Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH FAKTOR POLITIK

TERHADAP BISNIS Dari Era Orde Lama


Sampai Orde Baru
By: Mohammad Yamin

PENGARUH FAKTOR POLITIK TERHADAP BISNIS Dari Era Orde Lama Sampai
Orde Baru

Introduction

Dalam berbisnis sangatlah penting mempertimbangkan risiko politik dan pengaruhnya terhadap
organisasi. Hal ini patut dipertimbangkan karena perubahan dalam suatu tindakan maupun
kebijakan politik di suatu negara dapat menimbulkan dampak besar pada sektor keuangan dan
perekonomian negara tersebut.

Risiko politik umumnya berkaitan erat dengan  pemerintahan serta situasi politik dan keamanan
di suatu negara. Setiap tindakan dalam organisasi bisnis adalah politik, kecuali organisasi charity
atau sosial. Faktor-faktor tersebut menentukan kelancaran berlangsungnya suatu bisnis. Oleh
karena itu, jika situasi politik mendukung, maka bisnis secara umum akan berjalan dengan
lancar.

Dari segi pasar saham, situasi politik yang kondusif akan membuat harga saham naik.
Sebaliknya, jika situasi politik tidak menentu, maka akan menimbulkan unsur ketidakpastian
dalam bisnis. Dalam konteks ini, kinerja sistem ekonomi-politik sudah berinteraksi satu sama
lain, yang menyebabkan setiap peristiwa ekonomi-politik tidak lagi dibatasi oleh batas-batas
tertentu Sebagai contoh, IMF, atau Bank Dunia, atau bahkan para investor asing
mempertimbangkan  peristiwa politik nasional dan lebih merefleksikan kompromi-kompromi
antara kekuatan politik nasional dan kekuatan-kekuatan internasional.

Tiap pembentukan pola bisnis juga senantiasa berkait erat dengan politik. Budaya politik
merupakan serangkaian keyakinan atau sikap yang memberikan pengaruh terhadap kebijakan
dan administrasi publik di suatu negara, termasuk di dalamnya pola yang berkaitan dengan
kebijakan ekonomi atau perilaku bisnis.

Terdapat politik yang dirancang untuk menjauhkan campur tangan pemerintah dalam  bidang
perekonomian/bisnis. Sistemnya disebut sistem liberal dan politiknya demokratis. Ada  politik
yang bersifat intervensionis secara penuh dengan dukungan pemerintahan yang bersih. Ada pula
politik yang cenderung mengarahkan agar pemerintah terlibat/ ikut campur tangan dalam bidang
ekonomi bisnis.
Indonesia lebih mengacu pada pola terakhir, yakni pemerintah terlibat atau turut campur tangan
dalam bisnis. Hal ini dapat dilihat dalam hukum maupun kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah untuk menunjang perekonomian dan bisnis.

Content

Pengaruh Politik terhadap Ekonomi dan Bisnis di Indoenesia Era Orde Baru.Pada awal
pemerintahan Orde Baru, pemerintah mencanangkan pembangunan ekonomi dan industri. Pada
waktu itu posisi pengusaha dalam negeri masih dalam keadaan yang tidak kuat untuk berdiri
sendiri.. Akibatnya, pemerintah (negara) menjadi dominan dalam perekonomian. Pengusaha
menggantungkan diri kepada pemerintah.

Hal ini menimbulakan konsekuensi yaitu  pemerintah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi atau
dengan kata lain pemerintah menjadi sumber penggerak investasi dan pengalokasian kekayaan
nasional. Dalam hal ini pemerintah tidak hanya menyediakan proyek, kontrak, konsesi
pengeboran minyak dan eksploitasi hutan, serta lisensi agen tunggal, melainkan juga kredit besar
dan subsidi. Pemerintah juga menunjang dengan kebijakan proteksi serta pemberian hak
monopoli impor dan pasar.

Pada masa tersebut, pemerintah cenderung menghasilkan dua lapisan ekonomi-politik utama,
yaitu birokrat-politik yang melibatkan lingkup keluarganya dalam bisnis, serta pengusaha yang
dapat berkembang berkat dukungan khusus dari pemerintah (mulai berkembangnya KKN).
Kedua lapisan ini mendominasi perekonomian dan politik. Dalam perkembangan sistem
ekonomi tersebut, pemerintah sebagai sumber penggerak investasi dan pengalokasian kekayaan
nasional hanyalah bersifat jangka pendek.

Kemampuan pemerintah menyediakan segalanya dibatasi oleh gerak sistem ekonomi. Indonesia
menjadi rawan akan krisis. Pola bisnis tersebut memerlukan sebuah rezim politik yang mampu
mengendalikan reaksi kaum buruh dan gerakan demokratisasi. Untuk keperluan ini rakyat
berhasil dijauhkan dari partisipasi politik. Pembangunan ekonomi dijaga dengan kekuatan militer
yang kuat sehingga terlihat stabil. Pertumbuhan partai politik dan pengekpresian politik dilarang
dalam upaya menciptakan kestabilan untuk pertumbuhan ekonomi.

Rakyat seakan dibungkam untuk menuntut hak-haknya atas nama pembangunan ekonomi. Pada
masa Orde baru, bentuk partisipasi rakyat diatur agar hanya terlibat pada pemilihan umum
anggota DPR dan DPRD. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya kaitan politik dan birokratik
dalam pola bisnis.

Pemerintah sudah sejak awal jadi mesin  pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan para
birokrat-politik terlibat bisnis yang bersifat  jangka pendek. Pola ini tidak mendorong tumbuhnya
kepercayaan dunia usaha untuk jangka  panjang.. Sistem politik Indonesia pada masa itu
mempunyai kelemahan, salah satu diantaranya adalah sedikitnya sumber-sumber yang dapat
menjadi penekan dan penyeimbang atas kekuatan  pemerintah, di tingkat nasional atau daerah.
Padahal, kekuatan penekan sangat diperlukan untuk melakukan kontrol, maupun sumbangan-
sumbangan gagasan dan pemikiran untuk membentuk  bangunan sosial politik yang lebih
aspiratif.
Pengaruh kalangan non-pemerintah, termasuk dari pengusaha dan profesional sangat terbatas dan
acap diabaikan. Kecuali para pengusaha tertentu yang mempunyai koneksi langsung dengan
penguasa. Ketergantungan ekonomi swasta pada pemerintah menimbulkan hubungan yang
sangat tidak sehat di antara keduanya, yang jika dipandang dari sudut politik, bisnis, dan
masyarakat luas sangatlah merugikan. Konsekuensi dari hubungan yang tidak sehat tampak nyata
ketika Indonesia diterpa krisis ekonomi, sosial dan politik sekaligus, yang mengalami kesulitan
untuk diperbaiki. Kalangan bisnis dan profesi swasta yang merupakan unsur krusial dalam
pembentukan kelas menengah, selama zaman Orde Baru tidak memiliki kesempatan untuk
membentuk asosiasi maupun organisasi yang mampu berfungsi sebagai sumber kritik, pengaruh,
dan sumbangan ide  pada perencanaan politik, ekonomi dan sosial.

Unsur-unsur baru dari kalangan profesional maupun kalangan bisnis cenderung menghindarkan
diri dari politik dan berkonsentrasi pada  bidangnya sendiri yang sempit. Semua hal tersebut
membuat sistem ekonomi Indonesia menjadi cukup rawan krisis, terutama krisis fiskal dan krisis
keuangan. Terjadinya krisis rupiah dan berbagai dampaknya membuat pemerintah terpaksa harus
mengeluarkan sejumlah kebijakan deregulasi di bidang ekonomi.

Secara politik, kebijakan ini memacu pertumbuhan sektor swasta, termasuk swastanisasi BUMN.
Hal ini menuntut pemerintah untuk melakukan pembenahan besar- besaran. Pemerintah terpaksa
menerima tawaran IMF untuk menyetujui Nota Kesepakatan menuju reformasi ekonomi. Krisis
ekonomi memang menimbulkan dampak politik yang lebih kuat. pemerintah semakin didesak
untuk melepaskan keterlibatannya dari bisnis dan untuk lebih menjalankan fungsi sebagai
perlengkapan politik supaya dapat bertugas menyehatkan sistem ekonomi. Sistem peraturan
hukum yang kuat sangat dibutuhkan untuk menopang kinerja reformasi ekonomi. Kalangan
dunia usaha semakin menuntut kepastian hukum. Krisis rupiah yang semakin  parah sampai
menggerogoti sistem ekonomi, telah memperlemah posisi birokrat-politik. Banyak dari mereka
yang mulai terbuka terhadap reformasi politik.

Banyak telah menyatakan perlunya reformasi. Hasil kemajuan ekonomi secara internal telah
menghasilkan sebagian lapisan yang menghendaki reformasi politik. Kalangan bisnis
menghendaki tumbuhnya kepercayaan dunia usaha untuk jangka panjang. Semua ini hanya dapat
dicapai dengan program reformasi ekonomi dan diperkuat dengan reformasi politik Pengaruh
Politik terhadap Ekonomi dan Bisnis di Indonesia pada Era Reformasi.Struktur dan pandangan
rezim Orde Baru telah menjadikan kalangan bisnis dan  profesional merasa lebih mudah dan
aman untuk mengikuti keadaan daripada mencoba mendorongnya ke arah lain yang lebih sehat.
Kecenderungan ini dengan sendirinya memperluaskan korupsi, kolusi, dan penyalahgunaan
kekuasaan pada zaman Orde Baru.

Pada era reformasi, gejala-gejala itu sulit dihilangkan karena telah mengakar di setiap lembaga
negara, maupun di kalangan bisnis dan profesional. Masalahnya bukan hanya korupsi yang sulit
diatasi, tetapi juga hilangnya orientasi terhadap kepentingan masyarakat luas dan lemahnya
kemauan untuk merombak sistem politik, termasuk lembaga-lembaga negara yang amat perlu
diperbaiki, struktur ekonomi, dan hubungan antara warga negara dan negara. Di dalam negeri,
perubahan di bidang politik dan pemerintahan yang diwarnai dengan adanya perubahan
signifikan dalam sistem politik (terjadi proses demokratisasi) membuka suatu  peluang baru dan
juga ancaman baru bagi dunia usaha di Indonesia. Keputusan-keputusan politik atau hukum perlu
juga selalu dicermati. Perubahan-perubahan kepemimpinan seringkali berakibat terjadinya
perubahan dalam keputusan politik dan yang akhirnya berdampak secara langsung terhadap
kondisi bisnis. Sebagai contoh. Pada saat Orde baru, perdagangan Bahan Pangan Pokok selalu
dikendalikan oleh Pemerintah melalui BULOG, sehingga ada kondisi yang stabil dalam
perdagangan Bahan Pangan Pokok tersebut.

Tetapi, setelah reformasi peran BULOG diredefinisi sehingga tidak menjadi pemain sentral dan
akhirnya seringkali berdampak terhadap terjadinya fluktuasi harga dan kelangkaan barang yang
disebabkan permainan spekulan, sehingga yang terkena dampak/pengaruhnya adalah rakyat
miskin yang semakin menderita untuk mendapakan kebutuhan pangan mereka. Di tahun 2007
yang lalu kondisi perpolitikan nasional relatif stabil, walaupun banyak unjuk rasa diberbagai
daerah terutama menyangkut kekisruhan hasil Pilkada dan di tingkat nasional menyangkut
kebijakan pemerintah tentang UU PA, UU PMA, UU Pornografi dan UU Politik yang banyak
menimbulkan kontroversi dari masyarakat. Dari kondisi politik yang demikian ternyata pengaruh
terhadap sektor ekonomi tidak begitu signifikan.

Tercatat kondisi  pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 merupakan kondisi terbaik sejak krisis
ekonomi 1998. Berbagai sektor ekonomi mengalami peningkatan, di sektor properti, nilai kredit
properti yang dirilis Bank Indonesia (BI) per Juni 2007 sebesar Rp130,93 Trilyun naik 7-8%
dibandingkan tahun sebelumnya. (1) Di tahun 2008 ini perilaku ekonomi menjadi sering kali
sulit diprediksi. Bahkan oleh Pemerintah sekalipun yang memiliki ekonom-ekonom yang sangat
pakar di bidangnya.

Sebagai contoh yang nyata adalah dalam penyusunan APBN 2008 prediksi harga minyak 80 US
$ per  barel, tapi pada awal tahun perekonomian nasional dikejutkan dengan kenaikan harga
minyak dunia yang menembus batas sampai 100 US $ per barel bahkan melewati 110 US $ per
barel sampai akhir kuartal pertama 2008. Kenaikan ini tentunya berpengaruh terhadap asumsi
APBN tahun 2008 sehingga pemerintah mau tidak mau dihadapkan pada pilihan sulit antara
tetap mempertahankan subsidi BBM dengan harga yang ada atau menaikkan harga BBM untuk
mengurangi defisit APBN yang terlalu berat. Selain itu dari sektor perbankan, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan menurunkan BI rate menjadi 8% per Januari 2008. (2) Dengan
dikeluarkan kebijakan ini memberikan peluang bagi sektor properti untuk bisa berkembang. 
Namun dari bidang politik kemungkinan-kemungkinan negatif bisa terjadi mengingat kondisi
tahun 2008 masih rawan karena semua partai politik akan bekerja keras untuk meraih dukungan
massa, gesekan-gesekan politik kemungkinan akan mudah terjadi.

Tentunya kondisi serupa dihadapi oleh para pebisnis, sulit sekali untuk secara akurat
memprediksi kondisi ekonomi. Hal ini antara lain juga dampak globalisasi yang menyebabkan
kondisi ekonomi di suatu negara dapat berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi negara
lainnya. Bahkan ketika ramalan tentang kondisi ekonomi akurat, masih belum jelas dampak
ekonomi terhadap industri tertentu. Sebagai contoh nyata, seperti yang telah diketahui bersama
saat ini beberapa sektor industri sedang digoncang krisis akibat pengaruh krisis global yang
tengah melanda dunia.

Beberapa  perusahaan telah berencana merumahkan bahkan memPHK karyawan-karyawannya.


Dalam sektor perbankan, kalangan perbankan mengkhawatirkan gejolak ekonomi global akan
menggerus kinerja perbankan di tengah situasi politik yang mulai menghangat menjelang 
pemilihan umum 2009. Di sisi lain,

Bank Indonesia meyakini fundamental industri perbankan dalam negeri cukup kuat, sehingga
bank sentral meminta sejumlah kalangan agar tetap optimistis. Direktur Bank NISP Rudy
Hamdani menyatakan pihaknya mulai ‘mencium’ gelagat dampak dari gejolak perekonomian
dunia terhadap perekonomian dalam negeri, disusul  peningkatan suhu politik menjelang 2009.
Akan tetapi di sisi lain, di tengah indikator ekonomi akabibat kenaikan harga bahan bakar
minyak, yang berpengaruh besar dan cenderung negatif terhadap perilaku bisnis, kalangan
perbankan merasa optimis dapat meningkatkan pertumbuhan kredit. Suhu politik Pemilu 2009
yang sudah mulai terasa, diharapkan dapat mendorong gairah  perekonomian.

Dana-dana politik dan perputaran uang untuk tujuan politik dan kampanye semakin lancar
sehingga diharapakan terjadi pertumbuhan dana ekonomi pihak ketiga dan  pertumbuhan bisnis
yang berkaitan dengan politik, sebagai contoh bisnis percetakan dan bisnis sablon bendera dan
sebagainya. Proyeksi semua sektor ekonomi pada tahun 2008 selalu dikaitkan dengan variabel
politik. Hal ini disebabkan suhu politik di tahun 2008 diprediksi akan meningkat karena
persiapan Pemilu 2009. Faktor politik pasti berdampak pada perekonomian, terutama pada
investasi. Situasi politik menjelang pemilu dan Sidang Umum MPR, melahirkan iklim
ketidakpastian bagi investor, terutama investor asing. Adapun pengaruh politik menjelang
Pemilihan Presiden 2009 diyakini akan memengaruhi uang beredar. Di satu sisi, aktivitas
ekonomi akan menurun seiring dengan keterlibatan pelaku ekonomi dalam pemilu.

Hubungan sektor bisnis dengan politik lebih mengacu pada konteks ekonomi yang dipengaruhi
oleh kebijakan politik, apabila kondisi politik tidak menentu atau mengalami kekacauan (chaos)
akan berdampak kepada perekonomian terutama menyangkut sektor industri permintaan dan
penawaran tidak seimbang dan distribusi barang akan terganggu.

Apabila ini berlanjut maka akan terjadi inflasi tinggi yang ditandai dengan kenaikan harga akibat
permintaan yang menurun drastis atau bajhkan tidak adanya permintaan. Di sisi lain,pengaruh
gejolak politik  pada kegiatan ekonomi, tidak dapat diukur dengan eksak dan laporan angka-
angka. Para  pengamat hanya dapat menganalisa kualitas dampaknya.

Conclusion

Peluang mengatasi dampak negatif pengaruh politik terhadap bisnis. Dalam suasana sekarang
yang penuh ketidakpastian politik dan ekonomi, ada semacam peluang untuk mengatasi
hubungan antara pemerintah dan bisnis melalui pembagian kekuasaan,strategi pembangunan
menurut sektor-sektor yang sebaiknya diurus para pengusaha swasta ataunegara, dan seterusnya.
Selain itu, diperlukan juga semacam ideologi dan program tentang peranan bisnis, harapannya,
dan tanggung jawabnya pada masyarakat, tentang hak dan kewajibanyang bersangkutan dengan
penegakkan etika bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan dansejenisnya.Hal ini tentu saja
bukan pekerjaan yang mudah. Berbagai masalah yang sedang melilitnegeri ini seperti stabilitas
politik, kesulitan ekonomi, peninggalan masa lalu terhadap buruknya praktik bisnis, serta
ketegangan dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan swastasangat mempengaruhi
proses tersebut. Memperbaiki pandangan umum terhadap dunia usahasangat penting sekaligus
sangat sukar, dan menghilangkan kecurigaan rakyat terhadap kalangan bisnis membutuhkan
waktu. Tetapi semua harus dilakukan secara terencana dan terorganisir.Sebuah harapan
terwujudnya trias etika: etika pemerintahan, etika profesi, dan etika bisnis. ICWmengambil
posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial memberantas korupsidan berupaya
mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi pemerintah dan bisnis. Dengandemikian
reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untuk menciptakan tata
kelola pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial serta berekonomi baik dapat
diwujudkan.Pada akhirnya kondisi perekonomian akan bisa tumbuh apabila pemerintah tetap
berperansebagai partner yang menguntungkan bagi berkembangnya perilaku bisnis yang
dipengaruhi olehkondisi politik dalam negeri. Instrumen-intrumen investasi perlu diinovasi,
birokrasi perijinandan sektor perbankan diharapkan mampu mendukung sektor bisnis dalam
menghadapai pengaruhsituasi dan kondisi politik

Referensi

https://www.sayanda.com/orde-baru/

https://dianpuspaharuniasari.wordpress.com/2013/06/26/perkembangan-politik-pada-masa-orde-
lama-orde-baru-dan-reformasi/

https://rijal100.blogspot.co.id/2016/12/artikel-sejarah-politik-peranan-politik.html

http://meirinaannisa.blogspot.co.id/2015/10/keadaan-politik-dari-orde-lama-sampai.html

https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/orde-baru-suharto/item180?

https://ekonomi.kompas.com/read/2015/08/12/060100026/
Ekonomi.Lesu.125.Perusahaan.Batu.Bara.Bangkrut.5.000.Orang.Kena.PHK

https://nasional.tempo.co/read/855501/rezim-orde-baru-bangkit-pengamat-produk-reformasi-
harus-waspada

https://www.google.com/url?q=https://indonesiana.tempo.co/read/11421/2014/04/06/Keadilan-
untuk-Sejarah-Kelam-
Indonesia&sa=U&ved=0ahUKEwjH_NXe9pzaAhXGppQKHamKAH84ChAWCAswAg&client
=internal-uds-
cse&cx=017919681120236631753:x1vdggjnsq8&usg=AOvVaw3BdgNYG8XGF7dQJxLX-
W33

Anda mungkin juga menyukai