Anda di halaman 1dari 134

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING

BERBASIS LOCAL WISDOM

Penulis
Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes
Fitriani, SKM, M.Kes
Yarmaliza, SKM. M.Si
Onetusfifsi Putra, SKM., M.Kes
Sri Wahyuni Muhsin, S.Si., MPH
Dr. Mursyidin, MA
Veni Nella Syahputri, S.Pd., M.Pd

Editor
Rismawa�, M.Pd.

Layout dan Cover


Decky R Risako�a

Diterbitkan oleh Bandar Publishing


©2022

Cetakan Pertama: Tahun 2022


Ukuran: 15,5 cm x 23 cm
Halaman: vi + 100

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG


All Rights Reserved. Dilarang mengu�p atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa ada izin dari penerbit. (Nomor Pencatatan
000385026)

Undang-undang No.19 tahun 2002


Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam dalam pasal (2) Ayat (1) atau pasal 49
Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,-
(satu juta rupiah atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh ) tahun dan /
atau denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak ciptaan atau hak terkait sebagai pada Ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
KATA PENGANTAR

P
enulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt. yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan buku “Strategi Pencegahan dan
Penanggulangan Stun�ng Berbasis Local Wisdom” ini dengan baik. Selawat
dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Penulisanbukuinidilandasiolehpen�ngnyamembangunpemahaman
masyarakat luas dalam pencegahan dan penanggulangan stun�ng. Se�ap
kalangan di tengah masyarakat harus memahami bahwa stun�ng adalah
suatu kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan seseorang. Se�ap
orang harus membangun pemahaman yang sama bahwa stun�ng secara
umum disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama
masa kanak-kanak bukan sebagai faktor keturunan (gene�k) dari kedua
orang tuanya. Pemahaman ini yang harus diperkuat di tengah masyarakat
sehingga masyarakat yang selama ini hanya menerima tanpa berbuat apa-
apa untuk mencegahnya mulai melakukan pencegahan.
Selain itu, kehadiran buku ini diharapkan dapat membuka wawasan

BAB I
iii
masyarakat luas tentang strategi pencegahan dan penanggulangan
stun�ng dengan kondisi yang paling dekat dengan latar belakang kehidupan
di tengah masyarakat. Dalam hal ini pencegahan dan penanggulangan
stun�ng akan dimulai dari pendekatan budaya setempat yang kita sebut
dengan berbasis kearifan local atau local wisdom.
Secara umum penulis meyakini pencegahan dan penanggulangan
stun�ng dengan berbasis local wisdom ini sangat tepat untuk seluruh
kalangan di seluruh wilayah Indonesia, meskipun disadari pendekatan-
pendekatan localitas atau kearifan local yang ada didalam buku ini diambil
sampel dengan local wisdom Aceh. tentunya ini bukan menjadi kebutuhan
pihak-pihak tertentu, namun untuk membebaskan Indonesia dari stun�ng
secara umum, dan Aceh secara khusus.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemdikbud Ristek yang
telah memfasilitasi seluruh kegiatan sehingga buku ini dapat diterbitkan,
terimakasih kepada pemerintah daerah Aceh Secara Umum, khususnya
Subulussalam yang telah memberi izin peneli�an dengan tema stun�ng
berbasis local wisdom ini, serta terimakasih kepada seluruh civitas
akademik Universitas Teuku Umar yang telah memberi kesempatan,
bantuan, dan keluangan waktu untuk menyelesaikan seluruh program
kegiatan lapangan sehingga buku ini dapat diterbitkan.
Semoga penerbitan buku ini memberi wawasan dan meningktkan
pemahaman pembaca sehingga dapat mengurangi angka stun�ng di
Indonesia secara umum, dan di Aceh secara khusus.

Aceh Barat,

Penulis

iv Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii


I. STUNTING DAN LOCAL WISDOM ................................................................ 1
1.1 Stun�ng ................................................................................................... 1
1.2 Local Wisdom .......................................................................................... 5

II. GIZI dan 1000 HPK ..................................................................................... 9


2.1 Gizi ........................................................................................................... 9
2.2 Gizi dan 1000 HPK .................................................................................. 11

III. GIZI IBU HAMIL DAN PEMBERIAT PMT BERBASIS LOCAL WISDOM....... 17
3.1 Konsep Hamil dan Gizi ............................................................................ 17
3.2 Jenis asupan Tambahan pada Ibu Hamil berbasis
Bahan Pangan Lokal .............................................................................. 26

IV. GIZI IBU MENYUSUI DAN PEMBERIAN PMT BERBASIS LOCAL WISDOM ....... 37
4.1 Penger�an Ibu Menyusui ....................................................................... 37

V. GIZI BALITA DAN PEMBERIAN PMT BERBASIS LOCAL WISDOM .............43


5.1 GIZI BALITA ............................................................................................. 43
5.1.1 Konsep Balita ................................................................................ 43
5.1.2 Kebutuhan Gizi Masa Balita.......................................................... 45
5.2 Permasalahan Gizi Pada Anak Balita...................................................... 49
5.2.1 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Balita ..................... 50
5.3 Tekstur Atau Kepadatan Makanan ......................................................... 52
A. Tahapan Pola Makan Pada Bayi dan Anak ................................................ 52
B. Tekstur Makanan ...................................................................................... 55
C. Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Dan Kandungan Gizi
Per Ukuran Rumah Tangga (URT Sendok) ................................................ 56

BAB I
v
D. Bahan Pangan Lokal Sumber Protein Dan Kandungan Gizi
Per Ukuran Rumah Tangga (URT Sendok) ................................................ 61
E. Contoh Menu Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Lokal ....................... 65
F. Contoh Menu Lokal/ MP ASI Untuk Bayi Usia 6-9 Bulan .......................... 65

VI. PENINGKATAN KEMANDIRIAN PANGAN MELALUI RUMAH


PANGAN LESTARI (RPL) ........................................................................... 75
6.1 Konsep Kemandirian Pangan Melalui Rumah Pangan Lestari (RPL)........ 75
6.2 Tujuan Kawasan Rumah Pangan Lestari (RPL) ........................................ 85
6.3 Tahapan Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (MKRPL) ...................................................................................... 87
6.4 Ketersediaan pangan .............................................................................. 89
6.5 Distribusi Pangan .................................................................................... 91
6.6 Konsumsi pangan ................................................................................... 92

VII. PENINGKATAN KAPASITAS LEMBAGA ADAT DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING............................ 93
7.1 Peran pen�ng Tuha Peut dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Stun�ng ...................................................................... 94

VIII. SISTEM KEWASPADAAN DINI DALAM KESEHATAN BERBASIS


GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)....................................... 107
Penger�an Sistem Informasi Geografis (SIG) ............................................. 107
Komponen Sistem Informasi Geografis ..................................................... 108
Subsistem Sistem Informasi Geografis ....................................................... 111
Fungsi SIG .................................................................................................. 112
Manfaat Sistem Informasi Geografis di Bidang Kesehatan ........................ 113
Penerapan Sistem Informasi Geografis di Bidang Kesehatan ..................... 113

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 105


BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 109

vi Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
I
STUNTING
DAN LOCAL WISDOM

1.1 Stun�ng

Stun�ng adalah suatu kegagalan untuk mencapai potensi

pertumbuha. Stun�ng secara umum disebabkan oleh malnutrisi

kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak. Hal ini dapat

membatasi kapasitas fisik dan kogni�f anak secara permanen dan

menyebabkan kerusakan yang lama, (Unicef, 2022). Dalam penger�an

yang lain, P2PTMT Kemenkes RI (2022) menyebutkan bahwa stun�ng

adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya

asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan

gangguan pertumbuhan pada anak yakni �nggi badan anak lebih rendah

atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kondisi tubuh anak yang
pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (gene�k) dari

kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima

tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seper� kita

BAB I
1
ketahui, gene�ka merupakan faktor determinan kesehatan yang paling

kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan

(sosial, ekonomi, budaya, poli�k), dan pelayanan kesehatan. Dengan

kata lain, stun�ng merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Megingat besarnya dampak stun�ng terhadap kehidupan, serta

penekanan pada konsep dasar yang harus menjadi komitmen bahwa

stun�ng bisa dicegah, pemerintah saat ini berfokus untuk melakukan

segala upaya untuk melakukan pencegahan stun�ng. Upaya ini

bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang

secara op�mal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional,

sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan

berkompe�si di �ngkat global.

Dalam kampanye keseimbangan gizi, berulang kali dalam beberapa

kesempatan Mentri kesehatan menyebutkan beberapa intervensi yang

dapat dilakukan untuk menekan angka stun�ng, yaitu dengan menjaga

keseimbangan gizi pada perempuan terutama pada saat sebelum

menikah, saat hamil dan setelah melahirkan. Keseimbangan gizi yang

dimaksud adalah dengan memberikan makanan tambahan berupa TTD

dan zat besi, intervensi selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan

�ga hal mendasar yang harus diperha�kan dalam pencegahan stun�ng,

yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi

dan akses air bersih.

2 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Terkait dengan keseimbangan gizi, kesesuaian pola makan, pola

asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih sebagaimana yang

disebutkan oleh mentri kesehatan di atas, maka dalam buku ini, penulis

mencoba memformulasikan sebuah kajian mendasar yang berfokus

pada strategi pencegahan dan penanggulangan stun�ng berbasis local

wisdom. Local wisdom yang dipilih dalam hal ini adalah Aceh, sebagai

salah satu daerah dengan angka stun�ng nomor �ga ter�nggi dari

persentase rata-rata nasional. Sebagaimana yang disebutkan Dinkes

Aceh pada Sepetember, 2022 bahwa merujuk pada Studi Status Gizi

Indonesia (SSGI) 2021 menyatakan prevalensi stun�ng di Aceh berada

pada urutan �ga ter�nggi secara nasional, dengan angka 33,2 persen atau

di atas rata-rata angka nasional yakni 24,4 persen. Enam daerah dengan

zona merah di Aceh adalah kabupaten Gayo Lues 42, 9%, Subulussalam

41, 8%, kabupaten Bener Meriah 40%, Pidie 39,3%, Aceh Utara 38,8%,

dan Aceh Timur 38,2%. (Antara, 2022)

Beberapa angka dengan angka stun�ng ter�nggi tersebut, penulis

memilih wilayah sampel dalam pengkajian adalah Subulussalam.

Meskipun disadari seluruh daerah dengan angka stun�ng ter�nggi

tersebut adalah daerah-daerah dengan penghasil pertanian terbaik, dan

hasil bumi yang sangat memadai. Seper� kabupaten Bener Meriah dengan

angka stun�ng 40%, sangat berbanding terbalik dengan hasil alam yang

dimiliki. Di daerah ini pertanian yang sangat subur, dan lingkungan sosial

BAB I
3
dan ekonomi yang juga cukup memadai. Begitu pula dengan kabupaten-

kabupaten lainnya. Hal ini yang menjadi perha�an khusus bahwa perlu

adanya strategi khusus pencegahan dan penanggulangan stun�ng

yang dimulai dengan pendekatan kebudayaan setempat, serta dengan

kearifan local yang sangat dekat dengan masyarakat setempat. Inilah

yang kemudian kita sebut dengan pencegahan dan penanggulangan

stun�ng degan berbasis local wisdom.

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stun�ng yang

sudah pernah dilakukan, misalnya dengan program pemberian asupan

makanan dalam upaya pemenuhan gizi, perbaikan pola makan dan

keseimbangan gizi, salah satunya yang paling familiar adalah dengan

pemberian asupan makanan pendamping bagi kelompok yang rentan.

Kelompok rentan yang dimaksudkan adalah, ibu hamil, bayi, balita,

dan anak. Hal ini merupakan strategi terpadu untuk menghadapi

masalah gizi.

Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) 2014 , lebih dari setengah

(55,7%) anak di bawah usia 5 tahun diketahui mengonsumsi sumber

energi kurang dari cukup bila diukur berdasar standar AKE (Angka

Kecukupan Energi). Sementara, pada kelompok ibu hamil di pedesaan

dan perkotaan, lebih dari setengahnya mengalami kekurangan energi

dan protein, sehingga penyediaan makanan tambahan seharusnya

berfokus pada zat gizi utama dan zat gizi mikro.

4 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa pencegahan

dan penanggulangan stun�ng dalam buku ini adalah berbasis local

wisdom yang diharapkan dapat difokuskan pada perbaikan pola

makan untuk menjaga keseimbangan gizi. Gizi yang baik adalah faktor

penentu keberhasilan pencapaian tujuan kesehatan, terutama dalam

hal ini stun�ng. Kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral

dari pembangunan suatu negara. Sehingga, keadaan gizi buruk yang

berdampak pada balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan

menjadi bagian pen�ng, dan akan menjadi perha�an khusus. (Almatsier,

2016). Hal inilah yang akan menjadi fokus kajian dalam buku ini. Naun

untuk lebih jauh memahami tentang pencegahan dan penanggulangan

stun�ng berbasis local wisdom ini, pembaca perlu memahami lebih luas

tentang local wisdom ini. Sehingga, atas dasar memperluas pemahaman

tersebut, penulis akan menggambarkan secara umum tentang local

wisdom pada sub bab kajian di bawah ini.

1.2 Local Wisdom

Kearifan Lokal atau sering disebut Local Wisdom adalah semua

bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta

adat kebiasaan atau e�ka yang menuntun perilaku manusia dalam

kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf, 2002). Sedangkan

menurut Gobyah, 2009 kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran

BAB I
5
yang telah mentradisi serta terjadi secara terus menerus dalam suatu

daerah.

Berdasarkan definisi tersebut secara sedarhana dapat dipahami

bahwa local wisdom adalah sebagai nilai yang mengatur, yang dianggap

baik dan benar serta sudah berlangsung secara turun-temurun dan

dilaksanakan oleh masyarakat setempat sebagai akibat dari adanya interaksi

antara manusia dengan lingkungannya. Terkait dengan pengetahuan,

keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan yang

dimaksud dalam pengkajian buku ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

upaya pencapaian strategi pencegahan dan penanggulangan stun�ng.

Dalam upaya pencapaian strategi pencegahan dan penanggulangan

stun�ng tersebut perlu dilakukan adanya �ndakan-�ndakan yang berbasis

kearifan local atau berbasisi local wisdom. Hal inilah nan�nya akan

menjadi bagian pen�ng yang tentunya terkait dengan bentuk-bentuk

local wisdom dalam masyarakat cukup beragam, seper� tata nilai, norma,

e�ka, kepercayaan, adat-is�adat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.

Bahkan dengan �ngginya angka stun�ng di wilayah Aceh dapat menjadi

evaluasi tersendiri bagi masyarakat, bahwa sudahkah local wisdom di

tengah masyarakat Aceh sudah memberi perha�an khusus terhadap

pertumbuhan perempuan, ibu hamil, dan anak. Mengingat bahwa ke�ka

berbicara stun�ng, ke�ga pihak tersebut menjadi bagian pen�ng yang

perlu diperha�kan.

6 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Secara umum substansi kajian kearifan lokal atau local wisdom

dapat berupa aturan yang melingkupi beberapa hal, seper�

1) Kelembagaan dan sanksi sosial;

2) Ketentuan tentang pemanfaatan ruang dan perkiraan musim untuk

bercocok tanam;

3) Pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan sensi�f;

4) Bentuk adaptasi dan mi�gasi tempat �nggal terhadap iklim,

bencana atau ancaman lainnya.

Selain itu, beberapa fungsi dari local wisdom perlu juga untuk

menjad perha�an, terutama terkait dengan beberapa hal mendasar

sebagai berikut.

1) Untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;

2) Untuk pengembangan suber daya manusia,

3) Untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan,

misalnya uapacra-upacara suatu adat tertentu.

4) Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.

Dari beberapa subtansi kajian, fungsi dan peran local wiadom, serta

beberapa kebijakan yang mengatur dan mengikat untuk mendapatkan

strategi yang tepat dalam pencegahan dan penanggulangan stun�ng

berbasis local wisdom ini. Aceh sebagai daerah berbudaya dan salah

BAB I
7
satu local wisdom yang mendominasi adalah bersyariat Islam tentunya

berbeda dengan daerah lain yang ada di Indonesia.

Dalam fungsinya sebagai konservasi dan pelestarian sumber daya

alam, local wisdom sangat tepat dipilih sebagai strategi penanggulangan

stun�ng, terutama dalam mendapatkan makanan sehat dan bergizi dari

hasil alam setempat. Materi ini akan menjadi bagian khusus pada bab

selanjutnya, untuk dikaji secara detail. Selanjutnya, fungsi local wisdom

sebagai pengembangan suber daya manusia menjadi bagian utama

terkait dengan peningkatan pengetahuan terkait makanan bergizi,

saanitasi lingkungan, dan berbagai hal yang dianggap pen�ng dalam

pencegahan dan penanggulangan stun�ng.

Atas dasar subtansi kajian dan fungsi local wisdom tersebut,

berikut ini hal mendasar yang menjadi bagian terpen�ng yang akan

menjadi fokus kajian dalam buku ini, yaitu;

(1) Gizi 1000 HPK

(2) Gizi ibu hamil dan pemberiat PMT berbasis lokal wisdom

(3) Gizi balita pemberiat PMT berbasis lokal wisdom

(4) Gizi balita pemberiat PMT berbasis lokal wisdom

(5) peningkatan kemendirian pangan melalui Rumah Pangan Lestari

(RPL)

(6) peningkatan kapasitas lembaga adat dalam pencegahan dan

penanggulangan stun�ng

8 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
II
GIZI dan 1000 HPK

2.1 Gizi

Gizi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah zat makanan

pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Zat

gizi terbagi pada beberapa, yaitu zat makro dan mikro. Zat gizi utama

atau gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah banyak. Contohnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak.

Di samping itu, zat gizi yang perlu untuk diasup oleh tubuh dalam

jumlah sedikit dinamai dengan zat gizi mikro. Contohnya seper�

vitamin A, B, C, D dan E, dan mineral seper� yodium, zat besi, seng

dan kalium (Fikawa� Sandra, 2015).

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak ditemui beberapa

permasalahan terkait dengan gizi. Beberapa permasalahan gizi

yang sering terjadi di lapangan sebagai berikut. Masalah gizi utama

termasuk gizi buruk, gizi kurang, berat badan kurang, kependekan,

BAB I
9
dan gizi lebih. Masalah zat gizi mikro melipu� defisiensi vitamin A

(KVA), defisiensiyodium(IDA), dan anemia karena defisiensibesi (AGB)

(Mardalenadan Suyani, 2016).

Dengan banyaknya permasalahan gizi sebagaimana yang

disebutkan di atas, tentu sangat memberi dampak pada tumbuh

kembang. Sehingga berikut ini akan dipaparkan beberapa dampak dari

kekurangan gizi adalah sebgai berikut. Ke�dak seimbangan zat gizi atau

biasa juga disebut dengan malnutrisi pada tahun pertama kehidupan

mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia sebagaimana ditemukan

dalam hasil peneli�an Jenggawah et al., (2010), bahwa anak dengan

�dak cukup gizi akan tumbuh menjadi pendek dan kemudian akan

melahirkan prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Lalu, malnutrisi juga dapat menghambat perkembangan kogni�f,

pencapaian pendidikan dan prestasi akademik anak. Di samping itu,

malnutrisi pada anak di bawah 3 tahun mengurangi produk�vitas di

masa dewasa. Selain itu, malnutrisi merupakan penyebab utama

kema�an pada bayi dan anak.

Tingginya resiko dan dampak yang diakibatkan oleh kekurangan

zat gizi, berikut ini akan dipaparkan bahwa ada beberapa hal yang bisa

dilakukan agar masyarakat sadar akan kecukupan gizi.

(1) Pemberian pengetahuan, pendidikan, dan menambah wawasan

kepada masyarakat merupakan hal pen�ng untuk dilaksanakan.

10 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Hal ini dianggap perlu karena dapat menambah ilmu pengetahuan

dan pemahaman serta kesadaran masyarakat akan pen�ngnya

gizi untuk sumber daya manusia.

(2) Memantau perkembangan anak di bawah usia 5 tahun juga

dapat dilakukan. Pemantauan pertumbuhan memungkinkan

para orang tua atau pihak terkait memantau status gizi anak di

bawah usia lima tahun dari waktu ke waktu. Dengan demikian,

status gizi yang memburuk dapat dihindari. Hasil penimbangan di

Posyandu dicatat pada kartu untuk memas�kan kesehatan yang

baik. Selain itu, bisa diberlakukan jadwal pemberian makanan

tambahan atau PMT. Agenda ini juga dapat difungsikan sebagai

waktu untuk penyuluhan/edukasi gizi bagi ibu balita. Selanjutnya,

(3) Penambahan kapsul vitamin dosis �nggi untuk anak usia 6

sampai 59 bulan, penggunaan Suplemen Darah (DTT) untuk ibu

hamil. Dan penyaranan untuk menggunakan garam beryodium

di rumah (Adrian, M. dan Wirjatmadia, 2016).

2.2 Gizi dan 1000 HPK

Gizi dan 1000 HPK merupakan sebuah kondisi pemeliharaan gizi

pada kehamilan (280 hari) sampai bayi berusia 2 tahun (720 hari).

Kondisi pemeliharaan dari sejak di dalam kandungan atau di usia dini

ini dikenal dengan 1000 HPK. Dalam hal ini, yang menjadi perha�an

BAB I
11
serius adalah terkait dengan nutrisi bayi. Salah satu tantangan gizi

yang juga menjadi perha�an serius yang dihadapi selama proses

kehamilan adalah keterkaitan dengan keadaan gizi ibu sebelum hamil.

Ini sebenarnya menjadi penentu untuk perkembangan awal plasenta

dan embrio (Rahayu et al., 2018). Berat badan ibu saat awal kehamilan

terjadi, baik terlalu kurus maupun kelebihan berat badan, dapat

menyebabkan kehamilan yang �dak aman dan dapat mempengaruhi

kesehatan bayi di masa depan. Selama kehamilan, seorang ibu perlu

memperha�kan kualitas dan kuan�tas makanan yang dia makan,

terutama dari segi asupan energi, protein dan juga vitamin dan mineral

(Kementerian PPN, 2019).

Nutrisi 1000 hari pasca melahirkan (HPK) diberikan dengan

pendekatan yang kon�num (con�nuous support) dari sebelum hamil,

hamil, melahirkan, nifas, bayi, anak-anak hingga remaja. Hal ini berlaku

untuk pria dan wanita pada usia subur. Pelayanan Kesehatan Ibu dan

Anak harus fokus pada penanganan masalah gizi. Hal ini dikarenakan

pada perkembangan pada 1000 HPK pelayanan kesehatan dan gizi

sejak ibu hamil sampai bayi berusia dua tahun adalah faktor kunci

untuk menyelesaikan masalah gizi buruk saat ini.Nutrisi cukup dan gaya

hidup sehat akan perlahan muncul di masyarakat saat ini. Hasildari

agenda 1000 HPK ini diharapkan dapat memberikan hasil yang op�mal

ke�ka ibu hamil (baik disaat masih berstatus remaja putri) mendapat

12 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
gizi yang baik untuk menunjang perjalananhidupnyaselanjutnya

(NisaBearawi, 2020).

Masalah gizi dan kesehatan yang terjadi selama periode 1000

HPK dapat berakibat permanen, jangka panjang, dan degenera�f.

Oleh karena itu, masa 1000 HPK dianggap sebagai momen pen�ng

yang dikenal dengan is�lah “jendela kesempatan” atau yang disebut

dengan “periode emas” (golden period). Tahap 1000 HPK mencakup

270 hari kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama bayi. Ini adalah

masa keemasan untuk mencegah malnutrisi dan dampak buruknya

(A�kah, Rahayu, 2018). Periode 1000 HPK merupakan “masa emas”

dan “masa sensi�f”yaitu “masa ketat (ibu hamil dan anak mulai usia

0-2 tahun)” dan “masa pendek (waktu singkat �dak berlangsunglama”)

hanya 1000 hari. Walaupun masanya pendek dan ketat, masa ini

tetap membutuhkan”banyak perha�an“untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, dan jika periode ini terlewatkan karena kualitas

gizi yang buruk, akan menyebabkan kerusakan bahkan kecatatan

permanen. Apabila ini terjadi, akan sulit untuk mengatasinya dan

berdampak pada sumber daya manusia buruk dalam jangka panjang

(A�kah , Rahayu, 2018).

Para ekonom diseluruh dunia menyatakan bahwa peningkatan gizi

1000 HPK merupakan investasi pembangunan yang “menguntungkan”.

Ada sebuah studi yang melibatkan 36 negara dengan 90% anak dengan

BAB I
13
kasus stun�ng. Intervensi dilakukan dan hasilnya dapat mengurangi

stun�ng sebanyak 36% untuk anak yang berusia 36 bulan Dalam konteks

ini, pemerintah Indonesia meluncurkan gerakan Scaling Up Nutrition

(SUN) pada September 2012 dan berkomitmen untuk memberi

dukungan terhadap 1000 HPK. Hal ini tertuang dalam Peraturan

Presiden No. 42/2013 (Direktorat Gizi Masyarakat, 2018). Sehubungan

dengan gerakan nasional ini, fokusnya adalah untuk mempromosikan

perbaikan gizi terhadap ibu muda, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak

di bawah usia dua tahun. Gerakan ini juga berkolaborasi dengan

berbagai pihak untuk mempercepat perbaikan gizi dengan harapan

dapat mengurangi kejadian stunting dan malnutrisi di negara ini.

Dalam menjaga keseimbangan Gizi 1000 HPK ini, se�daknya ada

dua faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi. Pertama,

konsumsi makanan dan kedua adalah status kesehatan (khususnya

penyakit menular). Kedua faktor ini dengan erat saling mempengaruhi.

Mengkonsumsi sedikit makanan secara terus menerus dapat

menyebabkan malnutrisi dan asupan nutrisi yang �dak mencukupi

dapat menyebabkan malnutrisi. Kesehatan yang buruk membuat

seseorang lebih rentan terhadap penyakit seper� diare dan infeksi

lainnya seper� infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hal ini didukung

oleh Puslitbang Gizi dan Pangan, Kementerian Kesehatan (2012). Infeksi

ini menyebabkan gangguan pada proses pengasupan makanan dan

14 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
nutrisi, yang bisa mengakibatkan penyerapan makanan menjadi �dak

baik dan �dak op�mal. Di samping itu, faktor �dak langsung lainnya

yang mempengaruhi status gizi adalah akses terhadap makanan,

pengaturan pengasuhan anak, ketersediaan air minum atau layanan

kebersihan dan sanitasi (Supariasa, I Dewa Nyoman., Bachyar Bakry.,

2016).

Dalam kajian ini, yang perlu digaris bawahi adalah kemudahan

akses terhadap makanan ternyata termasuk sebagai faktor �dak

langsung terjadinya status gizi. Lebih spesifik dijelaskan bahwa,

kemudahan akses terhadap makanan yang terjangkau memudahkan

keluarga untuk mengkonsumsi berbagai makanan yang sehat dan

bergizi seimbang. Akan berdampak posi�f terhadap kesehatan.

Selain itu, jenis makanan yang dikonsumsi sangat dipengaruhi oleh

ilmu pengetahuan anggota keluarga tentang pilihan makanan apa

yang akan dibeli dan dimakan. Kemudian, pola asuh juga mempunyai

pengaruh pen�ng, seper� pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

Hal ini juga dengan sangat jelas mempengaruhi status gizi seseorang.

Berikutnya, ketersediaan air bersih untuk diminum dan sanitasi yang

aman memudahkan seseorang untuk dapat menjalani pola hidup

bersih dan sehat.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah aksesibilitas atau

keterjangkauan anggota keluarga ke layanan medis yang unggul. Hal ini

BAB I
15
juga mempengaruhi status gizi seseorang. Masalah gizi dan kesehatan

ibu dan anak sangat pen�ng, karena sering kali, lebih dari seper�ga

kema�an anak dan 11 penyakit diseluruh dunia diakibatkan oleh

kekurangan gizi pada ibu hamil dan anak-anak yang kekurangan gizi.

Gizi buruk berdampak sangat serius pada ibu hamil karena keadaan

rahim yang gagal dapat mempengaruhi bayi secara fisik, mental, serta

daya intelektual (Kementerian Kesehatan, 2017). Selain fakta bahwa

anak-anak lahir kecil dan sangat kurus, jika mereka masih hidup, mereka

akan tumbuh di bawah �ngkat normal, kemungkinan menjadi cacat

fisik, tumbuh lebih kecil, menjadi kurang cerdas, dan menghasilkan

tenaga kerja yang kurang cakap. Bagi perempuan, ada remaja putri

dan calon ibu hamil yang nan�nya mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Malnutrisi anak telah terbuk� secara signifikan berkorelasi dengan

kejadian penyakit �dak menular atau PTM (Gizi Masyarakat, 2018).

Saat ini, Indonesia masih memiliki angka infeksi yang rela�f �nggi yaitu

30,8%. Kepedulian terhadap gizi membutuhkan kerjasama dari semua

pemangku kebijakan (Riskesdas, 2018).

16 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAB III
III
GIZI IBU HAMIL DAN
PEMBERIAN PMT
BERBASIS LOCAL WISDOM

3.1 Konsep Hamil dan Gizi

Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa

ahli, namun pada prinsipnya memiliki in� yang sama, Wiknjosastro

mendefinisikan kehamilan sebagai suatu proses yang terjadi antara

perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai

lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu

dihitung dari haid pertama haid terakhir (HPHT)

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur)

dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan

zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan

plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm). Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita

memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Kehamilan

BAB I
17
biasanya berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode

menstruasi sampai melahirkan.

Seorang ibu yang sedang hamil berada dalam tahap reproduksi

untuk membantu tumbuh kembang janin yang dapat tumbuh di dalam

rahimnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah

status gizi ibu. Dalam �ga bulan menjelang rencana kehamilan, ibu

perlu mempersiapkan asupan nutrisi dan kesehatan yang baik serta

mengubah pola makan menjadi lebih ideal. Selanjutnya, dalam proses

kehamilan, seorang ibu juga perlu memperha�kan beberapa kondisi

sesuai dengan masa kehamilan. Sebagaimana yang disebutkan oleh

Williamson (2006), bahwa masa kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu :

(1) Trimester pertama kehamilan: 0-12 minggu dimana nafsu

makan ibu umumnya menurun sehingga menyebabkan mual dan

muntah, meskipun ibu harus makan makanan yang sehat agar

janin dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Kisaran

kadar normal meningkat sebesar 0,7-1,4 kg.

(2) Trimester kedua: 13-27 minggu dimana nafsu makan kembali

normal, dan asupan makanan perlu di�ngkatkan. Kisaran normal

kenaikan berat badan adalah 6,7 hingga 7,4 kg.

(3) Trimester ke�ga kehamilan: 28-40 minggu dimana nafsu makan

baik, tapi �dak dibenarkan berlebihan. Kisaran normal kenaikan

berat badan adalah 12,7 hingga 13,4 kg.

18 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Kehamilan menyebabkan metabolisme energi dalam tubuh

meningkat, sehingga energi dan nutrisi sangat dibutuhkan selama

kehamilan. Oleh karena itu, kebutuhan energi selama kehamilan

normal harus sekitar 80.000 kalori selama 280 hari. Inilah sebabnya

mengapa perlu mengkonsumsi kurang lebih 300 kalori per hari selama

kehamilan (WHO, 2014).

Mengenai asupan nutrisi ibu hamil, pada �ga bulan pertama

kehamilan, nafsu makan ibu umumnya mulai menurun, dan sering

terjadi pusing, mual dan muntah. Kemudian ibu bisa diberikan makanan

kecil tapi sering dan juga bisa diberikan makanan segar seper� susu,

tahu, tempe, telur, kaldu, lemon dan buah-buahan lainnya, sup atau

wafel, dan makanan ringan lainnya (Mardalena dan Suyani, 2016).

Pada trimester kedua, nafsu makan ibu biasanya meningkat

kembali. Kecukupan zat energi seper� nasi, ro�, jagung, mie, dll

lebih besar dibandingkan saat sebelum hamil. Pen�ng untuk memilih

makanan yang seimbang seper� buah-buahan dan sayuran berwarna.

Untuk memenuhi asupan energi, zat pembangun, dan zat pengatur,

maka perlu menambah asupan makanan sehari-hari, seper� setengah

piring nasi, setengah piring ikan, 1 potong tempe, sayur setengah

piring, segelas susu serta 2 gelas air (Nisa Bearawi, tahun 2020).

Pada trimester terakhir kehamilan, janin sudah melalui

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.Ibu memiliki nafsu

BAB I
19
makan yang baik dan sering ingin makan.Sebaiknya angan berlebihan,

karena bisa menambah berat badan terlalu banyak. Makanan yang

mengandung lemak dan karbohidrat, seper� makanan yang terlalu

manis dan makanan cepat saji juga bisa dikurangi. Zat gizi pembina

dan penyalur membutuhkan sumber makanan yang lebih bergizi

dibandingkan pada trimester kedua, karena selain untuk persalinanibu,

juga diperlukan pertumbuhan janin yang cepat (Kemenkes RI, 2017).

Pada trimester kedua dan ke�ga kehamilan, zat-zat berikut ini

sangat dibutuhkan untuh pertumbuhan janin dan kebertahanan ibu:

1. Protein

Protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan otak janin. Ibu

hamil membutuhkan sekitar 75 gram protein per hari, yaitu 25 gram

lebih banyak dari zat lain. Menambahkan protein ke dalam diet ibu hamil

adalah cara yang efek�f untuk meningkatkan kalori sambil memenuhi

kebutuhan terhadap protein. Sumber asupan dari hewani seper� daging,

ikan, telur, susu, keju, dan kerang merupakan sumber utama protein.

Sumber protein jugabisa didapat dari biji-bijian, tempe, tahu, oncom,

dan tumbuhan lainnya (Kemenkes RI., 2017).

2. Asam folat

Asam folat adalah vitamin B yang memainkan peran pen�ng dalam

perkembangan embrio.Asam folat juga dapat membantu mencegah cacat

20 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
tabung saraf, yaitu cacat yang terjadi di daerah otak dan tulang belakang.

Kekurangan asam folat juga dapat meningkatkan kehamilan yang �dak

normal atau prematur (prematur), kondisi bayi dengan berat badan lahir

rendah, dan pertumbuhan janin yang lambat.Asam folat sangat pen�ng,

terutama sebelum dan selamatrimester pertama kehamilan. Wanita

hamil harus terus mengonsumsi suplemen asam folat. Wanita hamil

disarankan untuk mengonsumsi 600 mg asam folat. Asam folat tersedia

dari sumber suplemen asam folat. Sayuran hijau seper� kangkung, jus

wortel, buncis, buncis, dan ro� gandum merupakan sumber alami asam

folat (Rahayu et al., 2018).

3. Besi

Zat besi diperlukan untuk membuat hemoglobin, yaitu protein

dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke jaringan di seluruh

tubuh. Selama kehamilan, volume darah meningkat seiring dengan

perubahan tubuh ibu dan suplai darah bayi. Akibatnya, permintaan akan

zat besi meningkat beberapa kali lipat. Jika kebutuhan zat besi rendah,

ibu hamil akan mudah lelah dan tertular penyakit menular. Persalinan

prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah juga berisiko lebih

�nggi.Wanita hamil membutuhkan sekitar 27 mg zat besi per hari.Selain

suplemen, zat besi juga berasal dari bahan alami seper� daging merah,

ikan, unggas, sereal sarapan, dan kacang-kacangan (Kemenkes, 2014).

BAB I
21
4. Seng

Beberapa peneli�an telah menemukan bahwa wanita hamil yang

dietnya rendah seng mungkin mengalami persalinan prematur dan

berat badan lahir rendah pada bayi.Uji klinis suplemen seng belum

menemukan manfaat mengonsumsi lebih banyak seng. Asupan zinc

yang cukup merupakan langkah awal yang bisa dilakukan. Seng, atau

zinc, juga secara alami ditemukan dalam daging merah, biji-bijian,

kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan beberapa sereal sarapan yang

sudah diperkaya.Wanita yang fer�l umumnya �dak membutuhkan

suplemen tambahan. Namun jika iamerasa �dak dalam konidis enak

badan, bisa menggan�nya dengan mengonsumsi suplemen (kurang

lebih 25 mg zinc per hari).

5. Kalsium

Janin menerima sekitar 25 sampai 30 mg kalsium dari ibu se�ap

hari.Terutama saat memasuki trimester ke�ga kehamilan.Ibu hamil

juga membutuhkan kalsium agar fungsi tulang dan gigi tetap kuat.

Kalsium diperlukan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi

dan mengembang.Kalsium dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal

saraf, kontraksi otot, dan sekresi hormon.Tidak cukup mendapatkan

kalsium dari makanan saja. Kalsium yang dibutuhkan bayi akan

diperoleh dari tulang ibu. Ibu hamil membutuhkan sekitar 1000 mg per

22 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
hari. Makanan sumber kalsium termasuk produk susu, seper� kedelai

atau susu, keju dan yogurt. Disamping itu, ikan teri juga merupakan

sumber kalsium yang baik (Wiryo, 2012).

6. Vitamin C

Jumlah vitamin C yang dibutuhkan janin tergantung dari asupan

makanan ibu.Vitamin C adalah an�oksidan yang paling baik karena

dapat melindungi jaringan dari kerusakan. Viamin C diperlukan

untuk pembentukan sistem kolagen dan transmisi sinyal kimia di

otak. Disarankan agar semua ibu hamil mengonsumsi sekitar 85 mg

vitamin C per hari.Vitamin C berasal dari makanan seper� tomat, jeruk,

stroberi, jambu biji, dan brokoli.Mengkonsumsi makanan yang kaya

vitamin C juga membantu penyerapan zat besi dalam tubuh menjadi

lebih maksimal.

7. Vitamin

Vitamin A sangat pen�ng fungsinya dalam organ tubuh manusia,

antara lain fungsi penglihatan, imunitas, serta pertumbuhan dan

perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan

persalinan lebih awal (prematur) dan berat badan lahir rendah. Vitamin

A didapat dari buah dan sayur berwarna hijau atau kuning, mentega,

susu, kuning telur, dan lain-lain (Mufdillah et al., 2017).

BAB I
23
Tabel.1. Fungsi Zat Gizi Masa Hamil
Zat Gizi Peran selama proses
Kehamilan
Protein Sumber pen�ng sebagai pembentuk sel
tubuh pembentukan tambahan cairan darah
bagi ibu dan sumber cadangan energy
Karbohidrat Sumber penyediaan energi untuk ibu dan
janin selama kehamilan
Lemak Sumber penyediaan energi jangka panjang
masapertumbuhan ( < 30% kalori perhari)
Asam lemak Essen�al Seabagai pembentukan sel jaringan saraf
(EFAs) pusat, otak dan jaringan janin, serta tumbuh
dan kembang otak
Vitamin A • Jaringan kulit, selaput mukosa
saluran cerna, saluran kemih, saluran
pernafasan
• Mata dan imunitas
• Mendukung pembentukan dan
pertumbuhan tulang dan gigi
Vitamin C Op�malkan kesehatan gusi, gigi dan tulang
dan meningkatkan absorpsi zat besi (Fe)
Sebagai zat an�oksidan
Vitamin E Dapat mencegah oksidasi asam lemak tak
jenuh pembentuk struktur membran sel
Vitamin B6 Dapat membantu pembentukan sel darah
merah, Perlu dalam metabolisme asam lemak
dan sinte�s protein
Vitamin B12 Membantu pembentukan sel darah merah
serta meningkatkan pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan saraf
Asam Folat Sumber produksi, perbaikan dan fungsi DNA
Perlu untuk produksi darah, Membantu
fungsi enzim

24 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Calsium • Dapat membantu mineralisasi untuk
pembentukan tulang dan gigi bertmbah
kuat
• Berfungsiuntuk kontraksi dan relaksasi
otot, fungsi saraf, pembekuan darah,
tekanan darah dan imunitas
Zat Besi (Fe) • Dapat membantu sinte�s eritrosit
Berperan mencegah kelelahan
• Dibutuhkan sebagai enzim yang
membentuk asam amino, kolagen dan
hormone
Magnesium • Sebagai pembentukan tulang dan gigi
kuat
• Sebagai regulasi insulin dan kadar gula
darah
• Dapat mempertahankan
keseimbanganasam-basa
Zinc • Dapat membantu organ kerangka tubuh
dan organ sirkulasi
• Berfungsi sebagai komponen insulin
dan beberapa enzim Membantu sinte�s
DNA, RNA dan protein Berperan pada
penyembuhan luka
Ioyodium Sebagai pembentukan hormon pertumbuhan

Substansi selama kehamilan Ibu

1) Masa kehamilan ibu harus memeriksakan kesehatan secara teratur

minimal 4 kali.

2) Memperha�kan kenaikan berat badan ibu selama proses kehamilan.

3) Mengkonsumsi tablet tambah darah 1 (satu) bu�r perhari. Jika

BAB I
25
merasa mual mengkonsumsi tablet pada saat mau�dur malam hari.

4) Mendapatkan imunisasi TT 2x selama masa kehamilan.

5) Selama masa kehamilan ibu harus mengkonsumsi asupan yang

beraneka ragam dan minum lebih banyak dibandingka saat �dak

hamil.

6) Selalu menggunakan garam beryodium di dalam makanan sehari-

hari.

7) Agardapat mencegah anemia selama hamil ibu dapat asupan

makanan sumber zat besi, misalnya sayuran hijau tua, tempe, susu,

tahu, kacang hijau, kacang merah dan biji-bijian lain, telur, ikan

dandaging.

8) Agar dapat mencegah kekurangan zat kalsium, ibu harus banyak

makan makanan sumber kalsium seper�: bayam, daun katuk,

brokoli, daun singkong, susu, ikan dan biji-bijian.

9) Apabila nafsu makan ibu kurang, harus mengkomsumsi makanan

yang segar- segar seper� buah-buahan dan sayur-sayuran, makanan

yang kering atau dibakar yang bervariasi (Wiryo, 2012).

3.2 Jenis asupan Tambahan pada Ibu Hamil berbasis Bahan Pangan

Lokal

1. Jenis Bahan Makanan

Menurut kandungan zat gizinya, bahan makanan dapat

26 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
digolongkan menjadi bahan sumber karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral. Pada table 2 di bawah ini akan disajikan jenis

bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral yang dapat digunakan untuk menyusun makanan

tambahan ibu hamil. Jenis bahan makanan dapat dipilih bedasarkan

ketersediaan pangan di daerah setempat (Kementerian Kesehatan RI,

2014).

Tabel 2. Jenis Asupan Makanan dan Zat Gizi yang dikandungnya


ZAT GIZI JENIS ASUPAN MAKANAN

Karbohidrat Beras, jagung, sagu, singkong, ubi


jalar, kentang, talas beserta hasil
olahannya.

Protein Ikan, telur, daging, tempe, tahu, biji-


bijian, susu kedelai

Lemak Lemak �dak Alpukat, minyak kedelai, minyak


jenuh jagung dan minyak ikan.

Lemak jenuh Minyak kelapa, minyak kelapa


sawit, mentega, santan, lemak
kambing dan lemak sapi.

BAB I
27
Vitamin Vitamin A Ikan, ha�, kuning telur, sayuran dan
buah- buahan berwarna jingga/
oranye.
Provitamin A Buah-buahan, sayuran berwarna
hijau.
Vitamin D Susu, minyak ha� ikan, ikan, telur,
jamur.
Vitamin E Kecambah, asparagus, alpukat,
bayam, minyak sayur, gandum,
lobak, bengkoang.
Vitamin K Susu kedelai, teh hijau, susu sapi,
daging sapi, ha�, yoghurt.
Vitamin B Beras merah, daging, ha�, ikan tuna,
(B1, B2, B6, kentang, pisang, tempe, kacang-
B12,Niacin) kacangan.
Asam folat Ikan, brokoli, kembang kol, mangga,
pare, kacang-kacangan, jeruk manis,
alpukat, melon, semangka, kacang
panjang dan wortel
Vitamin C Aneka buah terutama jeruk, jambu
biji dan tomat.
Mineral Besi (Fe) Ha�, ikan, daging, telur, tempe,
tahu, kacang-kacangan dan sayuran
berwarna hijau
Iodium (I) Ikan, kerang, udang, garam
beryodium, rumput laut.
Calsium (Ca) Susu, tempe, kacang-kacangan.

Magnesium Kacang mete, kacang tanah, tempe,


(Mg) ikan, sayur berwarna hijau dan
beras merah.
Seng (Zn) Ikan, telur, daging, tempe, kacang-
kacangan, susu dan jamur

28 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
2. Syarat Bahan Makanan

Selain pen�ng mengandung zat gizi seper� karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral. Hal mendasar yang menjadi bagian

terpen�ng perlu diperha�kan adalah syarat bahan makanan tersebut,

dinataranya makanan tersebut harus berterima dengan ibu, mudah

mempersiapkannya, terjangkau, tersedia, dan dapat memenuhi gizi

ibu. Berikut ini akan dipaparkan secara mendalam terkait dengan syarat

sebuah makanan.

a. Dapat diterima Ibu

1) Asupan makanan tambahan selama kehamilan harus dapat diterima

dari segi bentuk dan rasa, dan umumnya dikonsumsi se�ap hari. Salah

satu ciri ibu hamil adalah cepat jenuh ke�ka makan makanan yang

sama berulang-ulang. Jadi ibu hamil harus sering mencoba hal baru.

Untuk itu bentuk dan rasa makanan harus beragam dan disesuaikan

dengan selera ibu hamil agar �dak bosan.

2) Makanan atau minuman yang terlalu asam, terlalu manis, terlalu panas,

atau terlalu dingin �dak baik untuk kesehatan ibu selama kehamilan.

Termasuk makanan yang terlalu pedas, terlalu asin, atau terlalu pedas

�dak baik untuk kesehatan ibu. Karena makanan dan minuman yang

terlalu asam dan pedas berdampak buruk bagi sistem pencernaan

tubuh, terutama lambung.

3) Karena makanan asin �nggi garam, lidah menjadi kurang sensi�f

BAB I
29
terhadap rasa asin dansecarabertahap terbiasa dengan makanan

asin. Terlalu banyak garam atau natrium merupakan faktor risiko

hipertensi(tekanan darah �nggi).

b. Persiapan Mudah

Makanan untuk ibu hamil harus mudah dibuat dengan alat masak

rumahan dan dapat ditemukan dengan mudah serta �dak membutuhkan

waktu lama untuk menyiapkannya. Selain itu, tentunya yang menjadi

perha�an khusus adalah untuk mempersiapkan makanan tersebut �dak

menguras tenaga dan energy ibu.tentunya hal tersebut dapat memberikan

dampak baru pada ibu.

c. Memenuhi kebutuhan gizi ibu

Suplemen untuk ibu hamil harus dapat memenuhi kebutuhan gizi

ibu hamil. Kebutuhan gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan

kelompok lain. Selain memberikan nutrisi yang cukup, suplemen

kehamilan juga harus dicerna dengan baik. Pencernaan yang baik dapat

dicapai dengan teknik persiapan makanan yang memadai.

d. Terjangkau untuk Ibu

Suplemen makanan untuk ibu hamil harus dibuat dengan bahan-

bahan yang terjangkau bagi orang-orang dengan kemampuan keuangan

30 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
yang buruk dan pada saatyang sama memenuhi kebutuhan gizi, keamanan

pangan dan higienis serta sesuai selera. Untuk itu, bahan baku yang

digunakan harus tersedia secara lokal, mudah didapat, dan murah.

e. Ketersediaan bagi ibu

Bahan yang digunakan sebagai suplemen makanan untuk ibu

hamil harus tersedia. Penggunaan bahan baku lokal harus disediakan di

pedesaan melalui pengembangan dan pemanfaatan potensi pertanian.

Bahan untuk produk lokal seharusnya �dak mahal dan rela�f mudah

ditemukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan biaya

rendah.

f. Aman bagi Ibu

Makanan olahan selalu terkontaminasi mikro organisme, sehingga

kejadian keracunan makanan selalu �nggi di masyarakat. Oleh karena

itu, harus bentuk berkonsultasi dan adanya informasi yang jelas sampai

kepada masyarakat tentang pen�ngnya kebersihan, cara memasak

makanan dan cara menyediakannya dengan benar dan sehat. Dalam hal

ini peran pen�ng penyuluh kesehatan sangat dibutuhkan.

3. Metode Pengolahan Makanan

Persiapan makanan pendamping untuk ibu hamil didasarkan pada

BAB I
31
peralatan pengolahan makanan rumahan yang ada. Proses manufaktur

adalah metode manufaktur yang biasanya dilakukan se�ap hari.

Suplemen untuk ibu hamil bisa diolah dengan cara direbus, dikukus,

dipanggang, atau digoreng.

a. Merebus

Cara memasak harus menggunakan air bersih. Untuk menghindari

hilangnya banyak nutrisi, gunakan air dan kalori yang cukup sesuai

dengan petunjuk resep makanan lain saat merebus. Menggunakan

terlalu banyak air akan membuang banyak nutrisi bersama air masakan.

Panas berlebih yang disebabkan oleh memasak terlalu lama dapat

merusak nutrisi, terutama vitamin C. Sebaliknya, jika pemanasannya

lebih sedikit, ada risiko sisa kuman yang masih bertahan hidup. Dalam

hal ini tentu harus ada perha�an dan keha�-ha�an dalam mengolah

makanan.

b. Mengukus

Cara pengolahan makanan kukus harus menggunakan air steril.

Untuk menghindari kerusakan banyak nutrisi, memasak harus dilakukan

sesuai dengan petunjuk dalam penyediaan formula atau suplemen.

Mengukus terlalu lama akan merusak nutrisi, terutama vitamin C.

Sebaliknya, jika waktu mengukus �dak cukup lama, kemungkinan

32 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
masih ada kuman yang masih huidup. Dari sudut pandang kehilangan

nutrisi, proses pengukusan lebih baik daripada proses perebusan.

c. Memanggang atau membakar

Memanggang atau membakar makanan olahan harus

menggunakan kalori standar dan petunjuk resep pada makanan

tambahan. Perha�kan warna makanan yang dipanggang atau dibakar,

jangan terlalu coklat dan jangan terlalu gosong, karena akan mengurangi

nilai gizinya. Selama pemrosesan ini, bagian dalam makanan harus

benar-benar matang untuk menghindari risiko keracunan makanan.

d. Menggoreng

Disaat melakukan pengolahan gorengan sebaiknya �dak

menggunakan minyak yang terlalu panas. Jangan terlalu panas, ini

akan menyebabkan minyak goreng berasap. Asap minyak goreng

menandakan bahwa minyak goreng sudah rusak. Minyak goreng

yang digunakan harus cukup saat menggoreng. Minyak goreng �dak

boleh digunakan berulang kali karena dapat menyebabkan gangguan

pencernaan. Tabel 3 mencantumkan prinsip-prinsip pengolahan

makanan yang harus diperha�kan untuk menjaga nutrisi, meningkatkan

pencernaan dan keamanan pangan. Dalam proses pengolahan

makanan tambahan untuk ibu hamil perlu diperha�kan higiene dan

BAB I
33
sanitasi. Maka dari itu, pen�ng agar alat masak yang digunakan harus

bersih dan steril, dan orang yang mempersiapkan bahan makanan

harus menjaga kebersihan diri (Agus�na Dian Praditama, 2017).

Bagian akhir dari pengolahan makanan dapat berbentuk padat,

setengah padat atau berair. Model asupan makanan tambahan untuk

ibu hamil disesuaikan dengan usia kehamilan. Pada trimester pertama,

ibu hamil harus menambahkan makanan padat, kering atau segar.

Selama �ga bulan ke depan, makanan pendamping dapat berbentuk

padat, setengah padat, atau cair.

Tabel 3. Teknik Pengolahan Makanan


No. Cara Prinsip
Pengolahan
1 Merebus 1. Gunakan air bersih secukupnya
2. Semua bahan terendam
3. Air mendidih (suhu 100°C)
4. Lama perebusan sampai �ngkat kematangan
yang dikehendaki termasuk bagian dalam
bahan makanan
2 Mengukus 1. Gunakan air bersih secukupnya
2. Lama pengukusan sampai �ngkat
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
3 Memanggang 1. Panaskan alat panggang (oven) sampai
panas yang dikehendaki sebelum bahan
dimasukkan.

34 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
2. Lama pemanggangan sampai �ngkat
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
4 Membakar 1. Siapkan bahan pembakar (arang/kayu)
sampai terbentuk bara api sebelum bahan
makanan dibakar
2. Lama pembakaran sampai �ngkat
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
5 Menggoreng 1. Gunakan minyak goreng secukupnya
2. Panaskan minyak goreng sampai panas yang
dikehendaki sebelum bahan dimasukkan
3. Lama penggorengan sampai �ngkat
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
4. Dianjurkan menggunakan minyak
goreng yang sama �dak lebih dari 5 kali
pengorengan

5. Cara Penyajian Makanan Tambahan

Makanan tambahan juga menjadi bagian pen�ng untuk menjaga

stabilitas gizi. Untuk itu perlu juga memahami cara dan teknis

penyajian makanan tambahan. Selain itu, kapan waktu yang tepat

mengkonsumsi makanan tambahan. Dalam hal ini, A�dah dan Rahayu


(2018) menyebutkan bahwa waktu yang paling tepat mengkonsumsi

makanan tambahan adalah diantara waktu makan utama. Jumlah

makanan tambahan untuk se�ap konsumsi sangat perlu disesuaikan

BAB I
35
dengan umur kehamilan. Misalnya, bila usia kehamilan pada trimester

2, makanan tambahan yang dikonsumsi sebanyak 2 porsi (2 takaran

saji). Selain itu memerha�kan kebersihan wadah penyaji makanan

tambahan juga menjadi bagian yang sangat pen�ng.

36 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAB IV
IV
GIZI IBU MENYUSUI DAN
PEMBERIAN PMT
BERBASIS LOCAL WISDOM

4.1 Penger�an Ibu Menyusui


Ibu menyusui adalah salah satu kelompok yang paling rentanterhadap
gizi. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun
2009 Bab yang menyebutkan bahwa kelompok yang termasuk dalam
kategorirawan gizi adalah anak-anak. Anak kecil, remaja, ibu hamil dan
menyusui (Undang-Undang Kesehatan).
Selama kehamilan, ibu membutuhkan tambahan energi sebesar 300
kkal per hari. Ibu menyusui membutuhkan 500-700 kkal/hari. Kebutuhan
gizi seorang ibu meningkat seiring dengan jumlah ASI yang dihasilkan
dan status gizinya. Asupan ibu selama menyusui memegang peranan
pen�ng dalam menentukan keberhasilan menyusui yang diukur dari lama
menyusui, status gizi bayi, dan status gizi ibu (Marmi, & Rahardjo, 2012).
Gizi Seimbang masa Ibu Menyusui

BAB I
37
• Keseimbangan gizi ibu menyusui harus memungkinkan bahwa
konsumsi makanan oleh ibu menyusui telah memenuhi kebutuhan dan
pertumbuhan sertaperkembanganbayinya sendiri.
• Keseimbangan nutrisi selama menyusui berkaitan erat dengan dengan
produksi ASI yang mana kecukupan gizi yang baik nan�nya akan
mempengaruhi status gizi ibu menyusui dan pertumbuhan sang bayinya.
• Komposisi ASI mengandung beberapa komponen dari ibu dan harus
digan� dengan jumlah makanan yang sesuaiuntuk ibu menyusui. Agar
ibu menyusui mendapatkan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan
saat �dak menyusui atau hamil, jumlah dan standar menyusui perlu
diubah secara terus menerus (Jenggawah et al., 2010).

Fungsi Gizi Seimbang Ibu sedang Menyusui


1. Dapat melakukan ak�vitas lebih.
2. Menjalankan berbagai proses di dalam tubuh.

38 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
3. Mengkondisikan kembali organ reproduksi seper� sebelum hamil.
4. Bahan cadangan dalam tubuh.
5. Ini terkait erat dengan produksi ASI yang diperlukan untuk perkembangan
bayi. Jika ibu mencapai gizi seimbang saat menyusui, maka pertumbuhan
bayi akan baik dan op�mal, tubuh ibu akansehat, serta kualitas dan
kuan�tas ASI akan meningkat.

Kebutuhan Gizi Seimbang Selama Menyusui


1. Karbohidrat
Pada 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan karbohidrat ibu
menyusui jadi meningkat 65 gram per hari.Ini setara dengan 1½ porsi nasi.

2. Protein
Protein sangat dibutuhkan dalam meningkatkan produksi ASI. Ibu
menyusui membutuhkan tambahan protein sebanyak 17 gram atau setara
dengan 1 porsi daging (35 gram) dan 1 porsi tempe (50gr).

3. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan meningkatkan produksi
ASI.Lemak mampu membawa vitamin larut dalam ASI. Kebutuhan minyak
dalam tumpeng gizi seimbang sebanyak 4 porsi atau setara dengan 4
sendok, minyak (20 gr). Ibu menyusui membutuhkan lemak tak jenuh
ganda seper� omega-3 dan omega-6 (WHO, 2014).

BAB I
39
4. Vitamin dan mineral
• Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral
dibandingkan ibu hamil. Suplementasi vitamin dari ibu meningkatkan
kandungan vitamin pada ASI karena kandungan ini sangat dipengaruhi
oleh asupan vitamin ibu menyusui.
• Vitamin yang pen�ng saat menyusui seorang ibu yaitu vitamin B1, B6,
B2, B12, vitamin A, yodium & selenium. Jumlah kebutuhannya adalah 3
porsi sehari, bisa berasal dari sayuran maupun buah-buahan.
• Ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Namun, perlu suplemen
baik berupa makanan maupun vitamin dan mineral khususnya vitamin
A dan zat besi untuk mencegah kerentanan tersebut(WHO, 2014).

5. Cairan
Kebutuhan cairan bagi ibu menyusui sangat sangatlah pen�ng
dalam menghasilkan air susu dengan cepat. Anjuranmeminum 2-3 liter
air per hari atau lebih dari8 gelas air sehari (12-13 gelas sehari) sebaiknya

40 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
sangat diutamakan, apalagi saat udara panas, banyak berkeringat, dan
demam. jadwal minum yang paling tepat adalah ke�ka bayi sedang
menyusui atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat
tergan�kan. Kebutuhan cairan inibisa didapat dari air pu�h, susu, jus
buah-buahan dan kandungan air yang tersedia di dalam makanan.

1. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi pada ibu menyusui dapat dilakukan dengan :
a) Pengukuran Antropometri
Status gizi ibu menyusui dapat diukur secara indeks antropometri
sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan beberapa parameter
seper� : Berat badan (BB), Tinggi badan (TB), Lingkar lengan atas (LILA),
Lingkar kepala, Lingkar dada, Lingkar pinggul, dan Tebal lemak dibawah
kulit (Supariasa, 2016).

b) Pemeriksaan Biokimia
Ini adalah metode kuan�ta�f untuk menilai status gizi. Penilaian
biokimia terdiri dari pengujian status gizi. Penilaian biokimia ini
merupakan tes laboratorium untuk protein, lipid serum, mikronutrien
serum dan tes spesifik lainnya.Iden�fikasibeberapa kekurangan nutrisi
dalam bahan yang diuji antara lain melipu� Prealbumin, Hemoglobin,
Serum Iron (SI), Total Iron Binding Capacity (TIBC), Magnesium, Seng,
Trace Elements(Mufdillah et al., 2017).

BAB I
41
Beberapa hal yang harus menjadi perha�an ibu menyusui
1) Konsumsi minuman beralkohol sangat harus dihindaripada masa
menyusui karena alkohol dapat menghambat pelepasan oksitosin yaitu
hormon yang menyebabkan kontraksi sel sekitar alveoli. Dampaknya
adalahdapat menyebabkan gangguan produksi dan kualitas dari ASI
yang dihasilkan.
2) Meminum obat-obatan kimiasecara sembarangan tanpa petunjuk
dokter atau tenaga kesehatan sangatlah dilarang karena beberapa zat
yang terkandung dalam obat dapat meresap ke dalam ASI.
3) Rokok perlu dihindari karena zat niko�n bisa berbahaya bagi bayi.
4) Ibu menyusui dianjurkan untuk membatasi kopi, teh dan soda. Batasi
kosumsi 2-3 gelas teh, kopi dan soda dalam sehari.

c) Makanan Tambahan Pada Ibu Menyusui


Upaya pemerintah untuk mengatasi gizi buruk secara terpadu antara
lain penargetan langsung dengan menyediakan lebih banyak makanan.
Pakanpendamping adalah makanan kaya nutrisi yang ditambahkan ke
bahan makanan yang bukan merupakan makanan utama(Kementrian
Kesehatan RI, 2017). Pemberian makanan tambahan (PMT) bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu selama masa menyusui. Makanan
tambahan tersebutberupa makanan bergizi yang diberikan untuk ibu
menyusui seper� pangan lokal yang berasal dari beberapa makanan yang
tersedia dan mudah didapat di wilayah setempat dengan harga terjangkau,
contohnya nugget ikan gabus (Mufdillah et al., 2017).

42 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAB V
V
GIZI BALITA DAN PEMBERIAN PMT
BERBASIS LOCAL WISDOM

5.1 GIZI BALITA

5. 1.1 Konsep Balita

Balita adalah bayi yang berumur 0-59 bulan.Pada tahapan ini

biasanya ditandai dengan proses tumbuh kembang anak yang begitu

cepat. Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita ini antara

lain melipu� energi dan protein. Asupan energi harian yang dibutuh

kanseorang anak di tahun pertama adalah sekitar100-120 kkal/kg

berat badan. Setelah 3 bulan pertumbuhan, energi yang dibutuhkan

berkurang 10 kkal/kg. Agar asupan makanannya �dak berkurang,

anak harus dihindari dari makanan yang hanya membuat kenyang

saja namun �dak membuat nafsu makan bertambah, seper� cokelat,


permen, dan kue manis. Makanan seper� ini berdampak �dak baik

bagi pertumbuhan anak karena tergolong ke dalam makanan yang

agak berbahaya yang kemungkinan kalau dikonsumsi menyebabkan

BAB I
43
anak mudah sakit. Selain itu, anak �dak dibiasakan untuk makan

makanan yang merangsang seper� makanan yang pedas dan terlalu

dingin, tetapi biasakanlah makan makanan dengan tenang dan

nyaman.Sebaiknya, anak harus dibiasakan memilih makanan yang

bergizi, dan memperha�kan kebersihan diri dan lingkungan yang

bersih.(Kementerian PPN/Bappenas, 2019).

Umur pada balita dapat dikelompokan menjadi 2. Pertama,

kelompok balita berumur 1-3 tahun .Di usia ini balita sangat menyukai

jenis atau bahan makanan terlalu manis seper� cokelat, permen,

es krim dan sejenisnya. Sebaiknya balita dihindari dari makanan

yang banyak mengandung gula agar gigi susu �dak cepat rusak

dan berlubang. Biasanya anak dihadapkan dengan resiko seper�

gangguan gizi dan pencernaan, misalnya kurangnya asupan vitamin

A yang dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi organ seper�

mata, sedangkan kurangnya kalori dan protein dapat menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan balita. Kelompok kedua

adalah anak berumur 4-6 tahun. Pada masa ini, anak masih rentan

terhadap gangguan penyakit gizi dan penyakit infeksi. Oleh karena

itu, orang tua dan guru di sekolah juga harus turut memprioritaskan

pemberian asupan makanan terhadap tumbuh kembang anak

(Kemenkes RI, 2011).

44 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
5.1.2 Kebutuhan Gizi Masa Balita

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu nilai yang menunjukkan

kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi se�ap hari

bagi hampir semua orang dengan karakteris�k tertentu untuk hidup

sehat. Berdasarkan kebutuhan rata-rata gizi tersebut, maka AKG

yang disarankan untuk anak dibagi menjadi �ga kelompok. Kelompok

pertama, anak usia 6-11 bulan dengan rata-rata berat badan 9,0 kg

dan �nggi badan 72 cm. Kedua, anak usia 1-3 tahun dengan rata-rata

berat badan 13,0 kg dan �nggi badan 92 cm.Terakhir, anak usia 4-6

tahun dengan rata-rata beratbadan 19,0 kg dan �nggi badan 113 cm

(Almatsier, 2016).

1. Energi

Kebutuhan energi individu anak bisa dilihat berdasarkan energi

yang diperlukan dalam proses metabolisme basal, pertumbuhan,

dan ak�fitas. Energi metabolisme basal ini tergantung pada jumlah

dan komposisi jaringan tubuh yang ak�f secara metabolik dan akan

dapat berubah seiring bertambahnyausia.Sumber energi konsentrasi

�ngginya berasal dari sumber lemak makanan seper� lemak,kacang-

kacangan danbiji-bijian.Selain itu, ada bahan makanan yang

merupakan sumber karbohidrat, seper� padi padian, umbi-umbian,

dan gula murni.Semua makanan yang dimasakmenggunakan bahan

BAB I
45
makanan tersebut ini adalah sumber energi.Energi inilah yang

melahirkan kemampuan atau tenaga untuk melakukan kerja dimana

sumber tenaga tersebut diperoleh dari zat-zat gizi penghasil energi.

Berdasarkan hasil AKG, angka kecukupan energi untuk anak usia 6-11

bulan adalah sebesar 800kkal/orang/hari, anak berusia 1-3 tahun

adalah sebesar 1350kkal/orang/hari, sedangkan untuk anak berusia

4-6 tahun adalah sebesar 1400kkal/orang/hari (Puslitbang Gizi dan

Makanan. Departemen Kesehatan RI., 2012).

2. Karbohidrat

Karbohidrat/pa�-gula/zat tepung merupakan makanan yang

dapat memenuhi kebutuhan energi, yang mana energi tersebut

terbentuk baik secara sadar maupun �dak sadar dalam melakukan

banyak macam gerakan, seper� gerakan jantung, pernapasan, saluran

usus dan organ tubuh lainnya.Sumbermakanan karbohidratseper�biji-

bijian,biji-bijian, gula,dan buah-buahanbiasanya menyumbang

se�daknya 50% atau setengah daritotal kebutuhan energi. Asupan

karbohidrat harianyang direkomendasikan pada rasio nutrisiyang

tepatpada anak umur 6-11 bulan adalah 105 gram, 215 gram selama

saat mencapai umur 1-3 tahun, dan 220 gram saat berumur 4-6

tahun.

46 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
3. Protein

Protein adalah nutrisi dengan fungsi utama memperbaiki

jaringan sel agar bisa bekerja dengan baik. Selama pertumbuhan,

kadar protein dalam tubuh meningkat dari 14,6% pada umur satu

tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun. Ini sama dengan

kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein ini dibisa berkisar

antara 1-4 g/kg sesuai penambahan jaringan tubuh.Protein sangat

dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan, pemeliharaan,

dan perbaikan jaringan tubuh.Produksi enzim pencernaan dari zat

kekebalan oleh protein ini dapat beroperasi melindungi tubuh balita.

Protein juga bekerja sebagai presekutor untuk meurotransmi�er

dimana nan�nya akan membantu perkembangan otak anak. Menurut

Angka Kecukupan Gizi (2019), kebutuhan protein untuk anak usia

6-11 bulan sebesar 15 gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram,

dan anak usia 4-6 bulan sebesar 25 gram. Nilai asupan protein anak

harus berdasarkan pada kebutuhan yang melipu�: (1) kecukupan

untuk pertumbuhan, (2) mutu protein yang dimakan, (3) kombinasi

makanan dengan kandungan asam amino esensial yang saling

melengkapi bila dikonsumsi secara bersamaan, (4) serta kecukupan

kandungan vitamin, mineral, dan energi.

BAB I
47
4. Lemak

Lemak adalah sumber energi yang sanga�erkonsentrasi.Jika

dibandingkan orang dewasa, sebenarnya balita membutuhkan lebih

banyak lemak.Ini disebabkan karena tubuh balita menggunakan

lebih banyak energi selama pertumbuhan dan perkembangannya.

Kebutuhan lemak anak 6-11 bulan adalah 35 gram, untuk usia 1-3 tahun

adalah 5 gram, dan untuk usia 6 tahun adalah 50 gram(Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

5. Serat

Serat merupakan bagian dari karbohidrat dan protein naba�

yang �dak dipecah di usus halus. Perannya sangat pen�ng dalam

mencegah sembelit dan gangguan usus lainnya. Serat makanan

dengan cepatmengisi perut anak,menciptakan rasa kenyang, dan

mennyediakan ruang untuk makanan lain yang �dak bolehterlalu

banyak.Asupan serat panganpadaanak usia 6-11 bulan adalah 11

gram/hari, sedangkan pada usia 13 tahun 19 gram/hari, dan 6 tahun

20 gram/hari.

6. Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan

dalam jumlah yang sangat kecil untuk sejumlah proses pen�ng

48 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
yang berlangsung di dalam tubuh. Fungsi vitamin adalah untuk

mendukungmetabolisme.Singkatnya, kebutuhan vitamin ditentukan

oleh asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Mineral adalah

zat anorganik yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai fungsi. Mineral

yangdiperlukan untukpertumbuhandan perkembangan normal.

Kurangnya asupandapatmenyebabkan pertumbuhan yang lambat,

mineralisasi tulang yang �dak mencukupi,kurangnya simpanan

cadangan zat besi, dan anemia (Jenggawah et al., 2010).

5.2 Permasalahan Gizi Pada Anak Balita

Gambar 1. Permasalahan Gizi pada anak dan balita

anak anak anak stun�ng anak gizi


was�ng (�nggi �dak kurang (Berat
normal �dak sesuai
(kurus) sesuai umur)
umur)

BAB I
49
5.2.1 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Balita

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah program

pemberian makanan kepada bayiberupajajanan yang aman, bermutu

�nggi, serta kegiatan penunjanglainnya, dengan tetap memperha�kan

mutu dan keamanan pangan bayi.Termasuk di dalamnya nilai gizi yang

sesuai dengan kebutuhan subjek.Ada dua jenis Pemberian Makanan

Tambahan (PMT), antara lain PMT Pemulihan dan PMT Penyuluhan.

Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan gizi balita (Kemenkes RI., 2017).

PMT Pemulihan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

dan pembelajaran bagi ibu denganbayibinaan. PMT yang terkumpul

akan disajikan sebagai makanan atau produk lokal. Ini hanya diberikan

untuk anak-anak yang kekurangan gizi dan harus dikonsumsi sebagai

tambahan makanan sehari-hari, bukan sebagai penggan� makanan

pembuka. Suplemen pemulihan terbaik didasarkanpada makanan

lokal. Jika bahan-bahan lokal terbatas,maka dapatmenggunakan

makanan matang yang tersedia secara pabrikan sesuai ketersediaan

di daerah tersebut dengan memperha�kan kemasan, label, dan

tanggal kedaluwarsa untuk memas�kan keamanan pangan. Lebih

baik berasal dari protein hewani dan naba�, serta sumber vitamin

dan mineral, terutama sayuran dan buah-buahan. PMT Pemulihan

ini dilakukan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut atau selama

50 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
3bulan(Puslitbang Gizi dan Makanan. Departemen Kesehatan RI.,

2012).

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan, dapat

juga berupa bahan makanan lokal. PMT pemulihan pabrikan biasanya

berupa suplementasi ASI dalam bentuk biskuit yang mengandung 10

vitamin dan 7 mineral. Biskuit ditujukan hanya untuk anak usia 12 – 24

bulan yang memiliki nilai gizi: 180 kkal dari total energi, lemak 6 gram,

dan protein 3 gram. Totalporsi mengandung 29 gram karbohidrat, 2

gram serat, 8 gram gula dan 120 mg sodium per sajinya. Sedangkan

PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis, yaitu

berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang ditujukan

untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan, dan makanan tambahan

lainnya untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan

keluarga (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

PMT Penyuluhan merupakan program penyediaan makanan

pendampingASI yang dilakukan oleh pelaksana posyandu. Tujuannya

adalah untuk memberikan nasihat kepada orang tua anak tentang

makanan ataupun kudapan yang bagus ditawarkan kepada anak

sebagaicara untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, serta dapat

melibatkan masyarakat untuk mendukung perkembangan anak.

Peran masyarakat inilah yang akhirnya mendukung terjadinya

penyelenggaraan posyandu yang berkesinambungan.

BAB I
51
Bentuk PMT pada balita dapat disesuaikan dengan pola

pemberian makanan pada balita, sesuai pada tabel berikut ini: (SNI,

2005)

Tabel.4. Pemberian Makanan Tambahan(PMT) Pada Balita


Usia ASI Bentuk Makanan
(Bulan) Makanan Makanan Makanan
Lumat Lembik Keluarga
0-6*
6-8
9-11
12-23
24-59
Ket : 6* = 5 bulan 29 hari

5.3 Tekstur Atau Kepadatan Makanan

Tekstur makanan merupakan suatu karakteris�k atau sifat dari

makanan yang dapat dirasakan melalui indera pengecap. Teksture

makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan umur pada bayi

dan anak.

A. Tahapan Pola Makan Pada Bayi dan Anak

1) Bayi usia 0-6 bulan (ASI Eksklusif)

Tektur atau kepadatan makanan untuk bayi yang berumur 0-6 bulan

adalah cair. Makanan cair berupa ASI eksklusif dapat diberikan

52 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
dengan cara disusui langsung atau melalui botol. Membiasakan

memberikan ASI melalui botol diperbolehkan, asal tetap ada

bounding / tatapan mata penuh kasih ke bayi dan posisi yang bagus.

Membiasakan selang seling pemberian ASI dengan botol, akan

mempermudah bayi beradaptasi dengan MP ASI atau susu lainnya,

pada saat ASI sudah �dak keluar atau berkurang kuan�tasnya.

Contoh makanan untuk bayi umur 0-6 bulan dapat berupa cairan

ASI, namun apabila ada yang alergi terhadap ASI, maka dapat

digan�kan dengan susu lain sesuai dengan rekomendasi dokter,

misalnya susu kedelai dsb.

2) Bayi usia lebih dari 6 bulan sampai 9 bulan

Pada saat bayi berusia lebih dari 6 bulan selain diberikan ASI, bayi

juga sudah siap untuk diberikan makanan pendamping ASI (MP-

ASI). Tahapannya antara lain:

a. Berikan bertahap mulai bubur halus 2-3 x perhari, lalu dapat

di�ngkatkan menjadi bu ur saring sampai bubur kasar

b. Jumlah yang diberikan se�ap makan sekitar 125 ml(1/2 gelas

sebagai target namun �dak oleh dipaksa dan harus sesuai

dengan keinginan anak)

c. Berikan jenis makanan yang mengandung karbohidrat, lemak

dan protein serta mengandung zat besi

BAB I
53
d. Dapat diberikan buah yang dihaluskan 102 x perhari

e. Asi tetap dilanjutkan

Contoh makanan saring untuk bayi umur 6-9 bulan adalah:

Bubur Lele Bayam.

3) Bayi usia 9-12 bulan

Bayi yang berumur 9-12 bulan dapat diberikan ASI ditambah

denganMP ASI. Pada usia 9-11 bulan,MP ASI yang diberikan dapat

berupa makanan lumat dengan kandungan gizi lengkap/beragam/

seimbang. Umur 9-11 bulan tekstur naik menjadi makanan lembek

(nasi �m, bubur tanpa saring atau makanan yang dicincang halus).

Tahapan pemberian makaannya adalah :

a. Berikan bertahap mulai �m saring sampai nasi �m 3-4 x sehari

b. Jumlah yang diberikan se�ap makan sekitar 125 ml (1/2 gelas)

sebagai target namun tetap �dak boleh dipaksa dan disesuaikan

dnegan keinginan anak

c. Berikan jenis makanan yang lebih bervariasi

d. Dapat diberikan buah yang dihaluskan/finger food 1-2 x perhari

e. Asi dapat diteruskan

Contoh makanan lumat untuk bayi umur 9-12 bulan adalah

sebagai berikut: Bubur Lumat Sie Reboh.

54 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
4) Baduta usia 12-24 Bulan

Anak Baduta yang berusia >12 bulan masih dapat diberikan ASI dan

ditambah MP Asi yang teksturnya kasar atau sudah dapat diberikan

makanan keluarga. Pemberiannya dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Diberikan bertahap mulai nasi �m sampai makanan keluarga

(3-4 x makan)

b. Jumlah dapat di�ngkatkan menjadi sekitar 175-250 ml (3/4

sampai 1 gelas) sebagai target namun tetap �dak boleh dipaksa

dan sesuai keinginan anak

c. Variasikan jenis makanan, pada usia ini menu anak-anak dapat

disamakan dengan dewasa, namun rasa disesuaikan

d. Bisa diberikan buah/makanan sellingan -2 x perhari

e. ASI tetap dapat diteruskan

B. Tekstur Makanan
MAKANAN SARING
BUAH SARING BUBUR SARING

BAB I
55
MAKANAN LUMAT MAKANAN KELUARGA

FINGER FOOD

C. Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Dan Kandungan Gizi Per

Ukuran Rumah Tangga (URT Sendok)

Karbohidrat merupakan sumber energi atau zat tenaga bagi tubuh.

Sumber karbohidrat antara lain berasal dari biji-bijian, umbi-umbian,

tepung-tepungan, gula, buah dan sebagainya. Berikut ini akan dipaparkan

berbagai bahan pangan sebagai sumber karbohidrat umum yang bisa

didapatkan dengan mudah di tengah masyarakat Aceh baik sebagai hasil

56 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
pertanian masyarakat local di Aceh, maupun sebagai bahan komodi�

pasar yang sudah mendapat sentuhan industry pangan. Makanan

dengan sumber karbohodrat ini memiliki berbagai jenis, diantaranya

dengan jenis biji-bijian, dan umbi-umbian, dan hasil olahan. Makanan

dengan sumber karbohidrat tersebut adalah sebagai berikut.

KELOMPOK BIJI-BIJIAN

BERAS PUTIH SAGU


Satu sendok makan beras pu�h Satu sendok makan sagu
mengandung energi 35,7 kkal mengandung energi 35,5 kkal dan
dan karbohidrat7,71 g karbohidrat 8,56 g

KACANG MERAH BERAS KETAN PUTIH


Satu sendok makan beras pu�h Satu sendok makan ketan pu�h
mengandung energi 35,7 kkal dan mengandung energi 36,1 kkal dan
karbohidrat7,71 g karbohidrat 7,84 g

BAB I
57
BERAS KETAN HITAM JAGUNG
Satu sendok makan ketan hitam Satu sendok makan beras pu�h
mengandung energi 36 kkal dan mengandung energi 14,7 kkal
karbohidrat 7,45 g dan karbohidrat 3.15 g

Mie Kering kelor dengan berat 100 gr dan


50 gr kelor mengandung energi 134 kkal
dan karbohidrat 20.25 g

MIE KERING KELOR

KELOMPOK UMBI-UMBIAN

UBI RAMBAT ORANGE


Satu potong ubi
rambat dengan
Ubi rambat berat 27 g
utuh dengan
berat 235 g Setengah
potong ubi
rambat dengan
Satu potong ubi rambat orange berat 12 g
dengan berat 27 g mengandung
energi sebanyak 23 kkal dan Seperempat
karbohidrat sebanyak 2.41 g potong ubi
rambat dengan
berat 6 g

58 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
UBI JALAR Sepotong
Ubi jalar ubi jalar
dengan
utuh
berat 23 g
dengan
berat 203 g
Setengah
ubi jalar
Sepotong ubi jalar dengan dengan
berat 23 gmengandung berat 12 g
energi sebanyak19.7 kkal dan
karbohidrat 4.62 g Seperempat
ubi jalar
dengan berat
3g

KENTANG
Sepotong
Kentang utuh kentang
dengan berat dengan berat
140 g 24 g

Setengah
potong kentang
dengan berat
Sepotong kentang dengan 10 g
berat 24 g mengandung
energi sebanyak17.5 kkal dan Seperempat
karbohidrat 3.8 g potong kentang
dengan berat
4g

BISKUIT

Satu buah biskuit


dengan berat 6 g
mengandung energi 26
kkal dan karbohidrat
4.6 g
5 keping biskuit =29 g 1 keping biskuit =6 g

BAB I
59
KELOMPOK GULA

GULA PASIR GULA AREN

Satu sendok Satu sendok


gula pasir makan gula aren
mengandung mengandung
energi 39.4 kkal energi 36,8 kkal
dan karbohidrat dan karbohidrat
9.4 g 9,2 g

MADU SIRUP

Satu sendok Satu sendok sirup


madu mengandung
mengandung energi 21.3 kkal
energi 29.4 kkal dan karbohidrat
dan karbohidrat 5.5 g
7.9 g

KELOMPOK TEPUNG-TEPUNGAN

TEPUNG TERIGU TEPUNG KETAN

Satu sendok Satu sendok


tepung terigu tepung ketan
mengandung mengandung
energi 33.3 kkal energi 5.7 kkal
dan karbohidrat dan karbohidrat
7.72g 7.71g

60 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
TEPUNG MAIZENA TEPUNG BERAS

Satu sendok Satu sendok


tepung maizena tepung beras
mengandung mengandung
energi 34.1 kkal energi 35.3 kkal
dan karbohidrat dan karbohidrat
8.5g 8g

D. Bahan Pangan Lokal Sumber Protein Dan Kandungan Gizi Per

Ukuran Rumah Tangga (URT Sendok)

Protein termasuk ke dalam zat gizi makro (makro nutrien).

Protein meru pakan zat gizi berupa asam amino yang dibutuhkan

dalam jumlah yang banyak oleh tubuh manusia dan berfungsi sebagai

zat pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein terdiri atas rantai-

rantai asam amino (20 jenis asam amino) yang terikat satu sama

lain dalam ikatan pep�da. Dari dua puluh macam asam amino, tubuh

orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam amino esensial.

Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua jenis, yaitu

protein naba� dan protein hewani. Protein hewani adalah protein

yang berasal dari hewan, dimana hewan yang memakan tumbuhan


mengubah protein naba� menjadi protein hewani. Contoh daging

sapi, daging ayam, susu, udang, telur, belut, ikan gabus dan lain-lain

sedangkan protein naba� adalah protein yang berasal dari tumbuh-

BAB I
61
tumbuhan. Contoh jagung, kacang kedelai, kacang hijau, dan jenis

kacang-kacangan lainnya yang mengandung protein �nggi.

Berikut adalah berbagai pangan local sumber protein yang

umum terdapat di Propinsi Aceh

PROTEIN NABATI

TEMPE TAHU
Satu potong Satu potong
tempe dengan tahu dengan
berat 40 g berat 60 g
mengandung mengandung
energi 80.4 kkal energi 48 kkal
dan protein dan protein
8.32 g 6.54 g

KACANG HIJAU KACANG TANAH


Satu sendok Satu sendok
makan kacang makan kacang
hijau berat 10g tanah berat 10g
mengandung mengandung
energi 32,3 kkal energi 52.5 kkal
dan protein dan protein
2,29 g 2,79 g

KACANG KEDELAI SUSU KEDELAI


Satu sendok Susu kedelai
makan kacang dengan berat 100
kedelai ml mengandung
berat 10 g energi 41 kkal
mengandung dan lemak 3.5 g
energi 38.1 kkal
dan protein
4.01 g

62 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAYAM JAMUR
Satu mangkok Jamur dengan
bayam dengan berat 50 g
berat 100 g mengandung
mengandung energi 15 kkal
energi 11.36 dan protein
kkal dan 1.75 g
protein 0.63 g

PROTEIN HEWANI

TELUR AYAM TELUR PUYUH


Satu bu�r telur Satu bu�r telur
ayam dengan puyuh dengan
berat 60 g berat 12 g
mengandung mengandung
energi 92.4 energi 13.9
kkal dan kkal dan
protein 7.4 g protein 1.28 g

IKAN KEMBUNG IKAN LUMI-LUMI


Satu ekor ikan Satu bu�r telur
kembung puyuh dengan
dengan berat 80 berat 12 g
g mengandung mengandung
energi 125 kkal energi 13.9
dan protein kkal dan
21.3 g protein 1.28 g

IKAN LELE IKAN SELAR KUNING


Satu potong Satu ekor ikan
ikan lele dengan selar kuning
berat 56 g dengan berat 59
mengandung g mengandun
energi `134 kkal genergi 90.4
dan protein kkal dan protein
9.8 g 17.7 g

BAB I
63
UDANG TELUR AYAM KAMPUNG
Udang dengan Satu bu�r telur
berat 100 g ayam kampung
mengandung dengan berat 60
energi 133 kkal g mengandung
dan protein energi 120 kkal
30.8 g dan protein 7.4 g

DAGING SAPI DAGING AYAM


Daging sapi Satu potong
dengan dagin ayam
berat 100 g dengan berat 58
mengandung g mengandung
energi 190 kkal energi 298 kkal
dan protein dan protein 18.2 g
19.6 g

IKAN TERI KERING IKAN TUNA


Ikan Teri Ikan tuna dengan
kering dengan berat 50 g
berat 100 g mengandung
mengandung energi 50 kkal
energi 170 kkal dan protein 6.8 g
dan protein
33.4 g

UDANG SABU/UDANG REBON KERING

Udang kering (sabu)


mengandung energi 299 kkal
dan protein 59.4 g

64 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
E. Contoh Menu Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Lokal

Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) untuk bayi

dan anak yang berumur di atas 6 bulan pada prinsipnya dapat

mempergunakan makanan atau bahan makanan yang ada di meja

makan atau makanan yang dimakan oleh keluarga se�ap hari dengan

tekstur dan konsistensi yang dibuat sesuai usia bayi dan baduta. Bahan

pangan lokal yang ada di propinsi Aceh yang beragam, seimbang

dan mengandung zat gizi dapat digunakan sebagai bahan baku

untuk pembuatan Makanan pendamping ASI untuk bayi dan baduta.

Tanaman sayuran dan buah-buahan yang ditanam di pekarangan

atau halaman rumah juga dapat digunakan sebagai bahan makanan

untuk membuat MP ASI. Penyediaan MP ASI yang didasarkan pada

menu makanan keluarga sehari-hari �dak akan menyebabkan

penambahan biaya, penambahan tenaga, serta penambahan waktu

untuk menyediakan menu khusus MP ASI.

F. Contoh Menu Lokal/ MP ASI Untuk Bayi Usia 6-9 Bulan

Pembuatan MP ASI untuk bayi yang berusia 6-9 bulan berdasarkan

menu makanan yang dikonsumsi oleh keluarga sehari-hari dengan

mengubah tekstur makanan menjadi berbentuk makanan saring.

Contoh MP ASI sehari untuk anak usia 6-9 bulan dengan menu

keluarga, adalah sebagai berikut:

BAB I
65
WAKTU BAHAN MENU CARA PEMBUATAN
Pagi Nasi, sayur Bubur Nasi, sayur bayam, tempe
bayam, saring kukus dan lele rebus
tempe, lele dilumatkan kemudian di
lele bayam saring. Untuk membuat
tekstur makanan menjadi lebih
cair dapat ditambahkan ASI
atau susu formula (op�onal)
Selingan Alpukat Alpukat
Saring
Siang Nasi, Bubur Nasi, wortel, tempe kukus dan
wortel, Udang telur puyuh rebus dilumatkan
telur Telur kemudian di saring. Untuk
puyuh, Wortel membuat tekstur makanan
udang menjadi lebih cair dapat
ditambahkan ASI atau susu
formula (op�onal)
Selingan Apel Apel
Saring
Malam Nasi, Bubur Nasi, bayam, tempe kukus dan
bayam, Ikan ikan tongkol rebus dilumatkan
ikan Bayam kemudian di saring. Untuk
tongkol, Tempe membuat tekstur makanan
tempe menjadi lebih cair dapat
ditambahkan ASI atau susu
formula (op�onal)

Menu sehari-hari untuk bayi umur 6-9 bulan berdasarkan menu


makanan keluarga dapat mengandung sebanyak 601.22 kkal, 20.61
g protein, 27.9 g lemak, 57.76 g karbohidrat

66 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
MP-ASI 6-9 BULAN

MAKAN PAGI BAHAN


1 sdm nasi, lele ½
BUBUR LELE ptg, tempe 12.5
BAYAM TEMPE g, bayam 50 g,
mentega 1 sdt

Kandungan Gizi:
Energi : 178 kkal
Protein : 7.52 g
Lemak : 14.41 g
Karbohidrat : 10.6 g

SELINGAN
Kandungan Gizi :
Energi : 116 kkal
APEL ½ BUAH Protein : 1.03 g
Lemak : 0.82 g
Karbohidrat : 26.4 g

BUBUR UDANG BAHAN


TELUR WORTEL 1 sdm nasi, udang
10 g, telur puyuh
11 g, wortel 18 g
mentega 1 sdt

Kandungan Gizi :
Energi : 85.4 kkal
Protein : 4.6 g
Lemak : 0.96 g
Karbohidrat : 5.83 g

BAB I
67
SELINGAN Kandungan Gizi :
Energi : 111 kkal
ALPUKAT ½ BUAH Protein : 1.18 g
Lemak : 8.5 g
Karbohidrat : 6.1 g

BUBUR BAYAM BAHAN


IKAN TONGKOL 1 sdm nasi,
ikan tongkol 25
g, tempe 12.5
g, bayam 25 g
mentega 1 sdt

Kandungan Gizi :
Energi : 110.82 kkal
Protein : 6.28 g
Lemak : 3.3 g
Karbohidrat : 8.83 g
Zat besi : 2.2 mg

Contoh MP ASI sehari untuk anak usia 9-12 bulan dengan menu

keluarga, adalah sebagai berikut:


WAKTU BAHAN MENU CARA PEMBUATAN
Pagi Nasi, Bubur Nasi, wortel, tempe kukus
wortel, Udang Telur dan ltelur puyuh rebus
telur Wortel dilumatkan kemudian di
puyuh, saring. Untuk membuat
udang tekstur makanan menjadi
lebih cair dapat ditambahkan
ASI atau susu formula
(op�onal)
Selingan Pir Pir Saring

68 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Siang Nasi, Bubur Ayam Nasi, ayam fillet, tahu
Ayam, Tahu direbus kemudian dilumatkan
tahu kemudian di saring. Untuk
membuat tekstur makanan
menjadi lebih cair dapat
ditambahkan ASI ataususu
formula (op�onal)
Selingan 3 potong Biskuit
biskuit
Malam Nasi, Nasi Tim Nasi dilembekkan, kemudian
udang, Udang tumis udang, tempe, bunga
tempe, Bunga Kol kol dan tahu.
bunga
kol

Menu sehari untuk bayi umur 9-12 bulan berdasarkan menu makanan
keluarga dapat mengandung sebanyak 665.42 kkal, 30.1 g protein ,
23.42 g lemak , dan 113.9 g karbohidrat

MP-ASI 9-12 BULAN

MAKAN PAGI BAHAN


1 sdm nasi, udang 35
(BUBUR UDANG g, telur puyuh 11 g,
TELUR WORTEL) wortel 20 g mentega
1 sdt

Kandungan Gizi :
Energi : 152.52 kkal
Protein : 9.9 g
Lemak : 12.6 g
Karbohidrat : 5.6 g

BAB I
69
SELINGAN Kandungan Gizi :
Energi : 42.5 kkal
Protein : 1.7 g
1 buah pir (85 g) Karbohidrat : 8.5 g

MAKAN SIANG BAHAN


Nasi, ayam, tahu,
BUBUR AYAM TAHU wortel

Kandungan Gizi :
Energi : 133.75 kkal
Protein : 7.6 g
Lemak : 3.9 g
Karbohidrat : 54.9 g

SELINGAN

5 keping biskuit Kandungan Gizi :


Energi : 130 kkal
Protein : 2.05 g
Lemak : 4.1 g
Karbohidrat : 23 g

70 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
MAKAN MALAM BAHAN
Nasi 3 sdm, udang 21
NASI LEMBEK g, tahu 55 g, wortel
UDANG, BUNGA KOL 40 bunga kol 50 gr.
Mentega 1 sdt

Kandungan Gizi
Energi : 206.65 kkal
Protein : 8.85 g
Lemak : 2.82 g
Karbohidrat : 21.9 g

Menu sehari untuk bayi umur 12-24 bulan berdasarkan menu


makanan keluarga dapat mengandung sebanyak 1127.6 kkal, 31.97 g
protein, 20.76 g lemak, dan 195.57 g karbohidrat

Contoh MP ASI sehari untuk anak usia 9-12 bulan dengan menu

keluarga, adalah sebagai berikut:

WAKTU BAHAN CARA PEMBUATAN


Pagi Nasi, ikan Nasi Pu�h, ikan kembung
kembung, sawi digoreng, dan sayur sawi
ditumis

BAB I
71
Selingan Pisang Ayam
Siang Nasi, gambas, Nasi Pu�h, Gambas/Oyong
telur puyuh Ditumis, Telur puyuh direbus
Selingan Kentang Kentang di goreng
Malam Nasi, udang, Nasi Pu�h, tempe digoreng,
tempe, bunga kol kembang kol dan wortel ditumis
dan wortel

MP-ASI 12-24 BULAN

MAKAN PAGI BAHAN


Nasi pu�h Nasi 10 sdm, sawi
Ikan Kembung 25 g, ikan kembung
goreng ½ potong, minyak 1
Sawi Rebus sdm

Kandungan Gizi :
Energi : 284.5 kkal
Protein : 11.56 g
Lemak : 10.65 g
Karbohidrat : 41.74 g

72 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
SELINGAN
2 buah pisang ayam Kandungan Gizi
sedang Energi : 240 kkal
Protein : 2.2 g
Lemak : 0.4 g
Karbohidrat : 53.6 g

MAKAN SIANG

Nasi Pu�h BAHAN


Telur Puyuh Rebus Nasi 10 sdm,
Tumis Gambas gambas, telur puyuh
22 g, margarin 1 sdt

Kandungan Gizi
Energi : 312.66 kkal
Protein : 11.01 g
Lemak : 6.83 g
Karbohidrat : 45.08 g

BAB I
73
SELINGAN

1 buah kentang BAHAN


Kentang 1 buah,
minyak 2 sdm

Kandungan Gizi
Energi : 29 kkal
Protein : 0.15 g
Lemak : 0.2 g
Karbohidrat : 7.45 g

MAKAN MALAM

Nasi Pu�h Kandungan Gizi


Udang Rebus Energi : 261.5 kkal
Tumis Bunga kol dan Protein : 7.05 g
wortel Lemak : 2.68 g
Tempe goreng Karbohidrat : 47.7 g

74 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAB VI
VI
PENINGKATAN KEMANDIRIAN
PANGAN MELALUI RUMAH
PANGAN LESTARI (RPL)

6.1 Konsep Kemandirian Pangan Melalui Rumah Pangan Lestari (RPL)

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi di mana se�ap

manusia mampu mengkonsumsi pangan dan gizi secara seimbang untuk

status gizi baik. Menurut UU Pangan No 7 tahun 1996 ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya,

aman, merata dan terjangkau. Berkaitan dengan konsep maka kerangka

ketahanan pangan berada pada �ga jenjang, yaitu ketahanan pangan

wilayah, ketahanan pangan rumah tangga, dan ketahanan pangan

individu. Upaya pembangunan ketahanan pangan perlu diwujudkan

dari �ngkat individu, dengan terpenuhinya pangan pada �ngkat

individu maka akan berimbas pada se�ap jenjang. Salah satu elemen

kebijakan umum Ketahanan Pangan adalah diversifikasi pangan, yaitu

upaya memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang

BAB I
75
beraneka ragam dan seimbang dalam jumlah dan komposisi yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dapat mendukung hidup sehat,

ak�f, dan produk�f.

Konsumsi pangan yang beranekaragam akan dapat memenuhi

kebutuhan gizi manusia secara seimbang. Penganekaragaman konsumsi

pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor

pendapatan, pengetahuan gizi, produksi, ketersediaan dan distribusi,

keanekaragaman pangan, serta promosi/pengenalan (Simatupang,

2006).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi pangan berbasis

Sumberdaya Lokal tanggal 6 Juni 2009, ditujukan untuk mendorong

percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya

lokal melalui kerjasama sinergis antara pemerintah, pemerintah daerah

dan masyarakat. Berdasarkan Perpres ini banyak inovasi yang muncul

untuk tercapainya tujuan tersebut, salah satunya adalah mengop�malkan

pekarangan rumah untuk menghasilkan bahan pangan yang sehat

dan bermanfaat, salah satunya adalah budidaya sayur, karena �dak

memerlukan lahan yang luas, di pekarangan yang sempitpun budidaya

sayur bisa dilakukan (Nizar, 2013).

Sayur merupakan bahan pangan yang sangat memberi manfaat

bagi tubuh terutama untuk mendukung kebutuhan akan vitamin dan

76 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
serat dan yang pen�ng adalah untuk menopang kehidupan manusia

untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Hasil peneli�an yang dilakukan

di Roswell Park Cancer Ins�tute Di Buffalo New York Amerika Serikat

menunjukkan bahwa brokoli dan beberapa sayuran segar dapat

digunakan untuk melawan kanker kandung kemih (Anonim, 2012).

Disebutkan pula bahwa mereka yang menkonsumsi �ga porsi atau lebih

sayuran mentah segar se�ap bulan mengurangi resiko terkena kanker

kandung kemih sebanyak 40%. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari

PBB menyarankan konsumsi sayuran dan buah- buahan minimum 400gr

per hari untuk diet yang seimbang bagi kesehatan. Data dari BPS (2011)

menyebutkan bahwa konsumsi sayuran masyarakat indonesia masih

sangat rendah yaitu 113 gram/kapita/hari (La�fah dkk, 2012). Program

yang diterbitkan oleh Kementrian Pertanian bersama Badan Litbang

pada awal tahun 2011 dalam mendukung kegiatan pemanfaatan lahan

pekarangan adalah Program KRPL.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) merupakan

pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk

pemenuhan kebutuhan pangan dan menambah gizi keluarga, diversifikasi

pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk

masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Litbang, 2015). Pemanfaatan

pekarangan dalam konsep KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun

BAB I
77
Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran. Program KRPL secara

khusus dimanfaatkan sebagai salah satu media untuk pemenuhan

kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan sumber tambahan pendapatan

bagi rumah tangga.

Lembaga pemasaran dimaksudkan untuk menampung hasil

produksi tanaman pekarangan yang telah melebihi jumlah kebutuhan

konsumsi sehari-hari, kelebihan hasil produksi tanaman dapat dijadikan

sebagai tambahan pendapatan bagi keluarga anggota pelaksana

program KRPL dengan menjual hasil tanaman pekarangan (Litbang,

2015). Program KRPL memiliki peluang yang cukup menjanjikan dalam

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga apabila program

dilaksanakan secara berkelanjutan, adanya peran pemerintah dalam

mendorang ketahanan pangan dan menambah gizi keluarga perlu

adanya tanggung jawab bersama dari kalangan masyarakat itu sendiri

dalam mensukseskan program, yang nan�nya ini pun bermanfaat

bagi masyarakat itu sendiri sebagai wadah dalam pemenuhan

kebutuhan konsumsi dan gizi rumah tangga yang lebih aman dan bisa

dijamin kebersihan dan keamanannya oleh rumah tangga itu sendiri.

Keberhasilan program nan�nya akan meningkatkan kesejahteraan

ekonomi masyarakat melalui penjualan hasil pekarangan. Manfaat

program KRPL dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan sekaligus

meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat menjadi pen�ng

78 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
untuk diteli� dalam upaya memenuhi kebutuhan serta tambahan

pendapatan rumah tangga.

Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah atau bangunan

tempat �nggal atau fasilitas publik dengan batas pemilikan yang jelas

(Kementrian Pertanian RI Badan Ketahanan Pangan, 2017). Tujuan

pengusahaan pekarangan yaitu untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro

melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai

lumbung hidup, warung hidup atau apo�k hidup (Riah, 2002) dalam (Roza

Yulida, 2012). Arifin Arief (1990) menyatakan selain berfungsi sebagai

perbaikan gizi, pekarangan juga berfungsi sebagai sumber penghasilan.

Bagi masyarakat yang �dak mengharapkan pekarangan sebagai

sumber pendapatan atau kebutuhan sehari-hari maka pekarangan

berfungsi sebagai pemuas kebutuhan rohani dalam bentuk keindahan,

hal ini disebabkan adanya pengusahaan penanaman tanaman hias.

Sehubungan dengan hal tersebut pekarangan ditekankan sebagai lahan

yang dapat ditanami tanaman bergizi �nggi serta tanaman obat-obatan

yang siap memberikan hasil se�ap kali dibutuhkan. Fungsi pekarangan

mempunyai ciri yakni letaknya harus berdekatan dengan rumah, isinya

beraneka macam kebutuhan rumah tangga, hasilnya kecil sebagai

kebutuhan rumah tangga, dan �dak memerlukan modal yang besar.

Pekarangan mempunyai potensi yang besar sebagai penunjang berbagai

kebutuhan hidup sehari-hari pemiliknya.

BAB I
79
Tanaman pekarangan banyak memiliki kandungan karbohidrat

yang cukup �nggi, sehingga dapat digunakan sebagai tambahan

atau penggan� makanan pokok. Dengan terjadinya perbedaan

orientasi pengusahaan penggunaan pekarangan kearah komersialisasi

menyebabkan banyak hasil tanaman pekarangan dijual untuk menambah

pendapatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang pendapatan

perekonomiannya masih rendah (Haerudin, 2010). Pemanfaatan lahan

pekarangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai

warung hidup dan apotek hidup, menambah pendapatan keluarga,

menyediakan bahan- bahan bangunan, serta memberikan keindahan di

lingkungan tempat �nggal.

Konsep Ketahanan Pangan, menurut Undang-Undang No.18

Tahun 2012 tentang pangan mengungkapkan bahwa ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta �dak bertentangan dengan agama, keyakinan dan

budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, ak�f, dan produk�f secara

berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama

antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Pemerintah pusat dan

pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan, pangaturan,

pembinaan, pengendalian dan pengawasan, dan masyarakat sebagai

80 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
penyelenggara usaha-usaha penyediaan, distribusi, dan konsumsi

pangan (Husodo dan Muchtadi, 2004).

Dalam meningkatkan pangan terdapat kebijaksanaan yang

bertujuan untuk menjadi tersedianya pangan yang adil merata di �ngkat

masyarakat, rumah tangga, maupun perseorangan sesuai kemampuan

daya beli. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari

beberapa komponen yaitu ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan

konsumsi pangan. Ke�ga komponen tersebut harus terpenuhi agar dapat

terhindar dari terjadinya rawan pangan.

Lahan pekarangan juga dapat dijadikan aset berharga bagi

pengembangan usahatani skala rumah tangga. Oleh sebab itu,

pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha pertanian

dalam rangka memberdayakan sumber daya keluarga serta meningkatkan

ketahanan pangan dan kecukupan gizi. Lahan pekarangan berpotensi

untuk dimanfaatkan secara intensif baik untuk kepen�ngan ekonomi

maupun sosial (Rahmat Rukmana, 2009).

Upaya pemanfaatan lahan pekarangan didukung oleh

pemerintah dengan dikeluarkannya program Kawasan Rumah Pangan

Lestari (KRPL) yang diterapkan pada kelompok masyarakat khususnya

pada kelompok tani di pedesaan maupun perkotaan. Kawasan Rumah

Pangan Lestari adalah sebuah konsep lingkungan perumahan penduduk

atau suatu lingkungan ak�vitas atau tempat �nggal kelompok masyarakat

BAB I
81
yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan atau lahan

sekitarnya untuk kegiatan budidaya secara intensif sehingga dapat

dimanfaatkan menjadi sumber pangan secara berkelanjutan dalam

memenuhi gizi warga setempat.

Adapun tujuan dari kegiatan KRPL, yaitu (1) Memberdayakan

rumah tangga dan masyarakat dalam pengadaan sumber pangan dan

gizi melalui op�malisasi pemanfaatan pekarangan dan lahan sekitar

tempat �nggal. (2) Meningkatkan kesadaran, peran, dan par�sipasi

masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam,

bergizi seimbang dan aman (B2SA) (Kementrian Pertanian RI Badan

Ketahanan Pangan, 2017).

Upaya pemanfaatan lahan melalui KRPL dilakukan dengan

membudidayakan berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan sebagai

tambahan untuk memenuhi ketersediaan pangan sumber karbohidrat,

protein, vitamin, dan mineral. Manfaat lainnya yang diperoleh yakni

berkurangnya pengeluaran keluarga sekaligus dapat memberikan

tambahan pedapatan keluarga jika hasil yang diperoleh telah melebihi

kebutuhan pangan keluarga (Kementrian Pertanian RI Badan Ketahanan

Pangan, 2017). KRPL adalah bentuk integrasi dari sekumpulan pekarangan

untuk memenuhi penyediaan pangan rumah tangga. Agar kegiatan

KRPL dapat memberikan keindahan lingkungan maka perlu adanya

penataan pekarangan. Penataan ini diperlukan untuk mengatur KRPL

82 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
agar membentuk lingkungan yang asri dan nyaman, juga menimbulkan

daya tarik sehingga dapat menarik minat orang lain untuk melakukan

replikasi.

Penataan pekarangan dan pemanfaatan lahan pekarangan harus

disesuaikan dengan lahan yang tersedia di masyarakat. Berdasarkan

luasan lahan dan pemanfaatannya (Kementrian Pertanian RI Badan

Ketahanan Pangan, 2017), pekarangan dapat digolongkan menjadi:

1) Strata 1 (kategori sempit) a) Luas pekarangan toga misalnya

laos, jahe, kencur, sirih; umbi- umbian misalnya ubi jalar, ubi

kayu, talas, dan lainnya yang mempunyai pangsa pasar dan

subs�tusi sumber karbohidrat; ternak ayam buras; budidaya

ikan air tawar misalnya ikan lele, nila, dan gurami.

2) Strata 3 (Kategori luas) a) Luas pekarangan >300 m². b)

Penataan pekarangan yang sesuai adalah budidaya dan alokasi

pot polybag/ ver�kultur, bedengan disisi batas pekarangan,

hamparan, kandang ayam sis�m ren, kandang kambing dan

kolam terpal / tanah. c) Komoditas yang dikembangkan: sayuran

misalnya cabai, terong, tomat bayam, kangkung, dan lainnya;

toga misalnya laos, jahe, kencur, sirih; umbi-umbian misalnya ubi

jalar, ubi kayu, talas, dan lainnya yang mempunyai pangsa pasar

dan subs�tusi sumber karbohidrat; ternak unggas, misalnya

ayam buras, dan bebek; budidaya ikan air tawar misalnya lele,

BAB I
83
nila gurami; buah- buahan seper� nenas, pisang, jeruk, mangga,

pepaya, dan lainnya; tanaman pakan ternak, pagar hidup.

Usaha memberdayakan sumber daya keluarga dan meningkatkan

ketahanan pangan serta kecukupan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan

dapat dijadikan sumber usaha dibidang pertanian. Soekartawi

(1995) menyatakan usaha tani adalah cara bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efek�f dan efisien untuk

memperoleh keuntungan yang �nggi pada waktu tertentu. Dikatakan

efek�f bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka

miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber

daya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Usaha tani pekarangan adalah suatu kegiatan mengusahakan

dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi sehingga memberikan

manfaat sebaik baiknya. Usaha tani pekarangan merupakan cara petani

dalam menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan

faktor-faktor produksi yang efek�f dan efisien agar usaha tersebut

dapat memberikan pendapatan yang maksimal (Ken Sura�yah, 2015).

Gus�yana (2004) dalam (Faisal, 2015) menyatakan bahwa pendapatan

dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan

pendapatan rumah tangga.

Pendapatan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan

dengan biaya total. Pendapatan keluarga yaitu pendapatan yang

84 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan yang

berasal dari kegiatan luar usaha tani. Pendapatan usahatani adalah

selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang

dapat dihitung per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar

usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan

kegiatan diluar usaha tani yakni dari berdagang, buruh, PNS dan lainnya.

Pendapatan dalam keluarga dapat diperoleh apabila salah satu

anggota keluarga atau keseluruhan anggota keluarga bekerja. Sonny

(2009) dalam (Apri, 2017) menyatakan bahwa pendapatan keluarga

adalah penghasilan keluarga berupa uang maupun bentuk lain yang

dapat diuangkan dari hasil bekerja atau usaha yang dilakukan oleh

anggota keluarga.

6.2 Tujuan Kawasan Rumah Pangan Lestari (RPL)

Berikut ini akan dipaparkan beberapa tujuan program Model

Kawasan Rumah Pangan Lestari sesuai dengan apa yang disampaikan

oleh Deptan (2013), bahwa tujuan dari model kawasan rumah pangan

lestari diantaranya adalah sebagai berikut.

a) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi melalui op�malisasi

pemanfaatan pekarangan secara lestari.

b) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam

pemanfaatan pekarangan di perkotaan maupun di perdesaan

BAB I
85
untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman

obat keluarga, pemeliharaan ternak dan ikan serta diversifikasi

pangan.

c) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga

keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan

pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan.

d) Mengembangkan kegiatan ekonomi produk�f keluarga sehingga

mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan

lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Program

MKRPL merupakan terobosan dalam menghadapi perubahan

iklim melalui pemanfaatan pekarangan dalam mendukung

ketersediaan serta diversifikasi pangan.

Dalam upaya pemanfaatan pekarangan dan mendukung ketersediaan

pangan, beberapa kendala yang dihadapi dilapangan diantaranya adalah

pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan pertanian. Oleh karena itu,

berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai kemandirian

pangan. Pemerintah serta masyarakat bekerjasama untuk mewujudkan

dan mempertahankan kemandirian pangan yang bergizi dan aman untuk

kesehatan dalam jumlah yang cukup.

Dengan program MKRPL diharapkan se�ap rumah tangga dapat

mengonsumsi pangan lebih beragam sehingga asupan gizi lebih beragam

dan seimbang serta aman dan dapat menekan pengeluaran konsumsi

86 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
pangan sehari-hari sehingga akan meningkatkan kesejahteraan rumah

tangga.

6.3 Tahapan Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

(MKRPL)

Tahapan pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi lokasi yang dijadikan tempat

pelaksanaan MKRPL. Tahapan perencanaan dan pelaksanaan MKRPL

adalah sebagai berikut (Deptan, 2013),

1) Penentuan loksi dan kelompok masyarakat yang akan menjadi

pelaksa dalam kegiatan. Penentuan lokasi dan kelompok

masyarakat dilakukan melalui konsultasi dan koordinasi dengan

dinas dan instans terkait yang berwenang di Pemerintah Daerah

setempat. Dilakukan juga observasi lapang terkait sumberdaya

fisik lingkungan, sumberdaya manusia, teknologi dan sosial

ekonomi.

2) Iden�fikasi kebutuhan dan peran kelompok masyarakat Analisis

kebutuhan dan peran kelompok masyarakat dilakukan melalui

pertemuan par�sipasif yaitu diskusi kelompok besar dengan

beberapa orang yang dianggap akan menjadi pemimpin/

penggerak bagi anggota lainnya. Iden�fikasi kebutuhan yang

akan dilakukan melipu� kebutuhan sarana dan prasarana,

BAB I
87
jenis tanaman atau ternak, ketersediaan dan pengelolaan air,

media tanam, pupuk/pakan, teknologi, kebutuhan lainnya

yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Iden�fikasi

juga akan dilakukan pada lokasi dan luas kebun bibit, lokasi

dan luas demplot- demplot pekarangan terbuka. Selain itu

pengorganisasian atau pembagian peran dan penyusunan

perangkat organisasi kelompok masyarakat pelaksana sehingga

kelompok tersebut akan bekerjasama dengan harmonis dan

didampingi oleh Dinas Pertanian (Penyuluh) dan Tim BPTP.

3) Penentuan rencana kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari (MKRPL) Rencana kegiatan Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari (MKRPL) melipu� (a) Desain kebun bibit serta

tempat pembuatan kompos dan media tanam. Dilakukan

pula rancangan manajemen pengelolaan dari kebun bibit dan

tempat pembuatan kompos/media tanam tersebut. (b) Lokasi,

desain, penataan dan manajemen pengelolaan pekarangan

atau area terbuka sebagai MKRPL beserta lingkungan kawasan

lingkungannya. Rencana tersebut akan dimonitoring dan

dievaluasi secara berkala untuk melihat apakah target telah

tercapai atau belum dan menentukan modifikasi atau perbaikan

yang diperlukan agar target yang telah disusun dapat tercapai.

4) Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia Peningkatan

88 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
kapasitas sumberdaya manusia melipu� Training of Trainers

(TOT) dan pela�han-pela�han lainnya yang diperlukan sesuai

hasil diskusi dan iden�fikasi kebutuhan, seper� pela�han

pembibitan, penyemaian benih, pembuatan media tanam dan

lain-lain.

5) Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

Pelaksanaan MKRPL dilakukan dari masyarakat oleh masyarakat

dan untuk masyarakat.

6) Peningkatan kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

(MKRPL) Untuk peningkatan kinerja MKRPL dilakukan

monitoring dan evaluasi secara bersama-sama oleh kelompok

masyarakat dan �m pendamping secara berkala. Kemudian

akan dilakukan modifikasi dan perbaikan hal-hal yang dianggap

kurang baik.

6.4 Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi

dalam negeri dan atau dari sumber lain. Penyediaan pangan bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Ketersediaan

pangan dapat mencerminkan ketahanan pangan dalam suatu bangsa.

Kecukupan ketersediaan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran pangan

rumah tangga. Besarnya pengeluaran pangan berbanding terbalik

BAB I
89
dengan besarnya pendapatan rumah tangga. Semakin �nggi pangsa

pengeluaran maka mencerminkan �ngkat pendapatan yang rendah

dan semakin rendah pangsa pengeluaran maka mencerminkan �ngkat

pendapatan yang �nggi. Tingkat pendapatan merupakan hal yang

pen�ng dalam mendukung rumah tangga untuk dapat memenuhi

kebutuhan pangan.

Oleh karena itu, �ngkat pendapatan akan mencerminkan

persediaan pangan. Pendapatan yang rendah akan mencerminkan

adanya persediaan pangan yang kurang cukup atau daya beli yang rendah,

begitu pula sebaliknya (Purwaningsih, 2008). Ketersediaan pangan

merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi dalam

kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan transitori. Kerawanan

pangan kronis adalah ke�dakcukupan pangan secara menetap akibat

ke�dakmampuan rumah tangga untuk memperolah pangan yang

dibutuhkan melalui pembelian maupun melalui produksi sendiri.

Kerawanan pangan transitori adalah penurunan akses terhadap pangan

yang dibutuhkan rumah tangga secara temporer. Hal ini disebabkan

akibat adanya bencana alam yang menyebabkan ke�dakstabilan harga

pangan, produksi atau pendapatan. Dalam suatu rumah tangga salah

satu cara untuk mempertahankan ketersediaan pangan dalam jangka

waktu tertentu adalah dengan mengkombinasikan bahan makanan

pokok misalnya pangan pokok beras dengan umbi-umbian (ubi kayu, ubi

90 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
jalar, jagung, dll).

6.5 Distribusi Pangan

Pemerataan ketersediaan pangan memerlukan pendistribusian

pangan ke seluruh wilayah dan rumah tangga. Distribusi pangan

mencakup aksesibilitas atau keterjangkauan pangan. Dalam distribusi

pangan memerlukan penyediaan transportasi dan infrastruktur lain

yang dapat mendukung dan melancarkan pendistribusian pangan

sehingga pendistribusian pangan dapat merata pada seluruh daerah.

Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi

�dak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara

kuan�tas maupun keragaman pangan. Akses pangan tergantung pada

daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh penghidupan rumah tangga

tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah tangga, modal

atau asset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi

dan sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

hidup dasar seper� pangan, tempat �nggal, kesehatan dan pendidikan.

Rumah tangga yang �dak memiliki akses pangan atau penghidupan

yang memadai dan berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah,

menjadi �dak berkecukupan, �dak stabil dan daya beli menjadi

sangat terbatas yang menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap

kerawanan pangan.Terdapat dua kategori akses yang diukur berdasarkan

BAB I
91
pemilikan lahan yaitu akses langsung dan akses �dak langsung. Dan cara

rumah tangga memperoleh pangan juga dikelompokkan menjadi dua

kategori yaitu produksi sendiri dan membeli.

6.6 Konsumsi pangan

Konsumsi pangan adalah semua makanan yang dimakan oleh

masing-masing anggota rumah tangga. Konsumsi berhubungan

dengan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memiliki

pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga

dapat mengelola konsumsinya secara op�mal. Konsumsi pangan

rumah tangga dapat dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi

makanan sehari-hari sehingga dapat diukur �ngkat kecukupan energi

per kapitanya. Pemerintah membuat cadangan pangan yang dilakukan

untuk mengan�sipasi kekurangan pangan, kelebihan pangan, gejolak

harga dan atau keadaan darurat. Dengan adanya cadangan pangan

maka diharapkan diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat

memenuhi kebutuhan akan pangan.

92 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAB VII
VII
PENINGKATAN KAPASITAS LEMBAGA
ADAT DALAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN STUNTING

Berbicara tentang local wisdom pas�lah berkaitan langsung

dengan desa, dan masyarakat desa sebagai pelaku, pengatur, pelaksana,

dan yang mengevaluasi local wisdom tersebut. Dalam kajian ini, local

wisdom dipilih dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stun�ng.

Hal yang mendaji dasar kajian dalam bab ini adalah terkait dengan

peningkatan kapasitas lembaga adat. Peran pen�ng peningkatan

kapasitas lembaga adat ini secara umum akan sangat berpengaruh

terhadap pencegahan dan penanggulangan stun�ng.

Selain itu, desa sebagai birokrasi terbawah dalam tataran negara

kesatuan Republik Indonesia, turut mendukung berbagai program

pemerintah untuk membangun negri ini. Dalam hal ini, program

kementerian kesehatan dengan tujuan mampu melahirkan generasi

yang sehat dan berkualitas. Hal tersebut tertuang dalam peraturan

BAB I
93
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang

pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan

masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi,

serta pelayanan kesehatan seksual. Kesehatan ibu hamil merupakan

fokus perha�an dan salah satu indikator kinerja, lembaga adat yang

tergabung di dalam pemerintahan desa mengambil peran pen�ng di

dalam bagian ini.

Salah satu bentuk peran yang dipilih oleh lembaga adat dalam

pemerintahan desa adalah dengan memprioritaskan penggunaan dana

desa diarahkan untuk percepatan pencapaian Aksi Desa salah satunya

adalah pencegahan stun�ng. Pencegahan stun�ng dimulai dari 1000

HPK (Hari Pertama Kehidupan) ar�nya pencegahan stun�ng dilakukan

dari masa kehamilan.

Peran pen�ng Tuha Peut dalam Pencegahan dan Penanggulangan Stun�ng

Pencegahan dan penanggulangan stun�ng di desa dilaksanakan

dengan pemanfaatan dan kapasitas lembaga adat yang ada di desa.

Salah satunya yang memiliki peran paling pen�ng adalah tuha peut.

Pemanfaatan dan kapasitas tuha peut sebagai salah satu lembaga

adat yang dimaksud sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun

2000, bahwa Tuha Peut adalah “suatu badan kelengkapan gampong

yang terdiri dari unsur pemerintah, unsur agama, unsur pimpinan

94 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
adat, unsur cerdik pandai yang berada di gampong. Kemudian dalam

sisi lain, sesuai dengan maksud isi Qanun Nomor 5 Tahun 2003 bahwa

“Tuha Peut adalah badan perwakilan gampong yang terdiri dari unsur

ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik pandai yang ada di

gampong”.

Tuha Peut (sekumpulan orang yang dituakan karena memiliki

beberapa kelebihan). Tuha Peut biasanya memikul tugas rangkap,

disamping sebagai penasehat Keuchik, juga sebagai pemikir, penimbang,

dan penemu dasar-dasar hukum atas suatu keputusan atau ketetapan

adat. Kecuali itu dalam kasus-kasus tertentu mereka sering sekali harus

berposisi sebagai dewan juri. Kedudukan Tuha Peut dalam struktur

pemerintahan gampong sejajar dan menjadi mitra kerja pemerintah

gampong.

Tuha Peut merupakan cermin masyarakat yang hidup rukun dan

damai. Ia merupakan keterpaduan antara Ulama, pemangku (unsur)

Adat, pemangku (unsur) masyarakat dan cerdik pandai. Keterpaduan

yang terjalin itu melahirkan kemampuan melaksanakan pekerjaan-

pekerjaan yang berat, karena pekerjaan tersebut dilakukan bersama.

Ar�nya: putoh ngon meupakat, kuat ngon meusaraya, berat sama

dipikul, ringan sama dijinjing. Jadi unsur musyawarah memegang

peranan pen�ng sehingga �dak ada kusut (karot) yang �dak dapat

diselesaikan dan �dak ada keruh(ceuko) yang �dak dapat dijernihkan.

BAB I
95
Dengan penger�an Tuha Peut yang telah dikemukan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa Tuha Peut merupakan suatu badan

kelengkapan gampong yang di dalamnya terdapat unsur agama atau

ulama, unsur pimpinan adat dan unsur cerdik pandai, dan juga Tuha

Peut ini sebagai penasehat keuchik, pemikir, penimbang dan penemu

dasar-dasar hukumatas suatu keputusan atau ketetapan adat.

Dalam Pasal 98 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2006 tentang Pemerintahan Aceh terdapat ada 13 (�ga belas)

lembaga adat, salah satu di antaranya adalah Tuha Peut Gampong.

Lembaga Adat ini menurut Pasal 98 ayat (1) berfungsi dan berperan

sebagai wahana par�sipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di bidang

keamanan, ketentraman, kerukunan dan keter�ban masyarakat.

Par�sipasi ini dapat diwujudkan melalui peran Tuha Peut Gampong

dalam penyelesaian perselisihan masyarakat, sesuai dengan Pasal

98 ayat (2) bahwa penyelesaian masalah sosial kemasyarakatan

secara adat ditempuh melalui lembaga adat. Dalam Pasal 115 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2006 dinyatakan bahwa Tuha Peutatau nama

lain sebagai Badan Permusyawaratan Gampong. Kehadiran Tuha Peut

gampong sebagai badan permusyawaratan gampong dalam rangka

pelayanan umum gampong. Otonomi gampong dijalankan bersama-

sama oleh Pemerintah Gampong dan Tuha Peut Gampong sebagai

96 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
perwujudan demokrasi.

Melihat peran pen�ng tuha peut di dalam pemerintahan desa,

telah dilakukan berbagai peneli�an tentang berbagai peran tuha peut,

salah satunya terkait dengan peranan pen�ng dalam penanggulangan

stun�ng. Terutama dalam pencegahan dan penanggulangan Kurang

Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil. Berdasarkan hasil peneli�an

tersebut diperoleh informasi bahwa peran lembaga tuha peut sebagai

perangkat gampong khususnya dalam pengambilan keputusan dengan

unsur pemerintahan gampong lainnya sangat baik sehingga dilapangan

hanya ditemukan kendala kecil akan tetapi mampu diatasi dengan baik.

Khususnya terkait penanggulangan KEK dalam penanggulangan

stun�ng Gampong yang pernah dilakuan di desa Suak Bilie,

Kabupaten Nagan Raya Aceh sudah memiliki Qanun gampong, yaitu

qanun Nomor: 06 Tahun 2022 Tentang Pedomana Pencegahan dan

Penanganan Kekurangan Energi (KEK) Pada ibu hamil. Sehinga terlihat

bahwa lembaga Tuha Peut di Gampong Suak Bili menunjukkan peran

tuha peut dalam mengatasai KEK ini sudah cukup baik, dimana keucik,

bidan, kader dan ibu hamil melakukan komunikasi yang intens dan

berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan penjelsan dalam Qanun Nomor 5

tahun 2003 tentang pemerintahan gampong.

Perangkat gampoeng Suak Bilie, dalam hal ini tuha peut

dibantu bidan desa dan kader sebagai pelaksana lapangan secara

BAB I
97
�dak langsung sudah menjalankan amanat dan peratutan mentri

kesehatan, dengan secara berkala melakukan pemeriksaan pada ibu

dan anak pada posyandu desa. Seluruh rangkaian penanggulangan

kesehatan di desa tersebut merujuk pada Indikator layanan Kesehatan

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019

Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yaitu AntenatalCare, Ibu

hamil mendapatkan minimal 90 bu�r pil Fe, Ibu Hamil yang Mengiku�

Konseling Gizi/ Kelas Ibu hamil, Pemantauan gizi ibu hamil Kekurangan

Energi Kronis (KEK), Pemantauan gizi ibu hamil Kekurangan Energi Kronis

(KEK), Rumah Tangga yang ada ibu hamil memiliki jamban keluarga, Ibu

hamil yang memiliki akses air minum aman, Rumah tangga yang ada

ibu hamil memiliki jaminan Kesehatan.

Berbanding terbalik dengan hasil wawancara dengan perangkat

gampong Suak Bilie, pada peneli�an sebelumnya yang melibatkan 6

(enam) desa diperoleh keterangan bahwa capaian indikator layanan

Kesehatan ibu hamil yang diperoleh dari di enam desa, yaitu desa

Macah, Suak Bilie, Lueng Baroe, Cot Peuradi, Cot Kuta, dan Blang

Sapek masih rendah, yaitu 60% dari target yang ditentukan 90%. Hal ini

disebabkan oleh keterlibatan Tuha Peut yang masih rendah terhadap

layanan Kesehatan ibu hamil. Di sini terlihat bahwa peran pen�ng tuha

peut dalam penurunan stun�ng sangat �nggi.

98 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Diketahui bahwa pada saat itu, tahun 2019-2020 Peran

Tuha Peut yang tercantum dalam Qanun Aceh �dak secara op�mal

difungsikan dengan berbagai hambatan dan kendala yang terjadi di

desa. Hambatan dan kendala tersebut antara lain keterlibatan seluruh

anggota tuha peut dalam musyawarah desa terkait pengalokasian dana

di desa, dan minimnya pengetahuan tuha peut terhadap pen�ngnya

layanan Kesehatan ibu hamildalam penurunan angka stun�ng.

Selain itu, capaian layanan kesehatan ibu hamil pada saat itu

masih sangat rendah juga disebabkan oleh letak geografis yang jauh dari

akses pelayanan Kesehatan, faktor kondisi pelayanan kesehatan, yang

melipu� keterbatasan sumber daya dan pelayanan kesehatan, sarana

prasarana kesehatan serta adanya hambatan dalam pelaksanaan

jaminan Kesehatan yang dimiliki oleh ibu hamil. Hasil observasi

lapangan bidan desa sebagian besar �dak berada di desa dengan

alasan jarak tempuh dengan puskesmas terlalu jauh dan akses dengan

wilayah perkotaan.

Sehingga dari hasil observasi dan wawancara mendalam

diketahui bahwa �ngginya angka stun�ng juga dipengaruhi oleh

peran pen�ng bidan desa dalam melakukan pendekatan dengan

masyarakat setempat, jika interaksi yang dilakukan bidan dengan

penduduk setempat rela�ve kurang maka akan berdampak

rendahnya kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan. Kondisi

BAB I
99
keterbatasan layanan inilah yang menyebabkan ibu hamil yang ingin

memeriksakan kehamilannya dan meminta bantuan persalinan lebih

memilih pelayanan kesehatan tradisional (dukun beranak). Namun

dalam penanggulangan dan pencegahan stun�ng dengan berbasis

local wisdom ini diharapkan peran pen�ng bidan desa melakukan

pendekatan berbasis kekeluargaan, dan member pemahaman dengan

dilandasi adat dan budaya setempat. Untuk itu, tentunya tuha peut

dalam pengawasan lembaga adat desa haris berbaur dan bergaul

secara langsung dengan masyarakat setempat.

Sisi lain rendahnya layanan Kesehatan ibu hamil juga berkaitan

dengan par�spasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

tersebut. Hal ini dilihat dari capaian ANC rendah (60%). Rendahnya

par�sipasi masyarakat disebabkan karena ke�daktahuan masyarakat

terkait layanan Kesehatan ibu hamil itu sangat pen�ng.

Menyadari rendahnya persentase capaian ANC tersebut, berada

pada 60% dari 6 gampong di Kabupaten Nagan Raya, Gampong Suak

Bilie bergerak cepat untuk mengatasi permaslahan kesehatan yang ada

di gampongnya. Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa rendahnya

persentase capaian ANC rendah (60%) dari 6 gampong disebabkan

rendahnya par�sipasi masyarakat, rendahnya peran tuha peut, letak

geografis, dan kurangnya pendekatan dari bidan desa.

Untuk meningkatkan persentase tersebut, Geuchik Gapong Suak Bilie

100 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
meningkatkan peran Tuha Peut dengan menetapkan qanun Nomor: 06

Tahun 2022 Tentang Pedomana Pencegahan dan Penanganan Kekurangan

Energi (KEK) Pada ibu hamil. Sehingga dengan terbitnya Qanun

tersebut penangan KEK semakin efek�f di Gampoeng Suak Bilie dengan

meningkatkan peran masyarakat, Geuchik, sekretaris desa, meningkatkan

peran tuha peut, meningkatkan peran bidan desa, dan meningkatkan

peran kader kesehatan desa. Dalam deskripsi data wawancara peneli�an

di atas diperoleh beberapa peran tuha peut, seper�

(1) pengawasan,

(2) menetapkan peraturan-peraturan gampong,

(3) mendukung program gampong,

(4) menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat

Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan kondisi kekurangan

kalori dan protein (malnutrisi) yang berlangsung menahun (kronis)

yang mengakibatkan terganggunya kesehatan wanita usia subur dan

ibu hamil. Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah yang strategis

dengan kekayaan alam berlimpah, namun belum mampu menjamin

status gizi masyarakat setempat. Hal ini dibuk�kan dari ibu hamil yang

mengalami KEK sebesar 25,6% pada tahun 2021, persentase ini cukup

�nggi dan berkorelasi terhadap peningkatan angka stun�ng dalam

3 tahun terakhir. Selanjutnya dalam beberapa peneli�an disebutkan

BAB I
101
bahwa telah ada penerapan qanun di 6 gampoeng melalui peran ak�f

tuha peut melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan dan

3. Evaluasi.

Dari 6 gampoeng yang telah memiliki qanun, terdapat 4 gampoeng

(Cot Peuradi, Blang Sapek, dan Lung Baroe dan Suak Bilie)) yang telah

memiliki penataan dan penanggulangan Kekurangan energi kronis (KEK)

dengan pemanfaatan peran tuha peut. Selanjutnya, untuk mendapatkan

hasil peneli�an yang ideal, peneli� berfokus pada satu desa yaitu, Desa

Suak Bilie. Pada peneli�an ini, yang dilihat adalah peran lembaga adat

tuhat peut dalam pencegahan dan penanggulangan Kurang energi kronik

Pada ibu hamil di gampong.

Berdasarkan hasil peneli�an dan pembahasan terkait dengan

peran lembaga adat tuhat peut dalam pencegahan dan penanggulangan

Kurang energi kronik pada ibu hamil di gampong dapat disimpulkan bahwa

peran lembaga adat tuha put dalam pencegahan dan penanggulangan

Kurang energi kronik pada ibu hamil sangatlah pen�ng. Adapun peran

lembaga tuha peut adalah sebagai berikut.

Berikut ini peran Tuha Peut

1. Melakukan upaya pencegahan bersama keucik dan seluruh lapiran

102 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
masyarakat lainnya secara akurat, transparansi,kekeluargaan,

etnografi, dan akuntabilitas

2. Melaksanakan tugas berdasarkan peraturan perundang-undangan

3. Memberi penjelasan yang konkrit kepada masyarakat mengenai

aturan qanun

4. Mendidik masyarakat agar taat peraturan dalam bermasyarakat.

5. Memberi penjelasan yang konkrit kepada masyarakat mengenai tata

ter�p qanun

6. Menciptakan keamanan dan keter�ban dalam masyarakat.

7. Mencerma� data potensi gampong dan data �ngkat perkembangan

KEK digampong

8. Menggali gagasan masyarakat terhadap pencegahan KEK

Beberapa hal mendasar yang menjadi landasan betapa pen�ngnya

peranan tuha peut dalam penanganan Kurang energi kronik pada ibu hamil

ini adalah dengan memperkuat peran tuha peut di desa dalam upaya:

(a) Menyelesaikan permasalahan yang ada di desa, dan

mendukung segala program pembangunan desa termasuk

dalam permasalahan yang dimaksudkan, yaitu terkait

dengan Kurang energi kronik pada ibu hamil, dan mendukung

segala program program terkait dengan pencegahan dan

penanggulangan Kurang energi kronik pada ibu hamil

BAB I
103
(b) menetapkan peraturan-peraturan di desa dalam hal ini

tentunya diharapkan juga membantu dalam pembentukan

peraturan terkait pencegahan dan penanggulangan Kurang

energi kronik pada ibu hamil, yang selanjutnya tertera dalam

qanun nomor 6 tahun 2022.

(c) Pengawasan, pengawasan yang dimaksud terkait dengan

pengawasan terhadap program-program yang disusun dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan Kurang energi

kronik pada ibu hamil, pengawasan yang dimaksud termasuk

dalam pengawasan kinerja bidan desa, dan kader desa,

serta pengawasan terhadap data masyarakat yang real dan

akuntabel.

(d) menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat. Dalam

hal ini, masyarakat juga harus memiliki kesadaran terhadap

KEK, sehingga ke�ka �dak terpantau oleh tenaga medis, atau

ak�vis kesehatan, masyarakat hasur segera melaporkan pada

tuha peut gampong.

Berdasarkan peranan tuha peut tersebut dapat kita lihat bahwa

Penerapan qanun melalui pemberdayaan tuhapeut di gampoeng

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan

penanggulangan KEK pada ibu hamil sebagai pencapaian SDG’s

104 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BAB VIII
VIII
SISTEM KEWASPADAAN DINI DALAM
KESEHATAN BERBASIS GEOGRAPHIC
INFORMATION SYSTEM (GIS)

Tidak dapat dipungkiri bahwa era ilmu pengetahuan dan teknologi


menyebabkan perkembangan zaman yang semakin pesat. Teknologi
hadir dalam memudahkan kehidupan manusia. Hampir semua aspek
kehidupan dan lintas sektoral menerapkan system teknologi. Era
globalisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam
proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data
yang mempresentasikan “dunia nyata” dapat disimpan dan diproses
sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang
lebih sederhana dan sesuai kebutuhan.

BAB I
105
Gambar 1. Model dunia nyata (Prahasta, 2009)

Sejak pertengahan 1970an telah dikembangkan sistem-sistem


yang secara khusus dibuat untuk menangani masalah informasi yang
bereferensi geografis dalam berbagai cara dan bentuk. Masalah-
masalah ini antara lain mencakup
1. Pengorganisasian data atau informasi.
2. Menempatkan informasi pada lokasi tertentu.
3. Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan
satu sama lainnya (koneksi), beserta analisis-analisis spasial
lainnya.

Sebutan umum bagi sistem-sistem yang menangani masalah-


masalah diatas adalah Geographic Information System (GIS) atau Sistem
Informasi Geografis (SIG). Dalam beberapa literatur, SIG dipandang
sebagai hasil dari perkawinan antara sistem komputer untuk bidang

106 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Kartografi (CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan
(CAD) dengan teknologi basis data (database).
Pada awalnya, data geografi nya disajikan diatas peta dengan
menggunakan symbol, garis dan warna. Elemen-elemen geometri
ini dideskripsikan di dalam legenda nya. Misalnya, garis hitam tebal
untuk jalan utama, garis hitam �pis untuk jalan sekunder dan jalan-
jalan yang berikutnya. Selain itu, berbagai data juga dapat di-overlay-
kan berdasarkan sistem koordinat yang sama. Akibatnya, sebuah peta
menjadi yang efek�f baik sebagai alat presentasi maupun sebagai bank
tempat penyimpanan data geografis.
Geographic Information System (GIS) menjadi alat yang
semakin pen�ng dalam pengelolaan lingkungan, ritel, militer, polisi,
pariwisata, dan banyak bidang lain dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jika Anda menggunakan komputer atau ponsel, Anda mungkin telah
menggunakan GIS dalam beberapa bentuk tanpa menyadarinya.
Seper� peta di situs web, Google Earth, ataupun ponsel yang memberi
tahu Anda di mana berada.

Penger�an Sistem Informasi Geografis (SIG)


Geographic Information System atau sering disebut dengan Sistem
informasi geografis (SIG) pertama kali diperkenalkan di Indonesia
pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Development. Sistem
Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer
yang digunakan untuk menyimpan serta memanipulasi informasi-

BAB I
107
informasi geografis. Sistem Informasi Geografis (SIG) telah dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan juga menganalisis objek-objek
serta fenomena-fenomena yang mengetengahkan lokasi geografis
sebagai karakteris�k yang pen�ng atau kri�s untuk dianalisis. Oleh
sebab itu, SIG merupakan sistem komputer yang dapat mendukung
pengambilan keputusan spasial yang mampu mengintegrasikan
deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteris�k-karakteris�k fenomena
yang ditemukan dilokasi tertentu
Teknologi SIG dapat menggabungkan operasi-operasi umum
database seper� query dan analisa sta�s�k dengan kemampuan
visualisasi dan analisa unit yang dimiliki pemetaan. Pada kesehatan
masyarakat sistem informasi geografis dapat berfungsi sebagai masukan
dalam pengambilan keputusan, surveilans, intervensi kesehatan dan
strategi pencegahan penyakit serta untuk analisis epidemiologi dan
manajemen kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan
besaran masalah dan menginden�fikasi penyebab masalah kesehatan
secara spesifik. (15)

Komponen Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis (SIG) terbentuk atas �ga unsur utama
yaitu sistem, informasi dan geografis. Dalam SIG, terdapat unsur yang
paling ditekankan yaitu informasi dan geografis. Dimana unsur informasi
menjelaskan mengenai tempat-tempat, pengetahuan mengenai
posisi dari suatu tempat, serta memberikan keteranganketerangan

108 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
terhadap suatu posisi yang ingin diketahui. Sedangkan unsur geografis
menerangkan bahwa segala informasi yang diperlukan letaknya berada
pada permukaan bumi (Prahasta,2001).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem
kompleks yang umumnya terintegrasi dengan sistem komputer lainnya
di �ngkat fungsional dan jaringan. Menurut Harmon dan Anderson
(2003), SIG terdiri dari beberapa komponen yaitu:

1. Perangkat Keras
Perangkat keras ini merupakan komputer yang dapat
mengoperasikan so�ware SIG yang akan digunakan. Selain
komputer, beberapa perangkat keras lain yang mendukung
komponen SIG didalamnya adalah scanner, digi�zer, GPS, printer
dan sebagainya.
2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak SIG merupakan komponen SIG yang berupa
program komputer yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan,
pemrosesan, penyimpanan penayangan serta analisis data spasial.
Perangkat lunak SIG bervariasi mulai dari ArcGIS yang berbasis
closed source maupun QGIS yang berbasis open source, dan
sebagainya.
3. Sumber Daya Manusia
SDM ini melipu� penggunaan sistem serta pengoperasian aplikasi
SIG. Komponen ini juga dapat memperoleh manfaat dari sistem

BAB I
109
yang digunakan dan beberapa kategori yang termasuk diantaranya
programmer, database administrator, analis maupun operator.
4. Aplikasi
Komponen ini merupakan cakupan dalam hal pengolahan suatu
data menjadi suatu informasi yang diinginkan, contohnya seper�
klasifikasi, koreksi geometri, query, overlay, join Tabel dan
sebagainya.
5. Data
Penggunaan komponen SIG dapat berupa data grafis dan data
atribut. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan
representasi fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi
koordinat yang lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan
sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut.
Sedangkan data atribut contohnya seper� data sensus penduduk,
catatan survei, dan data sta�s�k lainnya (Afrilizar, 2015).

Sub-sistem SIG di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Ilustrasi sub-sistem Sistem Informasi Geografis

110 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Subsistem Sistem Informasi Geografis
Adapun beberapa Sub-sistem dari Sistem Informasi Geografis (SIG)
menurut Prahasta (2009) yaitu sebagai berikut :
1. Data Input
Sub-sistem ini berfungsi dalam mengumpulkan, mempersiapkan
dan menyimpan data spasial dan atributnya. Selain hal itu, sub-
sistem ini bertanggung jawab dalam mengoversikan format data
aslinya ke dalam SIG.
2. Data Output
Ini merupakan seperangkat prosedur yang digunakan untuk
menampilkan informasi dari SIG dalam bentuk yang disesuaikan
dengan keinginan pengguna. Fungsinya untuk menampilkan,
menghasilkan keluaran basis data spasial so�copy dan hardcopy
seper� halnya tabel, grafik, report, peta dan lain sebagainya.
3. Data Management
Pada tahap manajemen data berupa ak�vitas yang berhubungan
dengan pengolahan data (menyimpan, mengorganisasi, mengelola,
dan menganalisis data) ke dalam sistem penyimpanan permanen.
Pengorganisasikan data spasial dan tabel atribut ke dalam system
basisdata bertujuan agar mudah untuk dipanggil kembali, di-
update dan di-edit.
4. Data Manipula�on & Analysis
Pada tahap Analisis dan Manipulasi akan menentukan informasi-
informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG, menampilkan

BAB I
111
keseluruhan teknik yang tersedia dalam transformasi model
digital menggunakan mathema�cal mean. Sekumpulan algoritma
data processing tersedia untuk transformasi data spasial, dan
hasil dari manipulasi dapat ditambahkan pada database digital
dan dihubungkan dengan visualisasi baru dari sebuah peta. (31)
Selain itu, memanipulasi dan memodelkan data bertujuan untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan

Fungsi SIG
Penggunaan peta dewasa ini semakin meluas, terutama dengan
berkembangnya piran� lunak SIG yang mampu mengkombinasikan
berbagai informasi ke dalam peta, termasuk kemampuan menjalankan
teknik-teknik analisis sta�s�k spasial.
Dalam pemantauan kasus penyakit menular seper� DBD, SIG
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Eisen dan Lozano-Fuentes
merangkum penggunaan SIG dalam pemantauan DBD ke dalam lima
fungsi:
1. Penyampaian informasi kepada pemegang kebijakan dan
masyarakat umum,
2. Alat deteksi dan pengendalian darurat DBD,
3. Iden�fikasi daerah prioritas penanggulangan masalah,
4. Menentukan determinan penyebaran dengue dan
5. Memahami dinamika dan meramalkan kejadian luar biasa
dengue.

112 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Namun demikian, penggunaan SIG dalam pemantauan dengue belum
banyak dijumpai di Indonesia. Sistem pemantauan yang dijalankan
oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan dan
jajarannya pun �dak menggunakan basis SIG

Manfaat Sistem Informasi Geografis di Bidang Kesehatan


Sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menentukan
distribusi penderita suatu penyakit/kejadian kesehatan, pola atau
model penyebaran penyakit. Penentuan distribusi unit-unit rumah
sakit ataupun puskesmas-puskesmas, fasilitas-fasilitas kesehatan
maupun jumlah tenaga medis dapat pula dilakukan dengan SIG (Sistem
informasi geografi ).
Menurut World Health Organiza�on (WHO), SIG dalam kesehatan
masyarakat dapat digunakan antara lain :
a. Menentukan Distribusi Geografis Penyakit.
b. Analisis trend Spasial dan Temporal
c. Pemetaan Populasis Berisiko
d. Stra�fikasi Faktor risiko
e. Penilaian Distribusi Sumberdaya.
f. Perencanaan dan Penentuan Intervensi.
g. Monitoring Penyakit.

Penerapan Sistem Informasi Geografis di Bidang Kesehatan


Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan SIG (Sistem informasi

BAB I
113
geografi) dalam bidang Kesehatan Masyarakat berdasarkan analisa
CDC tersebut (Setyawan, 2014).
a. Memonitor status kesehatan untuk mengiden�fikasi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat.
Dalam mendukung fungsi ini, SIG (Sistem informasi geografi)
dapat digunakan untuk memetakan kelompok masyarakat serta
areanya berdasarkan status kesehatan tertentu, misalnya status
kehamilan. Dengan SIG (Sistem informasi geografi), peta mengenai
status kesehatan dapat digunakan untuk merencanakan program
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut,
misalnya pelayanan ANC, persalinan dan lain lain.

b. Mendiagnosa dan menginves�gasi masalah serta resiko kesehatan


di masyarakat.
Sebagai contoh, seorang epidemiologis sedang mengolah data
tentang kasus asma yang diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas,
dan Pusat-Pusat Kesehatan lainnya di masyarakat, ternyata dia
menemukan terjadi kenaikan kasus yang cukup signifikan di suatu
Rumah Sakit. Kemudian dia mencari tahu data dari pasien-pesien
penderita asma di Rumah sakit. Ternyata ditemuka bahwa 8 dari
10 orang penderita asma yang dirawat di Rumah Sakit tersebut
bekerja di perusahaan yang sama. Demikian seterusnya hingga
kemudian SIG (Sistem informasi geografi) dapat digunakan untuk
memberikan data yang lengkap mengenai pola pajanan kimia

114 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
tertentu di perusahaan-perusahaan dalam suatu wilayah, yang
merupakan informasi yang pen�ng untuk para karyawan. Informasi
ini juga dapat diteruskan kepada ahli-ahli terkait, seper� ahli K3
untuk melakukan penanganan lebih lanjut terhadap masalah yang
ditemukan.

c. Menginformasikan, mendidik dan memberdayakan masyarakat


nmengenai isu-isu kesehatan.
SIG (Sistem informasi geografi) dalam hal ini dapat menyediakan
informasi mengenai kelompok masyarakat yang diiden�fikasi masih
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai informasi kesehatan
tertentu, sehingga kemudian dapat dicari media komunikasi
yang paling efek�f bagi kelompok tersebut, serta dapat dibuat
perencanaan mengenai waktu yang paling tepat untuk melakukan
promosi kesehatan kepada kelompok masyarakat tersebut.

d. Membangun dan menggerakkan hubungan kerjasama dengan


masyarakat untuk mengiden�fikasi dan memecahkan masalah
kesehatan.
Dalam hal ini SIG (Sistem informasi geografi) dapat digunakan
untuk melihat suatu pemecahan masalah kesehatan berdasarkan
area tertentu dan kemudian memetakan kelompok masyarakat
yang potensial dapat mendukung program tersebut berdasarkan
area – area yang terdekat dengannya. Misalnya masalah gizi yang

BAB I
115
ada pada wilayah kerja �ngkat RW atau Posyandu, maka dapat
dipetakan kelompok potensial pendukungnya yaitu Ibu – Ibu PKK
yang dapat diberdayakan sebagai kader pada Posyandu – Posyandu
yang terdekat dengan tempat �nggalnya, dan potensi daerah yang
bisa dikembangkan dalam penanganannya.

e. Membangun kebijakan dan rencana yang mendukung usaha individu


maupun masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
Contohnya dalam hal analisa wilayah cakupan Puskesmas.
Dalam hal ini SIG (Sistem informasi geografi) digunakan untuk
memetakan u�llisasi dari �ap – �ap Puskesmas oleh masyarakat
sehingga dapat dibuat perencanaan yang jelas mengenai sumber
daya kesehatan yang perlu disediakan untuk Puskesmas tersebut
disesuaikan dengan �ngkat u�litasnya.

f. Membangun perangkat hukum dan peraturan yang melindungi


kesehatan dan menjamin keselamatan masyarakat.
Dalam hal ini SIG (Sistem informasi geografi) dapat digunakan
untuk membagi secara jelas kewenangan dan tanggung jawab suatu
pusat pelayanan kesehatan pada �ap – �ap wilayah kerja dalam
menjamin dan menangani segala bentuk masalah yang terjadi di
wilayah tersebut. Dengan demikian maka manajemen komplain
dapat terkoordinir dengan baik.

116 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
g. Menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan
tersebut jika belum tersedia.
Misalnya seorang warga negara asing diiden�fikasi menderita
suatu penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan yang
serius. Maka untuk mengatasinya, dengan melihat peta dan data
akses pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dicari tenaga
kesehatan terdekat yang dapat membantu orang tersebut,
dan menguasai bahasa yang digunakannya. Dengan data SIG
(Sistem informasi geografi) juga dapat diketahui bagaimana akses
transportasi termudah yang dapat dilalui oleh warga negara asing
tersebut menuju fasilitas kesehatan terdekat.

h. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan


masyarakat yang berkompeten di bidangnya.
Dalam hal ini SIG (Sistem informasi geografi) dapat
menyediakan peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli kesehatan
masyarakat di �ap-�ap daerah, sehingga dengan demikian dapat
dilihat jika ada penumpukan atau bahkan kekurangan personel di
suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut dapat digunakan dalam hal
perencanaan pengadaan tenaga – tenaga kesehatan untuk jangka
waktu ke depan untuk masing – masing wilayah.
i. Mengevaluasi efek�fitas, kemudahan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan di masyarakat.

BAB I
117
Data SIG (Sistem informasi geografi) dapat menyediakan data
yang lengkap mengenai potensi �ap – �ap daerah serta karakter
demografis masyarakatnya untuk dihubungkan dengan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang tersedia dan �ngkat u�litasnya. Dengan
demikian dapat dievaluasi kembali kesesuaian dan kecukupan dari
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada.

j. Peneli�an untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi dalam


memecahkan masalah-masalah kesehatan di masyarakat.
Salah satu kegunaan ini SIG (Sistem informasi geografi) dalam
hal ini adalah untuk menyediakan data yang akurat mengenai
perubahan-perubahan yang terjadi di suatu daerah seper�
pertambahan jumlah perumahan, jalan, pabrik atau sarana-
sarana lainnya yang berpengaruh pada lingkungan dan berpotensi
mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Data ini kemudian
dapat digunakan untuk merancang dan merencanakan inovasi-
inovasi tertentu yang dapat menjamin kesehatan suatu masyarakat.

118 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, M., dan Wirjatmadia, B. (2016). Peranana Gizi Dalam Siklus


Kehidupan. Jakarta : Prenadamedia Group.
Afrilizar, R. (2015). Sistem Informasi Geografis Persebaran Penyakit
Tuberkulosis Berbasis Web Di Kota Banda Aceh. Banda Aceh:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitan
Syiah Kuala.
Agus�na Dian Praditama. (2017). Pola Makan Pada Ibu Hamil Dan
Pasca Melahirkan Di Desa Tiripan Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk.
Almatsier, S. (2016). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Andriani, M; Wirjatadi, Bambang. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Antara. 2022. h�ps://aceh.antaranews.com/berita/217902/angka-
stun�ng-aceh-jaya-turun-ini-penyebabnya
Atikah, Rahayu, dkk. (2018). Stunting dan Upaya Pencegahannya.
Candra, A. (2020). Epidemiologi Stun�ng.
Direktorat Gizi Masyarakat. (2018). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
Balita Tahun 2017. Buku Saku, 1–150. file:///E:/jurnal skripsi/mau
di print/referensi/Buku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdf%0D

BAB I
119
Dodiet Aditya Setyawan. 2009. Pengantar Sistem Informasi Geografis,
[Manfaat SIG dalam Kesehatan Masyarakat]. Surakarta: Poltekkes.
Fikawati Sandra. (n.d.). Buku Gizi Ibu dan Bayi. Devisi Buku Perguruan
Tinggi, PT Raja Grafindo Persada Jakarta.
Fitriani, Farisni, T. N., Syahputri, V. N., Lestary, L. A., & Helmyati, S.
(2020). Implemen�ng precede-proceed model toward the
mothers’ percep�on on the importance of feeding of home-made
complementary food to wasting and stunting toddlers. Current
Research in Nutrition and Food Science, 8(2), 489–495. https://
doi.org/10.12944/CRNFSJ.8.2.14
https://books.google.co.id/books?id=3SNIHJ583asC&printsec=
frontcover&dq=John+E.Harmon,+Steven+J.+Anderson.+2003.
htm. Diakses pada 12 Oktober 2022.
Jenggawah, N., Pada, S., Berpikir, K., Dan, K., & Belajar, M. (2010). Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember
Jember Digital Jember Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember.
John E.Harmon, Steven J. Anderson. (2003). The Design and
Implementation of Geographic Information Systems. [online].
Kemenkes,R.I. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes,R.I. 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes. (2017). Gizi dalam Daur Kehidupan.
Kemenkes. 2012. BukuPanduan Kader Posyandu. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2016. Klasifikasi Usia Menurut Kategori. Jakarta: Kemenkes
RI
Kemenkes. 2018. Buku Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan
Operasional Kesehatan). Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan
Anak Kementerian Kesehatan RI, 1–40.

120 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Kemenkes RI. (2017). Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan
(Balita-Ibu HamilAnak Sekolah). Jakarta.
Kemenkes RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan dan JICA.
Kementerian Kesehatan,R.I. 2018. Penanganan Stun�ng Terpadu.
Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman PGSKesehatan,. Pedoman
Gizi Seimbang, 1–99.
Kementerian Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Kementerian PPN/Bappenas. (2019). Pembangunan Gizi di Indonesia.
In Kementerian PPN/Bappenas. h�ps://www.bappenas.go.id/
files/1515/9339/2047/FA_Preview_HSR_Book04.pdf
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Gizi Ibu Hamil dan
Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Makanan
Pangan Lokal. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 84,
487–492. http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933
Kementrian Kesehatan RI . 2014. Studi Diet Total:Survei Konsumsi
Makanan Individu Indonesia. Jakarta: Badan Litbangkes
Litbangkes Kemenkes RI. (2014). Studi Diet Total : Survei Konsumsi
Makanan Individu.
Mardalena, I., & Suyani, E. (2016). Keperawatan Ilmu Gizi. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 182.
Marmi, & Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mufdillah, Subijanto, Su�sna, E. &, & Akhyar, M. (2017). Pedoman
Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI Ekslusif. Peduli
ASI Ekslusif ; Yogyakarta, 8.
Nisa Bearawi, K. (2020). Asupan dan Asuhan 1000 HPK.
Nugraini, S. (2013). Ilmu Gizi 2. Direktorat Pembinaan SMK, 1–254.

BAB I
121
Prahasta, Eddy. (2001), Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi,
Informa�ka. Bandung.
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar
(Perspek�f Geodesi dan Geoma�ka). Bandung: Informa�ka.
Purwaningsih,Yunas��. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan,
Kebijakan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Vol.9, No.1,
Juni2008,Hal1-27.Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret.
Puslitbang Gizi dan Makanan. Departemen Kesehatan RI. (2012).
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam Menuju Gizi Baik Untuk
Semua.
Rahayu, A., Rahman, F., & Marlinae, L. (2018). Buku Ajar 1000 HPK.
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas.
SNI. (2005). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) - Bagian 1 :
Bubur Instan. Badan Standardisasi Nasional, 1–14.
Sulistyoningsih H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Graha
Ilmu,Yogyakarta.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar I.2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supariasa, I Dewa Nyoman., Bachyar Bakry., I. F. (2016). Penilaian Status
Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Unicef. 2022. https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/pola-
makan-anak-anak-balita-tidak-membaik-dalam-sepuluh-tahun-
terakhir-dan-dapat
uud kesehatan. (n.d.).
WHO. (2014). PLAN On Maternal Infant and Young Child Nutrition.
Williamson, C. . (2006). Nutrition in Pregnancy. Nutri�on Bule�n, 3(1),
28–59. h�ps://doi.org/10.1177/004947557200200410
Wiryo, H. (2012). Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil Dan Menyusui
Dengan Makanan Lokal. Sagung Seto.Jakarta.

122 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
BIOGRAFI PENULIS

Fitriani, SKM, M.Kes Lahir di Desa Tanjung Deah, Aceh Besar, yang
merupakan alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Banda Aceh tahun
2007dan Magister Kesehatan Masyarakat (S2)
telah di selesaikannya pada tahun 2014 di Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro,
Semarang. Perempuan yang berusia 38 tahun ini
memiliki hobi dalam menulis, diantara buku yang
telah ditulis; Breast Care Menuju Keberhasilan ASI
Eksklusif, Buku Food Recall 24 Jam, Pengolahan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI). Dosen yang murah senyum ini juga ak�f sebagai pengajar
di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar dengan
beberapa matakuliah yang diampu diantaranya ; Pengantar Kesehatan
Masyarakat Pesisir, Komunikasi kesehatan, Administrasi dan Kebijakan
Kesehatana, dll. Sosok ibu dua putra dan satru putri ini sangat
konsen dalam riset dibidang gizi masyarakat yang terbuk� konsisten

BAB I
123
mendapatkan dana riset pada �ngkat nasional dari tahun 2017 - sampai
sekarang, dan hilirisasi dari risetnya telah dipublikasikan pada skala
nasional maupun interna�onal.

Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes Lahir di Meulaboh, Aceh Barat.


Telah menyelesaikan studi sarjananya
pada tahun 2009 di Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Muhammadiyah
Aceh, Banda Aceh. Magister Kesehatan
Masyarakat (S2) pada tahun 2014
di Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Perempuan yang berusia 36 tahun.
Dosen yang memiliki aura energik ini berperan ak�f dalam berbagai
kegiatan kemahasiswaan sehingga dipercayakan sebagai ketua KKN UTU.
Perempuan yang berkulit hitam manis ini juga ak�f dalam mengajar
diantaranya seper� sta�s�k kesehatan, metodologi peneli�an, analisa
data kesehatan, dan beberapa mata kuliah lainnya yang terdapat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar. Penulis yang
satu ini sangat piawai dibidang kebijakan Kesehatan yang berbasis
local wisdom yang dibuk�kan telah menulis buku dengan judul “Peran
Lembaga Adat Tuha Peut Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan
Kurang Energi Kronik“. Kepakarannya dibidang peneli�an dan
pengabdian sudah teruji dengan baik hal ini dengan banyaknya riset
besar yang sudah beliau lakukan dan publikasi baik secara nasional
maupun internasional.

124 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
Yarmaliza, SKM., M.Si. Lahir di Meulaboh, 09 Mei 1984, merupakan
alumnus Program Study Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Banda Aceh tahun 2006 dan Magister
Kesehatan Masyarakat Veteriner
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh tahun
2016. Pernah menjadi ketua Forum Kajian
Islam FKM UNMUHA Aceh (2003-2006),
Pengurus Badan Ekseku�f Mahasiswa (BEM) (2002-2006). Perempuan
yang berusia 38 tahun ini memiliki hobi menulis, adapun buku yang
telah ditulis, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan Buku Ilmu
Kesehatan Masyarakat Pesisir. Saat ini Penulis juga ak�f sebagai penulis
ar�kel ilmiah, baik Nasional maupun Internasional. Penulis yang memiliki
kharisma disiplin �nggi ini sejak tahun 2021- sekarang dipercayakan
sebagai Koordinator Program Krea�fitas Mahasiswa (PKM) Univesitas
Teuku Umar, dan kepiawaiannya dibidang ini terbuk� dengan banyak
kompe�si yang diraih dengan berbagai penghargaan.

Sri Wahyuni Muhsin, S.Si., MPH. Lahir di Jeuram (Nagan Raya), 05 Maret
1991. Merupakan alumnus Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia di Ins�tut Pertanian
Bogor tahun 2014 dan Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi
Kesehatan Universitas Gadjah Mada

BAB I
125
tahun 2017. Penulis ak�f dalam mengajar beberapa matakuliah diantaranya
seper� Dasar Ilmu Gizi, Antropologi Gizi dan Gizi dalam Daur Kehidupan, dan
beberapa mata kuliah lainnya yang terdapat di Prodi Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Teuku Umar. Penulis sekarang dipercayakan sebagai
Kepala Laboratorium Gizi di Prodi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Univesitas Teuku Umar

Dr. Mursyidin, S.Ag., MA lahir di Pu�m, Aceh Barat pada 20 Juli 1977.
Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana
di Ins�tut Agama Islam Negeri Ar Raniry,
Banda Aceh (1996-2000), Magister (2003-
2006) dan doktor (2008-2015) di Universi�
Kebangsaan Malaysia. Penulis telah
menulis tesis dengan judul“Kepemimpinan
Aceh Masa depan dalam perspektif
Mahasiswa IAIN ar-Raniry dan Universitas
Syiah Kuala” dan disertasi dengan judul “Transformasi Budaya Politik Aceh:
Kajian Tentang Transformasi Kepimpinan GAM dari Perjuangan Bersenjata
kepada Perjuangan Politik Demokratik”.. Saat ini penulis tercatat sebagai
dosen tetap di Universitas Malikussaleh pada Program Pascasarjana
dengan Prodi Sosiosiologi dengan mengajar beberapa matakuliah seper�
Pengantar Sosiologi, Sosiologi Konflik dan Perdamaian, Ilmu Sosial Budaya
Dasar, dan Sosiologi Pesisir. Namun, sejak tahun 2019 sampai saat ini,
penulis dipercayakan menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Teuku
Umar bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Dalam berbagai kesempatan

126 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom
penulis ak�f dalam berbagai topik peneli�an terkait masyarakat yang telah
dipublikasikan pada jurnal nasional dan internasional bereputasi.

Onetusfifsi Putra, S.K.M, M.K.M lahir di Sumatera Barat pada November


1994 silam. Penulis menyelesaikan
studi sarjana pada tahun 2016 di
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Andalas dengan konsentrasi
Epidemiologi dan Biosta�s�k. Pada
tahun 2017, penulis melanjutkan studi
Magister (S-2) di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
dengan Konsentrasi Biosta�s�ka dan menyelesaikan pendidikan S2 pada
tahun 2019. Dosen muda Universitas Teuku Umar pada Prodi Kesehatan
Masyarakat ini, mengaku memiliki keterampilan dalam menganalisis data,
baik data primer, sekunder maupun desktop study/secondary research.
Analisis data sekunder seper� menggunakan data SDKI, IFLS, RISKESDAS,
SUPAS, BPJS, dst. Sedangkan secondary research seper�systematic review
dan meta analisis.

Veni Nella Syahputri, S.Pd., M.Pd. Lulus S1 di Program Studi Pendidikan


Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala tahun 2011, dan menyelesaikan
magister di Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Syiah Kuala tahun 2014. Saat ini tercatat sebagai dosen tetap Prodi Ilmu

BAB I
127
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Poli�k Universitas Teuku Umar.
Dalam kiprah sebagai dosen, penulis ak�f
menulis ar�kel di berbagai jurnal baik
nasional maupun internasional. Salah
satu tulisannya yang berjudul “Reinforcing
Teacher’s Instructional Capability:
Web-Designing” berhasil dimuat pada
jurnal internasional “Interna�onal Journal of Social Science and Educa�on
Research Studies” Volume 02 Issue 07, July 2022. Disamping itu, penulis giat
melakukan peneli�an kolaborasi dengan bidang kesehatan, pemerintahan,
dan komunikasi. Selain itu, penulis juga ak�f menjadi narasumber diberbagai
pertemuan ilmiah baik nasional maupun internasional.

128 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan


Stun�ng Berbasis Local Wisdom

Anda mungkin juga menyukai