Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan berbagai
bentuk kesenian, hal ini dikarenakan di Indonesia terdapat banyak suku-suku
dengan berbagai adat dan kepercayaan. Salah satu daerah di Indonesia yang
kebudayaan dan berbagai bentuk keseniannya telah terkenal hingga ke dunia
internasional adalah Bali. Kebudayaan masyarakat Bali yang memiliki beragam
kesenian tradisional telah lama mendapat perhatian luas dari publik internasional
atau bahkan bisa dikatakan perkembangan budaya Bali tak lepas dari campur
tangan orang asing, hal ini dapat dilihat dari penulisan secara seksama tentang
seni pertunjukan drama dan tari Bali yang pertama kali dipublikasikan pada tahun
1938. Buku tersebut ditulis dan disusun oleh Walter Spies dan Beryl de Zoete.
Walter Spies, peranakan Rusia-Jerman, adalah nama orang asing yang sangat
dikenal di Bali. Ia datang dan menetap di Bali mulai 1927 hingga jaman
pendudukan Jepang di awal tahun 1940-an; seorang pemusik, pelukis, yang
mempunyai minat yang sangat mendalam pada seni pertunjukan di Bali.
Peranannya dalam awal-awal perkembangan pariwisata budaya Bali sudah tidak
diragukan karena dia sangat dipercaya oleh orang asing yang datang ke Bali pada
waktu itu untuk memberi pengalaman budaya, khususnya seni pertunjukan di
Bali. Walter Spies juga merupakan tokoh yang cukup berperan dalam
penggabungan antara kesenian tari barong dan drama tari calon arang, yang pada
awalnya merupakan 2 bentuk kesenian yang berbeda. Pertunjukan seni barong
inipun menjadi menu rutin bagi para wisatawan di jaman itu.
Kini kesenian Bali terutama kesenian tari telah makin berkembang
semakin maju dan makin banyak ditampilkan dalam berbagai event dan
pergelaran yang bersifat nasional dan internasional, dan salah satu kesenian
drama tari yang menjadi kebanggan Indonesia adalah Barong. Barong dalam
sejarah kebudayaan masyarakat Hindu Bali awalnya dipercaya sebagai bentuk
perwujudan dari Raja para Roh yang melindungi rakyat Bali dari segala bahaya
dan penyakit yang ditimbulkan dari roh-roh jahat yang diratui oleh Rangda.

1
Universitas Kristen Petra
Masyarakat Bali percaya bahwa Barong dapat menghalau wabah penyakit, seperti
di Banjar Kebon Singopadu yang mempunyai sungsungan Barong yang
mengeluarkan minyak dari matanya, yang dipakai untuk menyembuhkan penyakit
kudis yang menyerang sebagian dari anak kampung. Bahkan, di desa Sedang,
Abiansemal, Badung, Barong pernah diarak ke sawah-sawah, karena diyakini oleh
penduduk dapat membantu mengatasi hama tikus yang menyerang para petani di
Sana. Pada waktu-waktu tertentu seperti galungan dan Kuningan, Barong
biasanya diarak berkeliling desa. Masyarakat Bali menyebutnya dengan istilah
ngelawang. Hal ini diyakini oleh masyarakat dapat menjaga desa dari kekuatan-
kekuatan jahat yang tidak diinginkan. Contoh-contoh ini menandakan bahwa
betapa Barong didudukkan sebagai sesuatu yang sakral, yang mempunyai
kekuatan magis baik sebagai pelindung masyarakat.
Seiring berjalannya jaman kini Barong Bali tak lagi ditampilkan sebagai
sebuah ritual semata. Kini pementasan kesenian Barong Bali telah menjadi sebuah
pentas hiburan dan objek pariwisata yang menarik minat banyak wisatawan baik
didalam maupun luar negeri untuk datang dan menyaksikannya. Jenis Barong
yang paling sering ditampilkan adalah jenis Barong Ket, jenis Barong ini memiliki
wujud percampuran antara singa, harimau dan lembu. Dan cerita utama dalam
pementasan Barong Ket adalah peperangan antara Barong dan Rangda. Namun
dalam perkembangannya terdapat perbedaan cerita yang digunakan dalam
pementasan Barong Ket, jika dahulu Barong Ket dipentaskan sebagai ritual
dengan dipadukan cerita “Calon Arang”. Pementasan Barong Ket untuk umum
kini dipadukan dengan alur cerita “Kunti Sraya” yang merupakan cuplikan dari
cerita Mahabarata. Perubahan ini disebabkan cerita “Calon Arang” sangat
bernuansa magis dan mistis, sedangkan “Kunti Sraya” mengutamakan estetika.
Adanya perubahan cerita yang terjadi dalam pementasan drama tari
Barong ini dinilai oleh (Sudiana 82) sebagai salah satu aspek yang menunjukkan
bahwa terjadi desakralisasi yang terjadi atas kesenian Barong. Barong yang kini
ditampilkan secara luas kepada publik tak lebih hanya merupakan ikon dan simbol
profan dari Barong imitasi yang semata-mata berorientasi untuk mendapatkan
keuntungan dan memuaskan konsumen semata. Sungguh sangat disayangkan jika
pentas Barong kehilangan kekuatan dalam menyampaikan nilai moral yang

2
Universitas Kristen Petra
terkandung didalamnya. Dalam kesenian barong terkandung nilai moral tri korna
yaitu utpati, sthiti dan pralina yang mengajarkan manusia untuk lebih menghargai
hidup, karena manusia lahir dengan baik, tentu diharapkan dapat hidup dengan
baik, agar kelak saat meninggal dunia tidak membawa beban dosa dan dapat
mencapai surga. Dan untuk mencapai itu semua maka manusia harus berjuang
dalam kehidupannya untuk tetap menjaga dan menyelaraskan kebaikan (dharma)
dan menekan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang selalu
berlawanan (rwa bhineda) (Murdana 75). Hal ini perlu agar tercipta kedamaian
dalam hubungan manusia dengan Tuhan, alam dan sesamanya dalam hidup.
Nilai moral tri korna yang terdapat dalam kesenian barong ini
sangatlah cocok untuk mulai dikenalkan dan diterapkan kepada generasi muda di
Indonesia terutama para remaja yang berusia 15-19. Remaja pada usia ini mulai
mengalami krisis identitas dan berusaha mencari jati diri dengan berusaha
mengadaptasi berbagai aspek yang mereka lihat dan dengar dari lingkungan
sekitar mereka dalam perkembangan pribadi mereka. Pada masa ini para remaja
berada posisi yang sangat rentan karena kepribadian mereka yang labil dan masih
belum adanya kontrol diri yang baik. Karena memang proses pematangan fisik
berlangsung lebih cepat dari proses pematangan emosional, sehingga pengaruh
yang salah akan dengan cepat merusak perkembangan pribadi mereka terutama
perkembangan emosional, pemikiran dan yang terpenting perkembangan moral.
Jika didasarkan atas kebutuhan dan melihat kondisi dan situasi sosial di Indonesia
tentu perkembangan para remaja ini sangat mengkhawatirkan karena mereka
tumbuh ditengah maraknya berbagai tontonan dan acara-acara di televisi
Indonesia yang menyajikan berbagai hal yang bermuatan kekerasan dan
pornografi. Berdasarkan data yang dihimpun Jawapos di antara sebelas stasiun
televisi yang dipantau oleh Badan Informasi Publik (BIP) dan Kementrian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) selama sepuluh hari pada bulan
Ramadan (September 2010) ditemukan 1.252 adegan kekerasan fisik, pisikis,
mistik, dan mesum atau pornografi (14). Rekapitulasi itu merupakan hasil
memantau tayangan televisi. Temuan 1.252 adegan tersebut disebutnya setara
dengan 125 adegan per hari atau 13 adegan per televisi per hari, atau 3-4 adegan
per jam per televisi per hari. Dari data itu dapat dilihat betapa tinggi kadar

3
Universitas Kristen Petra
kekerasan dan pornografi dalam acara-acara televisi yang padahal televisi
merupakan salah satu media informasi, komunikasi dan hiburan yang dapat
dengan mudahnya diakses dan ditonton oleh para remaja di Indonesia.
Faktor lain yang turut ambil bagian dalam menurunnya perkembangan
moral generasi muda di Indonesia ini adalah pengaruh modernisasi dan
perkembangan tekhnologi terutama dibidang informasi dan komunikasi, dan
dalam hal ini media yang berperan utama adalah internet. Karena melalui media
internet para remaja dapat dengan mudah mengakses segala jenis informasi
didunia maya bahkan dari ponsel atau telepon genggamnya, padahal menurut
Corey Sandler (12) Cyberspace is neither bad nor good; it is an extension of the
real world that has some beautiful and ugly things and both good-hearted and evil
people. Dalam hal kontrol diri para remaja tentu berbeda dengan orang dewasa
yang pada umumnya mampu untuk menyaring hal-hal baik ataupun buruk dari
internet, sebaliknya dengan remaja. Selain, belum mampu memilah aktivitas
internet yang bermanfaat, mereka cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan
sosial mereka tanpa mempertimbangkan efek positif atau negatif yang akan
diterima saat mengakses internet. Padahal dengan berbagai kemudahannya media
internet banyak digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk
menyebarkan berbagai informasi-informasi yang merusak moral seperti kekerasan
dan pornografi. Ketua Gerakan JBDK pusat, Peri Umar Farouk, saat tampil
sebagai narasumber pada sosialisasi Undang-Undang Nomor 44/2008 tentang
Pornografi di Kendari mengatakan, masyarakat indonesia gemar mengakses
internet dengan kata kunci sex. Penggemarnya banyak berasal dari kalangan
remaja dengan usia antara 14-26 tahun dan yang lebih memprihatinkan, menurut
laporan Laporan Norton Online Family 2010, 96 persen anak-anak pernah
membuka konten negatif di internet dan 36 persen orang tua tidak tahu apa yang
dibuka anaknya karena pengawasan yang minim (“Pengguna Internet”, par. 3).
Berdasarkan data Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (ASA) yang
disampaikan peneliti Shakina Mirfa Nasution SE Mapp.Fin dalam sebuah seminar
masalah remaja di BKKBN di Jabar, dampak psikologi dan sosial bagi remaja
akibat pornografi antara lain, adiksi (ketagihan) sampai perilaku seksual
menyimpang seperti lesbian, incest, pedophilia, dan penurunan sensivitas

4
Universitas Kristen Petra
seks. Selain itu kerusakan otak yang diakibatkan oleh pornografi disinyalir lebih
parah daripada yang diakibatkan oleh kokain. Akibat dari kerusakan otak ini salah
satunya adalah kontrol diri yang harusnya dimiliki oleh remaja untuk menahan
nafsu makin memburuk. Kondisi kontrol diri remaja yang buruk akibat pengaruh
pornografi ini tentu akan sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian
dari para remaja terutama dalam pemikiran dan perilaku remaja sehingga hasilnya
adalah makin maraknya perilaku seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang,
dan juga berbagai bentuk kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari makin banyaknya
video-video mesum dan video-video kekerasan yang dilakukan oleh pelajar
diberbagai daerah Indonesia.
Dapat dilihat betapa perkembangan tekhnologi media informasi dan
komunikasi yang sejatinya bertujuan positif kini malah banyak memberikan
dampak yang buruk bagi para remaja di Indonesia. Bagaikan virus yang ganas
berbagai materi pornografi dan kekerasan telah sukses menggerogoti pemikiran
dan menghancurkan moral remaja Indonesia. Kepedulian dan kesadaran
masyarakat dalam menjaga, membimbing dan mengarahkan anak-anaknya juga
kurang dapat diandalkan. Oleh karena itu generasi muda pada masa kini
semestinya diberikan pengetahuan dan penjelasan nilai-nilai moral yang cukup
melalui apa yang mereka lihat dan dengar, dan salah satu media yang tepat adalah
film.
Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan (59) Sebagai media, film berfungsi
untuk mengkomunikasi berbagai fase dalam kegiatan kehidupan. Media ini
merupakan landasan pembentukan pengertian dengan tujuan
mempengaruhi penerima pesan untuk bertindak sesuai dengan tujuan dari
komunikasi tersebut. Berdasar pengaruh film pendidikan sebagai media
yang membentuk watak (the effect of movie on attitude) dan pribadi.
maka perlu ditinjau substansi film, terutama dari berbagai pesan yang
dikandungnya. Berkaitan dengan perkembangan psikologis seseorang, dapat
disebutkan bahwa watak merupakan perwujudan dari potensi kebaikan dan
ketidakbaikan seseorang yang dibawanya sejak lahir dengan pengaruh-pengaruh
lingkungan dalam pembentukannya. Pada usia 15-19 tahun perkembangan remaja
sangat ditentukan oleh idolanya yang akan selalu dicontohnya, tanpa

5
Universitas Kristen Petra
dipertimbangkan apakah itu baik atau buruk. Dalam pertumbuhan seorang remaja,
setiap tindakannya terkait dengan kecenderungan dan kemauan serta kehidupan
emosional yang bersentuhan dengan faktor eksogen (lingkungan) yang sifatnya
amat kompleks dan bervariasi. Salah satu faktor eksogen yang berpengaruh
terhadap pembentukan watak dan pribadi seseorang adalah media yang berbentuk
bacaan atau film. Berbagai nilai estesis, moral, sosial, kultural maupun teoritis
melalui media tersebut sangat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi seluruh perkembangan watak pribadi. Dan anak pada usia 8 tahun
sampai dengan 18 tahun memiliki kepekaan terhadap pengaruh eksogen tersebut.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk memberikan tontonan-tontonan yang
mendidik agar nantinya generasi muda mendapat gambaran yang jelas dan
pedoman yang kuat dalam menentukan arah dan tujuan hidup mereka terutama
dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana menyampaikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam
kesenian Barong kepada pada generasi muda?
2. Bagaimana merancang media animasi 2D tentang nilai-nilai moral dalam
kesenian barong.

1.3. Batasan Masalah


Target dari kegiatan perancangan ini adalah generasi muda di Surabaya,
dengan rentang usia antara 15-19 tahun. Hasil perancangan ini akan menjadi
media yang menjembatani kesenian lokal agar dapat menjadi pembelajaran moral
bagi generasi muda.

1.4. Tujuan Perancangan


1. Menyampaikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam kesenian Barong
kepada pada generasi muda.
2. Merancang media animasi 2D tentang nilai-nilai moral dalam kesenian
barong.

6
Universitas Kristen Petra
1.5. Manfaat Perancangan
1.5.1. Bagi Sasaran Perancangan (Remaja usia 15-19 tahun)
Kegiatan perancangan ini, ditujukan agar remaja usia 15-19 tahun
mendapatkan sebuah tontonan yang mendidik dan memberikan pengaruh
baik yang dapat dijadikan sebagai panutan dan pedoman dalam
perkembangan dirinya terutama perkembangan moral. Selain itu para
remaja dapat mengenali lebih dalam kesenian lokal Indonesia. Sehingga
selain untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda atas kesenian-
kesenian lokal Indonesia.

1.5.2. Bagi Masyarakat


Kegiatan perancangan ini, diharapkan mampu menjadi jembatan dalam
memberikan pengetahuan dan wawasan akan kebudayaan lokal dan juga
sekaligus pembelajaran nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu diharapkan perancangan ini mampu menyadarkan
masyarakat untuk lebih mencintai kebudayaan lokal dan agar masyarakat
mau mempraktekkan nilai-nilai moral yang disampaikan melalui kegiatan
perancangan ini dalam kehidupan, sehingga tercipta masyarakat yang jujur
dan bermoral.

1.5.3. Bagi Bidang Keilmuan Desain Komunikasi Visual


Perancangan buku cerita bergambar ini bertujuan untuk menambah
wawasan seputar perancangan animasi 2D. Selain itu dengan kegiatan
perancangan ini mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman dan
meningkatkan kemampuannya dalam berpikir kreatif untuk memasuki
dunia kerja kelak.

1.6. Definisi Operasional


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.2002. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional (www.pusatbahasa.diknas.go.id)

7
Universitas Kristen Petra
ani.ma.si n acara televisi yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar
yg digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak di layar menjadi
bergerak

1.7. Metodologi Perancangan


1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Perancangan ini pengumpulan data diperoleh dari:
a. Wawancara
“Metode wawancara termasuk salah satu metode pengumpulan data yang
efektif karena bertanya dan berinteraksi langsung kepada responden
sampel yang menjadi sasaran” (Singarimbun & Effendi, 192). Wawancara
akan dilakukan dengan siswa SMA hingga mahasiswa yang merupakan
sasaran perancangan animasi ini.
b. Studi Pustaka
Dalam kegiatan perancangan animasi ini tentunya diperlukan sumber data-
data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga diperlukan
data-data dari buku-buku dan media-media cetak yang telah teruji
kevalidannya.
c. Studi Digital
Selain dari buku dan media cetak, data-data juga diperoleh dari internet
sebagai pendukung data dari literatur dan wawancara.

1.7.2. Metode Analisis Data


Dalam kegiatan perancangan ini, data-data yang diperoleh kemudian
diolah dengan menggunakan metode analisis induktif, yaitu dengan cara
mempelajari data-data satu per satu yang bersifat khusus untuk diambil garis
besarnya yang lebih umum. Data yang diperoleh, kemudian dianalisa dari
berbagai data kepustakaan maupun hasil wawancara agar menghasilkan sesuatu
yang lebih khusus yang akan menentukan tampilan dan gaya desain dari animasi.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk membantu memfokuskan hal-hal detail
yang digunakan sebagai pendukung dalam perancangan animasi, misalnya warna,

8
Universitas Kristen Petra
komposisi, ekspresi dan illustrasi yang dikaitkan dengan data-data sesuai dengan
tema animasi ini.

1.8. Konsep Perancangan


Kegiatan perancangan ini akan menggunakan animasi untuk mengangkat
nilai-nilai moral yang terkandung dalam Barong Bali. tampilan dari karakter-
karakter yang terdapat dalam kisah Barong ini akan dibuat serealistis mungkin,
namun karena titik berat dari animasi ini adalah nilai-nilai moral yang terkandung
dalam kesenian Barong maka karakter Barong yang menyeramkan akan dibuat
lebih sederhana tanpa mengurangi citra aslinya, sehingga tujuan dari buku dapat
lebih mengena dan dapat diterima dengan baik oleh generasi muda. Bentuk akhir
dari perancangaan animasi ini adalah film animasi pendek dengan tampilan
karakter 2D yang terlihat menarik.

9
Universitas Kristen Petra
1.9. Skematika Perancangan

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Perancangan

Manfaat Perancangan

Metode Perancangan

Pengumpulan Data Analisa Data

Konsep Perancangan

Perancangan

Layout dan gaya desain Data Visual


gaya desain

Final art work

10
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai