Anda di halaman 1dari 23

MASA DINASTI BANI ABBASIYAH

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Za’im Kholilatul Ummi, S.Th., M.Ag

Disusun Oleh:
(220204110103) Liqoah Saili Maghfiroh
(220204110093) Aryanti
(220204110088) Muhammad Hildan Isfandiari

KELAS C
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
yang telah memberikan nikmat Iman, Islam serta nikmat kesehatan sehingga penulisan
makalah yang berjudul “Masa Dinasti Bani Abbasiyah” ini dapat tim penulis selesaikan dengan
baik. Serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
semangat dan motivasi dalam pembuatan makalah ini. Kepada dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam, Ibu Za’im Kholilatul Ummi, S.Th., M.Ag., dan juga teman-teman
seperjuangan yang membantu tim penulis dalam berbagai hal. Harapan tim penulis, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikianlah makalah ini tim penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, tim penulis mohon
maaf. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan makalah
selanjutnya.

Malang, 27 September 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...iii
ABSTRAK…………………………………………………………………………………..iv
BAB I ................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN................................................................................................................ 5
A. Pendahuluan ............................................................................................................. 5
B. Literatur Review....................................................................................................... 6
C. Metode Penelitian ..................................................................................................... 6
D. Konsep Dasar............................................................................................................ 6
BAB II.................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 7
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah .................................................................... 7
B. Revolusi Dinasti Abbasiyah.................................................................................... 11
C. Masa Keemasan ...................................................................................................... 16
D. Masa Kehancuran .................................................................................................. 21
BAB III .............................................................................................................................. 22
PENUTUP ......................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23

iii
ABSTRACT
This paper aims to reveal how the history of the early establishment of the Abbasid dynasty,
achievements to the destruction of the Abbasid dynasty. The Abbasid dynasty was officially
founded by Abu Abbas As-Saffah who was assisted by Abu Muslim Al-Khurasani in 750 AD
In various historical book sources it is said that the Abbasid dynasty was the peak of the heyday
of Islamic civilization, both in the fields of religion, education, economics, civilization and
power. At that time the branch of science was developing, marked by the many translations of
books from foreign languages into Arabic. Through this paper, it will add to the reader's insight
about Muslim scientists whose services are very useful until today's life.
Keywords: Abbasid Dynasty, History, Revolution, Golden Age, Destruction

ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana sejarah awal berdirinya Dinasti
Abbasiyah, prestasi-prestasi hingga kehancuran Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah secara
resmi didirikan oleh Abu Abbas As-Saffah yang dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasani pada
750 M. Dalam berbagai sumber buku-buku sejarah dikatakan bahwa Dinasti Abbasiyah adalah
puncak masa kejayaan peradaban Islam, baik dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Pada masa itu cabang ilmu pengetahuan berkembang, ditandai
dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa Asing ke Bahasa Arab. Melalui
makalah ini, akan menambah wawasan pembaca mengenai tokoh-tokoh ilmuwan muslim yang
jasa nya sangat berguna hingga kehidupan saat ini.
Kata Kunci: Dinasti Abbasiyah, Sejarah, Revolusi, Masa Keemasan, Kehancuran

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Dalam catatan sejarah, Islam telah menghadapi pasang surut dari masa Rasulullah
Saw hingga 3 rezim sesudahnya, yaitu Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah. Masa pembinaan Pendidikan Islam sebenarnya telah terjadi pada masa
Rasulullah Saw masih hidup, kemudian mengalami perkembangan pada masa Khulafaur
Rasyidin, dan puncaknya adalah pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, sebuah
pemerintahan yang dinisbahkan dari keluarga Nabi Muhammad Saw yang telah mengalami
masa kejayaan dalam segala bidang. Pada masa Dinasti Abbasiyah inilah Islam dikenal
kaya akan khazanah keilmuan, banyak lahir tokoh-tokoh intelektual muslim, berkembang
pesatnya Lembaga Pendidikan, tradisi ilmiah seperti diskusi, gerakan penerjemahan buku-
buku dari bahasa Asing ke bahasa, hingga pembangunan fisik seperti bait al-hikmah,
madrasah, masjid, jalan dan saluran air (kanal zibaidah). Hal ini tentu dapat dijadikan
indicator bahwasanya Dinasti Abbasiyah telah mencapai puncak kejayaannya.
Pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah tela mencapai pada masa
kejayaannya, dibuktikan dengan kuantitas Lembaga Pendidikan yang semakin meningkat,
berbagai ilmu pengetahuan yang tumbuh melalui Lembaga Pendidikan menciptakan
pembangunan, peradaban, dan pertumbuhan berbagai macam aspek kultur baru di kalangan
umat Islam yang sebelumnya belum pernah ada. Pendidikan dan pengajaran berkembang
sangat pesat pada masa itu, bahkan dari kalangan anak-anak hingga orang tau saling
berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan. Tingginya nilai Pendidikan dalam
kehidupan, menimbulkan banyak masyarakat yang rela meniggalkan kampung halamannya
demi memperoleh ilmu pengetahuan. Salah satu tanda berkembang pesatnya Pendidikan
dan pengajaran ini dengan semakin banyak kuantitas Lembaga-lembaga Pendidikan Islam
pada masa Dinasti Abbasiyah. Oleh karena itu dalam makalah ini, tim penulis akan
menganalisis, mendeskripsikan tentang Lembaga-lembaga Pendidikan Islam pada masa itu,
yang secara tidak langsung telah menopang kemajuan Dinasti Abbasiyah untuk mencapai
masa kejayaananya. Hal ini sangat penting untuk diulas untuk mengambil hikmah, serta
menganalisis ulang menganai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang untuk kemudian
diimplementasikan di kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Ketika Islam dahulu pernah mengalami puncak kejayaan, hal ini tentu menjadi
motivasi bagi umah Islam di seluruh dunia untuk merebut Kembali kejayaan yang pernah
diraih tersebut dengan cara mengamati, meniru, kemudian memodifikasi segala hal yang
pernah dilakukan pada masa sebelumnya. Inilah urgensi urgensi dari kita untuk memahami
dan membahas tentang kemajuan-kemajuan yang berhasil diraih pada masa Dinasti
Abbasiyah.

5
B. Literatur Review

1 Judul History of Arab


Penulis Phillip Khuri Hitti
Tahun 2010
Tujuan Mengetahui sistem
pemerintahan Dinasti
Bani Abbasiyah
Metode Penelitian sejarah, dan
dalam pengumpulan
data menggunakan
Library Research
Hasil dan Kesimpulan Bahwa Dinasti
Abbasiyah adalah
puncak masa kejayaan
peradaban Islam. Dan
mencapai puncaknya
pada masa khalifaj
Harun Al-Rasyid dan
putranya Al-Makmun

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian ini bertujuan


untuk merekonstruksi masa lampau, yaitu tentang Dinasti Bani Abbasiyah dalam segi
sejarah, sistem pemerintahan, prestasi dan kehancuran. Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode studi kepustakaan (library research) yaitu dengan cara membaca,
menelaah, dan mencatat berbagai literatur atau bahan bacaan yang sesuai dengan pokok
bahasan, kemudian disaring dan dituangkan dalam kerangka pemikiran secara teoritis.
Jenis-jenis data yang digunakaan oleh penulis adalah terdiri dari buku-buku, jurnal-jurnal
ilmiah, e-book, dan artikel-artikel di website.

D. Konsep Dasar

Makalah ini membahas tentang Dinasti Bani Abbasiyah dalam segi sejarah, sistem
pemerintahan, masa keemasan dan kehancuran.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah merupakan khilafah islam pelanjut Dinasti Umayyah.


Berdirinya Dinasti Abbasiyah dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh Bani Hasyim setelah meninggalnya Rasulullah SAW.

Imam Ahmad meriwayatkan di dalam musnadnya dari Abu sa'id al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW. Bersabda :

‫يخرج عند انقطاع من الزمان وظهور من الفتن رجل يقال له السفاح فيكون إعطاؤه المال حثيا‬

"Akan datang pada suatu zaman yang carut marut dan penuh dengan petaka seorang
pengusaha yang disebut as-Saffah. Dia suka memberi harta dengan jumlah yang
banyak. "

Ibnu Jarir ath-Thabrani berkata : "awal mula kekhilafahan Bani Abbas adalah bahwa
Rasulullah memberitahukan kepada Abbas pamannya, bahwa khilafah akan ada di
tangan anak cucunya, sejak itulah Bani Abbas membayangkan datangnya khilafah
tersebut."

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh abu Abbas As-Saffah keturunan Al-Abbas


paman Nabi Muhammad SAW. Sejak 750 M. .Pendiri Dinasti Abbasiyah yang
sekaligus menjadi khalifah pertamanya adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib atau lebih dikenal dengan sebutan Abdul
Abbas As-Saffah atau dikenal juga dengan panggilan Imam Muhammad Al Kamil.Dia
dilahirkan pada tahun 108 H, ada pula yang mengatakan 104 H/721 M, di al Humaimah
sebuah tempat di dekat al baqa',ayahnya bernama Muhammad bin Ali, dan ibunya
bernama Rabtah binti Ubadullah al-Haritsi Dia dibesarkan dan dikembangkan ditempat
itu, dan dibaiat menjadi khalifah di Kufah.Beliau mendapatkan gelar As-Saffah atau
sang penumpang darah,satu riwayat menyebutkan bahwa gelar As-Saffah itu diberikan
orang-orang karena ia terkenal dengan sifat yang tidak mengenal belas kasihan terhadap

7
keturunan Bani Umayyah. Hal itu diakibatkan oleh dendamnya yang begitu besar,
sehingga dengan dinginnya ia membunuh keturunan Bani Umayyah, termasuk orang-
orang yang tidak bersalah yang tidak ikut campur dalam urusan politik sekalipun.Hal
ini dilakukan juga oleh para pengikutnya.Dibalik permusuhan yang
dilakukannya kepada keturunan Bani Umayyah abul Abbas As Saffah dikenal juga
sebagai pribadi yang bermoral tinggi, dermawan memiliki kesetiankesetian, memiliki
pengetahuan luas, pemalu dan baik budi pekertinya. Menurut Imam As Suyuti Abul
Abbas adalah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janjinya. Pada tanggal 3
Rabiul awwal 123 H di Masjid Kufah.Selama 2 tahun ibu kota Dinasti
AbbasiyahAbbasiyah, hingga akhirnya dipindahkan dikota Anbar. Abul Abbas selama
pemerintahannya tidak banyak melakukan perluasan wilayah, namun lebih banyak
melakukan penguatan pertahanan dalam negrinegri. Beliau wafat di kota Anbar, pada
usia 33 tahun pada tanggal 11 atau 13 Dzulhijjah 136 H/753 M.

Dinasti Abbasiyah selama masa tersebut dipimpin oleh 37 khalifah. Daulah


Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam ketiga yang berkuasa
antara 750-1258.Selain menjadi kekhalifahan yang paling lama memerintah, yaitu
selama lima abad, Abbasiyah juga berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat
pengetahuan dunia. Ilmu pengetahuan dan pendidikan pun mulai berkembang pesat
pada masa Dinasti Bani Abbasiyah. Tak heran jika dinasti ini dikenang sebagai dinasti
yang membawa peran penting dalam peradaban agama Islam.

Ubaidillah al-Asyyi berkata,bahwasanya ayah nya mendengar para orangtua


berkata tentang Dinasti Abbasiyah : "Tatkala khilafah berada ditangan Bani Abbas, saat
itu tidak ada seorang penduduk bumi yang lebih banyak bacaan Al-Qurannya dan
banyak ibadahnya dari pada mereka. "

Kekhilafahan Abbasiyah ini lahir setelah melakukan perjuangan panjang dan


revolusi sosial melawan kekhilafahan Dinasti Umayyah. Pendiri Dinasti ini sebagai
bentuk reaksi terhadap kekhilafahan Bani Umayyah yang mengalami kemerosotan
dimata rakyat.

Selain Abdul Abbas As-Saffah, salah satu tokoh yang berperan dalam proses
berdirinya Daulah Abbasiyah adalah Abu Muslim Al Khurasani.

8
1. Krisis pada pemerintahan Bani Umayyah

Latar belakang berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari berbagai


masalah yang mewarnai pemerintahan Bani Umayyah.Sejak awal berdirinya Dinasti
Umayyah (Sunni), kelompok Muslim Syiah telah memberontak karena merasa hak
mereka terhadap kekuasaan dirampok oleh Muawiyah (pendiri Bani Umayyah) dan
keturunannya.Begitu pula dengan kelompok Khawarij, yang juga merasa bahwa hak
politik tidak dapat dimonopoli oleh keturunan tertentu, tetapi hak setiap
Muslim.Masalah itu terus memburuk hingga pada pertengahan abad ke-8, banyak umat
yang tidak lagi mendukung Bani Umayyah, yang dinilai korup, sekuler, dan memihak
sebagian kelompok.Kelompok lain yang sangat membenci kekuasaan Dinasti Umayyah
adalah Mawalli, yaitu orang-orang Muslim non-Arab.Mereka yang kebanyakan dari
Persia ini merasa tidak diperlakukan setara dengan orang Arab karena diberi beban
pajak lebih tinggi.Keadaan pun semakin diperburuk oleh perang saudara antara sesama
Bani Umayyah, yang oleh masyarakat telah dicap bermoral buruk.

2. Strategi merebut tahta

Bani Abbasiyah merencanakan dalam penggulingan Dinasti Umayyah


memusatkan kegiatan pada tiga kota,yaitu kota al Humaymah(suriah) sebagai pusat
perencanaan, kota kufah(Irak) sebagai kota penghubung dan Khurasan(Iran) sebagai
kota pergerakan. Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Muhammad bin Ali melakukan
propaganda yang sangat efektif untuk menggalang dukungan sebanyak-
banyaknyasebanyak-banyaknya, salah satu contohnya ialah gerakan ini tidak
menonjolkan nama Bani AbbasiyahAbbasiyah, melainkan menggunakan nama Bani
Hasyim untuk menghindari perpecahan kelompok Syi'ah yang merupakan pendukung
fanatik Ali. Bin Abi Thalib.

Untuk melakukan berbagai propaganda , ditunjukkan 12 propagandis(orang


yang melakukan propaganda) dan disebar diberbagai wilayah seperti Khurasan, Kufah,
Irak dan Makkah. Diantara propagandis yang terkenal adalah Abu Muslim Al
Khurasany. Ia menjadi propagandis di Khurasan pada usia 19 tahun, ada perbedaan
pendapat tentang asal usul Abu Muslim Al Khurasany, sebagian sejarawan mengatakan
bahwa Abu Muslim berasal dari keturunan manusia bebas(bukan budak) sebagian lagi
mengatakan bahwa Abu Muslim adalah budak Isa bin Ma'gil Al-IjliAl-Ijli, isa

9
kemudian menjualnya kepada Bukhair bin Mahal dengan harga 400 dirham.Isa bin
Ma'gil menjual Abu Muslim kepada Bukhair disaat mereka semua dipenjara karena
dianggap pro terhadap gerakan Bani Abbasiyah. Kemudian saat mereka dibebaskan
dari penjara, dan Bukhair mengirim Abu Muslim ke pemimpin baru
merekamereka,Ibrahim bin Muhammad, Ibrahim kemudian memberikan kapada Abu
Musa Al Sarraj. Dari Abu Musa Al Sarraj ini Abu Muslim belajar banyak hal,termasuk
berdagang. Abu Musa Al Khurasan adalah seorang pemuda yang menampakkan
kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal pada waktu ditunjuk sebagai
panglima perang oleh Ibrahim Al ImamImam, Abu Muslim Al Khurasany masih
berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses besar sebagai propagandis di Khurasan.Ia berhasil
menarik simpati sebagian penduduk, pernah dalam sehari,ia berhasil mengumpulkan
penduduk dari sekitar 60 desa disekitar Merv(sekarang Iran) banyak tuan tanah di
Persia yang mengikutinya. Ia berkampanye untuk mengumpulkan rasa kebersamaan di
antara golongan Alawiyyah(Bani Ali), golongan Syi'ah dan orang-orang Persia untuk
menentang Dinasti Umayyah yang menindas mereka.

Pergerakkan Bani Abbasiyah tersebut segera saja diketahui oleh khalifah


Marwan II dan pemimpin pergerakan, yakni Ibrahim Al Imam ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati pada tahun 747 M. Sebelum dijatuhi hukuman mati,Ibrahim Al Imam
berpesan agar pergerakan dilanjutkan oleh saudaranya yang bernama Abdullah bin
Muhammad, yang terkenal dengan nama Abdul Abbas As Saffah yang kemudian
mengangkat Abu Muslim Al Khurasany pada tahun 747 M menjadi panglima
perang.Gabungan kekuatan antara Abu Abbas As Saffah dan Abu Muslim Al
Khurasany menjadi kekuatan yang besar dan ditakuti oleh Dinasti Umayyah.

Puncak dari perlawanan Bani Abbasiyah yakni saat peristiwa pertempuran Zab,
terjadi dipinggiran sungai Zab di daerah Irak pada 25 Januari 750 M. Pertempuran ini
mengakhiri kekhalifahan Umayyah dan menandai kebangkitan kekhalifahan Abbasiyah
yang bertahan sampai abad 13.Pertempuran tersebut diatas kertas seharusnya
dimenangkan oleh khalifah Marwan II dan pasukannya yang berjumlah 120.000 orang
selain itu pasukan khalifah Marwan II segera dihancurkan oleh pasukan oleh pasukan
gabungan Abu Abbas As Saffah dan Abu Muslim Al Khurasany. Khalifah Marwan II
berusaha melarikan diri menuju Mesir, namun akhirnya tertangkap dan terbunuh
didaerah Abusir, sebuah kota kecil di pinggiran sungai Nil tanggal 6 Agustus 750 M.

10
B. Revolusi Dinasti Abbasiyah

Revolusi Abbasiyah adalah sebuah pergolakan militer besar-besaran pada


pertengahan abad ke-8 yang melibatkan pasukan Daulah Abbasiyah dan Bani
Umayyah.Dalam revolusi ini, Daulah Abbasiyah berbekal janji akan mendirikan sistem
yang lebih ideal bagi umat Islam, daripada Dinasti Umayyah yang dinilai sebagai
penindas dan tidak memiliki legitimasi keagamaan.Gerakan yang dilakukan Bani
Abbasiyah pun didukung oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan Umayyah,
dengan tambahan faksi Yaman, Mawali, Khawarij, dan Syiah.

Bani Abbasiyah secara resmi menyatakan pemberontakan terbuka di kota Merv,


yang sekarang masuk wilayah Turkmenistan. Revolusi ini dipimpin tokoh-tokoh
misterius yang dikenal sebagai Abu Muslim. Tak banyak yang diketahui tentang Abu
Muslim. Tetapi dia tidak tampak sebagai anggota keluarga Abbasiyah dan mungkin
berasal dari etnis Persia. Di bawah kepemimpinannya, revolusi Bani Abbasiyah dengan
cepat bisa mengambil kendali Khurasan, yang segera menjadi basis pergerakan. Abu
Muslim mengirim pasukan ke arah barat, masuk ke jantung Persia. Di sana, penduduk
Muslim lokal bangkit melawan Umayyah dan bergabung dengan semangat
revolusioner. Situasi yang awalnya terlihat sebagai ekspresi yang tidak berbahaya di
Merv, kini mengancam eksistensi Dinasti Umayyah, terutama saat pasukan Abbasiyah
ke luar dari Persia dan masuk ke dunia Arab.

Kufah, yang menjadi pusat sentimen anti-Umayyah, mulai bangkit lagi


melawan gubernur Umayyah dan mengusirnya saat bendera hitam Abbasiyah tampak
di horison timur. Begitu Kufah dibebaskan, pengambilan sumpah setia dapat dilakukan
calon khalifah dari Abbasiyah, Abu al-'Abbas. Revolusi ini punya tujuan yang jelas,
dukungan luas dari seluruh Persia, dan seorang pemimpin untuk tidak membicarakan
semuanya. Di setiap tempat, Umayyah berada dalam posisi bertahan saat semakin
banyak orang berkumpul mendukung Abbasiyah.Satu demi satu, kota-kota menyerah
dan menerima Kepemilikan Abbasiyah. Satu per satu anggota keluarga Umayyah
diburu dan dihukum mati. Marwan sendiri tertangkap di Mesir, tempat dia gagal
mengumpulkan pasukan yang akan memukul mundur Abbasiyah dan mengendalikan
Umayyah kembali. Hanya satu anggota keluarga Umayyah yang berhasil lolos dari
revolusi.

11
Abdul Rahman yang masih remaja, anggota keluarga Umayyah yang relatif
tidak dikenal, mampu lolos dengan pemeriksaan ke Afrika Utara. Dia dikejar-kejar
pasukan Abbasiyah dari Palestina, ke Mesir, sampai Magribi, dan hanya dikawani oleh
budak yang pernah bekerja untuk keluarganya. Perjalanan legendarisnya membawa dia
sampai ke Andalusia. Di sana dia mendirikan emirat Umayyah, jauh dari jangkauan
Abbasiyah yang akan bertahan hampir selama 300 tahun.

Revolusi Abbasiyah pada pertengahan 700-an itu menghasilkan dinasti kedua


dalam sejarah kekhalifahan Islam. Pemberontakan itu didasarkan pada gagasan untuk
membangun pemerintahan yang lebih mirip dengan teladan Nabi, menyediakan tempat
yang lebih pantas bagi masyarakat non-Arab, dan memberikan peran kepemimpinan
bagi keturunan Ali.Janji-janji besar dan idealis itu memang diperlukan untuk
menggalang dukungan para sekutu. Tapi, begitu Abbasiyah berkuasa, realitas
kekhalifahan mereka tak seperti yang diharapkan.
Revolusi ini tidak serta-merta membuat dunia Islam kembali ke era Khulafaur Rasyidin
ketika kesalehan, bukan politik, yang mendikte keputusan khalifah.Sebaliknya,
khalifah Abbasiyah menggantikan tradisi otoriter yang sama dengan yang mereka cela
dari Umayyah. Khalifah tetap menjadi gelar keturunan milik orang-orang Quraisy. Dan
mereka yang mendukung keluarga Ali sebagai khalifah ditinggalkan begitu saja tanpa
dipenuhi janjinya.

Revolusi pada dasarnya menandai berakhirnya kekaisaran Arab dan awal dari
sebuah negara multietnik yang lebih inklusif di Timur Tengah.Dikenang sebagai salah
satu revolusi yang paling terorganisasi dengan baik selama periodenya dalam sejarah,
revolusi ini mengubah fokus Dunia Muslim ke timur.Permasalahan yang menimpa
pemerintahan Bani Umayyah memicu lahirnya Gerakan Abbasiyah.Gerakan ini
berusaha menggulingkan Kekhalifahan Umayyah karena mengklaim Daulah
Abbasiyah sebagai penerus sejati Nabi Muhammad, berdasarkan garis keturunan
mereka yang lebih dekat. berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari berbagai
masalah yang mewarnai pemerintahan Bani Umayyah. Melalui Revolusi Abbasiyah,
Daulah Abbasiyah berhasil menggulingkan Kekhalifahan Umayyah yang berkuasa
antara 661-750 M.

12
Pada masa pemerintahan Hisyam ibn Abdul Malik, gerakan oposisi yang
dilakukan oleh bani Abbasiyah telah memperoleh pengikut yang banyak. Muhammad
ibn Ali, sebagai promotor dari gerakan tersebut setelah memilih tiga daerah sebagai
pusat gerakan yaitu Hamimah, Kufah dan Khurasan. Daerah Hamimah adalah posko
utama yang mengontrol seluruh kegiatan. Daerah Kufah adalah sebagai tempat
bertemunya kader-kader utusan dari Hamimah dan kader-kader propaganda dari
Khurasan. Sedangkan Khurasan sendiri adalah sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan propaganda. 1

Pada tahun 127 H Sulaiman bin Katsir dan Lahiz bin Quraydz dan Qohtobah
menuju ke Mekah kemudian berjumpa dengan Imam Ibrahim bin Muhammad dan
mereka menyampaikan kepada budak Ibrahim menyampaikan 20.000 dinar kepada
tuan dan 200. 000 dirham dan misyik (minyak) dan perhiasan yang banyak, adapun Abu
Muslim bersama mereka, kemudian Sulaiman berkata kepada Ibrahim ini adalah
budakmu (Abu Muslim). Di tahun ini juga Baqir bin Nahan menulis kepada Imam
Ibrahim bahwasanya ia Baqir sudah meninggal dan dia sudah menjadikan Abu Salamah
Hafsh bin Sulaiman sebagai penggantinya, imam Ibrahim menulis ke Abu Salamah dan
memerintahkannya untuk menjalankan perintah sahabat-sahabatnya dan Ibarahim
menulis kepada penduduk Khurasan memberitau kepada mereka (penduduk Khurasan)
ke Abu Salamah, selanjutnya Abu Salamah pergi ke Khurasan dan mereka
mempercainya dan menerima perintahnya dan membayar apa yang sudah terkumpul
dari nafakahnya orang Syiah dan seperlima harta mereka kepada Abu Salamah. 2

Gerakan Abbasiyah pada mulanya berkampanye secara diam-diam melalui dai-


dai yang dikirim ke berbagai penjuru daerah kekuasaan Bani Umayyah dengan
menyamar sebagai pedagang atau jema’ah haji. Hal ini dilakukan karena mereka belum
berani melawan Bani Umayyah secara terang-terangan.

Perlawanan senjata baru dimulai setelah Abu Muslim al-Khurasani bergabung


ke dalam gerakan itu. Pada tahun 129 H (747 M) Ibrahaim Al-Iman mendorong Abu
Muslim untuk merebut Khurasan dan membinasakan orang-orang Arab yang
mendukung Bani Umayyah. Rencana ini oleh penguasa Dinasti Bani Umayyah,

1
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna,1993 ), 10
2
Ibnu Atsir, Al-kamil Fit-Tarikh, Juz, 5, 15.

13
Marwan bin Muhammad, sehingga Ibrahim Al-Iman ditangkap dan kemudian dihukum
mati.

Kepemimpinan lalu beralih ketangan saudaranya, Abdullah bin Muhammad,


yang dikenal dengan nama Abu Abbas as-Saffah. Pemimpin baru ini tetap memberi
kepercayaan besar pada Abu Muslim untuk memimpin perlawanan di daerah Khurasan,
sedangkan Abu Abbas dan tokoh-tokoh gerakan Abbasiyah lainya dari keturunan Bani
Hasyim, seperti Abu Ja’far alMansur, Isa bin Musa bin Muhammad, dan Abdullah bin
Ali, menggerakkan pemberontakan di Kufah, Damaskus, Palestina, Yordania, dan
daerah-daerah bagian barat wilayah kekuasaan Bani Umayah. Ketika Abu Muslim di
khandak (daerah) dia menulis surat kepada Nashr bin Sayyer dengan berani di
karenakan kuatnya pasukan Abu Muslim, ketika Nashr menerima surat itu dia
memicingkan salah satu matanya sambil mengatakan “ini adalah tulisan yang
memerlukan jawaban”. Abu Muslim di Safidan bahwa amir Nashr menghadap
kebudaknya yang dikenal dengan Yazid untuk memerangi Abu Muslim setelah 18
bulan dari deklarasinya (menampakkan)37 Pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam
bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743), gerakan Abbasiyah mula meluas di wilayah
Khurasan dibawah propagandis-propagandis dalam gerakan tersebut. Seperti yang
dilakukan oleh sekte Syiah dan Khawarij. Wilayah khurasan itu ialah wilayah parsi
belahan Timur sampai perbatasan Thian Shan. Adapun langkah-langkanh yang
ditempuh Dinasti Bani Abbasiyah untuk membentuk gerakan di bawah tanah dengan
melakukan propaganda (menyusun kekuatan secara diam-diam) dengan tokohnya
antara lain :

1. Muhammad Al-Abbas,
2. Ibrahim al- Imam,
3. Abu Muslim Al-Khurasani.

Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al Khurasani merupakan


propagandis yang paling sukses dan terkenal.

1. Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Bani Abbas tidak memperlihatkan


sikap bermusuhan dengan Dinasti Bani Umayyah atau siapapun

2. Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan agar mendapat
simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung Ali (Syiah)

14
3. Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang dipimpin
oleh Abu Muslim al-Khurasani

4. Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang tidak
bisa dibendung lagi oleh golongan manapun juga.

Dalam perjuangannya untuk mendirikan Dinasti Bani Abbasiyah, para tokoh


pendiri Dinasti menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat Kolektif dengan gerakan
bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti Bani Abbasiyah menetapkan tiga kota sebagai
pusat kegiatan, yaitu : Humaimah sebagai pusat perencanaan oraganisasi, Kufah
sebagai penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Langkah pertama
yang memperoleh sukses besar dalam propaganda tersebut dipelopori oleh Abu Muslim
al-Khurasani. Bentuk-bentuk propaganda yang dilakukannya adalah menyebarkan
informasi kepada masyarakat dengan mengatakan bahwa golongan Abbasiyah
termasuk golongan ahlul bait.3

Di samping itu dia juga menyalakan api kebencian dan kemarahan terhadap
Umayyah karena selalu melakukan intimidasi terhadap golongan ahlul bait. Kemudian
terhadap orang-orang muslim non arab (Mawali) isu yang disebarkannya adalah
persamaan derajat, sehingga dari hari-kehari api kebencian umat Islam semakim
menyala dan memanas hingga mereka menggabungkan diri dengan kelompok Bani
Hasyim.

Pada masa kekhalifahan Dinasti Umayah Marwan bin Muahmmad (Marwan al-
Himar), menjelang masa-masa roda pemerintahannya, banyak sekali Pembenrontakan-
pemberontakan. Di dalam Tarikh Khulafa’ karangan Imam as-Suyuthi juga dijelaskan.
Pada waktu roda pemerintahannya tidak stabil akibat banyaknya Pemberontakan dari
berbagai arah.

Dia berkuasa dari tahun 127-132 H/744-750 M. Pemberontakan yang


dilakukan oleh dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Abdullah bin Ali yang tidak lain
adalah paman as-Shaffah. Marwan melihat munculnya pemberontakan ini dia segera
berangkat untuk memadamkan pemeberontakan tadi. 4 Diceritakan bahwasanya kedua
pasukan bertemu di dekat Maushil (dekat Irak). Namun Abdullah mengejarnya terus

33
JJ. Saunders, A History of Medieval Islam (London: Routledge and Kegan Paul,1980), 101
4
Imam As-Suythi, Tarikhul Khulafa’, 245

15
dilakukan oleh saudara Abdullah yang bernama Shaleh. Akhirnya keduanya bertemu di
desa Bushir. Dan akhirnya Marwan berhasil dibunuh pada bulan Dzul Hijjah tahun yang
132 H. As-Shuli meriwayatkan dari Muhammad bin Shalih dia berkata: tatkala Marwan
Al-Himar terbunuh, kepalanya dipotong dan dibawa kepada Abdullah bin Ali. Dia
kemudian melihat potongan kepala tersebut dan dia lalai. Tiba-tiba datang seekor
kucing dan menggigit lidah Marwan dari mulutnya lalu ditelan ke dalam perutnya.
Abdullah bin Ali berkata, “ Andai kata dunia ini tidak memperlihatkan keajaiban
kepada kita semua kecuali adanya lidah Marwan di dalam mulut kucing, maka itu sudah
kita anggap sebagai keajaiban yang sangat besar.” 5

C. Masa Keemasan
Dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaannya tidak lama setelah Dinasti
Abbasiyah ini berdiri. Dinasti abbasiyah mengalamai masa kejayaan pada masa
pemerintahan Al-Mahdi (khalifah ke-3) dan masa pemerintaha Al-Watsiq (khalifah ke-
9), lebih khusus lagi pada masa pemerintaha Harus Al-Rasyid (khalifah ke-5) dan
putranya Al-Makmun (khalifah ke-7).6 Dinasti Abbasiyah ini kemudian menjadi
Dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam karena Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun
memiliki kesan yang baik dalam ingatan publik, dan Dinasti Abbasiyah menjadi puncak
masa kejayaan peradaban Islam. Pada masa Harun Al-Rasyid menjadi masa dengan
tingkat kemakmuran yang paling tinggi pada masa dinasti abbasiyah, dimana
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesejahteraan sosial dan kebudayaan serta
kesusastraan berada pada masa emasnya. 7 Kekayaan negara lebih difokuskan untuk
keperluan sosial, seperti membangun rumah sakit, bahkan Lembaga Pendidikan dokter
dan farmasi telah didirikan pada masa khalifah Harun Al-Rasyid.

Setelah kematian Al-Amin dalam perang saudara, maka naiklah saudaranya,


yaitu Al-Makmun sebagai khalifah. Al-Makmun dikenal sebagai seorang ahli politik
tinggi yang sangat pandai dalam mengatur negeri, seorang yang alim dan filosof besar.8
Al-Makmun juga memberikan perhatian besar terhadap ilmu dunia dan akhirat,
sehingga pada masa Al-Makmun kembali seperti pada masa ayahnya, yaitu Harun Al-

5
Ibid., 245.
6
Philip K. Hitti, History Of Arab, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta: 2010), hlm. 369.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2008), hlm. 52-53.
8
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005), hlm. 274

16
Rasyid. Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan, kitab-kitab dalam Bahasa asing
seperti Persia, Yunani, dan Romawi banyak diterjemahkan ke Bahasa Arab.

1. Bidang Ilmu Pengetahuan

Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah tidak hanya menonjol dalam bidang agama
saja, melainkan juga prestasi-prestasi dalam bidang sains dan tekonologi, filsafat,
ekonomi, dan seni. Berikut adalah prestasi-prestasi Dinasti Abbasiyah:

Zaman Dinasti Abbasiyah terkenal sebagai kebangkitan dalam seluruh sejarah


pemikiran dan budaya, sebab pada masa Dinasti ini muncul gerakan-gerakan
intelektual, salah satunya adalah mulai terbentuknya fiqh sebagai salah satu disiplin
ilmu agama. Fiqh pada masa Dinasti Umayyah belum terkodifikasi secara baik,
penyusunan fiqh secara sistematik dan berkembang baru terjadi pada masa Dinasti
Abbasiyah. Terlebih pada masa pemerintaha Harun Al-Rasyid, ilmu-ilmu berkembang
pesat, khususnya fiqh. Pada masa Dinasti Abbasiyah lahir empat corak madzhab,
madzhab Hanafi oleh Imam Abu Hanifah (699-767). Madzhab Maliki oleh Imam Malik
Ibn Anas (711-795), bahkan Harun Al-Rasyid mempercayakan Pendidikan putranya,
Al-Amin kepada kepada Imam Malik. Madzhab Syafi’I oleh Imam Muhammad Idris
As-Syafi’i (767-820). Madzhab Hambali oleh Imam Ahmad ibn Hambal (780-855).

Pada masa Harun Al-Rasyid Ilmu Hadits juga berkembang dengan adanya
pembukuan, kemudian dilakukan pengklasifikasian, sehingga sekarang kita mengenal
klasifikasi hadits shahih, dhaif, dan maudhu’, yang dilakukan oleh Al-Bukhari (w.
256), Muslim (w. 261), Ibn Majah (w. 273), Abu Dawud (w. 275), Al-Tirmidzi (w.
279), dan An-Nasa’i (w. 303). Dalam bidang hadits juga ditemukan usaha-usaha
penelusuran dan penghimpunan hadits yang berpusat di Madinah, Mekkah, Basrah,
Kuffah dan lain-lain. Diantara ulama yang terkenal dalam penghimpunan hadits
tersebut adalah Ibn Jurayj (w. 150) yang menulis kumpulan haditsnya di Mekkah, dan
Malik ibn Anas (w. 171) yang menulis Al-Muwatta’ di Madinah.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, Ilmu Tafsir telah menjadi Ilmu mandiri yang
terpisah dari Ilmu Hadits. Tafsir lengkap dari surah Al-Fatihah hingga An-Nas mulai
disusun. Menurut Ibn Al-Nadim, Yahya bin Ziyad Al-Daylamy adalah orang yang

17
pertama kali melakukan penyusunan tafsir lengkap tersebut.9 Sezaman dengan Yahya
bin Ziyad Al-Daylamy, ‘Abd Al-Razzaq ibn Hammam Al-San’ani (w. 211 H) juga telah
Menyusun sebuah kitab tafsir lengkap serupa,

Disiplin keilmuan lain yang juga mengalami perkemabangan yang cukup


signifikan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ilmu Sejarah. Awal penulisan Ilmu
Sejarah ini pertama kali dilakukan oleh Ibn Ishaq (w. 152) dalam kitab Al-Maghazinya
yang kemudian diringkas oleh Ibn Hisyam (w. 218). Kemudian muncul Muhammad
ibn ‘Umar Al-Waqidi (w. 207) yang menulis buku Al-Tarikh Al-Kabir dan Al-
Maghazi. Meski buku pertamanya dinyatakan hilang, isi dalam buku tersebut telah
direkam oleh sejarahwan At-Tabari (838-923 M). Lalu muncul sejarawan-sejarahwan
lain seperti Ahmad ibn Yahya Al-Baladhuri (w. 279) yang menulis Futuh Al-Buldan,
dan Muhammad ibn Sa’ad (w. 230) yang menulis Al-Tabaqat Al-Kubra.

2. Bidang Pendidikan

Sebelum Dinasti Abbasiyah didirikan, masjid dijadikan sebagai center of


education atau pusat kegiatan dunia Islam selalu bermuara pada masjid. Pada masa
Dinasti Abbasiyah inilah terjadi pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan ke
dalam ma’had. Lembaga ini terdiri dari dua tingkatan, yaitu 10:

a. Maktab/Kuttab dan masjid adalah Lembaga Pendidikan terendah, tempat anak-anak


dan remaja belajar dasar-dasar bacaan, berhitung, menulis, serta tempat belajar
dasar-dasar ilmu agama bagi para remaja.
b. Pada tingkat selanjutnya, mulai didirikannya madrasah-madrasah untuk para pelajar
yang ingin memperdalam ilmu agama hingga keluar daerah. Pendirian madrasah ini
dipelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada tahun 456-485 H. Lembaga
inilah yang kemudian berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah.
c. Semakin berkembangnya Lembaga-lembaga Pendidikan Islam, didirikanlah Bait
Al-Hikmah sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang lebih tinggi tingkatannya oleh
khalifah ketujuh, yaitu Al-Makmun pada tahun 215 H/830 M di Baghdad. Dalam
sumber lain disebutkan bahwa Perpustakaan Bait Al-Hikmah didirikan pada masa
Harun Al-Rasyid, khalifah kelima sekaligus ayah dari Al-Makmun yang berkuasa

9
Ibn al-Nadīm al-Baghdādi, Al-Fihrist, h. 73; Ahmad Shalabi, Mawsū`ah al-Tārikh al-Islāmi wa al-Hadlārah al-
Islāmiyah, Vol. 3, h. 233
10
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.
50.

18
dari tahun 170-193 H/786-809 M11. Selain berfungsi sebagai pusat penerjemahan,
Bait Al-Hikmah juga berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan
besar.

3. Bidang Sains dan Teknologi

Kemajuan sains di dunia Islam berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyah,
bahkan mendahului perkembangan ilmu filsafat, sebab kecenderungan bangsa Arab
pada masa itu lebih mengutamakan penerjemahan buku-buku sains yang memiliki
implikasi kemanfaatan secara langsung bagi kehidupan mereka dibandingkan dengan
buku-buku olah pikir (filsafat).

Kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Abbasiyah ini telah banyak
memberikan sumbangan besar terhadap peradaban manusia modern dan sejarah ilmu
pengetahuan masa kini. Seperti pada bidang matematika, Muhammad ibn Musa Al-
Khawarizmi, pencetus ilmu algebra, dan algoritma. Penelitian pada bidang astronomi
juga dimulai pada masa pemerintahan Al-Mansur Ketika Muhammad ibn Ibrahim Al-
Fazari menerjemahkan buku “Siddhanta” (Pengetahuan melalui Matahari) dari bahasa
Sanskerta ke bahasa Arab, kemudian pada masa Harun Al-Rasyid dan putranya Al-
Makmun sejumlah teori-teori astronomi kuno dari Yunani direvisi dan dikembangkan
lebih lanjut. Tokoh-tokoh astronomi muslim yang terkenal pada masa Dinasti
Abbasiyah seperti Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kali Menyusun astorable
dan terkenal karena ia menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Al-Khawarizmi, Ibn
Jabir Al-Battani (w. 929), Abu Rayhan Al-Biruni (w. 1048) dan Nasir Al-Din AL-Tusi
(w. 1274).

Dalam bidang ilmu kedokteran dan pengobatan juga berkembang pesat pada
masa Dinasti Abbasiyah. Ditandai dengan berdirinya sekolah kedokteran tingkat tinggi
di Hooran Syiria. Pada masa ini pula diadakan penerjemahan buku dari bahasa Yunani
ke bahasa Persia. Tokoh-tokoh kedokteran yang terkenal pada masa ini antara lain, Al-
Razi (Rhazes) adalah orang yang pertama kali membedakan antara penyakit cacar
dengan measles, dan orang pertama yang menyusun buku tentang kedokteran anak, Ibn
Sina (Avicenna) tokoh yang berhasil menemukan system peredaran darah pada

11
Yanto, Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah, Vol. 15, h. 242.

19
manusia. Salah satu karya terkenalnya adalah Al-Qanun fi Ath-Thib, Jabir dan Yuhanna
ibn Maskawyh.

Era keemasan Dinasti Abbasiyah juga mencatat penemuan-penemuan dan


inovasi penting yang sangat berarti bagi manusia hingga masa kini. Salah satunya
adalah pengembangan teknologi pembuatan kertas. Kertas yang pertama kali
ditemukan dan digunakan secara terbatas oleh Cina, berhasil dikembangkan oleh umat
Muslim pada masa Dinasti Abbasiyah. Umat Muslim mempelajari teknologi tersebut
dari tawanan perang dari Cina yang berhasil ditangkap setelah terjadinya perang Talas.
Melalui hal tersebut, umat Muslim mengembangkan teknologi pembuatan kertas
dengan mendirikan pabrik kertas di Samarkand dan Baghdad. Hingga pada tahun 900
M terdapat ratusan percetakan yang mempekerjakan para tukang tulis dan penjilid
untuk membuat buku di Baghdad. Dari Baghdad teknologi pembuatan kertas kemudian
meluas hingga ke Fez dan akhirnya masuk ke Eropa melalui Andalusia pada abad 13M.

4. Bidang Militer

Berbeda dengan masa Dinasti Umayyah, pada masa Dinasti Abbasiyah ini
mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktik orang-orang muslim mengikuti
perang dihentikan. Tentara-tentara mulai dibina secara khusus menjadi prajurit yang
professional. Dengan demikian, kekuatan kemiliteran Dinasti Abbasiyah menjadi
sangat kuat.

5. Bidang Seni

Khalifah Abbasiyah memberikan perhatian besar terhadap seni budaya,


meliputi syair-syair, seni music, arsitektur, kaligrafi dan penjilidan buku. Tokoh yang
terkenal dalam bidang syair misalnya Abu Nawas (w. 803 M) keturunan Persia yang
hidup sezaman dengan Harun Al-Rasyid, Bashshar ibn Bard dan Ibnu Muqaffa. Dalam
didang arsitektur, khalifah Dinasti Abbasiyah membangun istana-istana, masjid-masjid
yang indah, dan tempat peristirahatan. Pada bidang kaligrafi, Ibnu Muqlah yang
terkenal sebagai perumus metode penulisan kaligrafi yang digunakan hingga sekarang.

20
D. Masa Kehancuran
Sepeninggal Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun, Dinasti Abbasiyah perlahan-
lahan mulai mengalami kemunduran sejak naiknya Al-Muti’ (khalifah ke-23) yang
bisa dikatakan khalifah di Baghdad sudah tidak ada artinya lagi, sebab ia hanya
menjabata satu pangkat yang lebih dekat berupa pangkat agama daripada pangkat
dunia. Nama khalifah hanya didoakan di dalam khutbah jumat, hidupnya digaji, dan
negeri bukan ia yang menguasai. Setelah khalifah-khalifah dari Bani Buwaihi (Persia)
ini memimpin setelah masa Al-Muti’, kekuasaan Dinasti Abbasiyah kemudian
dipegang oleh Bani Saljuk (Turki). Hingga pada masa pemerintahan Al-mu’tasim,
datanglah tantara Mongol menyerbu kota Baghdad. Karena negeri tidak lagi
mempunyai pertahanan yang kuat, maka kota sudah tidak dapat dipertahankan, dan
berakhirlah Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M.
1. Faktor Intern:

a. Kemewahan hidup di kalangan penguasa


b. Perebuatan kekuasan antara keluarga
c. Kemerosotan ekonomi
d. Pemimpin yang lemah
e. Konflik keagamaan
f. Wilayah yang terlalu luas

2. Faktor Ekstern:

a. Persaingan antarbangsa
b. Ancaman dari luar: banyaknya pemberontakan, Bani Fathimiyyah (Syiah)
berdiri di Mesir, serangan dari Dinasti Mongol yang dipimpin Hulagu Khan ke
Baghdad rata dengan tanah dan berakhirlah masa Dinasti Abbasiyah

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahawa Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Al-Abbas, yang berkuasa pada tahun 750-1258 M. Dinasti Abbasiyah mencapai
puncaknya pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Makmun
(813-833 M). Pendidikan menjadi perhatian penting negara, sebagaimana tercermin dari
kepribadian dua khalifah yang cemerlang, Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun. Di sisi lain
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaannya untuk kepentingan sosial. Dinasti
Abbasiyah kemudian mengalami kehancuran disebabkan kemewahan hidup di kalangan
penguasa, lperebutan kekuasaan antar keluarga yang menyebabkan pengganti lemah,
kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan dan serangan dari Dinasti Mongol ke Baghdad.

22
DAFTAR PUSTAKA

Daulay dkk. Masa Keemasan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Vol.1, no. 2, hal.
72-77. 2020.
Hamka. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005.

Hitti. History Of Arab. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010.

Ibrahim Hasan, Hasan.Tarikh Al Islam. al-Siyasiy wa al-Diniy wa al-Tsaqafiy wa


al-Ijtima'iy Cet. VII. Kairo: Maktabat al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1964.
Lapidus, Ira. A History of Islamic Societies. Terj. Ghufran A. Mas’adi, Sejarah Sosial
Umat Islam Cet. I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Muttaqin. Sejarah Dinasti Abbasiyah: Telaah Pendidikan Pada Masa Kejayaan. Vol.7,
no.1. hal.187-201. 2022.
Su’ud, Abu, Islamologi. Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat Islam.
Jakarta: PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2003.

Syalabiy, Ahmad. Mawsū’at al-Tārīkh al-Islāmīy wa al-Hadhārat al-Islāmiyyah. Kairo:


Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1978.
Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna,1993.

Thohir. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Yanto. Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah. Vol.
15, h. 242. 2015.

Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali. 2008.

23

Anda mungkin juga menyukai