Abstrak
Istilah Work Life Balance diartikan sebagai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
seseorang. Permasalahan mengenai keseimbangan kehidupan dan pekerjaan juga terjadi di negara
Jepang terutama bagi seorang wanita. Peran wanita dalam sebuah pekerjaan dirasa penting saat ini
untuk meningkatkan perekonomian di Jepang. Permasalahan menghadapi kendala dalam Work Life
Balance yang ada di Jepang terlihat dalam drama “Eigyou Bucho Kira Natsuko”. Drama tersebut
menceritakan kisah seorang wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir.
Penelitian ini menggunakan konsep Work Life Balance yang berfokus pada kehidupan seorang
wanita. Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai kendala dalam menyeimbangkan antara
pekerjaan dan rumah tangga bagi seorang wanita karir di Jepang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah, seorang wanita karir di
Jepang ketika menjadi ibu rumah tangga mengalami kesulitan dalam menjalani tugasnya sebagai
wanita karir dan ibu rumah tangga. Untuk itu, sangat diperlukan dukungan suami untuk
menyeimbangkan kehidupannya dalam pekerjaan dan mengatur urusan rumah tangga.
Kata kunci: ibu rumah tangga, wanita karir , wanita Jepang, Work Life Balance, ,.
Abstract
The term “work-life balance” is defined as the harmony of occupation and personal life. The issue
regarding the balance of work and life also happens in Japan, particularly for a woman. Women’s
role in a job nowadays is considered crucial to increase Japanese economy. The problem in dealing
with the obstacles in the work-life balance in Japan appears in the drama Eigyou Bucho Kira Natsuko.
The drama narrates the story of a woman who works as a housewife as well as a career woman. This
study utilized the work-life balance concept which focused on the life of a woman. This study
attempted to discuss the obstacles in balancing the work and housewifery for a career woman in
Japan. The employed method in this study was qualitative descriptive. The result of the study was a
career woman in Japan who became a housewife experienced the difficulty in carrying out her duty
as a career woman and a housewife. Therefore, her husband’s support was extremely required to
balance her life in working and managing the household affairs.
230
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
1. Pendahuluan
Work Life Balance merupakan suatu upaya untuk menyeimbangkan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi seseorang. Menurut Jeff Kingston dalam The
Japan Times tahun 2016 pada artikel yang berjudul Work Life Balance In Japan
Leans In One Direction menyatakan, konsep Work Life Balance adalah
menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Akan tetapi, saat ini
masyarakat Jepang disibukkan dengan pekerjaan sehingga tidak dapat melakukan
apapun selain bekerja. Hal tersebut membuat beberapa orang mengalami stress
berat dan mengganggu kehidupan pribadi mereka dengan teman ataupun keluarga
karena jam kerja yang terlalu lama (Iwao, 1993).
Keseimbangan antara kehidupan pribadi seorang wanita sebagai ibu rumah
tangga sekaligus wanita karir menjadi fokus penting bagi pemerintah Jepang.
Menurut Frank Schuzl dalam Japan Industry News tahun 2016 pada artikelnya yang
berjudul Work Life Balance in Japan menjelaskan, bahwa wanita yang kembali
bekerja setelah cuti merawat anak akan mendapatkan pekerjaan sebagai pekerja
paruh waktu dan pegawai tidak tetap. Kebanyakan dari mereka mendapat gaji
rendah dan jam kerja yang terlalu lama. Tipikal wanita Jepang yaitu bekerja full
time setelah menyelesaikan pendidikannya dan memutuskan untuk meninggalkan
pekerjaan setelah mereka menikah (Holloway, 2010: 171).
Dalam penelitian tentang work life balance, peneliti mengambil objek
penelitian dari sebuah drama Jepang berjudul Eigyou Bucho Kira Natsuko. Pada
drama tersebut tokoh utama wanita yang berperan sebagai wanita karir dan ibu
rumah tangga pada awalnya mulus, akan tetapi seiring dengan pekerjaannya yang
memerlukan perhatian lebih mulai mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan
antara karir dan rumah tangganya. Penelitian tentang work life balance ini bertujuan
untuk mengetahui usaha dan kendala apa saja yang dihadapi oleh wanita karir dalam
menyeimbangkan kehidupannya antara kerja dan rumah tangga.
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah dalam
231
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu (Nazir, 1998: 84). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak
menggunakan perhitungan dan merupakan suatu jenis metode penelitian yang
mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dari penelitian kuantitaif (Moleong
dalam Soedjono, 1982).
Objek penelitian ini adalah sebuah drama yang berjudul Eigyou Bucho Kira
Natsuko. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan
data-data mengenai masalah dan beberapa faktor yang ditimbulkan dari adanya
Work Life Balance, serta beberapa data pendukung seperti definisi yang didapat
melalui internet, buku, arrtikel, maupun literatur-literatur yang berhubungan
dengan tema penelitian sebagai sumber data. Selain itu peneliti menonton drama
sebanyak 10 episode sebagai acuan untuk dianalisis.
232
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Jepang. Akan tetapi, wanita Jepang saaat ini lebih memilih untuk tinggal di rumah
dan sebagai ibu rumah tang ketika mereka menikah dan memiliki keturunan.
Menurut artikel yang ditulis Scott Dixon berjudul Role Models Needed for
Abe’s ‘Womenomics’ to Work: Panel dalam The Japan Times, Jepang
membutuhkan peran wanita yang lebih menonjol di tempat kerja agar mencapai
target “Womenomics” Perdana Menteri Shinzo Abe, yang bertujuan meningkatkan
jumlah tenaga kerja wanita mencapai 30% untuk posisi kepemimpinan dipegang
oleh wanita pada 2020. Pada studi yang sama, 66% bisnis di Jepang tidak memiliki
tenaga kerja wanita sebagai tim kepemimpinannya, hal tersebut jauh diatas rata-rata
sebesar 32%.
Dalam Japan International Labour Foundation, pada tahun 2012 jumlah
tenaga kerja di Jepang mencapai sebanyak 65,55 juta orang. Sekitar 42,2% atau
sebanyak 27,66 juta orang adalah tenaga kerja wanita. Ketika ditelusuri sesuai
kelompok usia, rasio partisipasi wanita dalam angkatan kerja membentuk kurva
huruf M. Di masa lalu banyak wanita yang berhenti dari pekerjaan setelah menikah
dan memiliki keturunan. Kurva berbentuk M tersebut menunjukkan situasi dimana
wanita Jepang dapat melanjutkan pekerjaan mereka setelah menikah dan
melahirkan, serta tersedianya tempat penitipan anak yang lebih memadai dan jam
kerja yang lebih efektif untuk seorang ibu di Jepang.
Salah satu faktor yang membuat para wanita Jepang enggan untuk kembali
bekerja ketika mereka menikah dan memiliki anak adalah upah yang mereka dapat
ketika bekerja sangatlah kecil. Jam kerja yang begitu panjang, yaitu selama 12 jam
per hari, dengan gaji yang kecil tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga mereka. Gaji yang didapat hanya sekitar 10% hingga 25% untuk pendapatan
rumah tangga (Uno, 1993 dalam Holloway, 2010: 173).
Selain itu, tugas dan kedudukan seorang wanita dalam kehidupan keluarga
di Jepang tradisional ialah berada di dalam rumah untuk mengurus dan mengatur
segala bentuk kebutuhan rumah tangga. Pria bekerja di luar rumah untuk memenuhi
kebutuhan finansial rumah tangga. Dalam kehidupan tradisional Jepang terdapat
sistem yang disebut Ryousai Kenbo. Ryousai berarti istri yang baik, dan Kenbo
berarti ibu yang bijaksana
233
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Kendala Work Life Balance yang Dihadapi Wanita Karir dalam Drama Eigyou
Bucho Kira Natsuko
Seorang wanita yang memiliki karir dan juga menjadi ibu rumah tangga
pasti memiliki keinginan untuk dapat menyeimbangkan antara keduanya.
Sewajarnya seorang ibu dan istri, wanita harus mengurus keperluan rumah tangga
setiap harinya. Akan tetapi, terjadi kendala dalam usaha mengatur segala keperluan
tersebut pada tokoh utama wanita dalam drama Eigyou Bucho Kira Natsuko yaitu
Kira. Beberapa usaha serta kendala tersebut diantaranya:
Usaha Kira dalam Mengatur Rumah Tangga dan Merawat Anak
1. Kira Berusaha Mengurus Rumah Tangga
Sebagai seorang ibu rumah tangga Kira berusaha untuk melakukan tugasnya
di rumah. Ia mencoba menyiapkan segala keperluan rumah tangga dan keperluan
putranya sebelum ia meninggalkan rumah untuk urusan kantor. Hal tersebut terlihat
pada gambar 1.1. Kira terlihat mempersiapkan makanan untuk putra dan suaminya
sesaat sebelum pergi bekerja dan setelah ia pulang bekerja.
234
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Gambar 1.1
235
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Pada gambar 1.2, Kira sebagai seorang ibu memasang alarm di ponselnya
untuk menunjukkan waktu bahwa ia harus menjemput putranya di tempat penitipan
anak. Kira berusaha dengan baik untuk bersikap adil dan seimbang dalam
menangani pekerjaan dan urusan rumah tangga pada episode pertama. Ia berusaha
dengan keras untuk mengerjakan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sesuai
dengan sistem Ryousai Kenbo yang ada di Jepang, layaknya seorang wanita
tradisional yang mengurus keperluan rumah tangga tanpa bantuan siapapun. Begitu
pula yang dilakukan Kira pada saat itu.
Kendala yang Dihadapi Kira Ketika Bekerja dan Mengurus Rumah Tangga
1. Tidak bisa totalitas dalam merawat anak dan mengurus rumah tangga
Sebagai seorang wanita berkeluarga yang memiliki anak dan memutuskan
untuk bekerja adalah mustahil jika tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk
merawat dan mengurus keperluan rumah. Hal tersebut yang juga dilakukan Kira
ketika ia harus bekerja di akhir pekan, sedangkan Kotaro harus melakukan
kegiatannya setiap akhir pekan yaitu bermain golf bersama kawan kantornya. Kira
akhirnya memutuskan untuk menyewa pengasuh paruh waktu untuk menjaga
putranya pada saat itu.
Gambar 1.3
Pada episode 2 adegan dalam gambar 1.3 Kira meminta tolong Sakabe
(babysitter paruh waktu) untuk menemani putranya di hari minggu. Hari tersebut
bertepatan dengan proyek pertama Kira yang akan diselenggarakan, selain itu
Kotaro juga memiliki acara di luar rumah dengan teman kantornya dan mungkin
akan pulang saat malam hari. Pada saat itu Sota mengalami sakit perut, Sakabe lalu
mengabari Kira yang sedang bekerja. Sakabe menenangkan Kira karena
menurutnya sakit perut yang dialami Sota tidak begitu serius. Berikut percakapan
236
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
antara Kira saat meminta tolong pada Sakabe, dan saat Sakabe mengirim pesan pada
Kira jika putranya mengalami sakit perut, sebagai berikut:
Kira : すみません、日曜日に
Sumimasen Nichiyōbini
Sakabe: いいえ、また呼んでいただいてこわいです。
Īe, Mata Yonde Itadaite Kowaidesu
Kira: たすかります。今日、とっても大事な仕事は なん です。
Tasukarimasu, Kyō tottemo daijina shigoto wa nandesu. So
sokunan desukedo, Onegaishimasu
Sakabe: かしこまりました。
Kashikomarimashita
Dialog dan gambar 1.3 di atas menunjukkan bahwa tugas Kira sebagai
seorang ibu mulai tidak bisa terpenuhi. Terlihat dengan adanya babysitter paruh
waktu yang ia sewa untuk menggantikannyatugasnya menjaga dan merawat
putranya. Usaha Kira dalam menyeimbangkan tugasnya sebagaiseorang ibu dan
wanita karir mulai terlihat tidak seimbang. Porsi kehidupan Kira kini lebih tertuju
pada pekerjaan kantor.
2. Kesulitan Kira dalam membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan
Dalam kehidupan wanita yang memiliki rumah tangga dan pekerjaan, tugas
sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir harus dilakukan beriringan. Akan tetapi,
hal tersebut memungkinkan adanya beberapa kendala yang akan dihadapi ketika
semua berusaha dijalankan dengan baik. Seperti terlihat pada gambar 1.4 di bawah,
salah satu kendala pembagian waktu tokoh utama dalam drama untuk
menyeimbangkan hidupnya antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangga terlihat
ketika bagaimana cara ia meluangkan waktu untuk merawat anak. Pada gambar 1.4
Kira terlihat meninggalkan acara di sekolah putranya demi mengurus urusan kantor.
237
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Gambar 1.4
Kotaro : へえ、今から仕事?そたはかわいそうだよ。
“Pergi kerja sekarang? Sota akan sangat sedih”
Kira : ごめん、でも大トラブルで。
“Maaf, tapi terjadi masalah besar”
Kotaro : ね、子供より大事なトラブルなんだろう、今日ぐら
い母親だけでいるよ。
“Apa masalah itu lebih penting dari putramu, setidaknya
jadilah ibu yang baik untuk hari ini saja”
238
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Pada gambar 1.5 terlihat Kotaro akan meninggalkan rumah pada saat akhir
pekan. Saat itu Kotaro meninggalkan rumah saat akhir pekan untuk urusan bersama
rekan kerjanya bermain golf dan berkumpul di rumah rekan kerja. Tipikal suami di
Jepang memang tidak berperan banyak dalam mengurus rumah tangga. Segala
urusan rumah tangga dan merawat anak mereka serahkan kepaa istri. Hal tersebut
juga tampak pada keluarga Kira dan Kotaro dalam drama. Dalam adegan ini sosok
Kotaro sebagai suami dapat dikatakan kurang berperan dalam rumah tangga.
Dari beberapa potongan gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebagai
seorang ibu rumah tangga dan wanita karir, Kira selalu mencoba untuk melakukan
semuanya secara seimbang. Akan tetapi, dalam usaha tersebut tidak menutup
kemungkinan jika timbul kendala ketika menjalani tugasnya sebagai wanita karir
dan ibu rumah tangga. Dapat dilihat ketika Kira berusaha menyeimbangkan
kehidupannya di awal ia memulai karir setelah cuti, Kira dapat menjalankan tugas
sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir. Pekerjaan yang semakin membutuhkan
profesionalitas Kira yang membuat ia harus mengalami kendala dalam menjalankan
kedua tugas tersebut.
4. Simpulan
Pada penelitian ini, penulis menggambarkan sosok wanita yang ada dalam
drama Eigyou Buchō Kira Natsuko yakni tokoh utama Natsuko Kira. Kira
merupakan gambaran sosok wanita modern yang pekerja keras dan berambisi tinggi
dalam sebuah pekerjaan. Akan tetapi, dalam kehidupan pribadinya ternyata ia
239
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Daftar Pustaka
Buku:
Soedjono. 1999. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Edisi pertama.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Edisi ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Iwao, Sumiko. 1993. The Japanese Woman : Traditional Image and Changing
Reality. New York: The Free Press.
Hudson, 2005. The Case of Work/Life Balance: Closing the Gap Policy and
Practice. North America: Hudson Highland Group, Inc.
Jurnal:
Sakamoto, Tatsuro. 2014. “Ryosai Kenbo: The Educational Ideal of ‘Good Wife,
Wise Mother’ in Modern Japan (The Intimate and the Public in Asian and
Global Perspectives.).” Educational Studies in Japan : International Year
240
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241
Hays. Jeffrey. 2013. Japanese Mother and Housewives: Having Children, Duties,
Education and School Lunches. Diakses 14-06-2018 pukul 20.17 dari
(http://factsanddetails.com/japan/cat18/sub118/item625.html)
Schuzl, Frank. 2016. Work- Life Balance In Japan. Diakses 30- 05-2018 pukul
10.05 dari (https://www.japanindustrynews.com/2016/08)
Dixon, Scott. 2015. Role Models Needed for Abe’s ‘Womenomics’ to Work: Panel.
Diakses 30-05-2018 pukul 10.05 dari
(https://www.japantimes.co.jp/news/2015/12/09/national)
Internet:
“Labor force participation rate, female (% of female population ages 15+) (modeled
ILO estimate)”. (Online)
(https://data.worldbank.org/indicator/SL.TLF.CACT.FE.ZS) diakses pada
tanggal 5-05-2018
241