Anda di halaman 1dari 9

Wildan Hanif

KOMIK DEWI SARTIKA


SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN SEJARAH UNTUK ANAK
SMP DI JAWA BARAT
Wildan Hanif
Jurusan Kriya Seni, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Jl. Buah Batu No. 212, Bandung
e-mail: hanifdesign01@gmail.com

ABSTRACT

This research entitled “A comic of Dewi Sartika as a historical education media for Junior High School in
West Java” is a strategic effort to build the character of Indonesian youth generation, especially of junior
high school students besieged by foreign figures and cultures not always in line with ideals of Indonesian
founding fathers. The comic of Dewi Sartika in this study is a popular means to introduce junior high
school students to a heroine in education from Tanah Pasundan, named Dewi Sartika. She also founded
Sekolah Keutamaan Istri (school for women) during the Dutch colonialist in Indonesia.

Keywords: Comic, Character Building, Dewi Sartika, Popular Media

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Komik Dewi Sartika, alternatif media pendidikan sejarah untuk anak SMP di
Jawa Barat” ini adalah upaya yang cukup strategis untuk membentuk dan membangun karakter Anak
Bangsa, terutama usia menginjak remaja (SMP) yang saat ini digempur dengan figur dan budaya luar
yang belum tentu sejalan dengan cita- cita para pendiri bangsa. Medium Komik pada penelitian ini
dijadikan sarana populer untuk mengakrabkan anak SMP dengan Tokoh Pahlawan Wanita di bidang
Pendidikan dari Tanah Pasundan, yakni Ibu Dewi Sartika, yang mendirikan Sekolah Keutamaan Istri
pada saat Pemerintah Hindia Belanda masih menjajah Indonesia sebelum Kemerdekaan.

Kata Kunci: Komik, Pendidikan Karakter, Dewi Sartika, Media Populer

PENDAHULUAN terbendung dan tanpa filter. Berbagai fenomena


kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, seks
Pendidikan karakter merupakan wacana bebas, serta gaya hidup hedonis sering dipahami
yang terus digaungkan pemerintah sejak sebagai akibat kebebasan informasi yang tidak
reformasi bergulir. Berbagai upaya untuk dikritisi oleh anak usia remaja yang memang
menumbuhkembangkan karakter anak bangsa rentan dan sedang mencari jati diri.
yang taqwa kepada Tuhan YME, berdisiplin, Menurut Prof. Suroso dalam tulisannya
mandiri, cerdas, dan berakhlak mulia sudah yang berjudul “Pendidikan Karakter: Menggali
dilakukan oleh berbagai pihak, terutama mereka Potensi Pembentuk Karakter Bangsa”,
yang berkecimpung di dunia pendidikan. pencanangan pendidikan karakter sebenarnya
Permasalahan yang paling mengemuka dalam telah tercantum dalam UU No 2. tahun 1989,
kaitan dengan pendidikan karakter adalah bahwa:
beragam informasi yang masuk ke dalam
pikiran anak melalui media sosial (koran, buku, “Pendidikan Nasional bertujan
televisi, radio, dan internet) yang seringkali tak mencerdaskan kehidupan bangsa dan

253
Komik Dewi Sartika sebagai Media Pendidikan Sejarah ...

mengembangkan manusia Indonesia keyakinan anak. Cara anak memahami


seutuhnya, yaitu manusia yang beriman bentuk hubungan tersebut akan
dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha menentukan cara anak memperlakukan
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki dunianya. Pemahaman negatif akan
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan berimbas pada perlakuan yang negatif
jasmani dan rohani, kepribadian yang dan pemahaman yang positif akan
mantap dan mandiri serta rasa tanggung memperlakukan dunianya dengan positif.
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan” Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif
(Pasal 4), pada diri anak sejak usia dini, salah satunya
dengan cara memberikan kepercayaan
Pasal tersebut diperbaharui dengan UU pada anak untuk mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri, membantu anak
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
mengarahkan potensinya dengan begitu
Nasional dalam pasal 3 tentang fungsi mereka lebih mampu untuk bereksplorasi
pendidikan nasional, bahwa: dengan sendirinya, tidak menekannya baik
secara langsung atau secara halus, dan
“Pendidikan nasional berfungsi seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi
mengembangkan kemampuan dan dan berinteraksi dengan lingkungan
membentuk watak serta peradaban sekitar”.
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
Timothy Wibowo lebih jauh menandaskan,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang bahwa:
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, “Pilihan terhadap lingkungan sangat
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga menentukan pembentukan karakter anak.
negara yang demokratis serta bertanggung Seperti kata pepatah bergaul dengan
jawab”. penjual minyak wangi akan ikut wangi,
bergaul dengan penjual ikan akan ikut
amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan
Menurut Suroso, Jika diamati secara
sehat akan menumbuhkan karakter sehat
seksama perubahan UU Sisdiknas tahun 1989 dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang
dan tahun 2003, ada hal yang hilang, yakni tidak bisa diabaikan adalah membangun
kata kata kemasyarakatan dan kebangsaan. hubungan spiritual dengan Tuhan Yang
Akibatnya, turunan peraturan praksis Maha Esa. Hubungan spiritual dengan
pendidikan lebih bermatra pada pengembangan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan
kepribadian dan belum bermuara pada praktik dan penghayatan ibadah ritual yang
terimplementasi pada kehidupan sosial”.
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Timothy Wibowo, salah seorang pakar
Salah satu hal penting selain yang
pendidikan anak berpendapat bahwa karakter
diungkapkan oleh Prof. Suroso dan Timothy
seseorang akan terbentuk sebagai hasil
Wibowo adalah faktor bacaan yang dapat
pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami
mempengaruhi anak. Sebagaimana kita
setiap manusia (triangle relationship), yaitu
tahu, membaca merupakan gerbang menuju
hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal),
pengetahuan. Media yang digunakan sebagai
dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam
alat bacaan, adalah media berbasis kata dan
sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME
gambar. Pada zaman pra sejarah, membaca
(spiritual). Timothy menjelaska:
adalah melihat dan memahami gambar. Menurut
“Setiap hasil hubungan tersebut akan Prof. Primadi Tabrani, seorang pakar bahasa
memberikan pemaknaan/ pemahaman rupa dari Institut Teknologi Bandung, Gambar
yang pada akhirnya menjadi nilai dan pertamakali menjadi sarana berkomunikasi

254
Wildan Hanif

Gambar 1. Lukisan di Gua Magura, zaman Neolitikum, melukiskan Gambar 2. Contoh hieroglif pada sebuah artefak Mesir Kuno
upacara keagamaan, dan perburuan binatang (Sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/0000000000000000
(Sumber: https://herwinda98.wordpress.com/2012/11/06/sejarah- 14098695/selamat-datang-di-dunia-mesir-kuno/, 2016)
seni-lukis-pada-zaman-prasejarah/, 2016)

Gambar 3. Contoh tulisan hieroglif yang berfungsi sebagai Gambar 4. Salah satu bagian relief Borobudur yang menceritakan
logogram berupa bunyi vokal/ konsonan seorang Pelayan yang sedang melayani Raja
(Sumber: wordpress.com, 2016) (Sumber: https://boiseapworld.wikispaces.com/Leah+M, 2015)

yang digunakan oleh manusia setelah sentuhan. keunikan bahasa gambar yang ditunjukkan
Aksara/ Tulisan baru ditemukan dan dipakai oleh gambar pada dinding gua pra sejarah di
manusia untuk berkomunikasi setelah melewati Indonesia, serta pada relief Candi Borobudur.
ribuan tahun penggunaan bahasa gambar, Baru-baru ini, situs Indocropcircles.
seperti yang bisa kita lihat pada lukisan di gua wordpress.com melaporkan bahwa Arkeolog
atau tebing yang diperkirakan dibuat oleh dari Pusat Arkeologi Nasional Indonesia
manusia pra sejarah (sebelum 10.000 tahun bekerjasama dengan Universitas Wollongong
yang lalu), ataupun pada artefak di zaman Mesir dan Universitas Griffith Australia berhasil
Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu. menemukan lukisan di dinding sejumlah gua
Sebelum dikenal alfabet seperti yang karst di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang
kita pakai sekarang, orang- orang Mesir diperkirakan berumur sekitar 40 ribu tahun
menggunakan simbol berupa gambar objek dan memberi petunjuk bahwa manusia modern
tertentu sebagai sarana komunikasi. Tulisan zaman prasejarah tidak hanya ada di daratan
Mesir yang dikenal dengan istilah hieroglyph Eropa tetapi juga ada di Indonesia.
terdiri dari lebih 500 simbol. Gambar simbolik Sebagaimana kita lihat pada temuan
ini bisa berupa kata maupun suara. Simbol berupa gambar pra sejarah di goa karst
yang sama bisa memiliki makna berbeda jika tersebut, lukisan tangan manusia dan binatang
ditempatkan pada konteks yang berbeda. merupakan objek visual. Artinya, manusia pada
Yang menarik dari ulasan Primadi adalah zaman dahulu memulai komunikasi dengan
255
Komik Dewi Sartika sebagai Media Pendidikan Sejarah ...

four Rococo palaces were built in 1749 by


Eigtved”

Ternyata hampir semua memulai dengan


kata pertama dan berakhir dengan kata terakhir,
artinya mereka hanya menerjemahkan, bukan
menceritakan kembali. Sebagian kecil gagal
menyelesaikan tugas karena tidak mengetahui
arti idiom/ istilah- istilah tertentu. Sebagian
besar mampu menyelesaikan tugasnya, namun
Gambar 5. Kepala Pusat Arkeologi Nasional I Made Geria cerita menjadi tidak berjalan dengan semestinya,
memberikan keterangan pers soal penemuan lukisan gua di gedung
Pusat Arkeologi Nasional, Jakarta, Kamis (9/10/2014) terasa lucu, aneh, sehingga membuat seisi kelas
(Sumber: https://indocropcircles.wordpress.com/2014/10/11/ tertawa-tawa. Primadi lalu mengajak seisi kelas
ditemukan-peradaban-tertua-dunia-lukisan-gua-prasejarah-
indonesia-paling-tua-sejagad/, 2014) untuk menemukan benda- benda apa saja yang
terdapat dalam paragraf cerita tersebut. Setelah
bahasa gambar, bahasa rupa. Seiring berjalannya semua data benda dituliskan di papan tulis,
waktu, komunikasi makin berkembang dari Primadi meminta mereka untuk membayangkan
visual menuju verbal. Alfabet/ abjad yang apa yang sebenarnya diceritakan oleh teks
kita pakai sehari- hari sekarang ini merupakan tersebut. Pada awalnya para pelajar tersebut
sarana komunikasi yang bersifat verbal, bukan bingung dan hampir frustasi, sampai suatu saat
lagi visual. Dan ini berdampak pada dunia ada mahasiswa menebak dan menjawab: “Alun-
pendidikan kita. alun”. Jawaban tersebut memang tepat, namun
Dunia pendidikan Indonesia menurut mengapa mereka tidak bisa menebaknya dari
Primadi dalam bukunya “Bahasa Rupa” (2012), awal? . Begitu gambar “Alun- alun” berdasarkan
sudah lama terlalu menekankan pada bahasa data tersebut dapat ditemukan, maka dengan
verbal, maka tak heran jika kaum intelektual mudah kita dapat menceritakan kembali teks
kita mengira bahwa berpikir itu lebih dengan tersebut dari kata yang manapun yang terdapat
memakai bahasa kata/ tulisan. Masih banyak di dalamnya, tidak mesti dari kata awal ataupun
pendapat bahwa buku teks yang tebal- tebal kata terakhir.
dengan sedikit sekali gambar merupakan buku Dari percobaan tersebut, Primadi
yang lebih ilmiah, lebih berbobot dibanding menyimpulkan bahwa teori yang mengajarkan
dengan buku yang memakai banyak gambar bahwa membaca teks akan menumbuhkan
seperti komik. Namun, pendapat ini lebih berupa imajinasi tidak selalu benar. Membaca buku yang
mitos dibandingkan fakta. Primadi melakukan penuh dengan gambar, ataupun menonton film,
eksperimen berpikir untuk mahasiswa tingkat tetap dapat merangsang anak untuk berimajinasi.
satu di ITB, dimana Primadi memberikan Menurut Hikmat Darmawan (2012), Buku
sebuah teks berbahasa Inggris yang ‘mudah’ cerita bergambar, ataupun komik, sangat
difahami. Primadi meminta mahasiswa untuk memungkinkan anak untuk hanyut dalam cerita
menceritakan kembali teks tersebut dalam yang disodorkan, dan menimbulkan kegairahan
bahasa Indonesia untuk adik- adiknya di SMP. membaca lebih lama dibandingkan dengan buku
Teks tersebut berbunyi: teks tanpa gambar. Ini dimungkinkan karena
daya imajinasi dan persepsi anak terstimulasi
“In the centre of the Lovely Amalienborg dengan wujud visual. Komik adalah medium
Square, formed by four identical palaces bercerita atau berekspresi dengan bahasa
one of which is the residence of the king,
gambar yang tersusun.
stands the statue of Frederick V, one of the
fame equestrian statue of the world. The Untuk tujuan apa komik dibuat?
Bermacam jawaban bisa diberikan. Hikmat
256
Wildan Hanif

dan terutama sarana komunikasi untuk


menyampaikan pesan- pesan yang terkandung
dalam sejarah perjuangan para pahlawan
nasional Indonesia.
Pemilihan medium komik sangat tepat
untuk menyampaikan cerita kepahlawanan,
karena sifat komik yang mampu serentak
menyajikan informasi berupa narasi dan dialog
(dalam balon kata maupun balon pikiran), serta
imaji berwujud visual, baik nyata maupun yang
berada dalam alam pikiran batin tokoh dalam
cerita. Cerita di sini tidak mesti “fiksi”, tetapi
lebih berarti susunan kejadian yang menarik.
Emosi tertentu juga dapat diekspresikan dalam
komik lewat huruf/ tipografi kata yang mewakili
atau menunjang emosi tersebut. Dengan
demikian, komik diharapkan dapat membantu
sekurang- kurangnya dalam memperkenalkan
tokoh- tokoh pahlawan nasional dalam
memperjuangkan kemerdekaan dengan lebih
Gambar 6. Cuplikan komik Dewi Sartika artistik dan menarik, selebihnya adalah upaya
(Sumber: Penulis, 2015)
menumbuhkan perasaan nasionalisme dan
karakter positif pada anak-anak usia SMP
Darmawan, seorang peneliti komik, menyatakan setelah mereka membaca dan menghayati kisah
bahwa komik dibuat dengan berbagai motif, kepahlawanan tokoh- tokoh tersebut.
antara lain:

1.
Tujuan profesional (mendapatkan METODE
penghasilan utama dari komik),
Makalah hasil penelitian yang berjudul
2. Sarana berekspresi, yakni komik menjadi “Komik Dewi Sartika, Sebuah alternatif media
medium untuk mencurahkan perasaan pendidikan sejarah untuk anak SMP di Jawa
kita. Barat” ini memakai Metode deskriptif naratif,
yakni pemaparan mengenai berbagai landasan
3. Tujuan komunikasi, dalam hal ini komik teori secara deskriptif, lalu mengaplikasikannya
berfungsi sebagai jembatan penghubung secara naratif dalam bentuk cerita komik yang
untuk mengurangi salah paham dan akan divisualisasikan. Adapun pendekatan yang
ketidakjelasan sebuah informasi/ pesan. dilakukan untuk penelitian adalah pendekatan
manajemen seni, dan teori desain.
4. Komik bahkan bisa dibuat untuk tujuan Manajemen seni, akan lebih banyak
terapi, yakni komik bisa menjadi alat berbicara pada persoalan seni komik sebagai
untuk menyembuhkan trauma tertentu. sequential art, yakni wujud karya seni komik
sebagai sarana berkomunikasi dan kaitannya
Berdasarkan tujuan tersebut, komik dengan publik/ pembaca. Manajemen seni
sengaja dipilih dalam penelitian ini sebagai secara umum menanamkan dan mempelajari
sarana profesionalitas (berkaitan dengan prinsip-prinsip mediasi karya senirupa, ihwal
industri kreatif), sarana berekspresi, produksi-konsumsi karya senirupa (termasuk
257
Komik Dewi Sartika sebagai Media Pendidikan Sejarah ...

seni komik) dan hubungannya dengan publik dan Ilmar Ihsanul Bachri, sebagai asisten teknis
secara lebih luas. Dalam istilah dunia senirupa dari penelitian ini.
yang lebih dikenal dengan istilah “artworld”,
merupakan “dunia” yang terdiri dari sejumlah
masyarakat seni atau orang-orang yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terlibat dalam aspek-aspek produksi, bertugas,
melakukan pemeliharaan, promosi, kritik dan Penelitian yang berjudul “Komik Dewi
penjualan karya senirupa. Lebih jauh peneliti Sartika, Sebuah alternatif media pendidikan
senirupa Howard S. Becker (1982) pernah sejarah untuk anak SMP di Jawa Barat” telah
menyatakan tentang “artworld” ini yakni: berlangsung kurang lebih 5 bulan (Mulai Maret
jaringan orang-orang yang terlibat dalam s.d Juli 2016 dan dibagi menjadi beberapa tahap
kegiatan koperasi (cooperative activity), yang sebagai berikut:
secara teratur menghubungkan pengetahuan
seni, utamanya membuat, menghasilkan,
menunjukkan, memberikan jenis karya senirupa. Tahap Pra Produksi
Becker kemudian menjelaskan bahwa tugas
manajer dalam manajemen senirupa ialah untuk Tahap ini berlangsung selama 2 bulan,
menciptakan kondisi dimana kegiatan kesenian untuk mematangkan skenario ataupun naskah
atau budaya dapat terjadi dan dipertahankan. sejarah yang akan diaplikasikan dalam bentuk
Manajer adalah orang dalam posisi untuk komik. Naskah yang tertulis dalam buku sejarah
menentukan apa yang akan dilakukan, biasanya bersifat deskriptif dan minim dengan
bagaimana, oleh siapa dan dengan apa. Dalam dialog. Naskah ini harus diubah dari bentuknya
konteks penelitian ini, manajemen seni yang yang deskriptif, menjadi naskah komik yang
dipakai adalah prinsip-prinsip produksi yang lebih bersifat naratif dan dipenuhi oleh dialog
dijalankan dalam pembuatan sebuah komik. antar karakter agar lebih hidup dan dramatis.
Pendekatan ilmu manajemen seni dan teori Unsur dramatisasi inilah yang lebih ditonjolkan
desain juga berguna untuk mempelajari struktur dalam media populer seperti komik. Berikut ini
dan tahapan pekerjaan dalam kaitannya dengan adalah hasil olahan naskah sejarah “Ibu Dewi
Sistem Pembuatan Komik. Yakni: Pertama. Sartika” , dari versi yang deskriptif, menjadi
Pembuatan naskah, yakni adaptasi dari kisah/ naratif berdialog. Naskah sejarah deskriptif
sejarah pahlawan menjadi naskah tertulis yang kami ambil dari http://www.biografiku.com/
akan digunakan khusus untuk komik. Kedua, 2011/09/ biografi-dewi-sartika.html
Membuat sketsa komik dengan memakai pensil. Setelah naskah dibaca dan difahami
Ketiga, Penintaan, yakni menebalkan sketsa dengan seksama, maka tahap berikutnya
yang sudah dibuat dengan memakai tinta hitam, adalah membuat naskah untuk kebutuhan
Keempat, Pewarnaan dengan metode digital komik, dengan menambah unsur dramatisasi
(memakai perangkat lunak berbasis bitmap), yang wajar dengan sentuhan fiksi, namun
Kelima, Pembubuhan teks narasi, dialog, dan tidak mengurangi kandungan isi naskah dan
efek suara, Keenam, Layout dan Finishing pesan yang hendak disampaikan, yakni tentang
keseluruhan halaman komik untuk kebutuhan perjuangan seorang pahlawan wanita di bidang
cetak, dan Ketujuh, Print Out Dummy dan pendidikan untuk mengangkat harkat dan
penjilidan dengan hardcover. martabat kaum perempuan di tengah kondisi
Dalam hal ini, penelitian akan melibatkan masyarakat Indonesia yang belum merdeka.
Alumni D3 Kriya Seni Sekolah Tinggi Seni Maka naskah diubah dan dimodifikasi agar bisa
Indonesia (STSI) Bandung (sekarang ISBI menjadi 22 halaman (standard jumlah halaman
Bandung, Institut Seni Budaya Indonesia untuk komik populer).
Bandung), yakni Ryan Pratista, Anton Gustina,
258
Wildan Hanif

Gambar 7. Foto Dewi Sartika Gambar 8. Gambar Sosok Ibu dewi Sartika dengan Tinta Hitam
(Sumber: http://www.biografiku.com/2011/09/ biografi-dewi-sartika. (Sumber: Penulis, 2016)
html, 2015)

Tahap Produksi Pembuatan Komik hitam dan pena gambar khusus, dengan
mengambil momen-momen yang dianggap
Tidak mudah untuk membayangkan atau penting untuk menonjolkan peran Dewi Sartika
berimajinasi tentang sosok penampilan Ibu dalam memberdayakan kaum wanita di bidang
Dewi Sartika. Untuk itu, penelitian dilanjutkan pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan.
dengan mencari gambar atau foto Dewi Sartika Jumlah 22 halaman merupakan standar
dari internet dan dari literatur lain seperti komik maksimal halaman untuk komik populer yang
maupun buku yang memuat Sejarah Indonesia mengangkat satu segmen khusus biografi
Pra kemerdekaan, untuk kebutuhan pembuatan seseorang atau Super Hero dalam industri
Sampul Depan Komik. Sampul depan haruslah komik Marvel, yang merupakan industri komik
menarik dan menonjolkan karakter Pahlawan Amerika terbesar yang merajai dunia saat ini.
Ibu Dewi Sartika. Diawali dengan proses sketsa Tahap berikutnya yang memakan waktu
pensil, kemudian penintaan, dan pewarnaan cukup lama adalah pewarnaan (coloring).
(gambar 8 dan 9). Penelitian dilanjutkan dengan Pewarnaan ini harus dilakukan secara hati- hati.
membuat sketsa halaman perhalaman isi komik Konsep warna yang akan dituangkan dalam
sesuai naskah adaptasi komik pada tahap pra buku komik Dewi Sartika ini adalah konsep
produksi. Setiap halaman dirancang dengan warna-warna klasik, yakni warna-warna analog
teliti. Imajinasi masa pra kemerdekaan didapat yang cenderung menjauhi warna primer. Warna
dari berbagai literatur komik, foto, maupun klasik dihasilkan dengan mencampurkan
video. Gambar 10-12 adalah contoh beberapa warna sekunder kepada warna sekunder yang
halaman yang telah berhasil digambar dengan lain, misalnya hijau kecoklatan, krem, merah
tinta hitam, tanpa dialog. marun. Konsepsi warna ini menimbulkan kesan
Keseluruhan isi komik telah dirampungkan nostalgia dan kuno, untuk memberi suasana
dengan jumlah 22 halaman memakai tinta masa lalu. Pewarnaan dilakukan dengan
259
Komik Dewi Sartika sebagai Media Pendidikan Sejarah ...

Gambar 9. Sampul Komik Ibu dewi Sartika yang telah diwarnai Gambar 10. Komik Dewi Sartika dengan Tinta Hitam
(Sumber: Penulis, 2016) pada Halaman Pertama
(Sumber: Penulis, 2016)

memakai komputer grafis. penelitian berjalan sesuai rencana. Pemilihan


Setelah pewarnaan, penelitian akan karakter tokoh Dewi Sartika yang dipilih untuk
dilanjutkan dengan menempatkan dialog dan dijadikan komik merupakan upaya mengangkat
narasi yang diistilahkan dengan balon dialog. Pahlawan Wanita di bidang pendidikan dari
Balon dialog ini merupakan ciri khas komik Tanah Pasundan, sebagai satu inspirasi untuk
yang membedakannya dengan buku novel pelajar SMP, terutama pelajar puteri agar bisa
atau cerita bergambar biasa. Setelah semua meneladani jejak langkah Ibu Dewi Sartika.
halaman terisi dengan dialog dan narasi, tahap
berikutnya adalah finishing, yakni merapikan
semua halaman dan Cover depan serta ***
belakang, memberinya judul, serta halaman izin
penerbitan atau ISBN, agar bisa didaftarkan Hak Daftar Pustaka
Ciptanya.
Setelah itu penelitian akan dilanjutkan Buku
pada testimoni pengguna, yakni pelajar SMP Albertus, Doni Koesoema.
yang akan dipilih secara acak dari berbagai SMP 2012 Pendidikan Karakter Utuh dan
di kota Bandung, yang terkenal sebagai kota Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius
pendidikan dan kreatifitas.
Azis, Solechul.
2013 Sejarah Lengkap 160 Pahlawan
Indonesia. Jakarta: Kuncikom
PENUTUP
Becker, Howard, S.
Penelitian berjalan dengan lancar dan 1982 Art Worlds. California: University
produktif. Tahapan- tahapan yang dilalui dalam California Press

260
Wildan Hanif

Gambar 11. Komik Dewi Sartika dengan Tinta Hitam Gambar 12. Komik Dewi Sartika dengan Tinta Hitam
pada Halaman kedua pada Halaman ke-13
(Sumber: Penulis, 2016) (Sumber: Penulis, 2016)

https://indocropcircles.wordpress.
Blair, Adam com/2014/10/11/ditemukan-
1988 Building Christian Character. Discipline’s peradaban-tertua-dunia-lukisan-gua-
Devotional Through the Elements of prasejarah-indonesia-paling-tua-sejagad
Christian Character. USA: Journey’s http://www.pendidikankarakter.com/
Home Resource Center. membangun-karakter-sejak-pendidikan-
anak-usia-dini/#
Darmawan, Hikmat http://www.kaskus.co.id/
2012 How To Make Comic menurut para thread/000000000000000014098695/
master komik dunia. Bandung: Mizan selamat-datang-di-dunia-mesir-kuno/
Media Utama.

Tabrani, Primadi
2012 Bahasa Rupa, Bandung: Penerbit Kelir.

Wibowo, Timothy
2015 Succes Begin With Character, Revolusi
Pendidikan Karakter, Online Book:
pendidikankarakter.com,

Laman
http://www.biografiku.com/2011/09/
biografi-dewi-sartika.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
Menggali Potensi Pendidikan karakter
Bangsa.pdf
261

Anda mungkin juga menyukai