Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fenomena adanya aksi dan tindak kekerasan akhir-akhir ini sering kali terjadi dan
disaksikan oleh masyarakat. Bahkan hal itu selalu menghiasi informasi media massa. Sebagai
contoh adalah terjadinya tawuran antar pelajar, penipuan, pemerkosaan, pembunuhan,
perampokan, dan tindak anarki lainnya. Perilaku seperti tersebut di atas dapat menyebabkan
seseorang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan pada dasarnya
bukan sebagai muara akhir dari seluruh tindak kejahatan yang ditangani oleh Sistem Peradilan
Pidana Indonesia. Namun Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah lembaga yang
diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberi wadah dan membina narapidana agar mereka
mempunyai cukup bekal guna menyongsong kehidupan setelah selesai menjalani masa pidana.
Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu pengejawantahan keadilan yang
bertujuan untuk mencapai pemulihan satuan hubungan antara Warga Binaan Pemasyarakatan.
Pembinaan terhadap narapidana dimaksudkan untuk memberi bekal kepada narapidana
sehingga kelak tidak mengulangi pelanggaran hukum serta dapat berguna bagi masyarakat.
Kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan mencakup proses pembinaan kepribadian dan
pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi: Pembinaan kesadaran beragama,
pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual
(kecerdasan), pembinaan estetika dan pembinaan mengintegrasikan dengan masyarakat. Adapun
Pembinaan Kemandirian meliputi: Pembinaan untuk mendukung usaha-usaha sendiri, misalnya
kerajinan tangan, industri rumah tangga; keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri
kecil, Keterampilan yang dikembangkan sesuai bakatnya masing-masing, misalnya
keterampilan seni (musik, tari, rupa dan teater).
Dalam hal ini, pembinaan yang bersifat pembelajaran seni tari bisa masuk kedalam
kedua kategori pembinaan tersebut diatas, yaitu kategori pembinaan kepribadian sekaligus
pembinaan kemandirian. Pembelajaran Seni Tari dalam proses pembinaan Kepribadian bisa
sangat berkaitan dengan pembinaan intelektual (kecerdasan) dan pembinaan estetika.
Sedangkan Pembelajaran Seni Tari dalam proses pembinaan Kemandirian berkaitan erat
dengan pembinaan keterampilan. Pembinaan narapidana ialah memperlakukan seseorang yang
berstatus sebagai narapidana agar bangkit menjadi seseorang yang baik. Sasaran yang perlu
dibimbing adalah budi pekerti dan pribadi yang didorong untuk membangkitkan rasa harga diri
sendiri dan orang lain, serta mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kehidupan yang bahagia didalam masyarakat dan selanjutnya berpotensi untuk menjadi
manusia yang berpribadi luhur dan bermoral tinggi.
Dalam usaha membantu pembinaan narapidana perempuan di Lembaga
Pemasyaraakatan Kelas II B Tasikmalaya diberikan pembinaan pembelajaran Seni Tari oleh
peniliti untuk mewadahi dan melengkapi kegiatan-kegiatan pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya tersebut. Dalam kehidupan dan melaksanakan fungsi-
sungsi kehidupan manusia tidak lepas dari pembelajaran karena proses pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani,
spiritual, material maupun kematangan berfikir, untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Proses pembelajaran Seni tari bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Tasikmalaya diharapkan terciptanya suatu kegiatan yang memungkinkan para
narapidana perempuan tersebut untuk mengalami proses belajar dari materi seni tari yang
diberikan, belajar dari informasi pengetahuan yang dibawa dalam seni tari, dan merasakan
manfaat yang dirasakan bagi perubahan pola pikir, perasaan dan kesehatan fisik. Karena
narapidana perempuan terdiri dari usia yang berbeda dan perkembangan psikologis yang
berbeda pula, pada proses pembelajarannya pengajar/peneliti akan menggunakan pendekatan-
pendekatan atau perlakuan yang disesuaikan dengan kebutuhan narapidana sebagai peserta didik
sesuai dengan psikologis masing-masing narapidana.
Proses belajar tersebut harus diiringi proses berpikir yang mempengaruhi pemahaman
dan perilaku berkat pengalaman yang baru dan latihan yang dilalui. Dalam kegiatan
pembelajaran seni tari bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B ini
peneliti membimbing untuk terciptanya situasi belajar yang baik dan dianggap efektif untuk
penerapannya, proses pembinaan tersebut juga diharapkan mengobati rasa jenuh dan
meningkatkan daya kreatifitas para narapidana ditengah keterbatasan kesempatan di lingkungan
LP selama masa pidana. Pada kesempatan kali ini para narapidana perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya diberikan kesempatan dalam proses pembelajaran seni
tari yang diharapkan membawa dampak positif bagi pembinaan pribadi dan kemadirian mereka
serta tercipta interaksi yang baik antar warga binaan/narapidana dan lingkungannya.
Materi Tari yang diberikan bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Tasikmalaya ini akan mempelajari salah satu tarian kreasi dengan lagu Manuk Dadali
, yang akan diiringi musiknya. Tari kreasi atau tari yang memiliki ciri gerak yang tidak lagi
mengikuti pola-pola dan ramuan-ramuan yang menetap, tari kreasi berasal dari tari tradisional
yang sudah dikembangkan.
Tari Kreasi dianggap tepat untuk proses pembelajaran bagi narapidana karena lebih
memungkinkan untuk digarap oleh narapidana sebagai peserta didik yang latar belakangnya

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sangat beragam, baik dari jenjang pendidikan, pekerjaan, dan usianya. Pada proses
pembelajarannya peneliti memilih stimulus Lagu Manuk Dadali terkait seluruh narapidana
perempuan yang mengikuti pembelajaran berasal dari Jawa Barat, setidaknya mereka
diharapkan mengenal dan melestarikan kesenian daerah Jawa Barat, Lagu yang masih populer
di Jawa Barat ini memiliki makna yang begitu dalam tentang rasa kebangsaan. Jika melihat
terjemahan dari lagu ini, kita dapat menggambarkan begitu gagahnya burung garuda yang
merupakan simbol negara Indonesia. Burung garuda memegang teguh pancasila di tubuhnya,
Pancasila memiliki 5 Sila yang menggambarkan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam refrain
terdapat kata “Senang Bersatu, Rukun Semuanya”. Namun, jika dikaitkan dengan keadaan
Indonesia hari ini, apakah kalimat tersebut masih berlaku, saat masih ditemukannya perpecahan
antar suku, adat dan agama. Dalam paragrap terakhir terdapat kalimat “Hidup berhimpun tanpa
iri, saling menyayangi tak sungkan membela,”. Tapi, kini Manuk Dadali akan menangis saat
melihat sebagian rakyat Indonesia berebut kekuasaan, kejahatan, kesejahteraan yang tidak
merata dan masih banyak ketidakadilan ditemukan.
Dengan makna dari Lagu tersebut diharapkan para narapidana menemukan kembali
semangatnya dan memaknai pentingnya pancasila dan norma-norma yang harus ditaati agar
menjadi manusia yang baik.
Pada penelitian ini objek penelitian pembelajaran seni tari bukan siswa-siswa di sebuah
Sekolah atau Sanggar Tari tetapi para narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Tasikmalaya. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya. Lembaga Pemasyarakatan
(disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana
dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia.Sebelum dikenal istilah Lapas di Indonesia, tempat
tersebut disebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana
Teknis dibawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Saat mendengar kata tahanan atau narapidana, kebanyakan orang akan
mendeskripsikan di dalam benaknya seseorang yang menakutkan, berperilaku buruk, kejam,
bengis, tidak punya rasa kasihan, penuh dosa, akan selalu berbuat kejahatan lagi dan berbagai
atribut negatif lain. Anggapan itu menjadi sebuah realitas social yang sulit untuk dihilangkan
dalam waktu sekejap. Masyarakat menjadi juru pengadil yang lebih menakutkan daripada hakim
atau jaksa. Cap dari masyarakat itu yang menjadikan para mantan tahanan tidak nyaman lagi
untuk hidup di lingkungan asalnya. Kondisi ini menjadi sangat menakutkan dan membebani
mantan narapidana yang setiap hari berharap bisa menghirup udara bebas di lingkungan di luar
penjara / rutan. Mereka merasa lebih berharga berada dengan sesama teman di dalam
lingkungan rutan. Setiap langkah menuju rumah seakan membawa beban berat yang semakin
bertambah, setiap orang yang dikenal akan menjauhi, tatapan mata curiga menghampirinya,

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kalaupun ada yang menyapa hanya karena rasa kasihan, bahkan ada mantan narapidana yang
tidak mudah untuk diterima oleh anak-anaknya yang menganggap ayah / ibunya membuat malu.
Persoalan inilah yang menyebabkan mantan penghuni rutan menjadi bimbang, mereka bisa saja
kemudian “bersahabat” lagi dengan teman se”profesi” dan menyurutkan langkah untuk hidup
kembali di lingkungan yang normal. Namun demikian penerimaan dan dukungan dari
masyarakat tidak berguna bila narapidana tidak ada niat untuk berubah.
Kehidupan di penjara seharusnya bisa menjadi semacam penyadaran para penghuninya
tentang pentingnya sebuah kebebasan, pentingnya menghormati norma-norma hukum yang ada
di masyarakat, pentingnya berperilaku sehat dan mengendalikan emosi, begitu berharganya
keluarga dan orang-orang yang berperan dalam kesehariannya, begitu nikmatnya menatap
kehidupan di masa depan. Pikiran dan niat positif tersebut akan mengarahkan seseorang untuk
berperilaku positif dalam keseharian nantinya. Image negative, cap / stigma negatif dari
masyarakat akan menghilang dengan sendirinya seiring perubahan pikiran, sikap dan perilaku
menuju kebaikan. Oleh karena itu kesiapan untuk bisa kuat dan bertahan dalam kehidupan
sebenarnya bagi para mantan narapidana harus disiapkan sejak dini agar penjara tidak lagi
dipenuhi oleh orang-orang yang sebenarnya tidak ingin berbuat jahat, tapi situasi dan
kesempatan yang menekan mereka untuk bertindak kejahatan.
Dengan pembelajaran seni tari bagi Narapidana Perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya diharapkan bisa membuka wawasan, mempengaruhi
perasaan, dan perbuatan sehingga membawa dampak positif bagi kehidupannya. Pembelajaran
tari membawa banyak pengetahuan dan sangat efektif bagi pelepasan tekanan-tekanan perasaan
atau kekakuan tubuh yang dialami sesorang, seseorang akan lebih memaknai hidupnya dengan
cara yang indah dan tenang juga optimis dengan perasaan yang tercurahkan dengan baik apalagi
mendapat apresiasi dari lingkungannya. Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti
mendidik seseorang untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang.
Nilai-nilai keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
Disamping itu Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa orang.
Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan antar Warga Binaan
Pemasyarakatan atau narapidana. Kegiatan tari, seperti latihan tari atau penggarapannya
dilakukan bersama, hal tersebut adalah sarana pergaulan yang baik apalagi bagi narapidana
perempuan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B yang merasa jenuh karena belum
ada kegiatan pembinaan yang khusus bagi mereka.

B. Identifikasi Masalah Penelitian


Pembelajaran Seni Tari belum pernah diadakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
B Tasikmalaya, berbeda dengan bentuk pembinaan lainnya, seperti seni ukir dan seni musik

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang sudah lebih dulu ada di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan tersebut, disamping itu
banyak beberapa narapidana yang belum ikut serta aktif dalam kegiatan-kegiatan kesenian
seperti itu karena keterbatasan kesempatan dan ketidakcocokan individu dengan bentuk
keseniannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di utarakan diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Belum adanya wadah yang memfasilitasi pembelajaran Seni Tari bagi narapidana
perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya.
2. Adanya beberapa narapidana yang belum ikut serta berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan sehingga menutup berbagai kesempatan untuk
menambah wawasan dan keterampilannya.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembelajaran seni tari bagi Narapidana Perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya?

2. Bagaimana Hasil pembelajaran Seni Tari bagi Narapidana Perempuan di Lembaga


Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya?

D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran seni tari bagi Narapidana Perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya.

2. Mengetahui Hasil pembelajaran Seni Tari bagi Narapidana Perempuan di Lembaga


Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambahkan referensi metode penyampaian pembelajaran seni tari dengan objek lain
dengan latar belakang yang sangat beragam dan persoalan-persoalan yang
mempengaruhi individu-individunya.
b. Menambah pengalaman mengajar yang tidak biasa, yang bisa menjadi bahan referensi
dalam menghadapi situasi-situasi yang beragam dalam menyampaikan materi
pembelajaran seni tari.

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Meningkatkan pengetahuan dan memperluas pengembangan seni tari dengan proses
mengajar di tempat yang jarang digunakan sebagai tempat pembelajaran tari.

1. Bagi Narapidana
a. Memperoleh kesempatan dan pengalaman yang baik untuk mengikuti pembelajaran
seni tari sebagai media pendidikan.
b. Menambah pengetahuan dan memperbaiki kekakuan tubuh atau kekakuan interaksi
antar warga binaan.

2. Bagi Instansi Lembaga Pemasyarakatan


a. Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pendidik tari sehingga terbantu dalam
proses pembinaan narapidana khususnya dalam proses pembelajaran keterampilan seni
tari.
b. Mendapatkan ilmu baru dan sajian baru yang mengesankan dari proses pembelajaran
seni tari di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan yang jarang sekali diadakan.
3. Bagi Lembaga Pendidikan
a. Memperkuat peranan pendidikan seni tari di berbagai tempat, situasi dan latar
belakang. Dimana pada kenyataannya ilmu hasil dari Lembaga Pendidikan sangat
diperlukan untuk mengembangkan potensi-potensi yang tidak hanya diaplikasikan di
sebuah instansi pendidikan seperti sekolah saja atau sanggar-sanggar saja, tetapi
objeknya bisa meluas seperti di komunitas anak-anak jalanan, narapidana, panti
jompo, dll. Dengan catatan harus disesuaikan dengan keadaan dan fungsi
pembelajaran seni tari itu sendiri.
b. Mencetak tenaga-tenaga pendidik seni tari yang lebih berkualitas, kritis dan
berpengalaman tinggi.

4. Bagi Masyarakat
a. Mengubah pandangan masyarakat tentang Lembaga Pemasyarakatan yang sering
dipandang hanya untuk “mengurung” orang-orang jahat untuk kemudian lebih paham
dan mendukung fungsi Lembaga Pemasyarakatan dalam membina orang-orang yang
pernah melanggar hukum itu agar menjadi individu-individu yang lebih baik salah
satunya dengan pendekatan pembelajaran seni.
b. Menumbuhkan kebanggaan terhadap eksistensi dan fungsi seni khususnya seni tari
dalam mempengaruhi seseorang untuk berperilaku lebih baik.

F. ASUMSI

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan pembelajaran seni tari bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Tasikmalaya akan membekali para narapidana dalam keahlian atau keterampilan
menari, serta pembelajaran seni tari dapat mengasah kepekaan rasa keindahan dalam diri
narapidana, menumbuhkan kedisiplinan, percaya diri, tanggung jawab dan optimis menghadapi
kehidupan.

Hanna Rosiana H, 2015


PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai