Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA

Oleh: Unang Wahidin*

Abstrak
Saat ini persoalan karakter remaja di Indonesia menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu
mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara,
dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para
ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan kar akter
remaja di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Salah
satu alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah karakter
remaja yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang
bersifat preventif dan kuratif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas
remaja dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah
karakter bangsa. Sedangkan yang bersifat kuratif adalah pendidikan dianggap dapat memperbaiki
masalah karakter yang telah terjadi pada para remaja. Inovasi pola kemitraan peran orang tua di
lingkungan keluarga dengan peran guru di lingkungan sekolah dalam pendidikan karakter
bagi remaja diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi saat ini dan
untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul dimasa yang akan datang. Karena masalah
besar hanya mungkin dapat diatasi secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang
bagus.

Key Word: Karakter, Pendidikan, Remaja

A. Pendahuluan Kepeloporan remaja menjadi sangat kuat


sosoknya, karena ia mempunyai hasrat
Sejak dahulu sampai sekarang peran yang tinggi untuk mengeksplorasi cita-cita
yang diberikan masyarakat kepada remaja
sosial dan ideal yang untuk kemudian
sebagai penerus kehidupan bangsa masih diberi motivasi seperangkat nilai dan
tetap melekat, bahkan semakin dituntut. karakter untuk tampil sebagai pelopor.
Peran demikian tentu saja tidak dengan Motivasi tersebut dapat diangkat dari nilai-
sendirinya bisa terjadi, tetapi menuntut nilai agama yang dianutnya serta nilai-nilai
adanya konsekwensi-konsekwensi yang
kultural dari masyarakat yang
serius, antara lain mempersiapkan para melingkupinya.
remaja untuk dapat melakukan Saat ini persoalan karakter remaja di
eksistensinya secara fungsional. Berbagai negara kita menjadi sorotan tajam
kegiatan sistematik dan berkelanjutan untuk masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai
mempersiapkan para remaja agar dapat aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai
tumbuh dan berkembang secara optimal tulisan di media cetak, wawancara, dialog,
perlu dilakukan. Kegiatan pendidikan,
dan gelar wicara di media elektronik.
latihan, dan pemberian keterampilan bagi
Selain di media massa, para pemuka
para remaja menjadi hal yang perlu masyarakat, para ahli, dan para pengamat
diupayakan. pendidikan, dan pengamat sosial berbicara
Peran dan fungsi yang dapat mengenai persoalan karakter remaja di
dilakukan oleh para remaja tersebut dinilai
berbagai forum seminar, baik pada tingkat
sangat logis, mengingat pada diri mereka
lokal, nasional, maupun internasional.
terdapat seperangkat etos yang meng- Persoalan yang muncul di masyarakat
gerakannya untuk menjadi kelompok
seperti kekerasan yang dilakukan remaja,
masyarakat yang paling dinamis.

256
hubungan seksual secara bebas, perusakan  
yang dilakukan pelajar, perkelahian antar  
siswa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, 
dan sebagainya menjadi topik pembahasan  
 
hangat di media massa, seminar, dan di  
berbagai kesempatan. Berbagai alternatif  
penyelesaian diajukan seperti peraturan, “Dan sesuatu riba (tambahan)
undang-undang, peningkatan upaya yang kamu berikan agar dia
pelaksanaan dan penerapan hukum yang bertambah pada harta manusia,
lebih kuat. Maka riba itu tidak menambah
Salah satu alternatif yang banyak pada sisi Allah...”
dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak
mengurangi, masalah karakter remaja yang Allah Subhaanahu wa Ta’ala juga
dibicarakan itu adalah pendidikan. berfirman saat menerangkan sifat bumi
Pendidikan dianggap sebagai alternatif dalam Surat Fushshilat ayat 39, yang
yang bersifat preventif dan kuratif karena berbunyi:
pendidikan membangun generasi baru 
bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif 
yang bersifat preventif, pendidikan  
diharapkan dapat mengembangkan kualitas 
remaja dalam berbagai aspek yang dapat 

memperkecil dan mengurangi penyebab

berbagai masalah karakter bangsa. 
Sedangkan yang bersifat kuratif adalah 
pendidikan dianggap dapat memperbaiki 
masalah karakter yang telah terjadi pada 
para remaja. Memang diakui bahwa hasil “Dan di antara tanda-tanda-Nya
dari pendidikan akan terlihat dampaknya (ialah) bahwa kau lihat bumi
dalam waktu yang tidak segera, tetapi kering dan gersang, maka apabila
memiliki daya tahan dan dampak yang kuat kami turunkan air di atasnya,
pada masyarakat di masa yang akan datang. niscaya ia bergerak dan subur...”

B. Pengertian Dijelaskan oleh sebagian ulama


1. Pendidikan lainnya bahwa makna tarbiyah adalah
Pendidikan dalam bahasa Arab membesar dan mengembung2 . Adapun
disebut tarbiyah, diambil dari kata dasar pengertian pendidikan menurut Kamus
Rabba Sya’i, Yarbu atau Rabba’an yang Besar Bahasa Indonesia ialah proses
artinya bertambah dan tumbuh1 . Allah pengubahan sikap dan tata laku seseorang
Subhaanahu wa Ta’ala menyebutkan kata atau kelompok orang dalam usaha
tarbiyah yang bermakna bertambah dalam mendewasakan manusia melalui upaya
firman Nya Surat Ar-Ruum ayat 39, yang pengajaran dan pelatihan.3 Sedangkan
berbunyi: dalam Bahasa Inggris, education
(pendidikan) berasal dari kata educate
(mendidik) artinya memberi peningkatan
(to elicit, to give rise to), dan
mengembangkan (to evolve, to develop).
* Dosen Tetap Prodi PAI. Jurusan Tarbiyah STAI
Al-Hidayah Bogor
1
„Abdul Lathif al-Ajlan, Rambu-Rambu
2
Pemukulan dalam Pendidikan Anak , Lisaanul Ibid., hlm:8.
3
„Arob II/304, Bogor, Pustaka Ulil Albab, 2006, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
hlm:7. Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm:263.

257
Dalam pengertian yang sempit, education Dalam pengertian tarbiyah ini,
atau pendidikan berarti perbuatan atau terdapat lima kata kunci yang dapat
proses perbuatan untuk memperoleh dianalisis:7
pengetahuan.4 a. Menyampaikan (al-tabligh).
Pendidikan menurut Istilah Pendidikan dipandang sebagai usaha
(terminologi), bila ditujukan bagi unggas penyampaian, pemindahan dan
dan hewan, maka pengertian pendidikan
transformasi dari orang yang tahu
(tarbiyah) adalah kelimpahan makanan,
minuman dan tempat berlindung. Jika (pendidik) pada orang yang tidak tahu
ditujukan bagi manusia, maka pengertian (peserta didik) dan dari orang dewasa
pendidikan (tarbiyah) lebih bersifat pada orang yang belum dewasa.
ruhiyah, yaitu menghormati manusia itu b. Sesuatu (al-syay’). Maksud dari
sendiri, perkataannya, perbuatannya, lalu „sesuatu‟ di sini adalah kebudayaan,
mengarahkan dengan arahan yang shohih baik material maupun non material
sebagaimana yang dicintai dan diridhai
(ilmu pengetahuan, seni, estetik, etika,
Allah Subhaanahu wa Ta’ala disertai
pengawasan secara langsung maupun tidak dan lain-lain) yang harus diketahui dan
langsung.5 diinternalisasikan oleh peserta didik.
Sedangkan Abdul Mujib dan Jusuf c. Sampai pada batas kesempurnaan (ila
Mudzakkir memberikan arti tarbiyah kamalihi). Maksudnya, adalah bahwa
sebagai berikut:6 Tarbiyah dapat juga proses pendidikan itu berlangsung
diartikan dengan “proses transformasi ilmu terus-menerus tanpa henti, sehingga
pengetahuan dari pendidik (rabbani)
peserta didik memperoleh ke-
kepada peserta didik, agar ia memiliki
sikap dan semangat yang tinggi dalam sempurnaan, baik dalam pembentukan
memahami dan menyadari kehidupannya, karakter dengan nilai-nilai tertentu
sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti maupun memiliki kompetensi tertentu
dan kepribadian yang luhur.” dengan ilmu pengetahuan.
Istilah rabbani (yang seakar dengan d. Tahap demi tahap (syay’ fa syay’).
tarbiyah) sering diterjemahkan dengan Maksudnya, transformasi ilmu
pendeta, rahib, atau ahli agama. Namun
dalam konteks ini rabbani lebih tepat pengetahuan dan nilai yang dilakukan
diartikan sebagai orang-orang yang dengan berjenjang menurut tingkat
memiliki semangat tinggi dalam ber- kedewasaan peserta didik, baik secara
ketuhanan, yang memiliki sikap-sikap biologis, psikologis, sosial maupun
pribadi yang secara sungguh-sungguh spiritual.
berusaha memahami Tuhan dan mentaati e. Sebatas pada kesanggupannya (bi
Nya. Hal ini mencakup kesadaran akhlak
hasbi isti’dadihi). Maksudnya, dalam
manusia dalam kiprah hidupnya di dunia
ini. Oleh karena itu, terdapat korelasi antara proses transformasi pengetahuan dan
takwa, akhlak dan pribadi luhur. nilai harus mengetahui tingkat peserta
didik, baik dari sisi usia, kondisi fisik,
psikis, sosial, ekonomi, dan sebagai
nya, agar dalam tarbiyah itu ia tidak
mengalami kesulitan.
4
Mc. Leod, 1989, dalam Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan, hlm:10.
5
Abdul Lathif al-Ajlan, Rambu-Rambu, hlm:9.
6
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta, Prenada Media
7
Group, 2006, hlm:16. Ibid., hlm:17-18..

258
Sedangkan dalam Undang-Undang pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun generasi muda dan juga proses pengem-
2003 pasal 1 menyatakan8 : “Pendidikan bangan budaya dan karakter bangsa untuk
adalah usaha sadar dan terencana untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
mewujudkan suasana belajar dan proses dan bangsa di masa mendatang.
pembelajaran agar peserta didik secara aktif Dalam proses pendidikan karakter
mengembangkan potensi dirinya untuk bangsa, secara aktif peserta didik
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengembangkan potensi dirinya, melaku-
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, kan proses internalisasi, dan penghayatan
akhlak mulia, serta keterampilan yang nilai-nilai menjadi kepribadian mereka
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan dalam bergaul di masyarakat, mengembang
negara”. kan kehidupan masyarakat yang lebih
Selanjutnya pengertian pendidikan sejahtera, serta mengembangkan kehidupan
menurut Instruksi Presiden Republik bangsa yang bermartabat.
Indonesia Nomor 15 tanggal 13 September
1974 yang menyatakan bahwa: Pendidikan 2. Karakter
adalah segala usaha untuk membina Karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
kepribadian dan mengembangkan atau kepribadian seseorang yang terbentuk
kemampuan manusia Indonesia, jasmani dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
dan rohaniah, yang berlangsung seumur (virtues) yang diyakini dan digunakan
hidup, baik di dalam maupun di luar sebagai landasan untuk cara pandang,
sekolah, dalam rangka pembangunan berpikir, bersikap, dan bertindak.
persatuan Indonesia dan masyarakat adil Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral,
dan makmur berdasarkan Pancasila. dan norma, seperti jujur, berani bertindak,
Pengertian yang lain dari pendidikan dapat dipercaya, dan hormat kepada orang
disampaikan Driyarkara (1980) dalam lain.10
Nanang Fattah yang menyatakan bahwa Sedangkan pengertian karakter dalam
pendidikan itu adalah memanusiakan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
manusia muda. Pengangkatan manusia didefinisikan sebagai tabiat; sifat-sifat
muda ke taraf mendidik.9 kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
Pendidikan adalah suatu usaha yang membedakan seseorang dengan yang lain.
sadar dan sistematis dalam mengembang Secara terminologi, karakter adalah sikap
kan potensi peserta didik. Pendidikan pribadi yang stabil dan hasil proses
mempersiapkan peserta didik baik aspek konsolidasi secara progresif dan dinamis,
jasmani, rohani dan kemampuan seseorang integrasi pernyataan dan tindakan. 11
untuk peranannya di lingkungan sekitarnya Karakter atau identitas diri
di masa yang akan datang. Pendidikan berpangkal pada “Culture matters”. Untuk
adalah juga suatu usaha masyarakat dan membangun karakter diperlukan sikap dan
bangsa dalam mempersiapkan generasi orientasi nilai-nilai yang kondusif,
mudanya bagi keberlangsungan kehidupan diantaranya adalah: Sikap, orientasi dan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di praksis saling percaya (trust bukan
masa depan. Keberlangsungan itu ditandai
oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh
10
karena itu, pendidikan adalah proses Kementerian Pendidikan Nasional, Badan
Penelitian Dan Pengembangan, Pusat
Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya
Dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah,
8
Undang-Undang RI NO. 20 Tahun 2003, Sistem Jakarta, 2010, hal.3.
11
Pendidikan Nasional, hal:3. Endin Mujahidin, Seminar Pendidikan Karakter
9
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Bogor,
Pendidikan, Bandung, 2001, hlm:4. STAI Al Hidayah Bogor, 11 Maret 2012.

259
prasangka), disiplin kerja keras (jangan lentur untuk menghadapi perubahan, dan
hanya menyalahkan pihak lain), juga untuk memilah- milah secara kritis.13
intropeksi, hemat cermat, mengutamakan Pendidikan karakter bergerak dari
pendidikan, berlakunya rule of law, knowing menuju doing atau acting. William
menimba secara kritis konstruktif sikap Kilpatrick menyebutkan salah satu
hidup bersama, dan identitas kita bersama penyebab ketidakmampuan seseorang
sebagai suata bangsa.12 berprilaku baik meskipun ia telah memiliki
Interaksi seseorang dengan orang lain pengetahuan tentang kebaikan itu (moral
menumbuhkan karakter bangsa. Oleh knowing) adalah karena ia tidak terlatih
karena itu, pengembangan karakter remaja untuk melakukan kebaikan (moral doing).
hanya dapat dilakukan melalui pengem- Mengacu pada pemikiran tersebut maka
bangan karakter individu seseorang. Akan kesuksesan pendidikan karakter sangat
tetapi, karena remaja hidup dalam bergantung pada ada tidaknya knowing,
ligkungan keluarga, sekolah dan loving, dan doing atau acting dalam
masyarakat tertentu, maka pengembangan penyelenggaraan pendidikan karakter. 14
karakter remaja hanya dapat dilakukan Moral Knowing sebagai aspek
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan pertama memiliki enam unsur, yaitu
lingkungan masyarakat berangkutan. kesadaran moral (moral awareness),
Artinya, pengembangan karakter remaja pengetahuan tentang nilai-nilai moral
hanya dapat dilakukan dalam suatu proses (knowing moral values), penentuan sudut
pendidikan yang tidak melepaskan peserta pandang (perspective taking), logika moral
didik dari lingkungan keluarga, sekolah, (moral reasoning), keberanian mengambil
dan budaya masyarakat. menentukan sikap (decision making), dan
Atas dasar pemikiran itu, pengenalan diri (self knowledge). Keenam
pengembangan pendidikan karakter bagi unsur adalah komponen-komponen yang
remaja sangat strategis bagi keberlang- harus diajarkan kepada peserta didik untuk
sungan dan keunggulan bangsa di masa mengisi ranah kognitif mereka.
mendatang. Pengembangan itu harus Moral Loving atau Moral Feeling
dilakukan melalui perencanaan yang baik, merupakan penguatan aspek emosi siswa
pendekatan yang sesuai, dan metode belajar untuk menjadi manusia berkarakter.
serta pembelajaran yang efektif. Sesuai Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-
dengan sifat suatu nilai, pendidikan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh
karakter remaja adalah usaha bersama siswa, yaitu kesadaran akan jati diri,
antara keluarga, sekolah dan masyarakat. percaya diri (self esteem), kepekaan
terhadap derita orang lain (emphaty), cinta
3. Pendidikan Karakter kebenaran (loving the good), pengendalian
Pendidikan karakter adalah dua kata diri (self control), dan kerendahan hati
(humility).
yang mempunyai makna berbeda.
Setelah dua aspek tadi terwujud,
Pendidikan adalah proses pendewasaan maka Moral Acting sebagai outcome akan
untuk mamanusiawikan manusia melalui dengan mudah muncul pada diri peserta
proses pembelajaran, sedangkan karakter didik. Ada pendapat lain yang menegaskan
adalah “Identitas diri” (jatri diri) yang bahwa karakter adalah tabiat yang langsung
melekat pada sosok masyarakat bangsa dan
negara, yang mempunyai sifat terbuka dan 13
Bambang Soepeno, Makalah Pendidikan
Karakter Untuk Anak Usia Pendidikan Dasar
(Sd Dan Smp)
14
http://anawinta.wordpress.com, Diakses 12
September 2012, Pkl. 14.00
12
Bung Hata, dalam Yakob Oetama, 2006.

260
disetir dari otak, maka ketiga tahapan tadi 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan
perlu disuguhkan kepada peserta didik sosial-ekonomi yang penuh kepada
melalui cara-cara yang logis, rasional dan keadaan yang relatif lebih mandiri.
demokratis. Sehingga perilaku yang
Perkembangan selanjutnya WHO
muncul benar-benar sebuah karakter bukan menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai
topeng.
batasan usia remaja. WHO menyatakan
walaupun definisi di atas terutama
4. Remaja
didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas)
a. Pengertian dan Karakteristik wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk
Remaja remaja pria. WHO membagi kurun usia
Undang-undang perkawinan me- tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja
ngenal konsep “remaja” walaupun secara awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20
tidak terbuka. Usia minimal untuk suatu tahun. Dalam hal ini, Perserikatan Bangsa-
perkawinan menurut undang-undang Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-
tersebut adalah 16 tahun untuk wanita dan 24 tahun sebagai usia pemuda (youth). 16
19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU No. Di dalam menjelaskan pengertian dan
1/1974 tentang perkawinan). Jelas bahwa karakteristik remaja, kita akan mengenal
undang-undang tersebut menganggap orang istilah pubertas, puber dan adolecen.
di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak Puber, berasal dari bahasa Latin.
sehingga mereka sudah boleh menikah. Pubertas berarti kelaki-lakian dan
Walaupun begitu, selama seseorang belum menunjukan kedewasaan yang dilandasi
mencapai usia 21 tahun masih diperlukan oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai
izin orang tua untuk menikahkan orang oleh kematangan fisik. Puber berasal dari
tersebut. Setelah berusia di atas 21 tahun, kata “pubes” yang berarti rambut-rambut
seseorang boleh menikah tanpa izin orang kemaluan, yang menandakan kematangan
tua (Pasal 6 Ayat 2 UU No. 1/1974). Maka, fisik. Dengan demikian, masa pubertas
waktu antara 16 atau 19 tahun sampai 21 meliputi masa peralihan dari masa anak-
tahun inilah yang dapat disejajarkan dengan anak sampai tercapainya kematangan fisik,
pengertian-pengertian “remaja” dalam yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun.
ilmu- ilmu sosial yang lain. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-
WHO pada tahun 1974, memberikan perubahan jasmaniah berkaitan dengan
definisi tentang remaja yang lebih bersifat proses kematangan jenis kelamin. Terlihat
konseptual. Dalam definisi tersebut pula adanya perkembangan psikososial
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, berhubungan dengan berfungsinya
psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi seseorang dalam lingkungan sosial, yakni
tersebut sebagai berikut,15 Remaja adalah dengan melepaskan diri dari ketergantung-
suatu masa ketika: an pada orang tua, pembentukan rencana
1) Individu berkembanag dari saat pertama hidup, dan pembentukan sistem nilai-
kali menunjukan tanda-tanda seksual nilai.17
sekundernya sampai saat ia mencapai Adolecen, juga berasal dari bahasa
Latin, adolescentia. Istilah ini digunakan
kematangan seksual;
2) Individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari 16
Sanderowitz, J. & Paxman, J.M.,“Adolescent
kanak-kanak menjadi dewasa; Fertility: Worldwide concerns”. Population
Bulletin. Vol. 40, No. 2, April 1985.
17
Yulia Singgih D. Gunarsa, “Perkembangan
Remaja” dalam Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja, dalam H. Abuddin Nata,
15
D. Muangman, “Adollescent Fertility Study in Paradigma Pendidikan Islam, Grasindo, Jakarta,
Thailand”, ICARP Search, April, 1980, hlm.9. 2001, hlm.271.

261
untuk menjelaskan sesuatu dari remaja 8) Mencapai tingkah laku yang
yang berkaitan dengan tercapainya bertanggung jawab secara sosial;
kematangan fisik dan masa yang berbeda- 9) Memperoleh seperangkat nilai dan
beda. Dari kepustakaan Belanda,
sistem etika sebagai pedoman dalam
sebagaimana disebutkan Yulia Singgih,
dapat disimpulkan bahwa adolescentia bertingkah laku;
dimulai sesudah tercapainya kematangan 10) Mengembangkan wawasan keagama-
seksual secara biologis, sesudah pubertas. an dan meningkatkan religiusitas.19
Dengan demikian, adolescentia adalah b. Beberapa Tugas Perkembangan Bagi
masa perkembangan sesudah masa Remaja
pubertas, yakni antara usia 17 tahun sampai
dengan 22 tahun.18 Dalam menjalani proses perkem-
Dari kutipan tersebut diperoleh suatu bangan, remaja memerlukan proses
pengertian bahwa remaja adalah suatu penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada
tahapan dari proses pertumbuhan fisik dan tiga tahap perkembangan remaja:20
psikologis seseorang yang berlangsung 1) Remaja Awal (Early Adolescence)
antara usia 12 tahun sampai dengan 22 Seorang remaja pada tahap ini
tahun, ditandai dengan adanya perubahan- masih terheran-heran akan perubahan-
perubahan baik pada segi jasmaniah fisik, perubahan yang terjadi pada tubuhnya
maupun rohaniah psikologis. sendiri dan dorongan-dorongan yang
Masa remaja merupakan masa menyertai perubahan-perubahan itu.
peralihan antara masa kehidupan anak-anak Mereka pengembangkan pikiran-pikiran
dan masa kehidupan orang dewasa. Masa baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
remaja sering dikenal dengan masa mudah terangsang secara erotis. Dengan
pencarian jati diri (ego identity). Masa dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia
remaja ditandai dengan sejumlah telah berfantasi erotic. Kepekaan yang
karakteristik penting, yaitu: berlebih-lebihan ini ditambah dengan
1) Mencapai hubungan yang matang kurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
dengan teman sebaya; menyebabkan para remaja awal sulit
2) Dapat menerima dan belajar peran mengerti dan dimengerti orang dewasa.
sosial sebagai pria atau wanita dewasa 2) Remaja Madya (Middle Adolescence)
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat; Pada tahap ini remaja sangat
3) Menerima keadaan fisik dan mampu membutuhkan kawan-kawan. Ia senang
menggunakannya secara efektif; kalau banyak teman yang menyukainya.
4) Mencapai kemandirian emosional dari Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu
orang tua dan orang dewasa lainnya; mencintai diri sendiri, dengan menyukai
5) Memilih dan mempersiapkan karier di teman-teman yang mempunyai sifat yang
sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
masa depan sesuai dengan minat dan
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak
kemampuannya; tahu harus memilih yang mana: peka atau
6) Mengembangkan sikap positif tidak perduli, ramai-ramai atau sendiri,
terhadap pernikahan, hidup ber-
keluarga dan memiliki anak;
7) Mengembangkan keterampilan intelek- 19
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
tual dan konsep-konsep yang diperlu- Didik, Panduan bagi Orang Tua dan Guru
kan sebagai warga Negara; dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,
SMP, dan SMA, Bandung, REmaja Rosdakarya,
2009, hlm.37-38.
20
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,
18
Ibid, hlm. 272 Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.24-25.

262
optimis atau pesimis, idealis atau harapannya, maka orang tersebut akan
materialis, dan sebagainya. Remaja pria kecewa berkaitan dengan keadaan fisik
harus membebaskan diri dari Oedipoes tubuhnya. Akibat lebih jauhnya adalah
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri terjadi masalah psikologis berupa rendah
pada masa kanak-kanak) dengan diri dan mengisolasikan diri dari kehidupan
mempererat hubungan dengan kawan- sosialnya. Ini tentunya tidak diharapkan
kawan dari lain jenis. terjadi mengingat remaja adalah generasi
penerus yang akan melanjutkan keberlang-
3) Remaja Akhir (Late Adolescence)
sungan bangsa ini.
Tahap ini adalah masa konsolidasi
menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal di bawah ini:
a) Minat yang makin mantap terhadap
2) Memperoleh Kebebasan Emosional
fungsi- fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk Kebebasan emosional yang di-
bimbing oleh nilai-nilai agama menyebab
bersatu dengan orang-orang lain dan kan para remaja memiliki kemampuan
dengan pengalaman-pengalaman baru. membedakan antara yang baik dengan yang
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak buruk, yang patut dan yang tidak patut
akan berubah lagi. dilakukan, apa yang harus dihindari, tujuan
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan mana yang harus dikejar dan tindakan atau
perhatian pada diri sendiri) diganti keputusan mana yang sebaiknya diambil.
Para remaja akan bergaul dan menjalankan
dengan keseimbangan antara kepenting-
tugas perkembangan selanjutnya dengan
an diri sendiri dengan orang lain. selamat. Namun, jika perkembangan dan
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan kebebasan emosional tersebut tidak
diri pribadinya (private self) dan didasarkan pada nilai-nilai agama, maka
masyarakat umum (the public). dengan mudah dapat terjerumus ke dalam
kehidupan yang merugikan masa depannya.
Paling kurang terdapat enam tugas
perkembangan yang harus dihadapi oleh 3) Mampu Bergaul
para remaja. Keenam tugas perkembangan Perasaan malu, perasaan tidak
ini pada umumnya dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan orang lain, akan
dengan lancar bila tidak ada rintangan dari menghambat usahanya dalam melibatkan
lingkungan maupun dari dalam diri remaja diri dalam pergaulan dengan orang lain.
sendiri. Keenam tugas perkembangan Dalam usaha memperluas pergaulan,
tersebut dapat disebutkan satu persatu remaja sering menghadapi berbagai macam
sebagai berikut:21 keadaan, mengalami pengaruh lingkungan
baik yang mengarahkan, maupun yang
1) Menerima Keadaan Fisik
membingungkan atau menyesatkan. Pada
Para remaja harus diberikan masa remaja ini, “bekal” pegangan hidup
pemahaman ajaran agama tentang perlunya dari orang tuanya sering dianggapnya
bersyukur dan menerima dengan ikhlas sebagai sesuatu yang sudah using. Dalam
segala karunia yang diberikan oleh Allah keadaan ini sifat keterbukaan, komunikasi
swt kepadanya. Hal ini perlu dilakukan antara orang tua dengan remaja menjadi
mengingat setiap diri manusia diciptakan sangat penting. Demikian pula nilai-nilai
berbeda-beda. Manakala seseorang menilai agama sebagai pegangan hidup menjadi hal
keadaan fisiknya tidak sesuai dengan yang mutlak dimiliki.
4) Menemukan Model untuk Diteladani
21
H. Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam,
Grasindo, Jakarta, 2001, hlm.274-280.

263
Menurut E.H. Erikson, pada masa Untuk mencegah timbulnya prilaku
remaja harus menemukan identitas diri. Ia yang sangat menghambat perkembangan
sedang mencari gaya dan pola hidupnya remaja, maka remaja perlu refleksi diri
sendiri yang dapat dikenal dan berlangsung untuk mengetahui kemampuannya, sejauh
mapan.22 Pada waktu menjalani dan mana jangkauan kesanggupannya bisa
mengalami perubahan dan pertumbuhan mencapai kemungkinan dan kesempatan
badan dan kematangan seksual yang baru yang diperoleh dirinya secara nyata, dan
baginya, remaja mempertanyakan menerima yang didapatkannya sebagai
pandangan orang tentang dirinya maupun hasil refleksi. Dalam kaitan ini ajaran
pandangan dirinya. Peranan dan kemam- agama tentang bersyukur dan ikhlas
puannya memerlukan orientasi baru tertuju menerima anugerah dari Allah dapat
pada tuntutan dan persiapan bagi ditegakan. Demikian pula sikap bertawakal,
penempatan suatu posisi dalam masyarakat. yaitu sikap yang senantiasa berserah diri
Dalam keadaan demikian remaja kepada Allah , serta menerima segala
memerlukan tokoh identifikasi yang patut karunia Nya dengan penuh kerelaan perlu
dijadikan model bagi remaja. Dalam dilakukan. Dengan cara demikian, para
keadaan tengah mencari model tersebut, remaja akan terhindar dari sikap putus asa,
para remaja sebenarnya dapat mengambil stress, dan sebagainya.
contoh-contoh teladan sebagaimana yang
terdapat pada kisah-kisah orang sukses, 6) Memperkuat Penguasaan Diri Atas
tokoh-tokoh pemimpin dunia yang berhasil
Dasar Skala Nilai Dan Norma
melaksanakan fungsinya sebagai
pemimpin, atau kisah para nabi yang Skala nilai selain dapat diperoleh
terdapat pada Al-Qur‟an. Hal ini dari ajaran agama yang dianutnya, juga
sebagaimana Allah swt telah berfirman melalui proses identifikasi dengan orang
dalam Al-Qur‟an Surat al-Ahzab ayat 21 yang dikaguminya, tokoh masyarakat yang
yang berbunyi: dianggapnya berhasil dalam kehidupan, dan
   norma-norma serta pranata yang berlaku di
   masyarakat.
  Berdasarkan semua nilai dan norma
  yang telah diperolehnya akan terbentuk
  sebuah falsafah hidup sebagai pegangan
 dalam pengendalian gejolak dorongan
  dalam diri para remaja.
 
Dalam kaitan ini orang tua turut
Artinya: “Sesungguhnya telah ada
berperan dalam pembentukan nilai dan
pada (diri) Rasulullah itu suri
karakter, terutama dengan uraian dan
teladan yang baik bagimu (yaitu)
keterangan mengenai keyakinan dalam
bagi orang yang mengharap
agama yang dianutnya. Orang tua dapat
(rahmat) Allah dan (kedatangan)
membantu remaja dengan mengemukakan
hari kiamat dan Dia banyak
peranan agama dalam kehidupan masa
menyebut Allah.”
dewasa, sehingga penyadaran ini dapat
5) Mengetahui dan Menerima memberi arti yang baru pada keyakinan
Kemampuan Sendiri agama yang telah diperolehnya.

22
C. Pembinaan Remaja Untuk
Yulia Singgih D. Gunarsa, “Perkembangan
Remaja” dalam Psikologi Perkembangan Anak Kehidupan Bangsa di Masa Datang
dan Remaja, dalam H. Abuddin Nata,
Paradigma Pendidikan Islam, Grasindo, Jakarta,
2001, hlm.276.

264
Ada empat alasan mengapa remaja keseharian selalu berinteraksi dengan orang
sering diposisikan sebagai harapan tua dan guru.
bangsa:23
Pertama, dilihat dari segi masa D. Pendidikan Karakter Bagi Remaja
hidupnya yang relatif lebih panjang dalam Perspektif Islam dan
dibandingkan dengan orang tua, maka Rekonstruksi Peran Orang Tua dan
remaja mau tidak mau akan mengisi sejarah
Guru
kehidupan suatu bangsa. Dalam kaitan
nasib suatu bangsa, seterusnya banyak Konferensi Dunia Islam tentang
pendidikan Islam memberikan rekomendasi
ditentukan oleh kualitas remajanya. Jika
remajanya tidak berkualitas baik dari segi bahwa yang dimaksud dengan tujuan
ilmu pengetahuan, keterampilan, pendidikan Islam adalah untuk
menumbuhkan kepribadian manusia secara
pengalaman dan mental serta akhlak yang
mulia, maka kehidupan bangsa yang totalitas mencakup kehidupan pribadinya
seperti semangat, kecerdasan, perasaan dan
diembannya akan terancam kehancuran.
Kedua, dilihat dari segi dorongan sebagainya; kehidupan dalam masyarakat
untuk maju yang disemangati oleh nya, yaitu untuk melakukan kebaikan dan
kesempurnaan; serta kehidupan sebagai
agresivitas dan kepeloporannya, para
remaja memang pantas untuk mengambil hamba, yaitu dalam rangka pengabdian
peran di masa depan. kepada Allah .
Ketiga, dilihat dari keberadaannya Omar Muhammad al-Tauny dalam
yang relatif masih bebas atau belum terikat bukunya Falsafah at-Tarbiyah al-
dengan birokrasi atau tangungjawab Islamiyyah mengemukakan beberapa tujuan
keluarga dan lainnya, menyebabkan para asasi yang harus dicapai oleh pendidikan
remaja lebih leluasa untuk melakukan Islam, yang menggambarkan manusia
peranan di masyarakat. Hal yang demikian seutuhnya yang berlandaskan pada iman,
pada gilirannya mendorong para remaja ilmu, dan amal sebagai berikut:
bersifat dinamis, idealis, penuh vitalitas, 1. Untuk membantu pembentukan
dan semangat yang menggelora. Hal yang akhlak yang mulia. Dengan demikian,
demikian jelas diperlukan untuk memacu maka akhlakul karimah merupakan
kehidupan yang lebih baik bagi masa jiwa dari setiap pendidikan Islam.
depan. 2. Untuk mempersiapkan anak didik
Keempat, remaja dapat melakukan
menghadapi kehidupan di dunia dan
peranannya dengan baik dan memenuhi
harapan sebagai pelanjut kehidupan bangsa akhirat secara sekaligus.
di masa depan, manakala dibina dan dididik 3. Untuk mempersiapkan anak didik
sebagaimana mestinya secara tepat dan memelihara ruh ilmiah (scientific
tidak salah arah. Dalam kaitan inilah maka spirit) dan keinginan untuk terus
peran pembinaan para remaja menjadi mencari dan menemukan sesuatu
demikian mutlak. (curiosty).
Melihat posisi yang sangat strategis
4. Mempersiapkan anak didik agar
bagi kelangsungan suatu bangsa, maka
untuk melaksanakan upaya penyiapan menguasai suatu keahlian tertentu,
remaja tersebut diperlukan peranan disesuaikan dengan bakat dan
berbagai pihak yang terkait. Dalam hal ini kemampuannya.
terutama peran orang tua dan guru, karena 5. Mempersiapkan anak didik untuk
remaja sebagaian besar dari waktunya memiliki tanggung jawab dalam
hidupnya sebagai hamba Allah dan
23
H . Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, sebagai makhluk sosial.
Grasindo, Jakarta, 2001, hlm.281.

265
6. Mengajak anak didik dalam bersama-sama oleh seluruh anggota
memahami hikmah (rahasia) keluarga;
penciptaan alam semesta dan upaya 5) Menjadi orang tua pembelajar yang
memanfaatkannya dengan sebaik- selalu menciptakan suasana dan
baiknya dan seoptimal mungkin. lingkungan pembelajaran bagi seluruh
a. Peran Orang Tua anggota keluarga;
Untuk dapat melaksanakan upaya 6) Memperkuat hubungan antara anggota
penyiapan remaja bagi harapan di masa keluarga dengan menciptakan proses
depan tidak dapat dilepaskan dari peran komunikasi yang lancar, hangat, dan
orang tua. Bahwa masalah terbesar pada komunikatif antar anggota keluarga;
remaja ialah kurangnya pengertian orang
tua terhadap masalah yang sedang 7) Orang tua selalu memanjatkan do‟a
dihadapai oleh para remaja. Orang tua kepada Allah swt untuk kebaikan,
seringkali membayangkan bahwa anaknya kebahagiaan, dan kesuksesan anggota
yang patuh dan penurut itu tiba-tiba keluarga baik di dunia maupun di
menjadi keras kepala dan tidak mau akhirat;
mengindahkan perintah orang tua lagi. Dalam kaitannya dengan remaja
Orang tua sering memaksa anak mereka menjalani pendidikan di sekolah, tugas
yang sudah remaja untuk menanggung sebagai orang tua adalah memberikan
segala tekanan dan perintah-perintah, penjelasan tentang urgensi sekolah dan
walaupun remaja tersebut telah lebih tinggi pengajaran. Penjelasannya bisa berupa
badannya dari pada mereka. Banyak pula hal-hal sebagai berikut:24
orang tua yang tidak mengerti a) Optimalkan waktu luang dengan
perkembangan yang telah dilalui oleh
aktivitas yang menjadi hobi dan
anaknya pada masa remaja tersebut.
Pola penerapan pendidikan karakter profesi mereka;
islami bagi remaja di rumah yang bisa b) Jelaskan bahwa dengan pembe-
dilakukan oleh orang tua adalah sebagai lajaran, ia dapat menyelesaikan
berikut: setiap masalah secara elegan,
1) Menanamkan akidah yang lurus sesuai disamping belajar merupakan
dengan yang sudah dicontohkan media terbaik dalam menyerap
Rasulullah Muhammad saw. serta informasi;
yang dipahami oleh para salafus c) Jelaskan bahwa sekolah dapat
shalih; memberikan kesempatan bagi
2) Membiasakan remaja menunaikan tumbuh kembangnya pribadi dan
ibadah fardu, wajib, dan nafilah, mentalitas seseorang, melalui
membaca Al-Qur‟an, dan terbiasa hubungan intens dengan guru-guru
mengikuti Sunnah mulia Muhammad dan teman-temannya;
saw. Agar akhlak terpuji dapat diresapi d) Jelaskan betapa sekolah dapat
dari perjalanan sirah beliau; mempersiapkan pribadi-pribadi
3) Orang tua menjadi teladan yang baik yang siap menerjuni kehidupan
dalam kehidupan keseharian dalam yang lebih luas dan lebih
berbagai hal dan kesempatan;
4) Orang tua memperjelas visi dan misi
keluarga yang harus dipahami, 24
Akram Ridha, Manajemen Gejolak, Seni
disepakati, dan berusaha dicapai secara Mendidik Remaja Bagi Orang Tua, Bandung,
Syaamil Cipta Media, 2006, hlm.142-144.

266
kompleks, baik dari segi politik Selain yang sudah disebutkan di
maupun sosial; atas, berbagai karakteristik perkembangan
e) Jadikan waktu liburan sebagai masa remaja menuntut adanya pelayanan
pendidikan yang mampu memenuhi
waktu hiburan. Berikan kebebasan
kebutuhannya. Hal ini yang dapat
lebih, tapi dengan pembatasan cara dilakukan guru diantaranya:25
dan jenis pemanfaatannya; 1) Memberikan pengetahuan dan pema-
f) Berikan bimbingan dan konseling haman tentang kesehatan reproduksi,
seputar hobi mereka; bahaya penyimpangan seksual dan
g) Buatlah setiap materi pelajaran penyalahgunaan narkotika;
memiliki hubungan kuat dengan 2) Membantu siswa mengembangkan
bidang-bidang kehidupan yang sikap apresiatif terhadap postur tubuh
dijalaninya. atau kondisi dirinya;
b. Peran Guru 3) Menyediakan fasilitas yang memu-
Untuk mewujudkan tujuan ngkinkan siswa mengembangkan
pendidikan karakter bagi remaja dalam keterampilan yang sesuai dengan minat
realitas masyarakat Islam, guru memegang
dan bakatnya, seperti sarana olah raga,
peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, seorang guru harus memiliki sifat-sifat kesenian dan sebagainya;
yang dapat mengembangkan karakter 4) Memberikan pelatihan untuk mengem-
remaja yang menjadi peserta didiknya, bangkan keterampilan dan memecahkan
yaitu: masalah serta mengambil keputusan;
1) Memiliki sifat kasih sayang dan lemah 5) Melatih siswa untuk mengembangkan
lembut. Pergaulan murid dengan resiliensi, kemampuan bertahan pada
dirinya akan melahirkan sikap percaya situasi sulit dan penuh godaan;
diri dan rasa tenteram. Guru yang baik 6) Menerapkan model pembelajaran yang
adalah guru yang berperan sebagai ayah memungkinkan siswa untuk berpikir
bagi muridnya. kritis, reflektif, dan positif.
2) Seorang guru harus mempertautkan 7) Membantu siswa mengembangkan etos
tujuan hidupnya dengan tujuan hidup kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta;
muridnya, yaitu untuk menjadi manusia 8) Memupuk semangat keberagamaan
yang berguna di dalam kehidupannya siswa melaui pembelajaran agama;
mengabdi kepada Allah SWT dan 9) Menjalin hubungan yang harmonis
kepada kemanusiaan. dengan siswa, dan bersedia mendengar-
3) Seorang guru harus menjadi kan segala keluran dan problem yang
pembimbing yang terpercaya dan jujur dihadapinya.
terhadap muridnya. Bertolak dari peran guru tersebut di
4) Hendaknya seorang guru menyesuaikan atas, sekurang-kurangnya ada 17 nilai
kemampuan pemahaman murid, jangan karakter yang diharapkan dapat dibangun
sampai memberi materi pelajaran yang melalui pendidikan. Adapun nilai-nilai
belum bisa terjangkau oleh pemikiran
mereka. 25
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta
5) Hendaknya seorang guru mampu Didik, Panduan bagi Orang Tua dan Guru
memahami jiwa anak didik, mengetahui dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,
sifat anak didik yang dihadapinya. SMP, dan SMA, Bandung, REmaja Rosdakarya,
2009, hlm.38.

267
karakter dimaksud adalah iman, taqwa, pendidikan karakter bagi remaja memang
berakhlak mulia, berilmu pengetahuan memerlukan berbagai inovasi. Kemitraan
/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, antara keluarga dengan sekolah diharapkan
adil, bertanggung jawab, cinta tanah air,
berjalan secara alami dan berkesinam-
orientasi pada keunggulan, gotong royong,
sehat, mandiri, kreatif, menghargai, dan bungan sehingga dapat menyatukan
cakap. langkah dalam mendidik para remaja.
Tidak ada satu kegiatan pun di Penciptaan suasana yang kondusif bagi
dalam proses belajar mengajar, kecuali pendidikan karakter pada remaja baik di
unsur agama senantiasa menjadi landasan sekolah maupun di rumah merupakan salah
dan bingkainya. Allah berfirman dalam satu bentuk kemitraan yang perlu terus
Surat Luqman ayat 13 sampai 19 yang dikembangkan.
isinya mengisyaratkan materi pembelajaran
Suasana kehidupan dalam
yang terintegrasi satu dengan lainnya,
adalah sebagai berikut: lingkungan keluarga seharusnya dikem-
1) Jiwa tauhid, menumbuhkan sikap bangkan selaras dengan suasana sekolah.
bahwa Tuhan ada, Maha Kuasa, Maha Komunikasi antar anggota keluarga
Adil dan segala sifat lainnya yang baik, hendaknya bersifat terbuka dan dilandasi
yang tergambar dalam asmaul-husna. dengan rasa kasih sayang yang tulus. Selain
Ilustrasi pelajaran IPA misalnya, bisa itu nilai-nilai positif yang hendak
dikaitkan dengan jiwa tauhid ini. dikembangkan di sekolah, dan juga
2) Jauh dari kemusyrikan, mensyarikatkan diprogramkan untuk dikembangkan di
atau menduakan Tuhan dengan yang lingkungan keluarga, hendaknya
lainnya. Ilustrasi dalam pelajaran IPA, merupakan hasil diskusi pihak sekolah
IPS, maupun yang lainnya, bisa dengan orang tua murid.
dikaitkan dengan masalah ini. Dengan demikian inovasi pola
3) Bersikap dan bertingkah laku yang baik kemitraan peran orang tua di lingkungan
kepada kedua orang tua, guru, dan keluarga dengan peran guru di lingkungan
orang yang memberikan sesuatu sekolah dalam pendidikan karakter bagi
kemanfaatan kepadanya. remaja diharapkan dapat mengatasi
4) Mencerdaskan akal pikiran dan berbagai masalah yang kita hadapi saat ini
memiliki argumentasi yang kuat dan dan untuk mengatasi masalah yang
terarah. Pelajaran matematika salah satu mungkin muncul dimasa yang akan datang.
contoh berkaitan dengan hal ini. Karena masalah besar hanya mungkin
5) Memiliki sikap pergaulan yang baik dapat diatasi secara bersama-sama dan
dan berusaha bergaul dengan orang- dengan koordinasi yang bagus.
orang yang baik pula.
6) Menumbuhkan jiwa sabar, tabah, penuh E. Daftar Pustaka
semangat, dan tidak mengenal Buku:
menyerah dalam mencapai cita-cita. al-Ajlan, „Abdul Lathif, Rambu-Rambu
7) Mempunyai akhlak yang baik bagi diri Pemukulan dalam Pendidikan Anak,
dan lingkungannya. Lisaanul „Arob II/304, Bogor,
Dalam mengintegrasikan peran Pustaka Ulil Albab, 2006.
orang tua di lingkungan keluarga dengan Bung Hata, dalam Yakob Oetama, 2006.
peran guru di lingkungan sekolah dalam

268
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Islam, Grasindo, Jakarta, 2001.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Ridha, Akram, Manajemen Gejolak, Seni
Didik, Panduan bagi Orang Tua dan Mendidik Remaja Bagi Orang Tua,
Guru dalam Memahami Psikologi Bandung, Syaamil Cipta Media,
Anak Usia SD, SMP, dan SMA, 2006.
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009. Soepeno, Bambang, Makalah Pendidikan
D. Muangman, “Adollescent Fertility Study Karakter Untuk Anak Usia
in Thailand”, ICARP Search, April, Pendidikan Dasar (SD dan SMP)
1980. Sarwono, Wirawan S., Psikologi Remaja,
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007.
Pendidikan, Bandung, 2001.
Gunarsa D. Singgih, Yulia., “Perkembang- Jurnal:
an Remaja” dalam Psikologi Sanderowitz, J. & Paxman, J.M.,
Perkembangan Anak dan Remaja, “Adolescent Fertility: Worldwide
dalam H. Abuddin Nata, Paradigma concerns”. Population Bulletin. Vol.
Pendidikan Islam, Grasindo, Jakarta, 40, No. 2, April 1985.
2001.
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Internet:
Penelitian Dan Pengembangan, Pusat http://anawinta.wordpress.com, Diakses 12
Kurikulum, Pengembangan Pendidik- September 2012, Pkl. 14.00
an Budaya Dan Karakter Bangsa,
Pedoman Sekolah, Jakarta, 2010. Dokumen Dan Makalah:
Mc. Leod, 1989, dalam Muhibbin Syah, Mujahidin, Endin, Seminar Pendidikan
Psikologi Pendidikan. Karakter Dalam Perspektif
Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam, Bogor, STAI Al
Pendidikan Islam, Jakarta, Prenada Hidayah Bogor, 11 Maret 2012.
Media Group, 2006. Undang-Undang RI NO. 20 Tahun 2003,
Sistem Pendidikan Nasional.

269

Anda mungkin juga menyukai