarakat Kabupaten Demak
setiap Desa memiliki minimal satu masjid bahkan setiap dusun memiliki Masjid,
untuk Desa Purworejo memiliki fasilitas rumah Ibadah 7 Masjid dan 14 Musholla.

Gambar 5: Masjid Jam’i Baiturruhman Dukuh Kongsi Desa Purworejo

Sumber : Dokumen Penelitian 2020 pengambilan foto pada tanggal 20 April 2020 pukul
14.00 WIB.
33

BAB III

KEHIDUPAN NELAYAN DESA PURWOREJO

3.1. Keseharian Nelayan Desa Purworejo

Keseharian nelayan di Desa Purworejo sebagian besar pekerjaan sebagai


nelayan merupakan pilihan terbesar bagi masyarakat di Desa Purworejo,
Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Mengingat alasan warga setempat
bahwa tempat tinggal mereka lebih dekat dengan muara sungai. Para
nelayan di Desa Purworejo melakukan aktivitas panangkapan ikan di laut
dalam seminggu sebanyak enam hari. Hari jumat, nelayan tidak pergi
menyang, karena hari jumat dianggap hari yang sakral dan mereka lebih
mengutamakan hari jumat itu untuk beribadah sholat jum’at. Sholat jum’at
ini hukumnya wajib bagi kaum laki-laki, dan umumnya para nelayan yang
pergi menyang ke laut adalah laki-laki. Masyarakat nelayan di Desa
Purworejo dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu nelayan kecil dan
nelayan besar. Nelayan kecil tentuya modal usaha lebih sedikit dan peralatan
tangkap yang digunakan lebih sederhana seperti; perahu arad, dan perahu
sampan. Nelayan besar tentunya modal usaha lebih banyak, peralatan tangkap
lebih banyak, serta dua mesin yang digunakan lebih banyak pengeluaran seperti,
kapal bulga, kapal purse siene, kapal branjang atau bagan (Ridha, 2017: 650).

3.1.1. Kerja Sama Bakul dan Nelayan


Kerja sama bakul dan nelayan terjadi setiap hari ketika pulang dari laut, baik
pagi dan siang di tempat pelelangan ikan. Kerja sama bakul dan nelayan pada saat
jual beli dengan tawaran standar atau rata-rata bakul memberikan harga jual beli
tidak turun harganya, yang sesuai dengan harga yang diingikan dari nelayan.
Kerja sama tidak berikan dampak konflik antar bakul dan nelayan yang saling
menguntugkan. Jenis hasil tangkapan ikan yang dijualkan ke bakul kebanyakan
perahu sampan dan perahu arad karena hasil tangkapan ikan hanya satu basket 30
34

kg. Dan jenis ikan bisa di sendirikan sesuai dengan permintaan bakul yang akan di
beli dari nelayan.

Tabel : hasil tangkapan nelayan yang dijualkan ke bakul di bulan April 2020
Hasil tangkapan nelayan yang dijualkan ke bakul
Jenis alat tangkap Jumlah (Unit) Jenis ikan Jumlah Ikan (KG)
Jaring arad Ikan kembung 22.189
jaring bagan Ikan Teri 20.804
JUMLAH 0 42.993
Sumber : Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7
September 2020 pukul 03.40 WIB.
3.1.2. Kerja Sama Tengkulak dan Nelayan
Kerja sama tengkulak dan nelayan terjadi setiap hari ketika pulang dari
melaut, baik pagi dan siang yang dijualkan di tempat pelelangan ikan. Tempat
pelelangan ikan terdapat tengkulak yang memiliki modal cukup besar dalam jual
beli pelelangan ikan. Tengkulak sendiri yang secara umum menawarkan yang
harga lebih rendah, karena tengkulak ketika beli di tempat pelelangan ikan dijual
kembali ke pasar dengan harga yang tinggi. Tengkulak merupakan seseorang yang
membeli hasil tangkapan nelayan secara borongan dengan hasil tangkap ikan
semua jenis ikan yang diperoleh dari laut perkilo, embar atau basket. Harga yang
dibeli harga dibawah pasaran yang tidak bisa mencukupi hasil tangkapan nelayan
perorang yang sudah melaut. Sedangkan bakul sendiri menawarkan harga beli
hasil tangkapan ikan yang sudah dikasih harga nelayan yang tidak merugikan
nelayan ketika jual beli tangkap ikan. Bakul merupakan seseorang yang membeli
hasil tangkapan nelayan beberapa basket sekitar 30 kg dengan jenis yang
diinginkan oleh bakul kepada nelayan.
35

Tabel : Hasil tangkap nelayan yang dijualkan oleh Tengkulak bulan Apirl
2020
JENIS ALAT TANGKAP JUMLAH ( Unit ) JENIS IKAN JUMLAH IKAN (Kg)
1. PORSE SAINE TERI 316.407
2. BOLGA TENGIRI 22.186
DORANG 12.998
TONGKOL 30.804
UDANG 4.393
LAYUR 1.580
CUMI 10.482
KEMBUNG 183.881
JUMLAH 0 582.731
Sumber : Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7
September 2020 pukul 03.40 WIB.

3.1.3. Kerja Sama Pemilik Modal dan Anak Buah Kapal


Kerja sama antara pemilik modal dan anak buah kapal terjadi pada saat
sebelum pergi melaut dan sesudah pulang melaut. Sebelum pergi melaut, Kerja
sama yang dilakukan adalah perbekalan terlebih dahulu dibagi pembekalan 20%
persiapan yang dilakukan nelayan seperti beli solar, jaring, gas LPG, rokok,
kebutuhan makanan lainnya. Kerja sama pemilik modal dan anak kapal secara
umum dilakukan kapal bulga, kapal purse siene, kapal bagan atau beranjang
kebanyakan jumlah nelayan lebih dari 10 orang nelayan yang setiap berangkat
meluat harus disiapkan terlebih dahulu pembakalan nelayan. Sedangkan perahu
sifatnya lebih pribadi, karena jumlah orang yang ikut melaut hanya 3 orang
nelayan sampai 6 orang nelayan.

3.2. Permukiman Nelayan Desa Purworejo


Bau amis yang menyengat hidung merupakan kesan pertama kali bagi
para pendatang ketika memasuki wilayah Desa Purworejo, karena daerah ini
merupakan daerah yang paling dekat dengan pesisir Pantai Morodemak. Kata
Moro sendiri sesungguhnya berasal dari kata muara. Hal ini disebabkan karena
pengucapan lidah orang Jawa yaitu untuk memudahkan dalam menyebut
kata muara. Secara sosioligis Desa Purworejo merupakan sebuah wilayah
yang dihuni oleh penduduk yang bersifat homogen, yang sebagian besar
masyarakatnya memeluk dan meyakini ajaran Islam sebagai dasar perilaku
hidup mereka sehari-hari. Hubungan antar warga didasari pada rasa
36

solidaritas yang tinggi dan kebersamaan, terutama dalam kegiatan


keagamaan. Hal ini terlihat pada saat penulis melakukan penelitian di Desa
Purworejo, sebelum adzan maghrib berkumandang, dan sebelum tiba
waktunya berbuka puasa di tiap-tiap tempat peribadatan selalu ada
pembagian nasi bungkus yang memang disediakan oleh warga setempat
yang dianggap mampu secara ekonomi dan diberikan kepada tetangga yang
kurang mampu dan anak-anak.

3.3. Kebutuhan Persiapan Nelayan


3.3.1. Jenis Alat Tangkap Nelayan
Beberapa jenis alat tangkap yang ada di Desa Purworejo sebagai berikut: (1)
purse seince alat tangkap ikan dari jaring yang dioperasikan dengan cara
melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk pada akhir
proses penangkapan ikan. (2) trammel net alat tangkap ikan yang banyak
digunakan oleh nelayan, Trammel net sering disebut juga "Jaring kantong", "
Jaring Gondrong" atau "Jaring Udang". (3) gill net alat tangkap ini dinamakan
jaring insang (gill net) ikan- ikan yang tertangkap (gilled) / terjerat di bagian
sekitar tutup insang (operculum) pada mata jaring. Jaring insang berperan untuk
menangkap ikan-ikan dengan cara menjerat (gilled) pada mata jaring atau terbelit-
belit (entangled) pada tubuh jaring. (4) Arad alat tangkap Jaring modifikasi alat
tangkap pukat kantong yang sedemikian rupa bentuknya menyerupai pukat.

Peran alat tangkap jaring arad oleh nelayan di perairan pantai Desa Purworejo
sebab jaring arad ringan, mudah dalam pengoperasiannya dan biaya
operasionalnya relatif murah. (5) bubu / Jebak rajungan alat tangkap ikan yang
dioperasikan secara pasif karena bersifat perangkap. Bubu bisa di tempatkan di
dasar perairan, di permukaan dengan mengapung dan hanyut. Bubu dasar
bertujuan untuk menangkap ikan damersal. (6) long / Line / Prawe/ Pancing alat
tangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali temali yang dibentangkan di perairan
laut lepas. (7) Life net alat tangkap yang di operasikan tanpa menggunakan kapal
dan hanya khusus pada malam hari. Lift net bertujuan menangkap ikan yang
tertarik akan cahaya. (8) Bagan/ jala alat tangkap yang paling sederhana
37

digunakan di air tawar dan air laut. Jala akan menangkap ikan pada bagian
operculum.

Tabel.4: Data alat tangkap ikan di Kecamatan Bonang


Data alat tangkap ikan Kecamatan Bonang pada tahun 2017
Desa alat tangkap
Purse seine Trammal net gill net arad jebak rajungan long line / prawe bagan / jala jumlah tangkap
Betahwalang 33 0 230 38 205 4 1 511
Gebang 0 48 139 0 4 0 0 191
Gebangarum 0 31 0 0 31 0 0 62
Margolinduk 52 84 0 0 4 0 0 140
Morodemak 22 0 0 32 53 7 67 181
Purworejo 166 235 137 192 4 148 42 924
serangan 0 0 0 13 0 1 0 14
Jumlah 273 398 506 275 301 160 110 2023
Sumber : Dinas perikanan dan keluatan Kecamatan Bonang tahun 2018

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak 2018 dan Jumlah Produksi
Perikanan Tangkap Kabuapeten Demak.
http://data.demakkab.go.id/mk/organization/756faeca-f359-4f66-9350-
f7c8de8a3bee?tags=Kabupaten+Demak diakses pada tanggal 14 Mei 2020 pukul
14.00 WIB.

Berdasarkan tabel diatas maka Desa Purworejo memiliki jenis alat tangkap
berapa purseseine 166, trammal net 235, gill net 137, arad 192, jebak rajungan 4,
long line 148, bagan 42 jumlah tangkap 924. Jumlah kapal Desa Purworejo
sebagai berikut, jumlah kapal 589, jumlah pemilik kapal 532, jumlah abk 1.620,
jumlah pelaku usaha 2.152, kebutuhan bahan bakar perbulan (liter) 457.080.

3.3.2. Jenis Kapal dan Perahu Nelayan


Jenis-jenis perahu yang ada di Desa Purworejo dan sekitarnya jumlahnya
sangat banyak, namun jenisnya secara umum hanya lima, yaitu (1) kapal bulga,
(2) kapal purse seine, (3) perahu sampan, (4) kapal bagan (branjang), (5) perahu
arad. Kapal Bulga ukuran panjang 12 m, lebar 8 m, dan tingginya 8 m, dengan
harga baru beserta mesin, jaring alat tangkap yang sudah di sediakan Rp.
500.000.000,- dibanding harga kapal bekas setangahnya kapal bekas dengan harga
RP. 250.000.000,- tanpa mesin, dan jaring. Kapal Purse Seine ukuran panjang 13
m, lebar 9 m, dan 9 tingginya m dengan harga baru Rp. 500.000.000,- beserta
38

mesin, jaring purse seine, lampu bolep 10 lampu dibanding harga kapal bekas
400.000.00,- tanpa mesin, dan jaring. Kapal Bagan atau Beranjang ukuran
panjang 10 m, lebar 7 m, dan tingginya 4 m, harga baru beserta mesinya Rp.
200.000.000,- dibanding harga bekas dengan seharga Rp.100.000.000,-. Perahu
Arad ukuran panjang 7m, lebar 5 m harga baru Rp. 100.000.000,- beserta mesin
dibanding harga perahu bekas Rp.80.000.000,-. Perahu sampan ukuran panjang
antara 6,5-7 m dan lebar antara 2,5-3 m dengan harga perahu baru
Rp.60.000.000,- dibanding harga perahu bekas Rp. 40.000.000,-

3.3.3. Jenis Mesin Kapal dan Perahu Nelayan


Kapal bulga dan kapal purse siene memiliki ukuran yang besar, sehingga pada
satu kapal terdapat dua jenis mesin, yaitu mesin fuso dan dompeng. Kedua mesin
tersebut memiliki kekuatan yang besar untuk menggerakan kapal dan
menggerakan jaring. Mesin fuso digunakan nelayan pada saat akan pergi berlayar
ke laut dan pulang berlayar dari laut. Sementara mesin dompeng digunakan
nelayan untuk menggerakan kartol gardan pada jaring. Kebanyakan kapal yang
digunakan oleh nelayan di Desa Purworejo memiliki mesin yang dibuat pada
tahun 2016. Harga mesin fuso berkisar antara Rp. 25.000.000, sementara harga
mesin dompeng berkisar antara Rp. 10.000.000. Perahu-perahu yang berukuran
kecil, seperti perahu sampan, perahu arad, dan kapal bagan digunakan mesin
dompeng kecil. Sebagian besar perahu menggunakan mesin dompeng yang dibuat
pada tahun 2013.

Gambar 6: Foto jenis mesin di bagian perahu dan kapal mesin dompeng

Sumber : Dokumen Peneliti Desa Purworejo tahun 2020 pengambilan foro pada
tanggal 21 juni 2020 pukul 12.00 WIB.
39

BAB IV

MODAL, HASIL TANGKAP, DAN PEMBAGIAN HASIL

TANGKAP IKAN DESA PURWOREJO

4.1. Modal Nelayan Desa Purworejo

Pembagian modal nelayan di Desa Purworejo dilakukan berdasarkan jenis


kapal yang dipakai oleh nelayan untuk melaut. Terdapat lima kapal yang
digunakan nelayan untuk melaut, yaitu kapal branjang, perahu sampan, kapal
purse seine, perahu arad, dan kapal bulga. Modal digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu modal permanen dan modal tidak tetap. Modal permanen adalah modal yang
diperlukan terus menerus untuk kelancaran usaha, contohnya seperti kapal dan
mesin. Sementara, modal tidak tetap adalah modal sekali pakai yang tidak dapat
digunakan kembali, contohnya seperti makanan dan bahan bakar (Indara,
2017:92). Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing pembagian modal.

4.1.1. Kapal Branjang

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ali Yasir yang berumur 42 tahun dan
istrinya Asriyah yang berumur 39 tahun, beliau pemilik “kapal Branjang
(Bagan)”. Penduduk Desa Purworejo Dukuh Tambak Malang RT 05 RW 06 ini
memiliki banyak kapal, menyatakan bahwa:

“Ketika akan melaut menyiapkan pembekalan solar 2 derijen 6 liter mie


Instan 1 dos, beras 5 kg, 1 tabung LPG dan 2 galon air putih, rokok”. Modal
kapal Branjang yang dibawa Rp. 450.000,-

4.1.2. Perahu Sampan

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Masrokan yang berumur 54 tahun


penduduk Dusun Tambak Malang Desa Purworejo, modal yang dikeluarkan untuk
nelayan dengan perahu Sampan adalah sebagai berikut.
40

“Pembekalan yang disiapkan ketika melaut dengan menggunakan perahu


sampan yaitu pembekalan 40 liter, 1 galon air putih, mie instan 10 mie instan,
beras 5 kg, rokok, serta makanan. Modal yang di bawa perahu sampan Rp.
85.000.00,-.

4.1.3. Kapal Purse Siene

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Haji Nawawi berumur 60 tahun


penduduk Desa Tridonorejo Dukuh Kaligawe modal yang dikeluarkan untuk
nelayan dengan kapal purse siene adalah sebagai berikut.

“Kapal surse siene membutuhkan solar sebanyak 4 derijen sekitar 50 liter.


Untuk mesin kapal purse sein menggunakan mesin fuso dan dompeng, untuk
melaut, makanan, 2 galon air putih, lampu bolep 10 lampu, 1 tabung LPG, 6
kilogram beras, satu dus mie instan”. Modal kapal Purse Siene yang dibawa
Rp. 500.000,-

4.1.4. Perahu Arad

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Sutiman yang berumur 56 tahun,


penduduk Desa Tridonorejo modal yang dikeluarkan untuk nelayan dengan
perahu Arad sebagai berikut.

“Perahu Arad membutuhkan solar sebanyak 30 liter. Untuk mesin perahu arad
menggunakan mesin dompeng, untuk melaut, makanan 1 galon air putih, 1
tabung LPG, 2 kilogram beras, satu dus mie instan”. Modal yang dibawa
perahu arad Rp.100.000,-.

4.1.5. Kapal Bulga

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Rozaq yang berumur 57 tahun,


penduduk Desa Purworejo Dusun Kongsi modal yang dikeluarkan untuk nelayan
dengan Kapal Bulga sebagai berikut.

“Kapal Bulga membutuhkan solar sebanyak 4 derijen sekitar 50 liter. Untuk


mesin kapal bulga menggunakan mesin fuso dan dompeng, untuk melaut,
41

makanan, 2 galon air putih, 1 tabung LPG, 6 kilogram beras, satu dus mie
instan”. Modal yang dibawa kapal bulga Rp.300.000,-

4.2. Hasil Tangkapan Nelayan Desa Purworejo


Hasil tangkapan nelayan di Desa Purworejo berupa jenis ikan yang di tangkap
yang ada dilaut, baik ikan yang kecil yang atau yang besar. Ikan yang kecil yang
didapatkan hanya di dasar laut terutama di saat penangkapan ikan menggunakan
kapal Purse Seine alat tangkap menggunakan lampu bolep yang disorotkan ke
arah permukaan laut, lalu di jaring menggunakan jaring Purse Siene. Dibanding
dengan kapal-kapal, perahu menggunakan jaring tanpa lampu yang disorotkan ke
permukaan laut. Ikan yang besar yang tangkap menggunakan jaring bulga, arad
dan jaring udang. Jenis ikan hasil tangkapan nelayan Desa Purworejo

Tabel 5: Hasil Tangkapan Nelayan di Bulan Agustus 2020

NAMA PURS
ALAT E JUMLAH
TANGKA SAIN BRANJAN KESELURUH
P E   BULGA   G AN
JENIS
IKAN KG Rp KG Rp KG Rp KG Rp
510.
DORANG 17 000         17 510.000
887.
CUMI 43 000         43 887.000
2 2.994.22 29 2.9
TERI     99.417 7.000     9.417 94.227.000
TONGKO 81.119.
L 8.110 000         8.110 81.119.000
13.282.
TENGIRI 442 000         442 13.282.000
KEMBUN 71.88 1.078.210. 1.0
G 0 000         71.880 78.210.000
80.43 1.172.611.0 299.4 2.994.227.0 4.168.235.0
JUMLAH 2 00 17 00     379.909 00
Sumber : Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7
September 2020 pukul 03.40 WIB.
42

Gambar 7: Kepala Bidang Humas Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo

Sumber ; Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7


September 2020 pukul 03.40 WIB.

Gambar 8: Ikan Tenggiri dan Ikan Kembung


43

Sumber : Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7


September 2020 pukul 07.00WIB.
4.3. Pembagian Hasil Tangkapan Nelayan Desa Purworejo
Model bagi hasil tangkapan ikan Desa Purworejo sangat bervariasi hal ini
tergantung pada kesepakatan antara pemilik modal atau juragan dengan anak buah
kapal dan tergantung pada besar kecilnya jenis kapal atau perahu. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara peneliti maka di Desa Puworejo terdapat lima jenis
kapal atau perahu yang memiliki model bagi hasil tangkapan nelayan yang
berbeda-beda, antara perahu sampan yang bermuatan 3 orang, perahu arad
memiliki jumlah nelayan 3-6 orang, kapal bagan atau branjang bermuatan jumlah
nelayan 6-8 orang, kapal bulga memiliki jumlah nelayan 20-25 orang, sedangkan
kapal purse sience 25-30 orang. Model bagi hasil tidak dilakukan secara tertulis
tetapi berdasarkan kesempakatan antara pemilik modal (juragan), dengan nelayan
(mudhrobah). Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ali Yasir yang berumur 42
tahun dan istrinya Asriyah yang berumur 39 tahun, beliau pemilik “kapal branjang
(bagan)”. Penduduk Desa Purworejo Dukuh Tambak Malang RT 05 RW 06 ini
memiliki banyak kapal, menyatakan bahwa:

“Ketika akan melaut, berangkat jam 14.30 dan pulang jam 09.30 pagi, yang
berangkat sebanyak 9 orang. Rata-rata sehari mendapat penghasilan sehari
sekitar Rp 1.500.000,- bagi hasil dengan rincian sebagai berikut: Untuk
perbekalan Rp. 450.000,- (30% ), Untuk Pemilik kapal (20 %) Rp.200.000,-
Sisa yang 60 % Rp. 850.000,- dibagi untuk anak buah kapal ( 8 orang)”
nelayan mendapatkan Rp.107.000,-” .
Berdasarkan wawancara di atas maka model bagi hasil tangkap ikan kapal
banjang atau bagan, sebagai berikut:
Tabel : Hasil tangkapan nelayan kapal bagan atau branjang
Hasil tangkapan nelayan kapal bagan atau branjang
Penghasilan Perbekalan Pemilik kapal Anak buah kapal
Rp. 1.500.000. Rp. 450.000 Rp. 200.000 Rp. 107.000
Sumber : Dokumen penelitian Tempat Pelelangan ikan Desa Purworejo 17
Sepetmber 2020 pukul 08.00 WIB.
44

Gambar 9: Kapal Branjang atau Bagan Desa Purworejo

Sumber :Dokumen Peneliti Desa Purworejo tahun 2020 pengambilan foto pada
tanggal 21 Juni 2020 pukul 12.00 WIB.

Dalam pembagian hasil tangkapan untuk perahu sampan berdasarkan


wawancara dengan Bapak Masrokan yang berumur 54 tahun penduduk Desa
Purworejo, Dusun Tambak Malang, diberlakukan presentase berikut:

“Perahu sampan ketika melaut jumlah nelayan yang hanya 2 orang atau 3
orang maksimal, yang tergantung dengan kapasitas perahu sampan. Ketika
berangkat meluat hanya singkat sekitar jam 06.00 pagi pulang pukul jam
11.00 siang, karena lokasi tangkapan dangkalan air laut atau permukaan air
laut saja. Rata-rata sehari mendapat penghasilan sehari dari meluat sekitar
Rp.1.000.000 yang terdapat di perahu sampan. Proses bagi hasil sama saja
dengan jenis kapal atau perahu harus dipotong pembekalan terlebih dahulu
10% Rp. 85.000,- pemilik perahu 50% Rp. 500.000,- anak buah kapal 1
bagian Rp. 215.000,-

Jenis perahu sampan dengan awak perahu kurang lebih 3 orang, pembagian
hasil tangkapan sebagai berikut.

Tabel : Hasil tangkapan nelayan perahu sampan


Hasil tangkapan nelayan perahu sampan
Penghasilan Perbekalan Pemilik kapal anak buah kapal
Rp.1.000.000 Rp. 85.000 Rp. 500.000 Rp. 215.000
45

Sumber : Dokumen penelitian Tempat Pelelangan ikan Desa Purworejo 17


Sepetmber 2020 pukul 08.00 WIB.

Gambar 10: Perahu Sampan Desa Purworejo

Sumber : Dokumen Peneliti Desa PurworejoTahun 2020 pengambilan foto pada


tanggal 18 Juni 2020 pukul 17.40 WIB.

Dalam pembagian hasil tangkapan untuk perahu sampan berdasarkan


wawancara dengan bapak Haji Nawawi yang berumur 60 tahun, penduduk Desa
Morodemak menyatakan menyatakan yang pernah ikut melaut kapal purse peine
berangkat sore hari, pulangnya pagi menyatakan sebagai berikut :
“Kapal purse siene biasanya melaut dalam 1 bulan hanya 18 hari yang 12 hari
biasanya libur karena bulan purnama. Sebab pada bulan purnama ikan jarang
muncul. Proses pembagian hasil tangkapan kapal purse siene jumlahnya 25
orang anak buah kapal rata-rata setiap melaut mendapat penghasilan
Rp.10.000.000,- dengan untuk perbekalan sekitar Rp.1000.000, untuk
katrol /ganda, 5 % Rp.1000.000 untuk pemilik lampu galaksi 5 %
Rp.1.000.000, pemilik kapal 50 % Rp.1.000.000,- setiap anak buah kapal 1
bagian Rp.240.000. Hasil dari pembagian hasil nelayan pemilik modal tidak
seimbangan dengan hasil yang di dapatkan dimelaut. Namun, dari
kesepakatan bersama dengan nelayan, anak buah kapal, pemilik modal
menerima hasil yang didapatkan tanpa ada konflik dikarenakan sudah
mempunyai bagian masing-masing yang sudah amanatkan menjadi pekerjaan
nelayan.
Berdasarkan wawancara di atas maka model bagi hasil tangkap ikan kapal purse
siene, sebagai berikut:
Tabel : Hasil tangkapan nelayan kapal purse siene
46

Hasil tangkapan nelayan kapal purse siene


Pemilik anak buah
Penghasilan Perbekalan kapal lampu galaksi Katrol/ganda kapal
Rp.10.000.000 Rp.1.000.000 Rp.1.000.000 Rp.1.000.0000 Rp.1.000.0000. Rp.240.000.
Sumber : Dokumen penelitian Tempat Pelelangan ikan Desa Purworejo 17
Sepetmber 2020 pukul 08.00 WIB.
Gambar 11: Kapal Purse Seine Desa Purworejo

Sumber : Dokumen Peneliti Desa Purworejo tahun 2020 pengambilan foto pada
tanggal 18 Juni 2020 Pukul 17.40 WIB.

Pembagian hasil tangkap nelayan di kapal bulga kapal ini hampir sama kapal
purse siene yang membedakan volume kapal agak kecil sehingga jumlah anak
buah kapal lebih kecil dari pada jumlah anak buah kapal purse seine. Perbedaan
lain antara kapal purse since dan kapal bulga yaitu alat tangkap bulga tidak sampai
ke dalam laut, dan tidak menggunakan alat lampu yang tajam yang di sorotkan ke
bawah. Berikut hasil wawancara dengan pemilik kapal bulga yang bernama bapak
Abdul Rozaq yang berumur 57 tahun, penduduk Desa Purworejo Dusun Kongsi
“Kapal bulga biasanya melaut biasanya berangkat jam 05.00 pagi pulang
05.00 sore. Nelayan membawa bekal sendiri dari rumah berupa bahan
makanan, solar, dan lainnya. Rata-rata sehari mendapatkan penghasilan
Rp.10.000.000 dipotong terlebih dulu untuk perbekalan Rp.1.000.000,- untuk
pemilik kapal 50 % 5000.000, untuk anak buah kapal setiap nelayan
mendapatkan Rp.160.000 yang berjumlah 25 orang.
Berdasarkan wawancara maka bagi hasil tangkap ikan nelayan Kapal Bulga
disimpulkan sebagai berikut:
47

Tabel : Hasil tangkapan nelayan kapal bulga


Hasil tangkapan nelayan kapal bulga
Penghasilan Perbekalan Pemilik kapal Anak buah kapal
Rp. 10.000.000 Rp.1.000.000. Rp.5.000.000. Rp.160.000
Sumber : Dokumen penelitian Tempat Pelelangan ikan Desa Purworejo 17
Sepetmber 2020 pukul 08.00 WIB.

Gambar 12: Kapal Bulga di Desa Purworejo

Sumber : Dokumen Peneliti Desa Purworejo tahun 2020 pengambilan foto pada
tanggal 23 Juni 2020 pukul 09.30 WIB.

Dalam pembagian hasil tangkapan untuk perahu arad berdasarkan wawancara


dengan bapak Sutiman penduduk Desa Tridonorejo Dukuh Kaligawe yang ikut
pergi melaut menyatakan.
“Perahu arad biasanya berangkat jam 05.00 pagi sesudah sholat subuh dan
pulang sore hari jam 04.00 sore. Rata-rata penghasilan sehari dari melaut
sekitar Rp. 1.000.000, di potong perbekalan 10% Rp. 100.000, untuk pemilik
kapal Rp. 500.000, untuk anak buah kapal setiap nelayan mendapatkan hasil
dari melaut Rp. 200.000 yang berjumlah 2 orang”.
Tabel : Hasil tangkapan nelayan perahu arad
Hasil tangkapan nelayan perahu arad
Penghasilan Perbekalan Pemilik kapal Anak buah kapal
Rp.1.000.000 Rp.100.000 Rp. 500.000 Rp. 200.000
48

Sumber : Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7


September 2020 pukul 03.40 WIB.

Gambar 13: Perahu Arad Desa Purworejo

Sumber: Dokumen peneliti Desa Purworejo tahun 2020 pengambilan foto pada
tanggal 21 Juni 2020 pukul 13.00 WIB.

Maka dari pembagian hasil tangkapan nelayan di Desa Purworejo, masyarakat


nelayan Desa Purworejo, dalam sistem patron klien kesepakatan yang tidak
seimbang antara nelayan tidak bisa berbuat banyak, di karenakan masih ada
pembagian hasil lagi dengan anak buah kapal, matoris, jelarus, juru gidang, juru
batu, juru mudi dan mendapatkan berapa persen, dari hasil melaut dengan jenis
kapal yang digunakan melaut. Pembagian hasil nelayan dengan sesuai keahliyan
atau kemampuan yang masing-masing mereka memiliki di bagi hasil upah yang di
bagikan pemilik modal dan pimilik kapal, walaupun tidak sesuai dengan harapan
nelayan mereka menerima apa saja di bagikan hasil laut mereka, yang telah di
lakukan kesepakatan bersama antara anak buah kapal, pimilik modal dan pemilik
kapal. Kecuali, pembagian hasil tangkapan nelayan pada perahu sampan dan
perahu arad milik pribadi, karena yang ikut sekitar 3 sampai 6 orang dan hasilnya
tangkapan ikan bisa di jual ke bakul atau milik pribadi.
49

4.4. Hasil Pemesaran Ikan Desa Purworejo


Hasil pemasaran ikan di tempat pelelangan ikan Desa Purworejo di pasarkan
ke tengkulak berbagai daerah atau kota seperti; Demak, Kudus, Sayung,
Semarang, Solo, Jakarta, Bandung. Secara umum tengkulak mempunyai modal
banyak membeli ikan hasil tangkapan dari laut yang disebut borongan, yang akan
di pasarkan lagi ke berbagai daerah dengan harga tinggi di pasar tempat tinggal
konsumen. Tengkulak dilihat dari sudut pandang nelayan dirugikan dalam
pembeliannya, karena harga terlalu murah, walaupun sudah terjadi tawar menawar
hasilnya tetap murah pemasaran hasil tangkapan nelayan dari laut, akhirnya
nelayan mengalah, agar tidak terjadi konflik antar nelayan dengan pedagang
(Sarwanto, 2014: 2019).

Pemasaran hasil tangkapan ikan ke tengkulak hasil jumlah ikan dan jenis ikan
di setorkan ke Kantor Pelelangan Ikan tersebut yang berbentuk jumlah perekor
ikan, dibedakan jenis ikan yang ada. Jumlah yang akan di setorkan ke tempat
pelelangan ikan, agar pemerintahan desa mengetahui setiap bulan dan tahun
mengetahui hasil tangkapan nelayan di Desa Purworejo. Sedangkan hasil
tangkapan ikan yang akan di beli oleh bakul tidak di setorkan ke kantor
pelelangan ikan karena jumlah perekor sedikit perbasket beberapa kilogram.
Pembeli dari bakul yang bisa tawar menawar dari nelayan itu sendiri. Berdasarkan
berikut ini hasil dari pemasaran ikan Desa Purworejo ke Tempat Pelelangan Ikan.
50

Tabel 6: Hasil pemasaran ikan di bulan Agustus


DAERAH
PEMASARAN TUJUAN JUMLAH (KG)
1. Dalam Kota Demak-Kudus-Sayung 25.071
Dan sekitarnya

2. Antar Kota Semarang-Solo Dan 75.684


Sekitarnya

3. Antar Propinsi Jakarta-Bandung dan 279.154


Sekitarnya

Sumber :Dokumen Penelitian Tempat Pelelangan Ikan Desa Purworejo 7


September 2020 pukul 03.40 WIB.
51

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Sistem bagi hasil mengenai kerja sama dilakukan pemilik kapal dengan
nelayan di Desa Purworejo. Kerja sama yang dilakukan setara yang ada di
lapangan penjual dengan pemilik yang tidak di rugikan dan di lebihkan. Kerja
sama secara umum kesepakatan antara dua pihak saling menanggung, salah satu
pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan dalam hal
ini pemilik menyerahkan kapalnya kepada nelayan yang nantinya akan
mendapatkan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau
sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Sistem bagi hasil dalam
istilah antropologi maritime disebut juga sistem patron klien. Sistem patron klien
aktivitas perekonomian yang melibatkan antar dua kelompok, yaitu pemilik modal
yang mempercayakan modalnya kepada nelayan untyk digunakan dalam aktivitas
perdagangan, dan bakul, tengkulak, pembeli berdasarkan proporsi yang telah
disetuji bersama (Kusnadi, 2000:157).
Sistem bagi hasil tangkapan ikan di Desa Purworejo sangat bervariasi hal ini
tergantung ada kesepakatan antara pemilik modal atau juragan dengan anak buah
kapal dan tergantung pada besar kecilnya jenis kapal atau perahu. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara peneliti maka di Desa Purworejo terdapat lima jenis
kapal atau perahu yang memiliki model bagi hasil tangkapan nelayan yang
berbeda-beda. Menurut penjelasan nelayan Desa Purworejo sistem bagi hasil
antara pemilik kapal dan nelayan adalah dibagi dua, pemilik kapal 50% nelayan
50% setelah dipotong biaya pembekalan, biaya pembiayaan lampu dan biaya
pemeliharaan jaring 20%, biaya lawuhan 15%, untuk setiap anak buah dan masjid
(shadaqoh) 1,5%. Untuk pembagian hasil masing- masing anggota nelayan
adalah: anak buah kapal : 1%, Matores : 2%, Penawaran : 2%, Juru Warus : 2%,
Juru Gidang: 2%, dan Juru Mudi : 3%, Juru Mudi paling banyak dikarenakan
52

tugas juru mudi lebih besar. kesimpulan model, pembagian hasil tangkapan
nelayan, Desa Purworejo menggunakan perjanjian kerja sama bagi hasil
penangkapan ikan antara pemilik modal dengan nelayan dilakukan secara lisan,
masih mengikuti adat istiadat yang berlaku di masayarakat Desa Purworejo.

5.2. Saran
Saran bagi nelayan berdasarkan kesimpulan di atas, maka saya memberikan
saran sebagai berikut:

5.2.1. Perlu adanya penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat nelayan


mengenai pekerjaan tambahan supaya pada masa tenggang (tidak melaut)
nelayan tetap memperoleh penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan
sehari-harinya tanpa meminjam ke tetangga, keluaga ataupun bakul.
5.2.2. Perlu adanya perhatian dari pengusaha atau juragan dengan memberikan
jaminan pada nelayan dalam pendidikan, kesehatan, keluarganya dan
memberikan bantuan keungan pada masa tenggang melaut dengan harapan
agar para masyarakat nelayan bisa bekerja maksimal karena ada jaminan
kerja.
5.2.3. Perlunya pemerintah atau tempat pelelangan ikan lebih tegas dalam
melaksanakan peraturan dalam melaut kepada nelayan, terutama anak
buah kapal harus izin terlebih dahulu. Supaya pemerintahan setempat di
Desa Purworejo bisa memantau kondisi nelayan yang ada di laut.
Peraturan yang sudah menjadi kebijkan yang di lakukan pemerintahan atau
tempat pelelangan ikan.
53

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Hanif. 2016. “Sistem Bagi Hasil Tangkapan Ikan Menurut Ekonomi
Islam Di Masyarakat Nelayan” Desa Gebangmekar Kecamatan Gebang
Kabupaten Cirebon”. Diss. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2016.
Hadi Sasmito Eko. 2015. "Pemberdayaan Kelompok Nelayan Tangkap
Tradisional Di Kawasan Pesisir Pantai Moro Demak Dalam Uapaya
Peningkatan Produksi Dan Penghematan Bbm." Kapal12.3 (2015): 151-157.
Indara, 2017. "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Tangkap
di Desa Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten
Gorontalo." AGRINESIA: Jurnal Ilmiah Agribisnis 2.1 (2017): 91-97.
Kabupaten Demak dalam Angka 2020 Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak
2020.https://demakkab.bps.go.id/ dan
https://demakkab.bps.go.id/publication.htmldi akses pada tanggal 1 April
2020 pukul 10.00 WIB
Kecamatan Bonang dalam Angka 2019 Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak
2019.https://demakkab.bps.go.id/ dan
https://demakkab.bps.go.id/publication.htmldi akses pada tanggal 1 April
2020 pukul 10.00 WIB.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora
Utama Press, 2000.
Mujihadi. 2017. "Genosida Terhadap Oang-orang Nusantara dalam esai Jalan
Raya, Jalan Daendeles Karya Pramoedya Ananta Toer." Jurnal Imu Bahasa
dan Sastra Paramasastra 4.2 (2017).
Peta Gambar Desa Purworejo di akses melalui web.google.maps. Peta Desa
Purworejo
https://www.google.com/maps/dir/6.8950963,110.628811/desa+purworejo+k
ecamatan+Bonang+Kabupaten+demak di akses pada tanggal 13 Juni 2020
21.00 WIB.
Peta Gambar Kabupaten Demak di akses melalui web.google.maps. Peta
Kabupaten Demak https://neededthing.blogspot.com/2019/06/peta-
administrasi-kabupaten-demak.htmln diaskses pada tanggal 21 April 2020
pukul 14.00 WIB.
Peta Gambar Kecamatan Bonang di akses melalui web.google.maps. Peta
Kecamatan Bonang https://neededthing.blogspot.com/2019/07/peta-
administrasi-kecamatan-bonang.html
Retnowati, Endang. 2011. "Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan
Struktural (Perspektif Sosial, Ekonomi dan Hukum)." Perspektif 16.3 (2011):
149-159.
54

Ridha, Ahmad. 2017. "Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pendapatan


nelayan di Kecamatan Idi Rayeuk." Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis 8.1
(2017): 646-652.
Sarwanto, 2014. "Kajian Sistem Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Diy." Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan 9.2 (2014): 207-217.
Sudaryanto, Agus. 2009. "Praktik Bagi Hasil Perikanan di Kalangan Nelayan
Pandangan Wetan, Rembang, Jawa Tengah.". Mimbar Hukum-Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada 21.3 (2009): 522-537.
Wardah, Hananah. 2019. “Sistem Bagi Hasil pada Nelayan Desa Morodemak
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Diss. UIN Walisongo Semarang,
2019.
Widihastuti, 2018. "Sistem Bagi Hasil pada Usaha Perikanan Tangkap di
Kepulauan Aru." Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan 8.1 (2018): 63-75.
Yogyanto Nurcahyo. 2017. "Peran Raden Patah dalam Mengembangkan Agama
Islam di Demak Tahun 1478-1518." Prodi Pendidikan Pendidikan Sejarah
Universitas PGRI Yogyakarta.
55

LAMPIRAN
Lampiran 1 Interview Guide
Berikut merupakan pertanyaan yang diajukan kepada informan.
No Pertanyaan Informa
n
1 Permisi, mohon maaf bapak menganggu waktunya, boleh Nelayan
minta waktunya pak buat wawancara tugas saya siapa nama
bapak? Beserta meminta nomer wa
2 Bapak berasal dari Dukuh dan Desa mana? Kenapa milih di Nelayan
TPI Desa Purworejo, bukan TPI yang lain?
3 Berapa umur bapak sekarang, sudah berapa tahun menjadi Nelayan
pekerjaan nelayan?
4 Jam berapa bapak berangkat bekerja melaut? Kenapa Bapak Nelayan
ambil jam segini dan dapat ikan tangkapan apa saja?
5 Jam berapa bapak pulang dari melaut? Nelayan
6 Apa nama kapal yang diikuti nelayan pergi melaut? Kenapa Nelayan
bapak ambil kapal jenis ini? Dan keuntunganya ada banyak
atau malah rugi?
7 Berapa jumlah orang yang ikut dalam kapal yang bapak? Nelayan
8 Apa saja jenis nelayan di Desa Purworejo beserta kapal yang Nelayan
di gunakan? Berikan penjelaskan!
9 Apa saja jenis alat tangkap yang ada di Desa Purworejo? Nelayan
Kenapa milih jenis alat tangkap ini?
10 Sebutkan ikan apa saja yang di tangkap erjas melaut? Dan Nelayan
harganya berapa perkg?
11 Kendala apa saja dalam pekerjaan nelayan dalam pembagian Nelayan
hasil tangkapan nelayan?
12 Berapa rata-rata Penghasilan bapak setiap berangkat melaut? Nelayan

13 Jelaskan bagaimana cara bagi hasil dari tangkapan ikan di Nelayan


awak kapal?
14 Apakah bapak mempuyai pekerjaan sampingan selain sebagai Nelayan
penengkapikan di kapal? Kenapa memilih menjadi buruh
pabrik, dan buruh kuli bangunan?
15 Menurut pendapat bapak bagi hasil yang berlaku, memuaskan Nelayan
atau kurang memuaskan? Apa alasannya!
16 Bagaimana tingkat kerja sama di Desa Purworejo terhadap Nelayan
nelayan?
17 Mohon di jelaskan hasil tangkapan ikan yang ada di Desa Nelayan
Purworejo hasilnya di jual ke mana ke tengkulak, atau ke TPI?
56

18 Berikan penjelasan mengenai Bidang bagian kapal juru mudi, Nelayan


juru gidang, juru batu, motoris, jelarus, anak buah kapal?
19 Bagaimana kerja sama masyarakat nelayan di Desa Nelayan
Purworejo? ,
20 Menurut bapak menjadi nelayan di rugikan atau tidak? Nelayan
Mengenai kesepekatan nilai-nilai masyarakat dalam sistem
patron klien yang ada di Desa Purworejo? Apa sering terjadi
konflik atau tidak? Dalam sistem bagi hasil
21 Menurt bapak sebagai nelayan menerima atau tidak hasil upah Nelayan
melaut walaupun sedikit tidak sesuai dengan hasil yang
dingkan setiap orang? Termasuk berbagai jenis nelayan dari
nelayan kecil, sedang, besar
22 Menurut bapak hasil tangkap ikan apa saja yang bapak bapak Nelayan
tangkap?
23 Bapak jual kemana sehabis melaut pedangang, tengkulak atau Nelayan
ke bakul? Kenapa lebih milih pedangang? Kenapa lebih milih
tengkulak? Kenapa lebih milih ke bakul?
24 Mohon berikan penjelasan mengenai ukuran kapal dari lebar, Nelayan
tinggi bahan pembuatan, tahun pembuatan berapa harga?
25 Hasil tangkapan apa saja yang telah dibelikan dari pekerjaan Nelayan
nelayan?
26 Berikan penjelasan yang ada di nelayan dalam modal nelayan Nelayan
saat meluat? Seperti modal permanen, modal sekali pakai,
modal tetap, modal sewa, modal borongan
26 Menurut bapak kerja sama bakul dan nelayan berjalan lancer Nelayan
atau tidak? Berikan penjelasan mengenai hasil tangkapan ikan
yang di jual ke bakul, pengempul atau ke tengkulak?
27 Menurut bapak kerja sama pemilik modal, pemilik kapal Nelayan
dengan anak buah kapal bagaimana ada masalah atau tidak?
Di saat melakukan pembagian hasil tangkapan nelayan setelah
selesai dari laut!
28 Berapa bekal uang yang dibawa nelayan untuk melaut seperti Nelayan
untuk solar, uang makan, dan uang rokok?
57

Lampiran 2 Daftar Informan


No. Nama Umur Aktivitas Status
1 Ahmad Syaifullah Al 56 Pejabat Desa Kepala Desa
Asadul Usud
(085226221671)
2 Hadi 38 Melaut Nelayan
3 Sholeh 50 Melaut Nelayan
4 Maryamah 47 Melaut Nelayan
5 Ali Yassir 42 Melaut Pemilik
kapal
6 Masrokan 54 Melaut Nelayan
7 Nawawi 64 Melaut Nelayan
8 Abdul Rozak 57 Melaut Nelayan
9 Sutiman 56 Melaut Nelayan
10 Bidin 44 Melaut Nelayan
11 Bajang 48 Melaut Nelayan
12 H. Abidin 57 Melaut Pemilik
(082138912320) Kapal
13 H. Alsek 56 Melaut Pemilik
Kapal
14 Mulyadi 45 Meluat Nelayan
15 Ahmad 70 Melaut Nelayan
16 Aladin 61 Melaut Nelayan
17 Syaiful Mu’arif 30 Melaut Nelayan
18 Nur Arifin 50 Melaut Nelayan
(085291913744)
19 Mahfud 55 Melaut Nelayan
20 Sobirin (082279860682) 59 Pegawai TPI Pengamanan
21 Murshudin 50 Pegawai TPI Kabid
(081227245432) Humas
22 Ahmad 41 Bakul Nelayan
23 Sobirin Rizal 43 Tengkulak Nelayan

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian


58

Foto sungai tuntang perbatasan Desa Foto gedung penglolahan ikan mina
Purworejo dan Desa Morodemak utomo Desa Purworejo

Foto area penjemuran ikan TPI mino Foto masjid Jam’i Baiturruhman
dukuh kongsi Desa Purworejo
utomo Desa Purworejo
59

Foto pengajian Al Qur’an Desa Foto tahlil dan yassin Desa


Purworejo
Purworejo

Foto slametan syawalan Desa Foto genangan air penduduk Desa


Purworejo Purworejo

Foto produksi ikan asin Desa Purworejo Foto kapal branjang atau bagan Desa
Purworejo
60

Foto perahu sampan Desa Purworejo Foto kapal purse since Desa Purworejo

Foto kapal bulga Desa Purworejo Foto perahu arad Desa Purworejo

Foto penelitian di TPI Desa Foto penelitian bersama pusat


keamanan (Polri) Kepolisian TPI Desa
Purworejo bersama nelayan
Purworejo
61

Foto jenis mesin dompeng di bagian Foto Kepala Bidang Humas Tempat
meisn perahu dan kapal Pelelangan Ikan Desa Purworejo

Foto Ikan Tenggiri dan Ikan Kembung Foto Ikan Kakap yang akan di jual ke

TPI Desa Purworejo bakul


62

Lampiran 4 Biodata Penulis


A. Identitas Diri
1 Nama lengkap Ahmad Khoirul Manan
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Antropologi Sosial
4 NIM 13060116120005
5 Tempat / Tanggal Lahir Demak, 10 Februari 1998
6 Alamat Jalan Pemuda no.13 Demak RT 04 RW
01 Kelurahan Kalicilik
7 Email ahmad12manan@gmail.com
8 Nomer telepon 085600801655

B. Pendidikan Formal
Jenjang Nama Nama Tahun Tahun
Sekolah Kabupaten Masuk lulus
SD SD Negeri 1 Demak 2004 2010
Demak
SMP SMP Negeri 1 Demak 2010 2013
Demak
SMA SMA Negeri 1 Demak 2013 2016
Demak
Universitas Universitas Semarang 2016 Sekarang
Diponegoro

C. Pelatihan/Kursus/Seminar
Nama Pelatihan INSTANTSI TAHUN
Latihan Ketrampilan HMPS Antropologi UNDIP 2016
Manajemen Mahasiswa
Pra Dasar
63

Seminar Nasional BEM FIB UNDIP 2017


Seminar Kewirausahan BEM FIB UNDIP 2017
Seminar Perikanan BEM FPIK UNDIP 2017
Tangkap
Seminar Kebudayaan Mahasiswa Demak 2017
dan Keislaman
Seminar Kepemudaan Mahasiswa Demak 2017
Seminar Nasional Kabupaten Demak 2018
Budaya dan Pariwisata
Magang (Praktik Kerja Kabupaten Demak 2019
Lapangan) Dinas Sosial
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
(DINSOSP2PA)

D. Pengalaman Organisasi dan Riset


Nama Kedudukan Kota Tahun
Organisasi
KAWAN Undip Staff Semarang 2017
Ukm Badminton Anggota Semarang 2017

E. Kepanitaian
Nama Kegiatan Kedudukan Tahun
Pengajian di pondok Nurul Staff 2017
Hikmah Baskoro Tembalang

Kelompok Desa KKN Ketua Desa KKN 2020

Anda mungkin juga menyukai