Anda di halaman 1dari 21

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau

tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang

sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat

sumber- sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di

dalam air dan di udara (Tarwaka, 2008).

Menurut OHSAS 18001:2007, tempat kerja adalah lokasi

manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali

organisasi (perusahaan).

Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang

sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat

sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;

termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat

sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di

darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Menurut

Undang-undang No.1 tahun 1970 pasal 2 ayat 2 ketentuan tersebut

berlaku dalam tempat kerja dimana tempat-tempat tersebut merupakan :

a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,

perkakas, peralatan, aatau instalasi yang berbahaya atau dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut

atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah

terbakar, menggigit atau beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu

tinggi.

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk

bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan

sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,

peternakan, perikanan, lapangan kesehatan.

e. Dilakukan usaha pertambangan, dan pengolahan emas, perak, logam

atau bijih logam lainnya, batuan-batuan, gas, minyak atau mineral

lainnya baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar

perairan.

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

udara.

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,

dok, stasiun atau gudang.

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di

dalam air.

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah

atau di perairan.

j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,

hanyut atau terpelanting.

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,

hanyut atau terpelanting.

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,

uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau

getaran.

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar,

televisi atau telepon.

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau

riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis.

q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

disalurkan listrik, gas, minyak atau air.

r. Diputar film, pertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi

lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

2. Hot Work

Pekerjaan panas merupakan aktivitas kerja yang menggunakan

panas maupun menghasilkan panas selama pekerjaan berlangsung,

diantaranya adalah cutting, welding, soldering, brazing dan penggunaan

bola lampu (Sutherland, 2000)

Pekerjaan panas (hot work) yaitu setiap pekerjaan dengan

menggunakan api terbuka atau sumber panas yang menghasilkan nyala

api atau menimbulkan percikan bunga api pada material di area kerja

(Sahab, 1997; Hughes Phil dan Ferrett Ed, 2009; PT. FMC, 2013; PT.

Chevron, 2012).

Hot Work adalah semua pekerjaan yang termasuk pembakaran,

pengelasan, pemotongan dan aktivitas lain yang menghasilkan

percikan api atau panas yang memungkinkan untuk memicu kebakaran

atau peledakan (ANSI, 2012)

3. Hazard (Bahaya)

Bahaya adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang

dapat mendatangkan kecelakaan, bahaya tersebut potensial jika faktor-

faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 2013).

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

kerusakan atau gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat yang

melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi, atau

peralatan (Suhatman, 2009).

Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau

berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cedera, penyakit,

kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi

operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).

Bahaya merupakan segala kondisi yang dapat merugikan baik

cidera atau kerugian lainnya, atau bahaya adalah sumber, situasi atau

tindakan yang berpotensi mencederai manusia atau sakit penyakit,

atau kombinasi dari semuanya (OHSAS:18001, 2007).

a. Kebakaran

Menurut National Fire Protection Assosiation (NFPA) secara

umum kebakaran didefinisikan sebagai : suatu peristiwa oksidasi yang

melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang mudah

terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau

panas.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah

sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai

contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air,

karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain.

Menurut Ramli (2010), kebakaran adalah api yang tidak


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang

tidak diinginkan dimana unsur-unsur yang membentuknya terdiri dari

bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang membentuk suatu reaksi

oksidasi dan menimbulkan kerugian materiil dan moril. Tanpa adanya

salah satu unsur pembentuknya maka kebakaran tidak akan terjadi.

Unsur-unsur kebakaran tersebut antara lain:

1) Panas

Panas adalah bentuk energi yang bisa digambarkan sebagai

suatu kondisi “zat dalam gerak” yang disebabkan oleh gerakan

molekul. Setiap zat mengandung beberapa panas, tanpa

memperhatikan berapa rendah suhu, karena molekul bergerak

secara terus menerus. Bila badan suatu zat terpanasi, maka

kecepatan molekul tersebut bertambah dan dengan demikian suhu

juga bertambah. Segala sesuatu yang membentuk molekul dari

suatu bahan dalam gerakan yang lebih cepat menghasilkan panas

dalam bahan tersebut. Lima kategori umum energi panas adalah

sebagai berikut : kimia, listrik, mekanik, nuklir, surya.

2) Bahan bakar

Bahan bakar adalah materi atau zat yang seluruhnya atau

sebagian mengalami perubahan kimia dan fisik apabila terbakar.

Dapat berbentuk padat, cair, atau gas.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Sifat-sifat benda yang terbakar sangat dipengaruhi oleh :

a) Titik nyala (Flash Point) merupakan temperature minimum

dari cairan dimana dapat memberikan uap yang cukup dan

bercampur dengan udara dan membentuk campuran yang dapat

terbakar dekat permukaan cairan.

b) dan akan menyala sekejap bila diberi sumber penyalaan karena

tidak cukup banyak uap yang dihasilkan. Batas daerah terbakar

(Flammability Limits) merupakan campuran uap bahan bakar

di udara hanya akan menyala dan terbakar dengan baik pada

derah konsentrasi tertentu.

c) Suhu penyalaan sendiri (Auto Ignition Temperature)

merupakan suhu zat dimana dapat menyala dengan sendirinya

tanpa adanya panas dari luar.

3) Oksigen

Udara adalah sumber utama oksigen. Unsur gas

pembakaran yang dapat menimbulkan nyala api dalam batas antara

13-21 %.

Pada umumnya penyebab kebakaran dan peledakan bersumber

pada 3 faktor yaitu :

a. Faktor Manusia

Menurut Ramli (2010) dan Anonim (2011), manusia

sebagai faktor penyebab kebakaran dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Pekerja
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Dalam setiap pekerjaan yang melibatkan pihak

manusia/pekerja berarti pekerjaan tersebut memiliki potensi

bahaya kerja, yang ditimbulkan dari kelalaian manusia atau

sering disebut dengan Human Error. Potensi manusia/

pekerja melakukan Human Error akan terjadi apabila

manusia dalam melakukan pekerjaan tidak pada kondisi fisik

dan psikis yang baik (Budiono, 2003: 306).

Menurut Furness Andrew dan Mucket Martin (2007),

Human Error terjadi pada pekerja karena disebabkan oleh

penyimpangan perhatian dan kelalaian/kesalahan dalam

bekerja. Penyimpangan perhatian terjadi karena

pekerjamembuat kesalahan dalam melakukan tugas, yang

dikarenakan tuntutan bersaing untuk mendapat perhatian,

tekanan dalam pekerjaan yang bersifat rutin, serta lupa untuk

mengikuti aturan keselamatan tertentu/lupa bahwa ada

aturan yang harus diikuti. Kelalaian/kesalahan dalam bekerja

terdiri dari; kesalahan dimana pekerja tahu aturan namun

salah dalam melakukan interpretasi informasi, dan kesalahan

dapat dibuat sebagai hasil dari kurangnya pengetahuan,

keterampilan atau pengalaman dari individu. Sedangkan

Menurut Ramli (2010), sebagian kebakaran disebabkan

oleh faktor manusia yang kurang peduli terhadap

keselamatan dan bahaya kebakaran, dengan rincian sebagai


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

berikut:

a) Kurang mengetahui tentang prinsip dasar pencegahan

kebakaran.

b) Menempatkan barang yang mudah terbakar tanpa

menghiraukan norma pencegahan dan penanggulangan

kebakaran.

c) Pemakaian/konsumsi listrik yang berlebihan atau

melebihi kemampuan daya listrik yang dimiliki.

d) Menggunakan/merusak instalasi listrik, penyambungan

dengan cara yang tidak benar, dan mengganti sekring

dengan kawat.

e) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

(merokok ditempat terlarang/membuang putung rokok

sembarangan).

f) Adanya unsur-unsur kesengajaan.

2) Pengelola

Peran pengelola dalam melaksanakan kebijakan K3

merupakan faktor penting yang harus dilakukan dalam

menekan angka kecelakaan kerja. Apabila pihak pengelola

tidak menetapkan aturan/prosedur kerja yang jelas dalam

setiap pekerjaan yang dilakukan, maka tidak ada

tanggungjawab yang dibebankan pada setiap pekerja

terhadap keselamatan dalam bekerja. Menurut Ramli


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

(2010), pekerja juga berpotensi melanggar aturan lain yang

ditetapkan pengelola sehingga menciptakan kondisi unsafe

action, dengan rincian sebagai berikut:

a) Tidak adanya komitmen yang dari pengelola terhadap

pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

b) Belum maksimal dalam pengawasan terhadap kegiatan

pekerja, baik dikarenakan kekurangan personil ataupun

kesadaran tentang K3.

c) Tidak adanya standar yang jelas dalam pelaksanaan K3.

d) Tidak ada atau kurangnya sistem penanggulangan

bahaya kebakaran berupa sistem proteksi kebakaran,

baik sistem proteksi aktif ataupun sistem proteksi pasif

tidak diawali dengan baik.

e) Tidak dilakukan pelatihan penanggulangan kebakaran

bagi pekerja ataupun mitra kerja.

b. Faktor Produksi

Kaitannya dalam aktivitas proses produksi yang berada di

perusahaan, beberapa faktor penyebab kebakaran yang disebabkan

oleh faktor produksi yaitu sebagai berikut :

1) Bahan Baku

Menurut Ramli (2010), penempatan bahan baku yang

mudah terbakar seperti minyak, gas, atau kertas yang

berdekatan dengan sumber api atau panas sangat berpotensi


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

menimbulkan kebakaran. Pengelolaan/penyimpanan harus

dilakukan pada bahan padat, cair dan gas untuk dijauhkan dari

proses kerja yang menimbulkan api dan area penyimpanan

umum. Pengaturan mengenai penyimpanan bahan mudah

terbakar akan sangat bergantung pada fasilitas penyimpanan

yang dimiliki, dan jumlah bahan berbahaya serta sifat bahan

tersebut (Andrew dan Martin, 2007).

2) Peralatan Kerja

Menurut Tarwaka (2010), komponen peralatan kerja

merupakan komponen kedua dalam sistem kerja. Seluruh

peralatan kerja harus didesain, dipelihara dan digunakan

dengan baik. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi

atau mesin yang digunakan dalam proses produksi juga dapat

menjadi faktor penyebab kebakaran. Bahaya kebakaran dapat

timbul dari panas yang dihasilkan melalui gesekan yang terjadi

pada mesin yang berputar. Gesekan yang berlebihan pada

mesin dikarenakan pelumasan yang tidak baik, bearing

(bantalan) yang tidak rata, dan peralatan rusak atau bengkok.

Oleh karena itu, perawatan dan pembersihan secara teratur

diperlukan untuk mencegah gesekan yang berlebihan pada

mesin (Rijanto, 2010).

3) Instalasi Listrik

Menurut Anizar (2009), instalasi dan peralatan listrik


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

menyumbang 23% terhadap kejadian kebakaran yang ada di

bidang industri. Listrik adalah elemen yang sangat penting

dari bangunan industri. Oleh karena itu faktor kenyamanan

dan keamanan harus diperhatikan dalam melakukan

pemasangan instalasi listrik di industri sehingga

penggunaanya tidak menimbulkan masalah (Anonim, 2011),

peristiwa kebakaran listrik juga dapat dieliminir

jikapemasangan instalasi listrik sesuai aturan dan

penggunaannya sesuai dengan kaidah yang berlaku (Subagyo,

2012).

4) Bahan Bakar

Menurut Ramli (2010), menjelaskan bahwa bahan

bakar merupakan segala material baik berupa padat, cair,

ataupun gas yang dapat terbakar. Menurut Ramli (2010),

secara umum bahan-bahan baik padat, cair, serta gas dapat

dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu sebagai bahan

dapat terbakar (combustible material) dan bahan mudah

terbakar (flammable material). Pembagian tersebut didasarkan

pada temperatur penyalaan masing-masing. Bahan flammable

ialah bahan dengan suhu penyalaan (flash point) di bawah

37,8ºC, sedangkan bahan combustible ialah bahan dengan

suhu penyalaan (flash point) di atas 37,8ºC.

Menurut National Fire Protection Asosiation (NPFA)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

dalam Ramli (2010), bahan mudah menyala dan meledak dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a) Cairan sangat mudah menyala yaitu cairan dengan titik

nyala 100ºF (< 37,8ºC) cairan kelas I.

b) Cairan mudah menyala yaitu cairan dengan titik nyala

100ºF - 140ºF (cairan kelas II).

c) Cairan dapat menyala yaitu cairan dengan titik nyala diatas

140ºF (cairan kelas III).

Bahan bakar dapat memicu keadaan unsafe condition

apabila terjadi proses reaksi kimia antara bahan bakar dengan

oksigen dan sumber panas (penyalaan).

c. Faktor Alam

Faktor alam sebagai penyebab kebakaran dan peledakan dapat

berupa bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,

dan tanah longsor.

Menurut Buku Panduan Pemadam Kebakaran (2013) dan

Anonim (2010), faktor alam yang dapat menjadi penyebab

kebakaran diantaranya petir dan letusan gunung api.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

b. Peledakan

Menurut Berthelot (1860), peledakan adalah ekspansi seketika

yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya

diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak.

Peledakan adalah suatu peristiwa sebagai akibat bebasnya energi

secara cepat dan tanpa dikendalikan. Setiap debu, uap atau gas yang

dapat terbakar dan bercampur dengan udara atau unsur-unsur

penunjang lain pada keadaan yang sesuai, akan meledak jika

dinyalakan.

Menurut Suma’mur (1996), tiga syarat terjadi ledakan adalah

sebagai berikut :

1) Bahan yang mudah terbakar

2) Udara atau unsur penunjang lain bagi terjadinya pembakaran

3) Sumber terjadinya nyala atau suhu di atasnya temperature

suatu zat terbakar.

Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak

apabila reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas dalam jumlah

dan tekanan besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan

kerusakan sekelilingnya.

4. Hot Work Permit System

a. Definisi

Pekerjaan yang melibatkan/menimbulkan api dan percikan bunga

api baik berasal dari gesekan atau obor las, perlu dilakukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

pelaksanaan kontrol terhadap aktivitas tersebut. Oleh karena itu

perusahaan/industri mengadakan suatu program kontrol yaitu, sistem

ijin kerja (khususnya ijin kerja panas). ijin kerja panas merupakan ijin

kerja untuk pekerja yang menghasilkan api atau menggunakan api,

dimana lokasi pekerjaan tersebut berdekatan dengan bahan yang

mudah terbakar. Ijin kerja panas dapat berupa sebuah prosedur kerja

ataupun instruksi kerja, tergantung pada kebijakan masing-masing

perusahaan. menurut Furness Andrew dan Mucket Martin (2007),

dalam sebuah formulir ijin kerja terdapat ketentuan-ketentuan sebagai

berikut:

1) Lokasi untuk melakukan pekerjaan.

2) Terdapat checklist daftar alat dan peralatan kerja yang akan

digunakan.

3) Terdapat checklist alat pelindung diri.

4) Masa berlakunya ijin harus tertera jelas.

5) Mencantumkan metode isolasi yang digunakan di area kerja.

6) Terdapat checklist keadaan penting dan tindakan pencegahan

bahan yang terdapat di area kerja.

7) Terdapat kolom untuk mencatat hasil tes gas (gas testing).

8) Terdapat kolom pengesahan dari penerima wewenang dan pemberi

wewenang.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Menurut United State of America Chemical Safety Board

(CSB) (2010) dan Rijanto (2011), ciri-ciri yang penting dari program

ijin kerja panas adalah:

1) Melakukan inspeksi pada area kerja, dan dilihat seberapa dekat

dengan bahan mudah terbakar.

2) Terdapat pengawas kebakaran, pengawas kebakaran tetap siaga

sampai 30 menit setelah peralatan yang menghasilkan percikan

atau nyala api dimatikan.

3) Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran

4) Dilakukan tes gas (gas testing).

5) Dilakukan koordinasi dengan semua pihak yang terlibat dengan

perlindungan kebakaran.

6) Dilakukan isolasi bahan mudah terbakar dari area kerja.

Menurut Furness andrew dan Mucket Martin (2007), dalam

formulir ijin kerja panas, minimal harus mencakup beberapa hal

sebagai berikut:

1) Sifat dan lokasi pekerjaan panas untuk dilakukan.

2) Alokasi waktu yang diusulkan untuk memulai pekerjaan dan

durasi kerja panas yang akan dilakukan.

3) Terdapat masa berlaku ijin kerja.

4) Pekerja dikontrol langsung melalui monitoring kerja

(penyelesaian dan cek pekerjaan).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Menurut National Fire Protection Assosiation (NFPA) 51B

tahun 2009 mengenai Standard for Fire Prevention During Welding,

Cutting, and Other Hot Work pekerjaan panas memiliki potensi

bahaya ledakan atau kebakaran yang akibatnya bisa fatal. Berikut ini

adalah beberapa poin yang bisa kita sosialisasikan pada rekan-rekan

pekerja yang akan melakukan pekerjaan panas:

1) Memakai APD yang lengkap seperti welding mask, sarung

tangan untuk pekerjaan panas, dan apron.

2) Memeriksa keamanan peralatan kerja misalnya dengan

memeriksa apakah selang las tidak rusak dan tabung tidak

mengalami kebocoran.

3) Memasang rambu pekerjaan panas di wilayah kerja agar setiap

orang yang berada dekat area pekerjaan panas dapat mengetahui

bahwa di tempat tersebut sedang dilakukan aktivitas kerja yang

menggunakan api terbuka.

4) Mengamankan wilayah kerja dengan tirai pelindung agar tidak

membahayakan orang yang berada atau melewati wilayah

pekerjaanpanas.

5) Menyingkirkan bahan yang mudah terbakar yang dapat memicu

terjadinya ledakan atau kebakaran saat dilakukannya pekerjaan

panas.

6) Mematikan api bila tidak digunakan sehingga dapat mencegah

risiko terjadinya insiden kebakaran atau ledakan.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

7) Mendinginkan tabung gas yang terlihat memancarkan panas.

Dalam National Fire Protection Assosiation (NFPA) 51B

tahun 2009 mengenai Standard for Fire Prevention During Welding,

Cutting, and Other Hot Work juga menjelaskan bahwa sebelum ijin

kerja panas dikeluarkan, kondisi berikut harus diverifikasi oleh

petugas yang ditunjuk (Departemen K3 perusahaan):

1) Peralatan kerja panas yang akan digunakan harus dalam kondisi

memuaskan dan dalam kondisi baik.

2) Bahan mudah terbakar, seperti kliping koran, serutan kayu, atau

serat tekstil, yang berada di lantai, harus disapu bersih radius (11

meter), dan kriteria berikut juga harus dipenuhi:

a) Lantai mudah terbakar harus dalam kondisi basah, ditutupi

dengan pasir basah.

b) Apabila lantai telah basah, peralatan las atauperalatan

memotong harus dilindungi dari kemungkinan

shock/konsleting.

3) Semua bahan mudah terbakar harus dipindahkan setidaknya (11

m) disegala arah dari tempat kerja, dan kriteria berikut juga

harus dipenuhi:

a) Jika relokasi tidak praktis, bahan mudah terbakar harus

dilindungi oleh bahan tahan api yang sesuai standar.

b) Untuk mencegah masuknya bunga api, tepi bahan tahan api

di lantai harus ketat.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

4) Bukan atau retakan di dinding, lantai, dengan jarak (11 m) harus

ditutupi atau disegel untuk mencegah percikan api ke daerah-

daerah yang berdekatan.

5) Saluran dan sistem conveyor yang mungkin membawa percikan

untuk pembakaran jauh harus terlindungi, dimatikan, atau

keduanya.

6) Jika pekerjaan panas dilakukan di dekat dinding, partisi, langit-

langit, atau atap konstruksi yang mudah terbakar, maka harus

dilengkapi dengan bahan pelindung tahan api.

7) Jika pekerjaan panas dilakukan pada salah satu sisi dinding,

partisi, langit-langit, atau atap, salah satu kriteria berikut ini

harus dipenuhi: tindakan pencegahan harus diambil untuk

mencegah pengapian disisi lain dengan memindahkan bahan

mudah terbakar.

8) Pekerjaan panas tidak boleh dicoba pada partisi, dinding, langit-

langit, atau atap yang memiliki penutup yang mudah terbakar.

9) Alat pemadam kebakaran yang beroperasi dalam keadaan siap

digunakan.

a) Berikut ini jika pekerjaan panas yang dilakukan berada di

dekat kepala sprinkler: sebuah kain basah harus diletakkan

di atas kepala sprinkler dan kemudian dilepas pada akhir

pengelasan atau pemotongan.

b) Operator dan personil terdekat harus terlindungi terhadap


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

bahaya seperti; panas, dan percikan api.

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Hot Work :
a. Pengelasan
b. Penggerindaan
c. Pemotongan menggunakan
gas (cutting)
d. Mematri (brazing

Potensi Bahaya :
a. Kebakaran
b. Peledakan

Tidak dikendalikan Dikendalikan

Kebakaran/ledakan Hot Work Permit


System

Aman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai