Anda di halaman 1dari 12

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO.

2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

KENDALA WORK LIFE BALANCE YANG DIHADAPI


WANITA KARIR DALAM DRAMA EIGYOU BUCHO KIRA
NATSUKO KARYA YUMIKO INOUE

Ekky Gusti Savitri


Putri Elsy
Program Studi Studi kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya 60286
Email: ekkygst@gmail.com
Email: putri-e@fib.unair.ac.id

Abstrak

Istilah Work Life Balance diartikan sebagai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
seseorang. Permasalahan mengenai keseimbangan kehidupan dan pekerjaan juga terjadi di negara
Jepang terutama bagi seorang wanita. Peran wanita dalam sebuah pekerjaan dirasa penting saat ini
untuk meningkatkan perekonomian di Jepang. Permasalahan menghadapi kendala dalam Work Life
Balance yang ada di Jepang terlihat dalam drama “Eigyou Bucho Kira Natsuko”. Drama tersebut
menceritakan kisah seorang wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir.
Penelitian ini menggunakan konsep Work Life Balance yang berfokus pada kehidupan seorang
wanita. Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai kendala dalam menyeimbangkan antara
pekerjaan dan rumah tangga bagi seorang wanita karir di Jepang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah, seorang wanita karir di
Jepang ketika menjadi ibu rumah tangga mengalami kesulitan dalam menjalani tugasnya sebagai
wanita karir dan ibu rumah tangga. Untuk itu, sangat diperlukan dukungan suami untuk
menyeimbangkan kehidupannya dalam pekerjaan dan mengatur urusan rumah tangga.

Kata kunci: ibu rumah tangga, wanita karir , wanita Jepang, Work Life Balance, ,.

Abstract

The term “work-life balance” is defined as the harmony of occupation and personal life. The issue
regarding the balance of work and life also happens in Japan, particularly for a woman. Women’s
role in a job nowadays is considered crucial to increase Japanese economy. The problem in dealing
with the obstacles in the work-life balance in Japan appears in the drama Eigyou Bucho Kira Natsuko.
The drama narrates the story of a woman who works as a housewife as well as a career woman. This
study utilized the work-life balance concept which focused on the life of a woman. This study
attempted to discuss the obstacles in balancing the work and housewifery for a career woman in
Japan. The employed method in this study was qualitative descriptive. The result of the study was a
career woman in Japan who became a housewife experienced the difficulty in carrying out her duty
as a career woman and a housewife. Therefore, her husband’s support was extremely required to
balance her life in working and managing the household affairs.

Keywords: career women, housewife, Japanese women, work-life balance

230
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

1. Pendahuluan
Work Life Balance merupakan suatu upaya untuk menyeimbangkan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi seseorang. Menurut Jeff Kingston dalam The
Japan Times tahun 2016 pada artikel yang berjudul Work Life Balance In Japan
Leans In One Direction menyatakan, konsep Work Life Balance adalah
menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Akan tetapi, saat ini
masyarakat Jepang disibukkan dengan pekerjaan sehingga tidak dapat melakukan
apapun selain bekerja. Hal tersebut membuat beberapa orang mengalami stress
berat dan mengganggu kehidupan pribadi mereka dengan teman ataupun keluarga
karena jam kerja yang terlalu lama (Iwao, 1993).
Keseimbangan antara kehidupan pribadi seorang wanita sebagai ibu rumah
tangga sekaligus wanita karir menjadi fokus penting bagi pemerintah Jepang.
Menurut Frank Schuzl dalam Japan Industry News tahun 2016 pada artikelnya yang
berjudul Work Life Balance in Japan menjelaskan, bahwa wanita yang kembali
bekerja setelah cuti merawat anak akan mendapatkan pekerjaan sebagai pekerja
paruh waktu dan pegawai tidak tetap. Kebanyakan dari mereka mendapat gaji
rendah dan jam kerja yang terlalu lama. Tipikal wanita Jepang yaitu bekerja full
time setelah menyelesaikan pendidikannya dan memutuskan untuk meninggalkan
pekerjaan setelah mereka menikah (Holloway, 2010: 171).
Dalam penelitian tentang work life balance, peneliti mengambil objek
penelitian dari sebuah drama Jepang berjudul Eigyou Bucho Kira Natsuko. Pada
drama tersebut tokoh utama wanita yang berperan sebagai wanita karir dan ibu
rumah tangga pada awalnya mulus, akan tetapi seiring dengan pekerjaannya yang
memerlukan perhatian lebih mulai mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan
antara karir dan rumah tangganya. Penelitian tentang work life balance ini bertujuan
untuk mengetahui usaha dan kendala apa saja yang dihadapi oleh wanita karir dalam
menyeimbangkan kehidupannya antara kerja dan rumah tangga.

2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah dalam

231
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu (Nazir, 1998: 84). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak
menggunakan perhitungan dan merupakan suatu jenis metode penelitian yang
mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dari penelitian kuantitaif (Moleong
dalam Soedjono, 1982).
Objek penelitian ini adalah sebuah drama yang berjudul Eigyou Bucho Kira
Natsuko. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan
data-data mengenai masalah dan beberapa faktor yang ditimbulkan dari adanya
Work Life Balance, serta beberapa data pendukung seperti definisi yang didapat
melalui internet, buku, arrtikel, maupun literatur-literatur yang berhubungan
dengan tema penelitian sebagai sumber data. Selain itu peneliti menonton drama
sebanyak 10 episode sebagai acuan untuk dianalisis.

3. Hasil dan Pembahasan


Work Life Balance pada wanita karir
Work Life Balance menurut Hudson (2005) didefinisikan sebagai kepuasan
keseimbangan kerja yang melibatkan antara berbagai peran dalam kehidupan
seseorang (Hudson, 2005). Selain itu, istilah Work Life Balance juga mulai
diterapkan pada masyrakat Jepang guna menanggulangi tingkat penurunan
kelahiran. Menurut departemen SDM di Jepang dalam kamus kotobank.jp istilah
Work Life Balance dijelaskan sebagai berikut:
仕事と家庭が両立しやすい雇用環境作りのことです。少子化
対策の一環として、企業は子育て支援などへの積極的な取り
組みが求められています。

“Menciptakan lingkungan kerja di mana pekerjaan dan rumah mudah


diseimbangkan. Sebagai bagian dari tindakan penanggulangan terhadap
penurunan angka kelahiran, perusahaan dituntut untuk bertindak positif
terhadap dukungan pengasuhan anak.”

Konsep Work Life Balance yang diterapkan di negara Jepang bertujuan


untuk meningkatkan tenaga kerja khususnya wanita dan meningkatkan angka
kelahiran. Tenaga kerja wanita merupakan salah satu hal yang dibutuhkan di negara

232
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

Jepang. Akan tetapi, wanita Jepang saaat ini lebih memilih untuk tinggal di rumah
dan sebagai ibu rumah tang ketika mereka menikah dan memiliki keturunan.
Menurut artikel yang ditulis Scott Dixon berjudul Role Models Needed for
Abe’s ‘Womenomics’ to Work: Panel dalam The Japan Times, Jepang
membutuhkan peran wanita yang lebih menonjol di tempat kerja agar mencapai
target “Womenomics” Perdana Menteri Shinzo Abe, yang bertujuan meningkatkan
jumlah tenaga kerja wanita mencapai 30% untuk posisi kepemimpinan dipegang
oleh wanita pada 2020. Pada studi yang sama, 66% bisnis di Jepang tidak memiliki
tenaga kerja wanita sebagai tim kepemimpinannya, hal tersebut jauh diatas rata-rata
sebesar 32%.
Dalam Japan International Labour Foundation, pada tahun 2012 jumlah
tenaga kerja di Jepang mencapai sebanyak 65,55 juta orang. Sekitar 42,2% atau
sebanyak 27,66 juta orang adalah tenaga kerja wanita. Ketika ditelusuri sesuai
kelompok usia, rasio partisipasi wanita dalam angkatan kerja membentuk kurva
huruf M. Di masa lalu banyak wanita yang berhenti dari pekerjaan setelah menikah
dan memiliki keturunan. Kurva berbentuk M tersebut menunjukkan situasi dimana
wanita Jepang dapat melanjutkan pekerjaan mereka setelah menikah dan
melahirkan, serta tersedianya tempat penitipan anak yang lebih memadai dan jam
kerja yang lebih efektif untuk seorang ibu di Jepang.
Salah satu faktor yang membuat para wanita Jepang enggan untuk kembali
bekerja ketika mereka menikah dan memiliki anak adalah upah yang mereka dapat
ketika bekerja sangatlah kecil. Jam kerja yang begitu panjang, yaitu selama 12 jam
per hari, dengan gaji yang kecil tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga mereka. Gaji yang didapat hanya sekitar 10% hingga 25% untuk pendapatan
rumah tangga (Uno, 1993 dalam Holloway, 2010: 173).
Selain itu, tugas dan kedudukan seorang wanita dalam kehidupan keluarga
di Jepang tradisional ialah berada di dalam rumah untuk mengurus dan mengatur
segala bentuk kebutuhan rumah tangga. Pria bekerja di luar rumah untuk memenuhi
kebutuhan finansial rumah tangga. Dalam kehidupan tradisional Jepang terdapat
sistem yang disebut Ryousai Kenbo. Ryousai berarti istri yang baik, dan Kenbo
berarti ibu yang bijaksana

233
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

Sistem tersebut mengutamakan peran dan kedudukan seorang wanita yang


harus berada di dalam rumah. Istilah Ryousai Kenbo sendiri jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia adalah “Istri yang Baik dan Ibu yang Bijaksana”. Pengertian
kalimat tersebut ialah seorang istri yang mengurus segala kebutuhan rumah tangga
dan merawat anak-anak mereka termasuk pendidikan. Menurut Koyama dalam
Sakamoto (2014, 159) Ryousai Kenbo adalah sebuah ideologi yang membenarkan
dan merealisasikan pembagian kerja berdasarkan gender dalam cara “laki-laki
bekerja sementara wanita melakukan pekerjaan rumah tangga dan membesarkan
anak,” dan ini terjadi tidak hanya pada masa sebelum perang Jepang, tetapi juga
pada masyarakat Jepang pasca perang.

Kendala Work Life Balance yang Dihadapi Wanita Karir dalam Drama Eigyou
Bucho Kira Natsuko
Seorang wanita yang memiliki karir dan juga menjadi ibu rumah tangga
pasti memiliki keinginan untuk dapat menyeimbangkan antara keduanya.
Sewajarnya seorang ibu dan istri, wanita harus mengurus keperluan rumah tangga
setiap harinya. Akan tetapi, terjadi kendala dalam usaha mengatur segala keperluan
tersebut pada tokoh utama wanita dalam drama Eigyou Bucho Kira Natsuko yaitu
Kira. Beberapa usaha serta kendala tersebut diantaranya:
Usaha Kira dalam Mengatur Rumah Tangga dan Merawat Anak
1. Kira Berusaha Mengurus Rumah Tangga
Sebagai seorang ibu rumah tangga Kira berusaha untuk melakukan tugasnya
di rumah. Ia mencoba menyiapkan segala keperluan rumah tangga dan keperluan
putranya sebelum ia meninggalkan rumah untuk urusan kantor. Hal tersebut terlihat
pada gambar 1.1. Kira terlihat mempersiapkan makanan untuk putra dan suaminya
sesaat sebelum pergi bekerja dan setelah ia pulang bekerja.

234
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

Gambar 1.1

Gambar 1.1 tersebut menunjukkan bahwa Kira berusaha bertanggung jawab


pada keluarga terutama putranya, Sota. Kira berusaha untuk membereskan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan menyiapkan sarapan serta makan
malam sebelum pergi bekerja. Sebelum memutuskan untuk kembali bekerja, Kira
dan Kotaro sudah membicarakan perihal pembagian waktu dalam membantu urusan
rumah tangga sekaligus menjemput Sota di tempat penitipan anak. Pada adegan
tersebut terlihat bahwa sosok wanita yang bertanggung jawab dalam sebuah
keluarga dengan cara melakukan pekerjaan rumah sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan kantor.
2. Kira berusaha meluangkan waktu untuk menjemput Sota
Work-life Balance yang terjadi pada kehidupan Kira terlihat di episode
pertama. Kira berusaha dengan baik untuk menyeimbangkan antara kesibukan
pekerjaan dan rumah tangga termasuk mengurus putranya. Hal ini terlihat pada saat
tengah bekerja ia telah memasang alarm untuk menunjukkan bahwa pada waktu
tersebut ia harus pulang dan menjemput putranya di tempat penitipan anak. Berikut
gambar 1.2 yang menunjukkan saat Kira melihat ponselnya berbunyi karena waktu
menunjukkan pukul 6 sore, dimana ia harus menjemput Sota putranya.
Gambar 1.2

235
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

Pada gambar 1.2, Kira sebagai seorang ibu memasang alarm di ponselnya
untuk menunjukkan waktu bahwa ia harus menjemput putranya di tempat penitipan
anak. Kira berusaha dengan baik untuk bersikap adil dan seimbang dalam
menangani pekerjaan dan urusan rumah tangga pada episode pertama. Ia berusaha
dengan keras untuk mengerjakan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sesuai
dengan sistem Ryousai Kenbo yang ada di Jepang, layaknya seorang wanita
tradisional yang mengurus keperluan rumah tangga tanpa bantuan siapapun. Begitu
pula yang dilakukan Kira pada saat itu.
Kendala yang Dihadapi Kira Ketika Bekerja dan Mengurus Rumah Tangga
1. Tidak bisa totalitas dalam merawat anak dan mengurus rumah tangga
Sebagai seorang wanita berkeluarga yang memiliki anak dan memutuskan
untuk bekerja adalah mustahil jika tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk
merawat dan mengurus keperluan rumah. Hal tersebut yang juga dilakukan Kira
ketika ia harus bekerja di akhir pekan, sedangkan Kotaro harus melakukan
kegiatannya setiap akhir pekan yaitu bermain golf bersama kawan kantornya. Kira
akhirnya memutuskan untuk menyewa pengasuh paruh waktu untuk menjaga
putranya pada saat itu.
Gambar 1.3

Pada episode 2 adegan dalam gambar 1.3 Kira meminta tolong Sakabe
(babysitter paruh waktu) untuk menemani putranya di hari minggu. Hari tersebut
bertepatan dengan proyek pertama Kira yang akan diselenggarakan, selain itu
Kotaro juga memiliki acara di luar rumah dengan teman kantornya dan mungkin
akan pulang saat malam hari. Pada saat itu Sota mengalami sakit perut, Sakabe lalu
mengabari Kira yang sedang bekerja. Sakabe menenangkan Kira karena
menurutnya sakit perut yang dialami Sota tidak begitu serius. Berikut percakapan

236
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

antara Kira saat meminta tolong pada Sakabe, dan saat Sakabe mengirim pesan pada
Kira jika putranya mengalami sakit perut, sebagai berikut:
Kira : すみません、日曜日に
Sumimasen Nichiyōbini
Sakabe: いいえ、また呼んでいただいてこわいです。
Īe, Mata Yonde Itadaite Kowaidesu
Kira: たすかります。今日、とっても大事な仕事は なん です。
Tasukarimasu, Kyō tottemo daijina shigoto wa nandesu. So
sokunan desukedo, Onegaishimasu
Sakabe: かしこまりました。
Kashikomarimashita

Kira : “Maaf merepotkanmu di hari minggu”


Sakabe : “Tidak, aku pikir tidak akan dihubungi lagi”
Kira : “Terimakasih banyak telah datang, hari ini aku ada pekerjaan
yang sangat penting. Kupercayakan dia denganmu,
terimakasih”
Sakabe : “Saya mengerti”

Dialog dan gambar 1.3 di atas menunjukkan bahwa tugas Kira sebagai
seorang ibu mulai tidak bisa terpenuhi. Terlihat dengan adanya babysitter paruh
waktu yang ia sewa untuk menggantikannyatugasnya menjaga dan merawat
putranya. Usaha Kira dalam menyeimbangkan tugasnya sebagaiseorang ibu dan
wanita karir mulai terlihat tidak seimbang. Porsi kehidupan Kira kini lebih tertuju
pada pekerjaan kantor.
2. Kesulitan Kira dalam membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan
Dalam kehidupan wanita yang memiliki rumah tangga dan pekerjaan, tugas
sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir harus dilakukan beriringan. Akan tetapi,
hal tersebut memungkinkan adanya beberapa kendala yang akan dihadapi ketika
semua berusaha dijalankan dengan baik. Seperti terlihat pada gambar 1.4 di bawah,
salah satu kendala pembagian waktu tokoh utama dalam drama untuk
menyeimbangkan hidupnya antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangga terlihat
ketika bagaimana cara ia meluangkan waktu untuk merawat anak. Pada gambar 1.4
Kira terlihat meninggalkan acara di sekolah putranya demi mengurus urusan kantor.

237
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

Gambar 1.4

Kotaro : へえ、今から仕事?そたはかわいそうだよ。
“Pergi kerja sekarang? Sota akan sangat sedih”

Kira : ごめん、でも大トラブルで。
“Maaf, tapi terjadi masalah besar”

Kotaro : ね、子供より大事なトラブルなんだろう、今日ぐら
い母親だけでいるよ。
“Apa masalah itu lebih penting dari putramu, setidaknya
jadilah ibu yang baik untuk hari ini saja”

Gambar 1.4 menunjukkan bagaimana Kira sebagai tokoh utama wanita


dalam drama meminta izin untuk meninggalkan perayaan Bon Odori yang
diselenggarakan di sekolah putranya. Kendala dalam membagi waktu antara
pekerjaan dan kehidupan keluarga sulit untuk diseimbangkan oleh Kira. Terlihat
bahwa Kira lebih mementingkan pekerjaan daripada menemani putranya saat
menghadiri perayaan festival musim panas tersebut. Dari gambar dan dialog di atas,
dapat ditangkap bahwa Kira lebih menganggap pekerjaan kantor lebih penting.
Pekerjaan tersebut menuntut Kira harus menangani urusan kantor secara
profesional, sehingga membuatnya harus meninggalkan putranya di acara tersebut.
Dalam adegan ini sosok Kira dapat dikatakan kurang berhasil dalam menjalankan
work life balance dalam kehidupannya.
3. Kurangnya Peran Suami dalam Rumah Tangga
Peran suami dalam keluaga Kira tidak nampak jelas pada drama tersebut.
Semua pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan oleh suami dan istri pun hanya
dilakukan oleh Kira. Kotaro, hanya bekerja dan menghabiskan waktu diluar rumah
bersama rekan kerjanya. Oleh karena itu, Kira melakukan semua pekerjaan seorang

238
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

diri sehingga membuatnya kewalahan untuk menghadapi pekerjaan rumah tangga


dan pekerjaan kantor.
Gambar 1.5

Pada gambar 1.5 terlihat Kotaro akan meninggalkan rumah pada saat akhir
pekan. Saat itu Kotaro meninggalkan rumah saat akhir pekan untuk urusan bersama
rekan kerjanya bermain golf dan berkumpul di rumah rekan kerja. Tipikal suami di
Jepang memang tidak berperan banyak dalam mengurus rumah tangga. Segala
urusan rumah tangga dan merawat anak mereka serahkan kepaa istri. Hal tersebut
juga tampak pada keluarga Kira dan Kotaro dalam drama. Dalam adegan ini sosok
Kotaro sebagai suami dapat dikatakan kurang berperan dalam rumah tangga.
Dari beberapa potongan gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebagai
seorang ibu rumah tangga dan wanita karir, Kira selalu mencoba untuk melakukan
semuanya secara seimbang. Akan tetapi, dalam usaha tersebut tidak menutup
kemungkinan jika timbul kendala ketika menjalani tugasnya sebagai wanita karir
dan ibu rumah tangga. Dapat dilihat ketika Kira berusaha menyeimbangkan
kehidupannya di awal ia memulai karir setelah cuti, Kira dapat menjalankan tugas
sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir. Pekerjaan yang semakin membutuhkan
profesionalitas Kira yang membuat ia harus mengalami kendala dalam menjalankan
kedua tugas tersebut.

4. Simpulan
Pada penelitian ini, penulis menggambarkan sosok wanita yang ada dalam
drama Eigyou Buchō Kira Natsuko yakni tokoh utama Natsuko Kira. Kira
merupakan gambaran sosok wanita modern yang pekerja keras dan berambisi tinggi
dalam sebuah pekerjaan. Akan tetapi, dalam kehidupan pribadinya ternyata ia

239
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

mengalami beberapa kendala yang disebabkan karena berusaha menyeimbangkan


kehidupan antara karir dan pekerjaan rumah tangga khususnya mengurus anak.
Menyeimbangkan antara karir dan kehidupan rumah tangga bukanlah hal
yang mudah. Jika dikaitkan ke dalam konsep work life balance yang diterapkan di
Jepang, tokoh utama wanita yang awalnya lancar, namun pada akhirnya kesulitan
dalam menyeimbangkan tugasnya sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga.
Kendala yang utama adalah membagi waktu antara kerja yang butuh perhatian
secara profesional dan rumah tangga khususnya mengurus anak. Untuk itu, perlu
kerjasama suami agar turut berperan dalam mengurus rumah tangga. Akan tetapi,
dalam hal ini mengurus anak dan rumah tangga masih dipandang sebagai tugas dan
kewajiban wanita. Wanita diharapkan berperan besar dalam mengurus anak dan
rumah tangga. Apabila pria tidak berperan dalam membantu istri yang berkarir
dalam rumah tangga, work life balance pada wanita karir di Jepang hanyalah
sebatas slogan semata.

Daftar Pustaka
Buku:
Soedjono. 1999. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Edisi pertama.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Edisi ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga puluh.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Holloway, Susan D. 2010. Women and Family in Comtemporary Japan. Edisi


pertama. New York, Amerika: Cambridge University.

Iwao, Sumiko. 1993. The Japanese Woman : Traditional Image and Changing
Reality. New York: The Free Press.

Hudson, 2005. The Case of Work/Life Balance: Closing the Gap Policy and
Practice. North America: Hudson Highland Group, Inc.

Jurnal:
Sakamoto, Tatsuro. 2014. “Ryosai Kenbo: The Educational Ideal of ‘Good Wife,
Wise Mother’ in Modern Japan (The Intimate and the Public in Asian and
Global Perspectives.).” Educational Studies in Japan : International Year

240
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 230 - 241

Book, Vol. 8, 159-160. Diakses pada tanggal 21 Desember 2016.


(https://www.jstage.jst.go.jp/article/esjkyoiku/8/0/8_159/_pdf)

Saputra, Adrian. 2016. Womenomics sebagai Mekanisme Peningkatan Peran


Perempuan di Jepang Studi Kasus Kebijakan Pro-Gender di Era
Pemerintahan Shinzo Abe Periode ke-2, 25 April 2016.
(https://jurnalhiuns.files.wordpress.com/2016/04)

Hays. Jeffrey. 2013. Japanese Mother and Housewives: Having Children, Duties,
Education and School Lunches. Diakses 14-06-2018 pukul 20.17 dari
(http://factsanddetails.com/japan/cat18/sub118/item625.html)

Schuzl, Frank. 2016. Work- Life Balance In Japan. Diakses 30- 05-2018 pukul
10.05 dari (https://www.japanindustrynews.com/2016/08)

Dixon, Scott. 2015. Role Models Needed for Abe’s ‘Womenomics’ to Work: Panel.
Diakses 30-05-2018 pukul 10.05 dari
(https://www.japantimes.co.jp/news/2015/12/09/national)

Internet:
“Labor force participation rate, female (% of female population ages 15+) (modeled
ILO estimate)”. (Online)
(https://data.worldbank.org/indicator/SL.TLF.CACT.FE.ZS) diakses pada
tanggal 5-05-2018

“Natsuko Kira”. Drama (Online)


(http://asianwiki.com/Natsuko_Kira) diakses pada tanggal 1-05-2018

“Work Life Balance”. Kotobank (Online)


(https://kotobank.jp/word) diakses pada tanggal 8-06-2018

241

Anda mungkin juga menyukai