PENDAHULUAN
masyarakat merupakan hal yang sudah wajar terjadi. Akan tetapi, perubahan-
masyarakat Jepang yang dikenal memiliki sifat disiplin yang tinggi, hidup
berkelompok, dan tidak ingin merepotkan orang lain mulai berubah menjadi
pribadi yang cenderung bebas dan memikirkan diri sendiri. Banyak dari
dengan berbagai alasan. . Hal ini tidak terlepas dari perkembangan dan perubahan-
pernikahan dan lebih suka untuk hidup sendiri. Menurut mereka hidup sendiri
lebih menguntungkan dari segi ekonomi dan dapat hidup dengan gaji mereka
sendiri tanpa harus berbagi dengan pasangan mereka, terlebih lagi mereka tidak
1
Dalam josei gaku jiten (女性学辞典 – encyclopedia of women’s studies)
Terjemahan:
Pernikahan pada usia yang lebih tinggi daripada usia ideal
untuk menikah cenderung semakin bertambah.
www.ezipangu.org/japanese/frame_j/frame_j.html
Pada awalnya, banyak dari masyarakat Jepang khususnya perempuan
Sehingga perempuan di Jepang menuntut calon suami ideal dengan standar yang
dan berkarir, sehingga pandangan perempuan Jepang tentang pernikahan juga ikut
berubah dan menimbulkan gejala bankoka, karena sejak 1970 sampai sekarang
memilih untuk menunda pernikahan, bahkan memilih untuk tidak menikah juga
2
berdampak terhadap laki-laki. Laki-laki kesulitan untuk mendapatkan pasangan
yang seusianya untuk dinikahi sehingga mereka juga menikmati hidupnya sendiri,
dan salah satu cara terbaik mereka untuk menikmati hidup mereka sendiri adalah
(Erlin.2013.Bankonka.https://www.japanmaniak.blogspot.co.id/2013/01/Bankonk
a.html?m=1)
kesulitan untuk menyatukan dua prinsip yang berbeda, tidak jarang dalam
ada suami di kehidupan mereka. Bagi laki-laki Jepang tidak beda halnya dengan
alasan perempuan, mereka juga kurang memiliki minat untuk menikah diusia
banyak perempuan yang memilih untuk menempuh jenjang karir yang lebih
Tidak hanya dari perempuan Jepang saja yang menunda pernikahan, laki-
laki pun juga demikian. Permasalahan yang dihadapi oleh laki-laki di Jepang
3
berpendidikan setara dan memiliki pekerjaan bagus, laki-laki Jepang harus di
hadapkan dengan tuntutan untuk lebih daripada perempuan Jepang, belum lagi
keluarga.
permasalahan adalah mereka tidak ingin kekurangan waktu untuk pergi bersama
pasti akan sangat kekurangan waktu untuk melepaskan lelah bekerja dengan
kemajuan ekonomi yang pesat. Keadaan Negara Jepang dengan tingkat ekonomi
yang bagus juga menjadi pegaruh pola kehidupan masyarakatnya, terutama remaja
cepat itu baik dalam mencapai kebahagiaan dalam hidup. Namun, seiring
perempuan Jepang.
Namun dewasa ini tidak hanya faktor pendidikan yang menjadi alasan
utama bagi masyarakat Jepang menunda pernikahan. Masih banyak lagi yang
kemampuan ekonomi yang baik, memiliki lapangan kerja yang bagus sehingga
lebih memilih karir dari pada pernikahan, menikah dan memiliki keluarga itu
merepotkan. Dari sini sudah mulai terjadi perubahan gaya hidup dan menjadi
4
faktor penundaan usia pernikahan. Dengan berkembangnya modernisasi di Jepang
menikah cepat, meskipun ada yang telah menikah, namun tidak ingin memiliki
tahunnya, ada beberapa faktor utama yang ditemukan, yaitu: pandangan anak
muda di Jepang yang menganggap bahwa perkawinan bukan lagi sebagai tujuan
pandangan yang telah menikah untuk memiliki anak. Ketidak seimbangan beban
pekerjaan dan beban pengasuhan anak antara suami dan istri serta kurangnya
fasilitas tempat penitipan anak, yang sangat membebani para ibu yang sekaligus
kecemasan bagi pemerintahan dari pasca Perang Dunia II yang kemudian masih
いくじ かいごきゅうぎょうほう
membuat Undang-Undang (UU) 育児、介護休業法 . Undang-Undang ini dibuat
5
melalui kementerian kesehatan, ketenagakerjaan dan kesejahteraan Jepang
dalam pengasuhan anak. Akan tetapi solusi ini masih belum menjadikan
Jepang kunjung membaik, bahkan tidak stabil dan makin menurun. Yang sangkat
ditakutkan oleh pemerintah Jepang dengan adanya masalah ini adalah, Jepang
usia akan lebih banyak jumlah nya daripada generasi mudanya. Dari permalasahan
ini dapat kita lihat bahwa Bankonka memberikan dampak yang negatif untuk
negara Jepang, tidak hanya dari sudut pandang laki-laki dan perempuan Jepang
saja, tapi juga menimbulkan masalah yang dirasakan pemerintah dan masyarakat
Jepang.
berikut :
6
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
penyebabnya
Bankonka
berkemanusiaan.
dinanti, bahkan ketika sebelum menikah, orang Jepang akan memikirkan dengan
sangat matang dari konsep pernikahan hingga teknis menjalani kehidupan baru
dalam berumah tangga. Namun fenomena yang dewasa ini terjadi di Jepang malah
bertolak belakang dengan prinsip orang Jepang yang ada sebelum adanya prinsip
hasil yang tidak baik dalam berbagai aspek seperti dari segi angka kelahiran yang
7
menurun di Jepang hingga pertumbuhan penduduk yang lambat di Jepang pun
Mereka berusaha bangkit dari keadaan yang memburuk. Oleh sebab itu
hidup baik dari status sosial maupun secara pribadi. Oleh Karena itu, bekerja
jumlah penduduk. Kondisi demofrafi seperti ini justru terbalik dengan apa yang
dihadapi oleh beberapa negara seperti Indonesia, India, Nigeria, dll yang justru
disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran. Sebagai negara dengan peringkat ke-
pertumbuhan penduduk yang hanya mencapai 0,2 persen sejak sensus yang
8
peningkatan, namun secara faktual jumlah penduduk Jepang mengalami
pada tahun 2017 sekitar 941 ribu bayi lahir di Jepang. Angka ini
merupakan jumlah kelahiran paling rendah sejak survei yang sama dilakukan pada
tahun 1899. Hal ini berkaitan dengan angka pernikahan yang begitu rendah.
Kurangnya keinginan dari masyarakat Jepang untuk menikah ini menjadi faktor
Adapun metode yang penulis lakukan pada penelitian ini adalah metode
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang Nazir (1988:63). Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
dari semua penelitian. Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kualitatif agar
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
9
Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada kegiatan pengumpulan data.
b) Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau di
diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan yang menyangkut fakta dan
ini adalah kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Pada kuesioner terbuka
10
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data
a) Data primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
sendiri oleh peneliti. Sumber data primer yaitu data utama dari buku dan
b) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu jurnal,
Teknik analasis data yang dipakai adalah metode analisis data yang
penelitian yaitu :
11
b) Menganalisis data, yaitu menganalisis data yang sudah dikelompokan secara
deskriptif.
Masyarakat Jepang
Fenomena Pernikahan
Bankonka (晩婚化)
Metode Penelitian
Sumber Data :
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berkaitan dengan penelitian ini pada tinjauan kepustakaan dan kajian teori yang
Jepang.
digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif. Penyebab dari
13
tersebut memiliki beberapa kriteria ideal yang mereka harapkan dari pasangan.
Namun sayangnya, kriteria yang ideal tersebut membuat mereka sulit menemukan
perempuan dalam dunia kerja pun mengalami perubahan. Pada masa pertumbuhan
ekonomi tinggi, sebagian besar perempuan hanya bekerja hingga mereka menikah
atau melahirkan. Lalu, mereka akan menjadi sengyou shufu (ibu rumah tangga)
dan akan kembali bekerja saat mencapai usia diatas 30 tahun. Selanjutnya, pada
penurunan, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena adanya perubahan
ekonomi Jepang dari manufaktur ke industri jasa. Dalam industri jasa, sebagian
pekerja yang di perlukan adalah perempuan. Oleh karena itu, presentase pekerja
memilih jalur kerja yang mereka inginkan, yaitu jalur ippan shoku atau jalur
sougou shoku. Hal ini merupakan langkah awal bagi perempuan untuk
memperoleh posisi yang sama seperti laki-laki dalam hal penerimaan dan
14
jumlah perempuan yang mandiri secara finansial pun meningkat. Kemandirian
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan enggan untuk melepas kebebasan yang
dia miliki sebagai lajang. Hal ini dikarenakan perempuan akan mengalami
Bakonka atau penundaan pernikahan merupakan masalah yang umum terjadi pada
negara industri maju. Namun, Bankonka yang terjadi di Jepang sangat signifikan
Nurul Indah Susanti (2014) dalam skripsi nya yang berjudul “Pernikahan
dilihat dari Sudut Pandang Enam Pria Single Jepang di Jakarta” membahas
tentang bankonka dan mikonka yang menjadi masalah serius di Jepang. Dalam
skripsi nya ini lebih berfokus tentang bagaimana pandangan mereka (Enam Pria
Single yang bekerja di Jakarta) terhadap pernikahan. Yang mana sudah terjadi nya
15
tangga. Termasuk konsep pria Jepang Tradisional yang berganti menjadi konsep
pernikahan adanya saling bantu dan bekerja sama, seperti ketika yang satu sakit
ada yang menjaga. Dan kekhawatiran terhadap pernikahan pun juga dirasakan
oleh pria Jepang, dimanaa image sebagai pencari nafkah sudah sangat melekat
terhadap pria, tidak hanya di Jepang saja. Bagi beberapa pria di Jepang, uang
menjadi faktor yang sangat mengkhawatirkan bagi mereka. Masalah yang menjadi
kekhawatiran selain financial adalah masalah waktu, dimana mereka mulai tidak
mendapatkan waktu untuk bergaul dengan teman seperti pada masa sebelum
menikah.
- Data pada penelitian ini lebih berfokus kepada laki-laki dan Perempuan
Pada bagian ini akan diuraikan kajian teori yang dipakai dalam penelitian
16
dapat menyangkut mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola dan perilaku, serta
bentuk perubahan sosial yang berupa suatu persoalan yang harus dihadapi
immaterial
terhadap keseimbangan
d. Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
17
sosial nya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku
dan seterusnya.
keluarga menurut Mattensich dan Hill (1995) yaitu terdiri atas pemeliharaan fisik
sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau
adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan moral keluarga dan
Jadi, dapat dilihat bahwa tidak semua perubahan sosial yang terjadi
transformasi yang bersifat linier. Oleh karena itu kita dapat membagi dua jenis
lagi. Contoh perubahan sosial yang tidak direncanakan tentu saja banyak terjadi
dan merupakan peristiwa tragis seperti bencana alam dan peperangan. Hal ini
dapat dilihat pada kehancuran beberapa peradapan dahulu karena gunung merapi,
gempa, tsunami, dan berbagai peperangan seperti perang dunia I, II, holocaust dan
18
banyak lagi. Sehingga dapat dikatakan memang dalam dinamika sosial,
sistem sosial dalam suatu masyarakat. Bentuk perubahan sosial akibat Bankonka
perilaku dan gaya hidup yang semakin bebas. Bankonka diketahui sebagai
masyarakat.
19
BAB III
pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di
dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
uraian tentang hak dan kewajiban pasangan dan masa depan anak (Hiroshi, 1987 :
322). Melalui pernyataan di atas memberi pengertian yang jelas bahwa dalam
sebagai suatu proses untuk meneruskan garis keturunan yang sangat diperlukan
20
Didalam masyarakat tradisional dan modern Jepang ada dua istilah
mengenai bentuk pernikahan, yaitu Ren’ai kekkon (恋愛結婚) dan Omiai kekkon
(お見合い結婚). Ren’ai kekkon adalah pernikahan yang didasarkan oleh rasa suka
sama suka dan rasa cinta masing-masing pasangan, sedangkan Omiai kekkon
adalah pernikahan yang terjadi atas dasar perjodohan yang di perantarai oleh
pihak ketiga, baik itu keluarga maupun kerabat. Pihak ketiga ini disebut Nakodo
(Lebra, 1984:102).
Omiai kekkon dilakukan sebagai alat politik untuk memperkuat kedudukan dan
Namun sejak pasca perang dunia II, Omiai kekkon merupakan suatu hal yang
kedua pasangan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ren’ai kekkon dimana
1983:117).
menjadi pilihan daripada Omiai kekkon, tapi untuk mendapatkan pasangan yang
saling mencintai tersebut cukup sulit. Hal ini terjadi karena pandangan anak muda
Jepang baik laki-laki maupun perempuan terhadap makna dan tujuan pernikahan
21
bukan menjadi prioritas bagi laki-laki dan perempuan pada usia produktif, atau
sudah berlalu seiring bertambahnya usia. Seperti yang diungkapkan oleh Yasuko
いま わか ひと けっこん おお か
“今の若い人たちの結婚は大きく変わってきています。”
Terjemahan:
Pandangan anak muda Jepang saat ini terhadap pernikahan
mengalami perubahan besar
Yasuko menambahkan, banyaknya kriteria yang mereka inginkan
sehingga sulit untuk mendapatkan pasangan yang tepat dan sesuai dengan
harapan. Hal ini adanya kecenderungan anak muda sekarang lebih mudah
いま わか ひと あそ あ い て み
“今の若い人たちは遊び相手はいくらでも見つけられるけれど
けっこん あい て み め も
も、結婚相手を見つけられるを目を持っていないからこそ、こう
けいこう で もんだい
いう傾向が出てきているのであって、これこそが問題なのです。
ほんにん いちばん
本人また、それを一番よくしっているはずです。”
Terjemahan:
Terdapat kecenderungan bahwa anak muda Jepang
sekarang ini bisa menemukan beberapa pasangan bermain
tetapi tidak menemukan pasangan hidupnya yang tepat.
Hal tersebut merupakan suatu masalah (Yasuko. 1997:10).
Dahulu mereka siap untuk menikah dengan siapa saja, tapi sekarang
pernikahan itu berdasarkan dengan keinginan, cinta, harta, dan lain-lain, sehingga
sulit untuk mencari pasangan hidup yang tepat. Salah satu faktor penyebab
penundaan pernikahan itu adalah tidak menemukan pasangan yang sesuai atau
22
3.1.1 Makna dan Tujuan Pernikahan Bagi Masyarakat Jepang
Jepang dan masyarakat modern memiliki makna yang berbeda. Pada masyarakat
adalah suatu hal yang wajib dalam sebuah keluarga. Pernikahan juga merupakan
suatu proses yang sakral dan bukan merupakan hal yang sederhana sehingga
pernikahan menjalin hubungan antara dua insan yang memiliki konsekuensi dalam
menjadi hal yang sakral dan penuh tanggung jawab besar yang akan dipikul dalam
kehidupan pernikahan selanjutnya. Selain itu, dalam masyarakat Jepang tidak ada
dengan yang lainnya. keluarga sebagai unit kerjasama ekonomi yang memerlukan
Jepang memiliki makna pernikahan yang sama. Makna pernikahan adalah untuk
menjaga nama baik keluarga. Bagi laki-laki Jepang, tunduk terhadap kehendak
keluarga dituntut atas nama suatu nilai dalam arti semua anggota keluarga
23
memiliki makna sebagai bagian dari kesatuan makhluk sosial. Perempuan dengan
himpunan keluarga laki-laki yang dinikahi sesuai dengan aturan yang ada pada
tradisional Jepang adalah menjaga eksistensi dan harta warisan keluarga. Bagi
penerima Kaizan (harta warisan) sebagai Zaisan (harta kekayaan). Sementara bagi
perempuan Jepang, menikah memiliki tujuan agar dapat melahirkan calon penerus
pernikahan sebagai sesuatu yang tidak harus disegerakan. Pernikahan hanya akan
pernikahan sebagai sesuatu yang tidak harus disegerakan sehingga mereka dapat
pasangan harus saling melengkapi satu sama lain, cinta dan penghormatan,
kesamaan dalam keyakinan dan tujuan, tidak lagi menjadi makna yang di
24
ini bisa bebas memanfaatkan uangnya untuk datang ke tempat PSK untuk sekedar
inginkan, bebas berteman dengan siapa saja dan melakukan apapun tanpa dibatasi
Jepang dalam mengejar karir. Namun tuntutan akan keinginan perempuan mencari
kesulitan untuk menyatukan dua prinsip yang berbeda, tidak jarang dalam
ada suami di kehidupan mereka. Rasa percaya diri untuk bisa memenuhi
jenis. Apalagi punya anak, ini adalah kondisi yang kurang nyaman bagi
perempuan Jepang karena mereka berpikir dapat mengancam karir yang telah
lama mereka perjuangkan dari awal. Hal ini tentu sangat dianggap merugikan
hidup mereka. Daripada hidup dipenuhi dengan urusan suami dan anak, mereka
pasangan yang tinggi ketika mereka sudah memiliki pekerjaan. Mereka cenderung
25
ingin mencari pasangan yang memliki gaji setara atau bahkan diatas mereka.
(www.tribunnews.com/internasional/2015/01/09/ini-yang-bikin-anak-anak-muda-
jepang-makin-malas-menikah-apalagi-punya-anak).
Tujuan pernikahan bagi masyarakat Jepang adalah untuk status sosial dan
kerjasama sama ekonomi seperti hasil survey dari National Institute of Population
praktis, karena dengan hidup sendiri dirasa banyak kekurangannya. Lalu untuk
melepaskan diri dari orang tua, dan yang terakhir untuk membuat diri nyaman.
jepang. Hal ini terjadi karena laki-laki Jepang juga kurang memiliki minat untuk
menikah diusia produktifnya. Alasan utama tentu karena mereka lebih menikmati
の不便さ」), 単身でいることの精神的不安定さから
しんてきだっしゅつしこう どくしん
の 心的脱出志向 ( た と え ば 、 「 独身 で い る こ と の
か た み せま ” てきれいき しんりてきあつりょく
肩身 の 狭 さ 」 、 「 “ 適齢期 ” と い う 心理的圧力 」 な
しゅっさんかぞく どくりつ せいとう しこう
ど), 出産家族から独立する正当づけ志向(たとえば、
26
けっこん おやもと どくりつ けっこん すす
「結婚すれば親元から独立できる」), 結婚への奨め
たい だきょうしこう けっこん おや
安心させることができる」”
Terjemahan:
Mencari jalan untuk keluar dari kehidupan single
(misalnya kehidupan single yang tidak praktis), merasa
tidak nyaman dengan kondisi mental/emosi saat single
(misalnya, tekanan saat berhadapan dengan kondisi
lingkungan yang berbeda, tekanan terhadap usia, dan lain
lain), bisa bebas dari orang tua, bisa mengatur kehidupan
sendiri dan yang terakhir untuk membuat orang tua tidak
khawatir.
Penjelasan di atas adalah mengenai perlu tidaknya menikah menurut laki-
laki Jepang. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa laki-laki Jepang
merasa perlu menikah karena ingin bebas dari orang tua dan segera dan bebas
mengatur hidupnya sendiri. Selain itu, jika kondisinya berbeda dengan kondisi
pada umumnya di masyarakat, ia akan merasa tidak nyaman dan merasa tertekan.
kurangnya niat dan keinginan bagi perempuan Jepang terhadap pentingnya sebuah
Jepang
27
yang masih memiliki kesadaran terhadap pernikahan ini sulit menemukan
untuk menikah.
pernikahan menurut laki-laki Jepang melalui buku Unmasking Japan Today: The
sebagai individu yang merdeka dalam masyarakat (Kumagai, 1996: 103). Hal
masih banyak diikuti oleh sebagian besar laki-laki di Jepang. Sementara itu,
menurut hasil dari sebuah survei yang dilakukan oleh National Institute of
Population and Social Security Research tahun 2007, keuntungan menikah adalah
mendapatkan kepercayaan dari keluarga dan masyarakat, bisa hidup dengan lebih
baik, bisa lebih stabil dalam urusan finansial, bebas dari orang tua, dan memiliki
perempuan Jepang adalah bisa hidup lebih baik dengan adanya kerjasama
ekonomi antara suami dan istri, bisa membiayai kehidupan berdua, membayar
sewa rumah berdua, dengan kata lain pernikahan menjadi jalan untuk menutupi
pasangan ini akan mengatur perekonomian yang berhubungan dengan biaya hidup
seperti sewa rumah dan dianggarkan untuk di bayar berdua. Selain itu, perempuan
Jepang dapat diterima sebagai masyarakat sosial yang sudah diakui sehingga
2010: 99).
28
Dibalik keuntungan dari sebuah pernikahan, sebetulnya ada kekhawatiran
baik bagi laki-laki Jepang maupun perempuan Jepang. Adapun kekhawatiran yang
dirasakan oleh laki-laki Jepang adalah masalah finansial dan juga kebebasan
hal yang wajar terjadi, karena image laki-laki sebagai pencari nafkah masih
rumah tangga ketika menikah. Jadi wajar sekali jika masalah uang menjadikan
laki-laki di Jepang khawatir untuk menikah. Selain itu, Jepang juga dikenal
sebagai negara yang mahal dengan masyarakatnya yang konsumtif, maka dari itu
cenderung tidak ingin kehilangan apa yang sudah mereka perjuangkan. Sehingga,
mereka tidak ingin kehilangan kebebasan dalam menggunakan waktu, baik dalam
pekerjaan maupun kebebasan menikmati waktu sendiri, mereka takut tidak lagi
memiliki waktu luang dikarenakan sibuk mengurusi rumah tangga, takut untuk
memiliki anak, dan hal lain yang berhubungan dengan kehidupan setelah
29
merupakan beban, bahkan ada perempuan Jepang enggan berbagi penghasilan
yang berbeda dari sebelumnya. Dahulu pernikahan merupakan sesuatu yang harus
dengan berbagai macam alasan dan pertimbangan. Penundaan usia pernikahan ini
terjadi karena banyak faktor, seperti banyaknya masyarakat Jepang yang lebih
persentase pernikahan di Jepang menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970 di
Jepang ada 42 % laki-laki dan 28,6 % perempuan pada umur yang sewajarnya
presentasenya naik menjadi 57,8 % untuk laki-laki dan 44% untuk perempuan.
Pada tahun 1970 laki-laki menikah rata-rata di usia 26 tahun dan perempuan di
usia 24 tahun. Pada tahun 2005 meningkat, usia menikah untuk laki-laki rata-rata
Single, Mikonka, dan Hikonka. Fenomena-fenomena ini saling terkait dan saling
30
Parasite single adalah fenomena yang muncul pada tahun 1990-an di
Jepang. Parasite single yaitu mereka yang belum menikah dan sudah lulus
Faktor utama yang menyebabkan munculnya parasite single ini adalah faktor
ekonomi, dimana para single berumur 20-30 tahun-an memilih untuk tetap tinggal
dengan orang tua nya karena berfikir bahwa mereka dapat hidup lebih baik secara
berbeda jauh dengan Bankonka. Mikon berarti belum menikah, mikonka (未婚化)
pernikahan pada usia yang lebih lanjut, pernikahan lambat, bankonka (晩婚化)
Hikonka adalah karena masyarakat Jepang menjadikan karir sebagai fokus mereka,
dan pernikahan yang dulunya sebuah keharusan sekarang ini tidak dijadikan
obsesi lagi bagi masyarakat muda Jepang. Selain itu, Hikonka seringkali terjadi
sehingga tanpa disadari mereka sudah melewatkan usia produktif. Dengan usia
yang sudah tidak produktif lagi, akan sangat sulit bagi mereka untuk menemukan
2003:50).
31
Dengan saling berkaitannya fenomena-fenomena pernikahan di Jepang
Jepang yang memahami konsep pernikahan yang sudah bergeser seiring dengan
perubahan struktur keluarga Jepang dari keluarga tradisional (Ie) menjadi keluarga
lagi dengan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, mereka harus memiliki
Jepang sekarang ini semakin giat dalam pekerjaannya, banyak dari perempuan
Jepang saat ini yang mencapai prestasi yang baik dalam karirnya. Para perempuan
karir ini memutuskan untuk menjadi single karena mereka tidak ingin karir
pemerintah Jepang. Meskipun sudah ada solusi dan penanganan dari pemerintah,
32
fenomena pernikahan di Jepang masih susah untuk di perbaiki karena menyangkut
pada umur 26 tahun untuk laki-laki dan 24 tahun untuk perempuan, namun
karena lebih berfokus pada pendidikan, karir, dan sulit menemukan pasangan,
namun faktor perubahan zaman, perkembangan ekonomi, industri dan pola pikir
terhadap diri sendiri dan keluarga, maupun masyarakat Jepang. Dampak yang
dirasakan terhadap diri sendiri tentu saja seperti hilangnya rasa kepentingan
beban bagi keluarga, lalu dampak bagi masyarakat Jepang seperti menurunnya
dalam ilmu pengetahuan (masih percaya pada takhayul), cenderung pasif (kurang
33
inisiatif), berwawasan sempit, egois dan sebagainya. Oleh karena itu, pasca
kekalahan perang, demi membangun Jepang menjadi negara yang terhormat, yang
pendidikan (http://www.rezarustam.com/).
menjunjung tinggi kebebasan dan demokratis. Salah satu ayat yang tercantum
dalam BAB III pasal 14, berbunyi sebagai berikut: “Hak setiap orang dalam
ekonomi dan sosial. Hal ini menjadi suatu ironi berkepanjangan dikarenakan
mengalami bentuk diskriminasi dan kemudian lambat laun dapat diterima oleh
34
universitas tentu saja memilih untuk berkarir. Perempuan-perempuan ini setelah
daripada harus hidup berumah tangga dan memiliki anak. Sebenarnya menikah
tetap menjadi kebutuhan, namun dalam hal ini yang dimaksud adalah kebutuhan
batiniah. Akan tetapi, perempuan karir di Jepang merasa berat jika ia bekerja
tetapi di satu sisi ia harus bertanggung jawab untuk urusan rumah tangga dan
mengasuh anak. Oleh karena itu fenomena yang banyak terjadi pada perempuan
zaman modern Jepang adalah fenomena kenaikan usia rata-rata menikah pertama
(Kawamura, 2011:1).
sudah banyak perubahan. Memang, sisa-sisa kebiasaan lama masih ada sampai
bahkan sampai dunia politik. Perempuan sudah tidak terlalu memikirkan urusan
rumah tangga, mereka sudah mulai mengerjakan pekerjaan di luar rumah tangga,
sekaligusi ibu. Kedudukan perempuan rendah dan kewajibannya patuh pada orang
tua (ketika masih anak-anak), patuh pada suami (setelah menikah), patuh pada
35
anak tertua (setelah tua), dan patuh pada mertua (setelah berumah tangga). Setelah
menjadi ibu berarti memperoleh status dalam masyarakat. Hal ini menjadi awal
Lalu, muncul lah kenapa perempuan Jepang mulai bangkit dan diakui
dalam masyarakat. Mereka tidak lagi berada dibawah laki-laki Jepang dalam hal
pendidikan dan pekerjaan. Perempuan Jepang mulai masuk ke dunia kerja dan
sehingga laki-laki juga mulai sulit untuk menemukan pasangan yang ingin mereka
nikahi. Dari sini dapat kita lihat bahwa awal mula terjadi Bankonka karena adanya
Tidak hanya pendidikan dan karir saja yang menjadi awal mula
pada nilai sosial masyarakat Jepang juga menjadi awal mula Bankonka di Jepang.
Peran Jepang sebagai masyarakat global atau bisa disebut sebagai globalisasi
Jepang dimulai sejak Jepang kembali membuka diri terhadap negara-negara asing.
dianggap tidak sesuai dengan zaman, sebagai salah satu contoh adalah perubahan
36
Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, pasca perang dunia II Jepang
dan istri. Kemudian menghormati dalam memilih pasangan, harta benda, warisan,
penetapan hukum, harus dilihat dari sudut pandang individu dan persamaan
mendasar dari jenis kelamin. Dengan adanya ketetapan seperti ini, telah terjadi
awalnya menimbulkan pandangan bahwa masyarakat Jepang harus lebih giat agar
bisa mendapatkan perekonomian yang bagus, sehingga hal ini memancing baik
industrialisasi perkotaan seperti Tokyo dan Osaka. Urbanisasi juga menjadi faktor
37
berubahnya struktur keluarga dengan struktur chokkei kazoku (terdiri dari kakek,
nenek, ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah) menjadi kaku kazoku
(keluarga terbagi menjadi kakek, nenek dan ayah, ibu, anak) atau bahkan tanshin
setai (anak yang belum menikah memutuskan untuk tinggal sendiri). Peningkatan
urbanisasi terjadi pasca Perang Dunia II, khususnya antara tahun 1960 dan 1974,
hal ini karena banyaknya permintaan untuk tenaga kerja di daerah perkotaan. Pada
2004:44).
serta telah mapan secara finansial dan juga mandiri, kemudian merasa lebih
nyaman untuk hidup bebas tanpa ikatan pernikahan. Selain itu, banyak yang
bekerja. Hal inilah yang kemudian membuat banyak generasi muda Jepang yang
Jadi, awal mulai Bankonka di Jepang terjadi pasca perang dunia II.
adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan
dan pekerjaan. lalu mulai terjadi perubahan dalam sistem keluarga, dimana
awalnya loyalitas dalam keluarga adalah yang paling utama tetapi mulai berubah.
Loyalitas terhadap pekerjaan lebih tinggi daripada loyalitas kepada keluarga. Dari
38
sini masyarakat Jepang mengalami perubahan sosial, dimana awalnya masyarakat
dilakukan atas dasar keinginan diri sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya
adanya berbagai dampak yang dirasakan. Baik dampak yang dirasakan terhadap
Dampak dari Bankonka yang dirasakan terhadap diri sendiri dan keluarga
Iwao Sumiko (1993:64) masyarakat Jepang yang menjadikan karir sebagai fokus
memikirkan diri sendiri, bahkan sudah tidak menemukan pasangan lagi. Hal ini
pasangan sehingga tidak bisa menikah. Sementara itu, terdapat masyarakat Jepang
keluarga meskipun sudah bekerja tentu saja menjadi beban bagi keluarganya.
39
Dampak yang paling terlihat dari Bankonka di Jepang adalah dampak
tahun yang melanda Negara Jepang. Menurut Kamus Kanji (Chandra, 2009:14, 19,
26), arti kata Shoushika ( 少子化 ) dilihat dari kanjinya 少: shou berarti sedikit,
子: shi berarti anak, 化 : ka berarti perubahan dan mondai (問題) yang artinya
masalah. Sehingga arti kata shoushika mondai adalah masalah yang timbul akibat
Menurut Nawawi (2003) konsep SDM memiliki tiga pengertian, yaitu: pertama,
manusiawi agar potensi fisik dan psikis yang dimiliki berfungsi maksimal bagi
Shoushika jugaa akan terus meningkat, dengan kata lain Negara Jepang akan
kekurangan generasi mudanya, tentu saja hal ini menjadi kekhawatiran bagi
dari Bankonka. Tingginya angka lansia di Jepang disebut dengan Koureika Shakai
40
Meskipun pemerintah Jepang sudah melakukan penanggulangan terhadap
tingginya angka lansia di Jepang, tetapi masalah akan tetap berlanjut jika
Bankonka tidak bisa diatasi. Baik Shoushika maupun Koureika Shakai merupakan
(www.republika.co.id/international.html).
BAB IV
Bab ini merupakan analisis dari hasil kuesioner online yang disebarkan
kepada orang Jepang melalui google form. Dalam penyebaran angket ini,
kuesioner online. Angket tersebut ditulis dalam bahasa Jepang yang terdiri dari
dengan memilih dari sejumlah alternatif yang telah disediakan. Pertanyaan yang
41
masyarakat Jepang terhadap Bankonka, faktor-faktor penyebab terjadinya
kuesioner online tersebut. Dari 52 angket yang diterima, terdiri dari 18 orang laki-
dengan rata-rata usia 20 – 35 tahun ke atas dengan tujuan untuk melihat perspektif
pernikahan. Angket ini disebarkan antara bulan Oktober – November 2018. Rata-
rata dari responden sudah memiliki pekerjaan sebagai karyawan dan staf hotel,
dan lain-lain. Namun terdapat responden yang belum memiliki pekerjaan, seperti
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00% 38.40%
15.00%
23.10%
10.00%
42
Dari hasil kuesioner akan dijelaskan kedalam 3 bagian, yaitu tentang
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa saat ini
Kata Bankonka terdiri dari tiga kanji, yaitu ban (晩 - malam); kon (婚 -
とし けっこん
年をとってからの結婚
こんき す けっこん
根気を過ぎてからの結婚
Terjemahan:
Pernikahan di usia lanjut
Pernikahan setelah melampaui usia layak untuk menikah
sebagai berikut :
43
けっこんてきれいき ねんれいそう けっこん
“ 結 婚 適 齢 期 とされる 年 齢 層 、または 結 婚 が
ひかくてきひんぱん しょう ねんれいはんい たか
比 較 的 頻 繁 に 生 じている 年 齢 範 囲 よりも 高 い
ねんれい けっこん そうたいてき ぞうか けいこう
年 齢 での 結 婚 が 相 対 的 に増加する 傾 向 。”
Terjemahan :
Pernikahan pada usia yang lebih tinggi daripada usia ideal
untuk menikah rata-rata semakin bertambah
Dalam bukunya, Takeuchi (2011:1) mengartikan Bankonka sebagai
berikut,
ばんこんか へいきんしょこんねんれい だんじょ
晩婚化 と い う は 平 均 初 婚 年 齢 は 男 女 と も に
じょうしょうけいこう
上 昇 傾 向 にある
Terjemahan:
usia rata-rata pada pernikahan pertama, baik pada laki-
laki maupun perempuan mengalami peningkatan”
merujuk pada pernikahan yang telah melewati waktu yang tepat untuk usia
menikah. Penundaan ini tidak hanya terjadi pada perempuan tetapi juga pada laki-
laki.
perempuan di Jepang diharapkan untuk menikah pada usia yang tepat. Usia ini
berkisar antara 24-25 tahun untuk perempuan dan 27 tahun bagi laki-laki. Laki-
laki dan perempuan yang sudah melebihi batas usia ini tetapi belum menikah akan
44
past the proper marriageable age are treated quite
shabbily...A man who does not marry about 27 or so is
thought untrustworthy by colleagues and employers. Like
unwed women they can not be considered whole member
of society.”
Terjemahan:
Untuk dianggap sebagai seseorang yang dewasa di Jepang.
Orang harus menikah. Bagi perempuan menikah dan
mengurus anak merupakan misi eksklusif dalam hidup.
Perempuan yang belum menikah hingga melewati usia
yang pantas untuk menikah akan diperlakukan dengan
tidak baik...Laki-laki yang tidak menikah saat usianya
mencapai 27 tahun dianggap tidak dapat dipercaya oleh
kolega dan karyawannya. Sama seperti perempuan yang
belum menikah, mereka tidak akan dianggap sebagai
anggota penuh dalam masyarakat
けっこん じ
- 結婚について、どんなイメージがありますか
けっこん
- あなたは結婚するつもりですか
けっこん ひつよう おも
- あなたにとって結婚は必要だと思いますか
はや けっこん けっこん ち え ん
- あなたは早く結婚するつもりですか、それとも結婚を遅延するつもりですか
45
(apakah anda berniat menikah cepat ? atau menunda pernikahan?)
なんさい けっこん
- あなたは何歳ぐらい結婚するつもりですか
antara 20-35 tahun dan belum menikah. Dapat kita lihat pada diagram berikut.
36.50% 38.50%
17.30%
7.70%
responden dengan usia diatas 26 tahun, dan itu berjumlah 63,5%. Pada umumnya
mereka sudah bekerja dan sebagian besar adalah karyawan, seperti yang dilihat
46
48.50%
27.30%
18.20%
3% 3%
Karyawan Staff Hotel Pegawai Negeri Pekerja Paruh Belum Bekerja
Waktu
34.60%
28.80%
23.20%
13.40%
47
Dari grafik 4.2.3 dapat kita lihat pada umumnya mereka berpendapat
bahwa suatu pernikahan itu adalah hal yang memiliki tanggung jawab besar.
Menurut salah satu responden, dalam pernikahan tentu saja memiliki tanggung
jawab yang besar sehingga banyak dari masyarakat Jepang memilih untuk
Seperti yang dikatakan oleh salah satu responden “dalam pernikahan tentu saja
memiliki tanggung jawab yang besar sehingga banyak generasi muda merasa
lagi dengan kemampuan secara finansial yang belum kuat akan terasa sangat berat
mengatakan inti pernikahan itu adalah adanya hubungan antara dua orang yang
harus berbeda jenis kelamin yang didalamnya terdapat pembagian peran dan
tanggung jawab. Masih banyak terdapat masyarakat Jepang yang merasa belum
Dalam pernikahan tentu saja tidak selalu berjalan mulus. Ada pernikahan
yang bertahan dan ada yang gagal. Tidak sedikit dari generasi muda Jepang yang
takut gagal dalam pernikahan. Dari salah satu responden mengatakan “mudah
takut akan perceraian dalam pernikahan karena tidak jarang saya melihat
disatukan, contohnya orang tua saya”. Dari jawaban responden ini dapat kita lihat
bahwa ia merasa takut gagal dalam pernikahan, melihat apa yang terjadi dengan
keluarganya yang harus bercerai karena perbedaan pandangan yang tidak dapat
48
disatukan. Sehingga hal ini memicu munculnya ketakutan akan kegagalan dalam
pernikahan.
pernikahan itu adalah sesuatu yang merepotkan. Tidak hanya mengenai segala
usia 28 tahun sebagai berikut:“sewaktu muda saya berfikir bahwa pernikahan itu
menyenangkan, tetapi ketika dewasa dan mendengar dari orang sekitar mengenai
pernikahan itu merepotkan”. Dari jawaban responden ini dapat kita lihat bahwa
bahwa pernikahan itu tidak sesederhana yang ia bayangkan, tetapi banyak hal
pernikahan itu merupakan sebuah kebahagiaan. Hidup dengan orang yang dicintai
けっこん
masyarakat Jepang untuk menikah berdasarkan pertanyaan”あなたは結婚するつも
49
りですか(apakah anda berniat untuk menikah?)” dapat kita lihat pada diagram
berikut.
tidak ingin
menikah, 6%
belum
memikirkan,
29%
ingin menikah,
65%
Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa persentasi keinginan menikah
responden lebih besar daripada tidak ingin menikah. Akan tetapi, terdapat
pada usia produktif masih menganggap bahwa pernikahan itu adalah penting,
pentingnya pernikahan
TIDAK
17%
IYA
83%
50
Meskipun mereka menganggap bahwa pernikahan itu penting, tetapi pada
umumnya mereka banyak yang menuunda pernikahan. seperti yang dapat dilihat
28
18
5
Banyak dari generasi muda Jepang saat ini yang tidak ingin merasa diikat karena
pernikahan. Menurut mereka, selagi masih muda banyak hal yang masih bisa
dilakukan. Semakin banyak hal yang bisa dilakukan maka semakin banyak
pengalaman yang bisa didapat. Seperti yang dikatakan oleh responden berikut:
” けっこん ちえん よ おも わか
“結婚 を遅延 しても良 いと思 う。若 いうちにやり
ほう
たいことをたくさんやった法がいい”
Terjemahan:
Menurut saya lebih baik menunda pernikahan. lebih
baik melakukan banyak hal selagi muda.
Oleh karena itu, menurut mereka lebih baik untuk menunda pernikahan agar dapat
51
Maksudnya adalah agar lebih matang secara pemikiran, sehingga hal ini dapat
sebagai berikut:
” おそ けっこん だいこうはん だいぜんはん おも
“遅 い 結婚 (20代後半 ~30 代前半 ) が い いと 思 う 。
しゃかいけいけん つ たが せいかつりょく み つ
社会経験 も積 んで、お互 い 生 活 力 も身 に付 いて
おも
いると思うから”
Terjemahan:
pernikahan yang terlambat lebih bagus. Usia
pernikahan yang bagus itu sekitar akhir-akhir 20-an
atau awal-awal 30-an. Supaya lebih memiliki
pengalaman sosial dan saling belajar hidup bersama.
Dari jawaban diatas dapat kita lihat bahwa responden menunda
banyak hal, selagi muda masih bisa belajar dan mendapatkan pengalaman dalam
sosial bermasyarakat.
Kebanyakan dari masyarakat Jepang yang memiliki pekerjaan tetap dan kuat
secara finansial merasa masih puas dan bebas melakukan apa saja sehingga tidak
memiliki alasan untuk menikah dalam jangka waktu yang cepat, oleh karena itu
pemikiran yang lebih cenderung menunda pernikahan. seperti yang dikatakan oleh
Terjemahan:
Saat ini, saya tidak berfikir bahwa pernikahan itu
penting
52
Adapun mengenai usia keinginan untuk menikah pada masyarakat
なんさい けっこん
Jepang diberikan dalam bentuk pertanyaan berikut “あなたは何歳ぐらい結婚するつ
tersebut terdapat jawaban yang dapat dilihat dari diagram dibawah ini.
44.20%
25%
15.40% 15.40%
memiliki keinginan menikah diatas usia produktif (lebih dari 26 tahun) sekitar
Banyak dari responden yang sibuk dalam bekerja maupun sibuk dengan kegiatan
yang sedang difokuskan, sehingga mereka tidak memiliki waktu lebih untuk
Terjemahan:
Sekarang saya tidak memikirkan tentang pernikahan.
saat ini saya tidak memiliki waktu untuk memikirkan
itu.
53
Berbeda dengan alasan sebelumnya, meskipun mereka memiliki waktu lebih,
tetapi mereka belum memiliki keinginan untuk mencari pasangan. Ingin tetap
fokus dalam bekerja menjadi alasan penyebab mereka belum memiliki keinginan
” に ほ ん しょくぎょう ゆうせん ひと
“日本 で職業 に優先 したい人 がたくさんいます。さらに、
し ご と せんねん しょくぎょうふじん ふ
仕事を専念したい職業婦人が増えているからです。”
Terjemahan:
Ada banyak orang yang memprioritaskan pekerjaan di
Jepang. Selain itu, jumlah perempuan yang ingin
berkonsentrasi pada pekerjaan semakin meningkat.
Terjemahan :
samasekali belum memikirkan tentang pernikahan
karena masih merasa cukup dan belum membutuhkan
pasangan, selagi hidup sendiri tidak menjadi masalah
lebih baik tidak memiliki pasangan, terlebih lagi bisa
memiliki kebebasan terhadap diri sendiri”.
Dari jawaban responden ini dapat kita lihat bahwa penundaan pernikahan
kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang tetap. Oleh karena itu, banyak dari
generasi muda Jepang yang masih bekerja paruh waktu dengan gaji yang sedikit
54
atau bahkan belum menemukan pekerjaan. Oleh karena itu akan sangat sulit untuk
mereka tidak berfikir untuk menikah dalam jangka waktu dekat. Seperti yang
” し ゅうし ょ くか つ どう かんたん とく と か い て き し が い
“就職活動って簡単なことじゃない、特に都会的な市街で。
じ ぶ ん ひつようせい こま けっこん かんが
自分の必要性に困るので結婚なんて 考 えない”
Terjemahan :
sulit untuk menemukan pekerjaan tetap terlebih lagi di
kota besar. Untuk memikirkan kebutuhan diri sendiri
saja masih cukup susah, apalagi memikirkan
pernikahan
.
Dari sini dapat kita lihat persaingan dalam dunia kerja juga dapat
ばん こ ん か し
- あなたは晩婚化のこと知っていますか
- あなたにとって、晩婚化にどう思いますか、晩婚者にどう思いますか
55
Hasil yang didapat melalui pertanyaan diatas adalah pada umumnya
masyarakat Jepang mengetahui apa itu Bankonka. Seperti yang terlihat pada
diagram berikut.
86.50%
13.50%
IYA
TIDAK
menunda pernikahan, seperti yang dapat dilihat pada diagram dibawah ini.
38.40%
28.90%
23.10%
9.60%
56
Dari diagram diatas dapat kita lihat pada umumnya jawaban responden
berbagai hal, baik dalam kebebasan secara personal, maupun dalam menentukan
ingin terhambat dalam karir seperti yang dituntut oleh kebanyakan laki-laki
mereka karena pernikahan. Selain itu, baik laki-laki maupun perempuan Jepang
tidak ingin terikat setelah menikah. Mereka takut tidak lagi mendapat kebebasan
seperti yang mereka miliki sebelum menikah. Seperti yang dikatakan oleh salah
Terjemahan:
Jumlah orang yang ingin hidup bebas tanpa terikat
meningkat. Bagi saya, tidak ingin kehilangan
kebebasan dan kenyamanan saya
57
Banyak dari masyarakat Jepang saat ini menganggap bahwa hidup sendiri lebih
おそ けっこん べつ おも けっこん
“遅 い結婚 について別 にいいと思 う。結婚 しなくて
しあわ じんせい おく にんしき
も 幸 せな人生 を送 ることができるという認識 が
ひろ おも
広まっていると思う”
Terjemahan:
Mengenai pernikahan yang lambat, menurut saya itu
bagus. Semakin banyak pengakuan bahwa walaupun
tidak menikah masih dapat memiliki kebahagiaan
dalam hidup.
Banyak dari masyarakat Jepang yang tidak ingin memiliki anak. Hal ini terjadi
dari perempuan Jepang tidak ingin memiliki anak. Salah satu responden
mengatakan :
Terjemahan:
sekarang ini, banyak dari perempuan yang ingin lanjut
bekerja setelah menikah. Tetapi, tidak ada sistem
pendukung untuk pekerjaan dan membesarkan anak,
sehingga dukungan dalam pelayanan anak tidak
58
memadai. Dengan kata lain perempuan berpikir tidak
ingin punya anak.
Dari jawaban responden ini dapat kita lihat bahwa terdapat masyarakat
Jepang yang tidak ingin memiliki anak karena kurangnya sistem pendukung dari
pemerintah dalam hal bekerja dan membesarkan anak, sehingga banyak dari
pernikahan.
Pada saat sekarang ini, masyarakat Jepang yang semakin individualis meningkat.
わたし かんけい ひと り か い ほか ひと
“ 私 は関係 がない人 にあまり理解 できません。他 の人 を
り か い おも
理解しなきゃと思わない”
Terjemahan:
Saya tidak terlalu bisa memahami orang yang tidak ada
hubungannya dengan saya. Saya tidak berfikir harus
memahami orang lain
59
けっこん ひかくてきひんぱん しょう ねんれいはんい たか ねんれい けっこん
- 結婚 が比較的頻繁 に生じている年齢範囲 よりも高い年齢 での結婚 はどう
おも
思いますか
ち え ん
- あなたにとって、なぜ人は結婚を遅延するだと思いますか。
ばん こ ん か げんいん なん おも
- 晩婚化の原因は何だと思いますか。
responden, terdapat empat faktor yang menjadi penyebab Bankonka, seperti pada
34.60%
26.90% 25%
13.50%
60
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa faktor yang menjadi penyebab
terbesar Bankonka di Jepang adalah faktor gaya hidup, selain itu terdapat juga
faktor kekhawatiran, faktor ekonomi, dan faktor lainnya yang menjadi penyebab
pernikahan pada usia produktif yang diambil dari jawaban responden diantaranya:
tanggung jawab yang besar sehingga merasa belum siap untuk bertanggung jawab
sehingga jika seseorang tidak bisa mengemban tanggung jawab maka ia akan
merasa menjadi orang yang tidak bisa diandalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
membesarkan anak karena harus membagi waktu antara bekerja dan mengurus
anak. Kemudian, bagi orang Jepang menjadi orangtua itu merepotkan. Hal ini
Terjemahan:
Saya belum siap dengan tanggungjawab. Selain itu,
melihat kehidupan orang yang sudah menikah,
pernikahan itu kelihatannya merepotkan
61
けっこんせいかつ なか しゅっさん こそだ しんたいてき せいしんてきふたん おお
“結婚生活の中に 出 産 、子育て身体的、精神的負担が大
けいざいてきふたん おお せきにん
きい,経済的負担が大きい。こういう責任があります”
Terjemahan:
Didalam pernikahan terdapat tanggung jawab seperti
melahirkan, membesarkan anak, beban mental yang
besar, beban ekonomi besar.
Dari jawaban responden ini dapat dilihat bahwa responden merasa belum
dan ingin terikat oleh keluarga pasangan. Dalam hal ini, di Jepang masih ada
sesuai dengan tatanan keluarga. Mereka merasa sulit untuk menjaga hubungan
dengan keluarga pasangan sehingga merasa tidak bebas lagi melakukan berbagai
hal yang berhubungan dengan keluarga inti. Seperti yang dikatakan salah satu
responden:
あ い て か ぞ く か ち か ん たい ふ あ ん かん か の う せい
“相手の家族との価値観に対して不安を感じる可能性が
あります”
Terjemahan:
Ada kemungkinan perbedaan pandangan dengan
keluarga pasangan sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan
diberikan keluarganya. Hal ini berkaitan dengan masih terdapat generasi muda
62
Jepang yang belum bisa mandiri tanpa orangtua, seperti jawaban salah satu
responden:
おや じ り つ ひと ふ
“親から自立できない人が増えている”
Terjemahan:
Orang yang tidak bisa mandiri tanpa orangtuanya
meningkat
tentu saja hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi mereka yang belum bisa
melihat kehidupan orang yang sudah menikah terasa merepotkan. Seperti yang
Terjemahan:
sewaktu muda saya berfikir pernikahan itu
menyenangkan, tetapi ketika dewasa dan mendengar
dari orang sekeliling tentang hubungan dengan
keluarga pasangan, kesulitan membesarkan anak,
ternyata tidak semua hal baik dalam pernikahan.
Dalam pernikahan tentu saja tidak hanya urusan antara suami dan istri
yang dipikirkan, tetapi juga hubungan dengan kedua keluarga pasangan serta
63
memikirkan bagaimana membangun keluarga dianggap merepotkan bagi orang
Responden mengatakan bahwa salah satu hal yang menjadi penyebab perceraian
muda, karena ketika masih muda emosi masih tidak stabil. Jadi akan lebih baik
pernikahan itu terjadi pada usia yang lebih matang. Kekhawatiran ini berkaitan
dengan terdapat responden yang tidak bisa memahami lawan jenis. Hal ini
わたし い せ い つ あ けっこん
“ 私 は異性 とうまく付 き合 えません。だから結婚 のこと
しっぱい り こ ん たい こわ
失敗したくない、離婚に対して怖がり”
Terjemahan:
Saya tidak bisa memahami lawan jenis. Oleh karena itu
saya tidak ingin gagal dalam pernikahan, saya takut
dengan perceraian
kebiasaan sehingga susah untuk menjalin hubungan serius. Sementara itu, jika
memiliki sahabat bisa lebih mudah menjaga hubungan dibandingkan harus saling
Jepang. Banyak hal yang berkaitan dengan faktor ekonomi seperti mahalnya biaya
pernikahan, merasa belum cukup kuat secara finansial, dan merasa belum bisa
64
Masyarakat Jepang cenderung mencukupi kebutuhan hidup sendiri ketika sudah
dewasa, dengan begitu kurangnya dukungan secara finansial dan mahalnya biaya
menjadi alasan mengapa generasi muda Jepang menunda pernikahan. Disisi lain,
biaya hidup yang tinggi di Jepang juga merupakan faktor ekonomi yang
Terjemahan:
Ada orang yang tidak kuat secara finansial. Lalu, ada
orang yang berfikir bahwa pernikahan itu tidak penting
karena biaya pernikahan dan biaya hidup yang tinggi
mereka yang belum memiliki pekerjaan yang terencana tentu saja sulit
sulitnya menemukan pasangan yang cocok agar mau bekerjasama dalam hal
hal ini, responden merasa khawatir karena belum cukup memiliki kekuatan secara
pernikahan.
65
- Sulit menemukan pasangan yang ideal.
Saat ini hampir semua perempuan di Jepang sudah memiliki pekerjaan sehingga
dan memiliki penghasilan sendiri tentunya ingin punya pasangan yang setara
あ い て おな か ち か ん よ おな ざいせいてき あ い て
“相手のこと同じ価値観が良 い、同じ財政的の相手がい
すす うま おも
れば進むことが旨くいけると思っています。”
Terjemahan:
lebih baik punya pasangan yang memiliki nilai-nilai
yang sama, setidaknya memiliki pendapatan yang
setara agar kedepannya akan lebih mudah.
tinggi dalam mencari pasangan sehingga banyak laki-laki merasa tidak cukup
bahwa dia lebih merasa bahagia dan masih nyaman hidup sendiri tanpa harus
66
ひとり じゅうぶん じゅうじつ せいかつ おく こうどう い
“一人でも 十 分 に 充 実 した生活が送れる,そして行動や生き
かた じゆう
方が自由”
Terjemahan:
Dengan hidup sendiri saja dapat menjalani kehidupan
yang cukup memuaskan. Lalu memiliki kebebasan
perilaku dan cara hidup
Selama masih bisa merasakan kebahagiaan, hidup sendiri tanpa
pasangan tidak akan menjadi sebuah masalah. Dengan begitu, orang yang
memiliki pekerjaan bagus dan punya kekuatan secara finansial cenderung nyaman
dengan keadaan yang sedang dia dapatkan. Jika menikah pada usia yang masih
hubungan.
Menurut responden, menunda pernikahan baik agar dapat memilih bergaul dengan
lingkungan sosial yang luas. Maksudnya adalah ketika seseorang belum memiliki
pasangan dia akan lebih leluasa untuk bergaul dengan siapa saja, termasuk bebas
menjalin hubungan dengan lawan jenis. Selain itu, akan sangat mudah menjaga
yang mengatakan:
Terjemahan:
Sebelum menikah, bebas bergaul dengan lawan jenis,
mudah menjaga pertemanan. Oleh karena itu, saya
tidak berfikir bahwa pernikahan yang lambat itu buruk
67
Dari jawaban responden diatas, dapat dilihat bahwa lebih baik berteman
daripada memiliki pasangan. Dalam pertemanan tidak harus memikirkan hal yang
Dari sudut pandang laki-laki Jepang banyak yang tidak ingin kehilangan
waktunya karena kehidupan setelah pernikahan. hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden berikut:
じ ぶ ん ひ と り じ か ん すこ けっこん
“自分一人の時間が少しずつなくなります。結婚よりま
ともだち あそ かんが
だ友達と遊んでいたいなどのいろいろな 考 えに
もの わたし おも
よってできる者だと 私 は思います。ですが、や
こんご かんが はや けっこん よ
はり今後のことを 考 えると早めの結婚が良くな
おも
いものだと思います”
Terjemahan:
Waktu terhadap diri sendiri sedikit demi sedikit akan
hilang. Menurut saya, saya bukanlah orang yang lebih
mementingkan pernikahan daripada masih ingin
bermain dan melakukan banyak hal dengan teman.
Oleh karena itu, tentusaja jika memikirkan untuk saat
ini pernikahan yang cepat menurut saya tidak bagus.
Melalui jawaban responden diatas dapat dilihat bahwa ia merasa akan
semakin kekurangan waktu untuk diri sendiri ketika sudah menikah. Selain itu,
waktu untuk bertemu dengan teman juga akan semakin berkurang. Sementara itu
bagi sudut pandang perempuan, mereka lebih merasa kekurangan waktu ketika
menikah. Kesulitan dalam membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga
68
- Lemah dalam interaksi sosial
Orang yang lemah dalam berinteraksi sosial juga menjadi salah satu penyebab
terhadap susahnya mencari pasangan, hal ini terjadi karena banyaknya orang yang
memiliki rutinitas yang padat. Akibat dari kurangnya interaksi sosial, secara tidak
responden mengungkapkan:
たいじんかんけい わずら にがてひと ふ
“対人関係 が 煩 わしく、苦手人 が増 えているので
いせい し あ きかい すく
異性と知り合うゆとりや機会が少ない”
Terjemahan:
Orang yang lemah berinteraksi sosial meningkat
Menurut responden, tidak semua orang bisa memahami lawan jenis. Dari
sibuk dalam bekerja sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkencan,
pasangan, tanpa adanya waktu yang cukup, hubungan tidak akan berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu muncul pemikiran untuk cenderung menunda pernikahan.
Masih banyak generasi muda Jepang yang belum ingin menjalin hubungan agar
bisa bertemu dengan banyak orang. Ketika sudah menemukan pasangan tentu saja
sudah harus memegang komitmen dan menjaga perasaan pasangan. Untuk itu, jika
69
memiliki kesempatan bertemu lebih banyak orang maka akan lebih bagus untuk
menemukan calon pasangan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Seperti
Terjemahan:
Memiliki harapan yang tinggi terhadap pasangan,
masih ingin bertemu dengan banyak orang
yang tinggi terhadap pasangan sehingga sulit untuk menemukan yang sesuai
dengan keinginan. selain itu, masih ingin mencari yang sesuai dengan criteria
yang diinginkan.
Terdapat generasi muda Jepang yang berfikir masih ingin bertemu dengan banyak
tetap bisa memiliki hubungan dengan banyak orang dan pergaulan akan semakin
Terjemahan:
Dapat memilih lingkungan sosial yang luas, sebelum
menikah bisa mempertahankan hubungan dalam
pekerjaan dan sosial
Menurut responden diatas, selagi belum menikah dapat memilih bergaul
dengan siapa saja. Selain itu, didalam pekerjaan akan lebih fleksibel bergaul
dengan siapapun karena tidak harus memikirkan pasangan. Dengan begitu, orang
yang masih belum bisa berkomitmen terhadap hubungan karena masih terdapat
70
perbedaan pandangan ingin memiliki hubungan yang luas agar dapat memahami
orang lain.
pernikahan di Jepang adalah faktor gaya hidup dan faktor kekhawatiran. Dua
BAB V
KESIMPULAN
Pada awalnya pernikahan merupakan hal yang penting dan sakral bagi
71
masyarakat Jepang terhadap pernikahan mulai berubah. Banyak dari masyarakat
modern Jepang menganggap pernikahan bukan lagi sebagai suatu hal yang harus
melakukan berbagai hal. Sehingga banyak dari masyarakat Jepang yang memilih
menimbulkan dampak yang dirasakan baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun
menjadi beban bagi keluarganya. Sementara itu, dampak yang paling meresahkan
pemerintah dan masyarakat Jepang adalah angka kelahiran yang menurun atau
disebut juga dengan shoushika. Bankonka menjadi fenomena yang paling banyak
Jepang.
dalam pernikahan, ingin fokus terhadap pekerjaan, sehingga mereka tidak terlalu
memikirkan pernikahan. Selain itu, banyak dari masyarakat Jepang yang tidak
72
ingin memiliki anak, sehingga kecenderungan untuk hidup sendiri mulai terjadi
pada generasi muda Jepang. Hal ini memicu terjadinya penundaan pernikahan
merupakan mereka yang kurang memiliki waktu karena sibuk bekerja, tidak
memiliki kesempatan dalam menemukan pasangan, dan orang yang masih belum
memiliki pekerjaan tetap atau belum memiliki pekerjaan sehingga tidak memiliki
Bankonka.
73