Anda di halaman 1dari 27

KLIPING KERAJAAN TARUMANEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Pelajaran: Sejarah Indonesia
Guru Pengajar: Hana Fauziah Hayati, S.Pd

Disusun oleh:

1. Benaya Joy Merin Manurung (06)


2. Calista Aqila Ramadhani (09)
3. Ghilar Reydhika Agusta (17)
4. Mevie Denita Anantasya (27)
5. Rasyad Rizky Ramadhan (36)

SMAN 5 TAMBUN SELATAN


TAHUN AJARAN 2022/2023

1|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas kliping Sejarah Indonesia
tentang “Kerajaan Tarumanegara” ini tepat pada waktunya.

Kliping ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia semester II dengan guru pengajar Bu Hana Fauziah Hayati.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Bu Hana selaku guru mata
pelajaran Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan kliping ini.

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih atas perhatian nya terhadap


kliping ini dan kami berharap semoga kliping ini bermanfaat bagi kami
khususnya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif
sangat kami harapkan guna meningkatkan kesempurnaan kliping ini.

Bekasi, Januari 2023

Kelompok 2 - X MIPA 1

2|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................... i

Kata Pengantar...................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................... 4

A. Latar Belakang................................................................. 4

B. Rumusan Masalah............................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................... 5

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara.................... 5

B. Pendiri Kerajaan Tarumanegara....................................... 6

C. Raja Yang Pernah Memerintah........................................ 7

D. Puncak Kejayaan.............................................................. 8

E. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik, dan Budaya............ 10

F. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara................................. 11

G. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara.............................. 13

BAB III PENUTUP............................................................. 25

BAB IV DAFTAR PUSTAKA........................................... 26

3|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah kedatangan agama dan kebudayaan Hindu Buddha, terjadi
perkembangan dan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
terutama dalam bidang politik. Sistem pemerintahan masyarakat Indonesia
mengalami perubahan dari sistem kesukuan menjadi kerajaan. Pada sistem
kerajaan, kepala pemerintahan tidak dipegang oleh kepala suku bergelar
ratu/raka, tetapi dipegang oleh seorang raja menggunakan gelar prabu, raja,
atau maharaja.

Dalam sistem ini, raja dianggap keturunan dewa yang harus disembah
oleh bawahan dan rakyatnya. Oleh karena itu raja memiliki hak untuk
menyelenggarakan pemerintahan secara mutlak dan turun-temurun. System
pemerintahan kerajaan digunakan di wilayah Kalimantan, Jawa dan Sumatra.
Selanjutnya, di daerah tersebut bermunculan kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimana awal mula sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara?
2. Siapa sajakah raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara?
3. Bagaimana kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya pada
Kerajaan Tarumanegara?
4. Bagaimana keruntuhan dan apa saja peninggalan Kerajaan
Tarumanegara?

4|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara berpusat di tepi sungai Citarum, Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan bukan oleh orang lokal yang berasal dari nusantara,
namun oleh seorang bangsawan asal Salankayana, India yang bernama
Maharesi Jayasingawarman. Akibat kekacauan dan penjajahan yang
dilakukan oleh Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada,
Jayasingawarman melarikan diri dan mendirikan kerajaan baru di
Nusantara. Berdasarkan Prasasti Kebon Kopi dan Prasasti Ciaruteun,
Kerajaan Tarumanegara berdiri sekitar abad ke-4 atau ke-5 M. Kerajaanya
di beri nama Tarumanegara karena banyak pohon tarum yang tumbuh di
daerah tersebut.

Gambar 1.1 : Tarumanegara (Sumber : Gramedia.com)

Gambar 1.2 : Peta Kerajaan Tarumanegara (Sumber : Gramedia.com)

5|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan yang bercorak Hindu ini dibentuk oleh Jayasingawarman pasca
ia diterima oleh Raja Dewawarman VIII dari Kerajaan Salakanagara.
Setelah dinikahkan dengan putri Raja Dewawarman VIII, Jayasingawarman
kemudian membuka wilayah kekuasaan baru hingga ke daerah yang kini
dikenal sebagai Bekasi dan diberi nama Kerajaan Taruma pada tahun 358
M. Sejak saat itu, Jayasingawarman berkuasa selama 24 tahun setelahnya
atau tepatnya hingga tahun 382 M.

Setelah mendirikan Kerajaan Tarumanegara, ibu kota Kerajaan


Tarumanegara, Jayasingapura, menggantikan pusat pemerintahan dari
kerajaan ayah mertuanya, Kerajaan Salakanagara. Sejak saat itu, Kerajaan
Tarumanegara berkuasa atas kerajaan-kerajaan setempat, sementara
Kerajaan Salakanagara hanya menjadi kerajaan daerah biasa saja. Setelah
Raja Jayasingawarman selesai memimpin ia memilih untuk menjadi petapa.

B. Pendiri Kerajaan Tarumanegara

Gambar 2.1: Jayasingawarman (sumber : kumparan.com)

Jayasingawarman adalah pendiri Kerajaan Tarumanegara pada periode


358 – 382 M. Ia merupakan seorang maharesi berkebangsaan India dari
Dinasti Salankayana yang terletak di India. Sebenarnya pada abad ke-4,
pulau-pulau di Nusantara banyak di datangi oleh orang India, maka pendiri
Kerajaan Tarumanegara berasal dari India bukan berasal dari daerah
Nusantara. Ia kemudian memutuskan ke Nusantara karena daerah
kekuasaannya diserang dan ditaklukkan oleh Maharaja Samudragupta dari
Kemaharajaan Gupta. Jayasingawarman kemudian menikah dengan putri

6|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


Raja Dewawarman VIII, Raja Salakanagara, yang ketika itu berkuasa di
sebagian wilayah Jawa Barat.

Pada masa kekuasaan Jayasingawarman, pusat pemerintahan kerajaan


beralih dari Rajatapura ke Tarumanegara. Rajatapura atau biasa disebut
Salakanagara (Kota Perak) merupakan ibu kota dari Kerajaan Salakanagara
yang terletak di kawasan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Kota tersebut menjadi pusat pemerintahan raja-raja Salakanagara, dari


Dewawarman I sampai Dewawarman VIII. Setelah pusat pemerintahan
berpindah ke Tarumanagara, status Kerajaan Salakanagara berubah menjadi
kerajaan daerah atau dapat disetarakan sebagai negara bagian, di samping
Kerajaan Tarumanegara muncul menjadi kerajaan utama di wilayah Jawa
Barat.

Setelah meninggal, Jayasingawarman dipusarkan di tepi sungai Gomati


dan pemerintahan jatuh ke tangan putranya yang bernama
Dharmayawarman.Namun ada juga yang mengatakan bahwa ketika mengkat,
abu jenazahnya dilarungkan ke sungai Gomati.

C. Raja Yang Pernah Memerintah


Sepanjang sejarah Kerajaan Tarumanegara, terdapat 12 raja yang pernah
memimpin sebelum akhirnya kerajaan itu runtuh. Raja-raja Kerajaan
Tarumanegara yang pernah menjabat tersebut sebagai berikut :
1. Jayasingawarman (358-382 M)  
2. Dharmayawarman (382-395 M)  
3. Purnawarman (395-434 M)  
4. Wisnuwarman (434-455 M)  
5. Indrawarman (455-515 M)  
6. Candrawarman (515-535 M)  
7. Suryawarman (535-561 M)  
8. Kertawarman (561-628 M)  

7|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


9. Sudhawarman (628-639 M)  
10. Hariwangsawarman (639-640 M)  
11. Nagajayawarman (640-666 M)  
12. Linggawarman (666-669 M)

D. Puncak Kejayaan

Sepanjang sejarah Kerajaan Tarumanegara, hanya ada satu raja yang


benar-benar membawa dampak besar bagi Kerajaan Tarumanegara. Dalam
masa kepemimpinan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara berhasil
membangun sebuah ibu kota negara yang dikenal dengan nama Sundapura di
kawasan pesisir pada tahun 397 M.. Nama ibu kota baru ini kelak menjadi
asal-usul penggunaan nama “Sunda” bagi masyarakat Jawa Barat hingga
saat ini.

Tidak sampai di situ, berdasarkan Prasasti Tugu, Purnawarman juga


disebut telah berhasil membawa Kerajaan Tarumanegara dalam proyek
berskala besar, yakni menggali Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau
12 km yang di masa itu berperan penting dalam perkembangan perdagangan
yang menghubungkan wilayah-wilayah utama yang membentang sepanjang
wilayah kekuasaan kerajaan. Selain itu, sungai tersebut berperan dalam
menyediakan pasokan air selama musim kemarau dan sebagai pengendali
banjir selama musim hujan.

Gambar 3.1 : Sungai Gomati (sumber : kumparan.com)

Keberhasilan kepemimpinan Purnawarman juga memberikan dampak


besar bagi Kerajaan Tarumanegara. Wilayah taklukan kerajaan pun berhasil

8|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


diperluas hingga hampir seluruh Jawa bagian barat, termasuk yang kini
merupakan wilayah beberapa kota seperti Cirebon, Bogor, dan Jakarta,
sekaligus hampir seluruh wilayah Provinsi Banten. Dengan demikian,
terdapat 48 daerah yang menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara Penguatan perekonomian dan militer menjadi salah satu
tonggak penting dalam proses kemajuan yang diciptakan oleh Raja
Purnawarman.

Masyarakat Kerajaan Tarumanegara umumnya hidup dengan bermata


pencaharian sebagai petani dan hidup di bawah pemerintahan yang sudah
teratur. Berdasarkan catatan penjelajah Tiongkok abad ke-5 M, Fa Hien,
selain bertani, masyarakat juga bermata pencaharian di sektor peternakan,
perburuan hewan, perdagangan cula badak, kulit penyu, hingga perak.

Gambar 4.1 : Fa Hien (sumber : kumparan.com)

Tidak hanya memperkuat politik dalam negeri, Purnawarman juga aktif


dalam kegiatan yang berhubungan dengan politik luar negeri. Berkat
keahliannya dalam berdiplomasi, Purnawarman berhasil membangun
hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan dari Tiongkok. Dengan
demikian, perdagangan internasional antara Kerajaan Tarumanegara dan
Tiongkok dapat berjalan dengan baik. Selain urusan perdagangan, bidang
pelayaran yang dapat menghubungkan masyarakat di kedua wilayah itu pun
berhasil dicapai sebagai akibat dari hubungan diplomatik ini.

Kesuksesan Kerajaan Tarumanegara di bawah kepemimpinan


Purnawarman tidak semata-mata disebabkan oleh kerja kerasnya seorang

9|Sejarah Kerajaan Tarumanegara


diri saja. Dalam mengembangkan politik dalam negeri maupun luar negeri,
Purnawarman dibantu oleh kedua adiknya, Cakrawarman yang menjabat
sebagai panglima dan Nagawarman yang menjabat sebagai panglima laut.
Selain dikenal atas kecemerlangan Purnawarman dalam berpolitik selama
menjadi raja, ia disebut sebagai raja yang memiliki standar moralitas yang
baik, yang mana berbudi pekerti luhur dan senantiasa memperjuangkan
kepentingan rakyatnya.

Gambar 5.1 : Dewa Brahmana (sumber : Viva.com)

Kerajaan Tarumanegara pun tak luput dari praktik ibadah yang


berdasarkan ajaran Hindu. Berdasarkan catatan Fa Hien, pada tahun 414 M
belum banyak penduduk yang menganut ajaran Budha, sementara penganut
Hindu berhasil mendominasi di kependudukan Kerajaan Tarumanegara. Di
bawah kekuasaan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara pernah melakukan
ritual persembahan hewan ternak sebanyak 1000 ekor sapi kepada Dewa
Brahmana sebagaimana yang terekam dalam Prasasti Tugu.

E. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Kerajaan


Tarumanegara

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Tarumanegara dikatakan maju


karena sudah tertata rapi dan telah ada pemanfaatan teknologi untuk
menunjang kehidupan. Berdasarkan berita China dari catatan Fa Hien,
diketahui bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Tarumanegara bergantung

10 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
pada sektor pertanian, peternakan, perburuan binatang, dan perdagangan
cula badak, kulit penyu, serta perak.

Guna memajukan pertanian dan perdagangan, Raja Purnawarman


menerapkan teknologi pengairan. Raja Purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk melakukan penggalian saluran air yang dinamakan Sungai
Gomati. Perintah tersebut tercantum pada Prasasti Tugu peninggalan
Kerajaan Tarumanegara. Pembangunan saluran air itu sangat besar artinya,
karena dapat mengairi daerah persawahan penduduk, mencegah banjir saat
hujan, mencegah kekeringan pada musim kemarau, dan sebagai sarana lalu
lintas barang dari pedalaman ke daerah luar yang berbatasan dengan pantai.

Gambar 6 : Komplek Candi Batujaya (sumber : Viva.com)

Selain itu, bukti Kerajaan Tarumanegara sudah maju dalam bidang


pertanian dapat dilihat dari temuan beberapa alat batu yang erat
hubungannya dengan usaha pertanian dan perladangan. Alhasil, kehidupan
sehari-hari dan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara dapat
berjalan teratur. Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara juga sudah rapi
dan makmur. Raja Purnawarman adalah peguasa besar yang berhasil
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Di Kerajaan
Tarumanegara terdapat golongan Brahmana, Ksatria, dan ada pula kelompok
petani, pedagang, pelaut, pemburu, peternak, dan nelayan. Raja
Purnawarman sangat memperhatikan kedudukan kaum Brahmana yang
dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara penghormatan kepada
para dewa.

11 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
F. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mulai kehilangan pengaruh yang kuat sejak
diperintah oleh kepemimpinan raja kedua belas, Linggawarman, yang
berkuasa sejak 666 M. Setelah tiga tahun berkuasa, Linggawarman
meninggal dunia sehingga kekuasaan yang dipegangnya pun harus
diserahkan kepada menantunya, Tarusbawa.

Gambar 6.1 : Raja Linggawarman (sumber : Kompas.com)

Kekuasaan Tarumanegara tidak dilanjutkan oleh Tarusbawa karena ia


lebih memilih untuk kembali ke wilayah asalnya, Kerajaan Sunda, yang
sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Bagi
Tarusbawa, Kerajaan Tarumanegara sudah tidak memiliki pengaruh besar
seperti masa lampau, sehingga dianggap sudah usang. Ia mulai berencana
untuk mendirikan kekuatan baru ke tumpuan Kerajaan Sunda, kerajaan
asalnya. Tarusbawa juga berusaha mengalihkan pusat kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara kepada Kerajaan Sunda. Hal ini mengundang perpecahan
lebih lanjut ketika Kerajaan Galuh yang juga berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Tarumanegara menarik diri dari kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara.

12 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Gambar 7.1 : Raja Tarusbawa(sumber : Kompas.com)

Akibat perebutan kekuasaan pasca kematian Linggawarman ini, sisa-sisa


reruntuhan wilayah Kerajaan Tarumanegara akhirnya terpecah menjadi dua
kerajaan. Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh meneruskan perjalanan
Kerajaan Tarumanegara dengan pemerintahan masing-masing yang mana
dipisahkan oleh Sungai Citarum yang membentang di antara keduanya.
Keruntuhan ini pun didukung pula oleh gempuran dari luar di mana pada
saat itu Kerajaan Majapahit mulai berusaha menyerang dan menaklukan
Kerajaan Tarumanegara.

G. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


Sepanjang kelangsungan pemerintahannya, Kerajaan Tarumanegara
meninggalkan beberapa bukti sejarah yang kemudian bisa dijadikan sumber
sejarah bagi para sejarawan hingga hari ini. Bukti peninggalan sejarah
Kerajaan Tarumanegara ini dapat ditemukan dalam wujud yang beraneka
ragam, seperti prasasti, arca, dan karya sastra. Berikut beberapa
peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang masih tersisa hingga saat ini.

a. Prasasti
Prasasti merupakan piagam ataupun dokumen yang dapat dijadikan
sumber sejarah. Biasanya, prasasti ditulis pada sebuah bahan yang keras
dan tahan lama seperti batu, logam, hingga lontar. Dalam membuktikan
keberadaan dan jalan sejarah Kerajaan Tarumanegara pun para sejarawan
memperoleh banyak informasi dari prasasti yang ditemukan.

Sepanjang penggalian arkeologis yang dilakukan sejauh ini, terdapat


tujuh buah prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti-prasasti tersebut ditemukan secara tersebar, terutama di daerah

13 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Bogor yang ditemukan lima buah, disusul di Jakarta yang menyisakan satu
buah, kemudian di Lebak, Banten yang ditemukan satu buah. Berikut tujuh
prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara tersebut.

1. Prasasti Ciaruteun atau Ciampea

Gambar 8.1 : Prasasti Ciauruteun (sumber : Wikipedia.com)

Prasasti ini ditemukan di Ciampea, Bogor. Dalam Prasasti ini, dapat


kita temukan ukiran laba-laba dan tapak kaki serta puisi yang ditulis
dengan huruf Palawa dan dalam bahasa Sanskerta yang berbunyi  “Kedua
(jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja
dunia yang gagah berani yang masyur Purnawarman penguasa
Tarumanagara.”

2. Prasasti Jambu

14 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Gambar 9.1 : Prasasti Jambu (sumber : Wikipedia.com)

Prasasti Jambu terletak di Pasir Sikoleangkak (Gunung Batutulis ±367m


dpl) di wilayah kampung Pasir Gintung,  Desa Parkamuncang , Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor. Koordinat 0°15’45,40” BB (dari Jakarta) dan
6°34’08,11, Prasasti Jambu ditemukan pertama kali tahun 1854 oleh
Jonathan Rigg dilaporkan kepada Dinas Purbakala tahun 1947 (OV
1949:10), tetapi diteliti pertama kali pada tahun 1954

Prasasti Jambu terdiri dari dua baris aksara Pallawa yang disusun dalam
bentuk seloka bahasa Sanskerta  dengan metrum Sragdhara. Pada batu
prasasti ini juga terdapat pahatan gambar sepasang telapak kaki yang
digoreskan pada bagian atas tulisan tetapi sebagian gambar telapak kaki kiri
telah hilang karena batu bagian ini pecah.

Prasasti ini menyebutkan nama raja Purnnawarmman yang memerintah


di negara Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun dan berdasarkan bentuk
aksara Pallawa yang dipahatkannya (analisis Palaeographis) diperkirakan
berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.

Teks:
śrīmāndāta kṛtajnyo
narapatirasamoyahpurātarumayāṃnāmmāśrīpūrṇṇapracuraripuśarābhidyavi
khyātavarmmātasyédampadavimbadvayamarinagarotsādanénityadakṣaM.
bhaktānāyandripānambhavatisukhakarasalyabhūtaṃripuṇāṃ

Bunyi terjemahan  prasasti itu adalah:


"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin
manusia yang tiada taranya yang termasyhur Sri Purnawarman yang
sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang
terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak

15 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada
para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-
musuhnya."

3. Prasasti Kebon Kopi

Gambar 10.1: Prasasti Kebon Kopi (sumber : Wikipedia.com)

Prasasti Kebon Kopi atau Prasasti Tapak Gajah  (karena terdapat


pahatan tapak kaki  gajah) merupakan salah satu peninggalan
kerajaan Tarumanagara.Prasasti ini menampilkan ukiran tapak kaki gajah,
yang mungkin merupakan tunggangan raja  Purnawarman, yang disamakan
dengan gajah  Airawata, wahana Dewa  Indra.

Prasasti Kebon Kopi I terletak di Kampung Muara, termasuk wilayah


Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti ini ditemukan pada abad
ke-19, ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan  kopi.

16 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Oleh karena itu prasasti ini disebut Prasasti Kebon Kopi I. Hingga kini
prasasti tersebut masih berada di tempatnya ditemukan ( in situ). Prasasti ini
berada pada koordinat 106°41'25,2" Bujur Timur dan 06°31'39,9" Lintang
Selatan dengan ketinggian 320 m di atas permukaan laut. Area situs ini
merupakan kawasan pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Ciaruteun di
selatan, Sungai Cisadane di timur, Sungai Cianten di barat, serta muara
Sungai Cianten yang bertemu dengan Sungai Cisadane di utara.

Lokasi ini berjarak sekitar 19 kilometer ke arah Barat Laut dari pusat
kota Bogor menuju ke arah Ciampea. Kondisi jalan menuju lokasi cukup
memadai, tetapi dari jalan raya belum dilengkapi dengan penunjuk jalan.

Prasasti dipahatkan di atas sebuah batu datar dari bahan andesit


berwarna kecokelatan berukuran tinggi 69 cm, lebar 104cm dan 164 cm. Di
permukaan batu dipahatkan sepasang telapak kaki gajah dan mengapit
sebaris tulisan berhuruf Palawa dalam Bahasa Sanskerta.
Pada tahun 1863, Jonathan Rigg, seorang tuan tanah pemilik perkebunan
kopi di dekat Buitenzorg (kini Bogor), melaporkan penemuan prasasti di
tanahnya. Penemuan prasasti ini dilaporkan kepada Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini  Museum Nasional
Indonesia) di Batavia (kini Jakarta). Karena itulah prasasti ini disebut
prasasti Kebon Kopi.

Gambar 11: Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sumber : Wikipedia.com)

Di kawasan situs Ciaruteun ditemukan beberapa prasasti. Prasasti


Kebon Kopi I adalah salah satu dari tiga buah prasasti di kawasan ini yang
penting nilainya bagi kesejarahan Kerajaan Tarumanagara (abad ke-5-7 M).

17 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Dua prasasti lainnya adalah  Prasasti Ciaruteun  dan Prasasti Muara Cianten,
keduanya ditemukan tidak jauh dari prasasti ini. Prasasti Kebon Kopi I dan
Prasasti Ciaruteun telah ditata dan diberi cungkup (atap pendopo peneduh).
Sebenarnya ada pula  Prasasti Kebon Kopi II  yang pernah ditemukan di
lokasi yang berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi ini, namun kini prasasti
Kebon Kopi II telah hilang.

Prasasti ini ditulis dengan  aksara Pallawa  dan bahasa Sanskerta  yang


disusun ke dalam bentuk seloka metrum Anustubh yang diapit sepasang
pahatan gambar telapak kaki gajah.

Teks:
~ ~ jayaviśālasya Tāruméndrasya hastinaḥ ~ ~
Airāvatāṁtasya vibhātīdampadadvayam

Terjemahan:
“Di sini tampak tergambar sepasang telapak kaki …yang
seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?)
kejayaan”

4. Prasasti Tugu

Gambar 12,1: Prasasti Tugu (sumber : Wikipedia.com)

18 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari
Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh
Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai
tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir
yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan
yang terjadi pada musim kemarau.

Lokasi asal Prasasti Tugu ketika ditemukan adalah di Kampung


Batutumbuh, Desa Tugu, tepatnya pada koordinat 6°07’45,40”LS dan
0°06’34,05” BT dari Jakarta (lk. 06°07′45.4″LS 106°55′04.6″BT di sekitar
Simpang Lima Semper sekarang, tidak jauh dari tepian  Kali Cakung), yang
sekarang menjadi wilayah kelurahan  Tugu Selatan, kecamatan  Koja, Jakarta
Utara. Kini Prasasti Tugu tersimpan di  Museum Nasional Indonesia  di
Jakarta.

Prasasti Tugu bertuliskan  aksara Pallawa  yang disusun dalam bentuk


seloka bahasa Sanskerta  dengan metrum Anustubh yang terdiri dari lima
baris melingkar mengikuti bentuk permukaan batu. Sebagaimana semua
prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga
tidak mencantumkan pertanggalan. Kronologinya didasarkan pada analisis
gaya dan bentuk aksara (analisis palaeografis). Berdasarkan analisis
tersebut diketahui bahwa prasasti ini berasal dari pertengahan abad ke-5
Masehi. Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang memiliki
kemiripan aksara, sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha >
citralekha) kedua prasasti ini adalah orang yang sama.

Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya,


Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri
Maharaja Purnawarman. Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan
Purnnawarmman pada tahun ke-22 sehubungan dengan peristiwa peresmian
(selesai dibangunnya) saluran sungai Gomati dan Candrabhaga.

Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan hiasan tongkat


yang pada ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat tersebut

19 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
dipahatkan tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi sebagai batas
pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.

Teks:
pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya
candrabhagarnnavam yayau//
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa
narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana//
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla
trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya
gomati nirmalodaka//
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena
prayati krtadaksina//

Terjemahan:
“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja
yang mulia dan yang memiliki lengan kencang serta kuat yakni
Purnnawarmman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran
sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22
dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan
karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji
segala raja-raja, (maka sekarang) dia pun menitahkan pula menggali
kali (saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya,
setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di tengah-tegah
tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja
Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-
gelap bulan dan disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan
Caitra, jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran
galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan
oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan.”

5. Prasasti Cidanghiang atau Lebak

20 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
G a m b a r 1 3 . 1 : P r a s a s ti C i d a n g h i a n g ( s u m b e r : W i k i p e d i a . c o m )

Prasasti Cidanghiang  adalah salah satu prasasti yang berasal dari


kerajaan Tarumanagara  dan terletak di wilayah  Pandeglang,  Banten.
Prasasti Cidanghiang terletak di tepi aliran (Sungai)  Ci Danghiang di Desa
Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Koordinat prasasti ini
adalah 0°55’40,54” BB dan 6°38,27’57” LS dari arah  Jakarta.
Prasasti Cidanghiang dilaporkan pertama kali oleh Toebagus Roesjan
kepada Dinas Purbakala pada tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi baru diteliti
pertama kali tahun 1954.Prasasti Cidanghiang ditulis dalam aksara Pallawa
yang disusun dalam bentuk seloka  bahasa Sanskerta  dengan metrum
anustubh (bentuk aksaranya mirip dengan yang digoreskan pada  Prasasti
Tugu dari periode yang sama) (de Casparis dan Boechari, 1954).
 Prasasti ini ditulis menggunakan teknik pahat dengan kedalaman
goresan kurang dari 0,5  cm sehingga antara permukaan batu dengan tulisan
memiliki kehalusan permukaan yang hampir sama. Prasasti Cidanghiang
dipahat pada permukaan  batu andesit  dengan ukuran 3,2 x 2,25 meter.

Teks:
vikrantoyaṃvanipatéḥ  prabhūḥsatyapara (k) ra (mah)
narèndraddhvajabhūténa śrīmataḥpurṇṇavarmmaṇaḥ'.

Terjemahan:
"Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang
sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia  Purnawarman  yang
menjadi panji sekalian raja-raja."

21 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
6. Prasasti Muara Cianten

Gambar 14.1: Prasasti Muara Cianten (sumber : Wikipedia.com)

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi(sungai) Cisadane dekat Muara


Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran
Muara) karena memang masuk ke wilayah Kampung Pasirmuara,
Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan  Cibungbuang,  Kabupaten Bogor.

7. Prasasti Pasir Awi

G a m b a r 1 5 . 1 : P r a s a s ti P a s i r A w i ( s u m b e r : W i k i p e d i a . c o m )

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559 m
dpl) di kawasan hutan Perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur,
Kecamatan Sukamakmur, Jonggol, kabupaten Bogor Jawa Barat  tepatnya
pada koordinat 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”. Berada di
puncak ketinggian perbukitan, dengan arah tapak kaki atau posisi berdiri
menghadap ke arah utara-timur. Posisi berdiri berada di sisi yang curam

22 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
yang memberikan pandangan luas ke wilayah bukit dan lembah di
bawahnya. Secara spesifik, jika kita berdiri persis di atas tapak kaki, kita
merasakan posisi berdiri yang cukup santai dan tanpa perasaan takut
walaupun berada di sisi yang curam.

B. Arca

Arca merupakan seni patung yang memiliki tujuan penggunaan untuk


peribadatan terhadap dewa-dewi tertentu. Sepanjang penggalian sejarah
Kerajaan Tarumanegara terdapat arca-arca yang ditemukan, antara lain:

1. Arca Rajarsi

Gambar 16: Arca Rajarsi (sumber : Wikipedia.com)

Arca Rajasari termasuk arca tua yang tidak diketahui secara pasti lokasi
penemuannya yang asli. Namun, arca ini diperkirakan ditemukan di daerah
Jakarta. Arca Rajasari menggambarkan tentang Raja Purnawarman yang
memiliki sifat seperti Dewa Wisnu.

23 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
2. Arca Wisnu Cibuaya I

Gambar 17: Arca Wisnu Cibuaya 1 (sumber : Kumparan.com)

Berasal dari abad ke-7 arca ini dianggap melengkapi prasasti-prasasti


peninggalan Purnawarman, yang membuktikan adanya aliran seni di Jawa
Barat. Arca Wisnu Cibuaya I memiliki persamaan dengan arca yang
ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja. Arca ini juga
memiliki persamaan dengan langgam seni Pallawa dari India Selatan.

3. Arca Wisnu Cibuaya II

24 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
Gambar 18: Arca Wisnu Cibuaya 2 (sumber : DataTempo.com)

Diyakini berusia sangat tua, Arca Wisnu Cibuaya II ini memiliki


persamaan dengan yang ditemukan pada arca Seni Pala pada abad ke-7 dan
8. Tidak hanya prasasti dan candi, peninggalan Kerajaan Tarumanegara
diperkirakan juga terdapat pada Kompleks Percandian Batujaya di
Karawang, Jawa Barat.

Kompleks percandian tersebut terletak di Desa Segaran, Kecamatan


Batujaya, dan Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten
Karawang.Di dalam kompleks tersebut, terdapat sekitara 62 situs candi,
yang letaknya di tengah persawahan dan dekat dengan permukiman
penduduk.

25 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan Kerajaan Tarumanegara diatas maka dapat disimpulkan


bahwaDari penjelasan Kerajaan Tarumanegara diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah
kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di
Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu
Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya
kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang
merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum. Pada
muara Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya
dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan
Kerajaan Taruma.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi kami,


maupun para pembaca. Kerajaan Tarumanegara merupakan peninggalan
yang penting untuk kita semua karena kerajaan ini juga telah ikut mewarnai
sejarah kerajaan di Indonesia yang tentunya telah begitu banyak budaya
yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita. Maka dari itu, kita harus
menjaga dan melestarikan budaya peninggalan dari nenek moyang kita
kalau bukan kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi.

26 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/pendiri-kerajaan-tarumanegara/
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/161458179/kerajaan-
tarumanegara-raja-raja-puncak-kejayaan-dan-peninggalan
https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara
https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/01/123324579/peninggalan-
kerajaan-tarumanegara

27 | S e j a r a h K e r a j a a n T a r u m a n e g a r a

Anda mungkin juga menyukai