Anda di halaman 1dari 10

Refleksi Pembelajaran di Kelas

Salah satu fungsi mengajar adalah mengantarkan siswa pada kesadaran adanya hubungan
antara pengalaman yang telah diperoleh dalam pembelajaran dengan makna dari berbagai
pengalaman yang telah diperoleh tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menguatkan atau menghadirkan kesadaran hubungan pengalaman dan makna tersebut yakni
melalui kegiatan refleksi pembelajaran (Denton, 2009: 1). Refleksi pembelajaran penting bagi
siswa karena memiliki fungsi untuk melihat kembali berbagai pengetahuan dan keterampilan
yang telah mereka pelajari, sebagai dasar untuk peningkatan dan pendalaman belajar. Refleksi
dalam pembelajaran menjadi ruang yang memberi kesempatan siswa untuk memutar ulang
memori perjalanan pembelajaran yang telah mereka lalui (Chang, 2019: 95). Chang juga
mengutip pendapat Helyer yang melihat bahwa melalui refleksi, siswa akan dapat memiliki
keterampilan dalam menyadari bahwa mereka sedang belajar dan membangun keterampilan
secara berkelanjutan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dirumuskan pemahaman awal bahwa refleksi


pembelajaran merupakan bagian penting dari keseluruhan proses pembelajaran di kelas. Dari
pemahaman ini diharapkan agar guru senantiasa merencanakan dan menyiapkan kegiatan refleksi
pembelajaran di kelas dengan baik. Di dalam kegiatan refleksi yang baik nantinya dapat
diperoleh informasi yang akurat perihal ketercapaian proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan.  Refleksi pembelajaran di kelas dapat dilakukan di bagian akhir pembelajaran,
umumnya dengan kegiatan diskusi atau tanya jawab antara siswa dengan guru. Refleksi
hendaknya dilakukan dengan terencana, sungguh-sungguh dengan situasi dan kondisi yang tidak
menempatkan siswa dalam tekanan. Artinya, refleksi pembelajaran bukan bagian dari proses
pembelajaran yang memaksa siswa harus menjawab atau mendeklarasikan pencapaian belajarnya
sehingga ia berada dalam posisi yang problematis, antara malu dengan sesama teman atau takut
dengan otoritas guru. Keterampilan guru dalam berkomunikasi dan membangun suasana reflektif
menjadi penting agar siswa yang belum mencapai kemampuan atau keterampilan tertentu tidak

1. PENGERTIAN REFLEKSI PEMBELAJARAN


Konsep refleksi memiliki beberapa pengertian yang berbeda yaitu :
1. Pengertian pertama refleksi dapat berarti menempatkan sebuah proses pembelajaran untuk
dilihat dan disajikan kembali dalam diskusi dengan tujuan melihat sajian pembelajaran
tersebut secara lebih detail.
2. Pengertian kedua, refleksi dapat bermakna sebagai manfaat yang ditemukan dari tujuan
tersirat sebuah penelitian.
3. Pengertian ketiga, refleksi dapat bermakna proses mental yang rumit untuk memikirkan solusi
yang belum pasti dari suatu masalah (Moon, 1999: 4).

Berdasarkan tiga rumusan pendapat di atas dapat dirajut pengertian bahwa refleksi merupakan
sebuah kegiatan mengkaji kembali berbagai tindakan yang telah dilakukan agar dapat melihat
secara detail berbagai masalah yang ada sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah dan
perbaikan tindakan di masa yang akan datang.
Refleksi sebagai sebuah proses berakar pada paradigma keilmuan interpretatif. Refleksi
mewujud dan berfungsi jika dipahami dan dilaksanakan, bukan ketika dibutuhkan sebagai satu
output kegiatan (McIntosh, 2010: 39-44). Oleh karena itu, proses mengkaji di dalam refleksi
bertujuan melihat berbagai tindakan yang dilakukan, memahami tindakan tersebut dan membuat
pemaknaan tindakan dalam kaitannya dengan masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang 
Dalam mengkaji refleksi, beberapa ahli melihat bahwa refleksi merupakan sebuah aktivitas yang
memiliki kaitan dengan tugas-tugas profesional. Refleksi menjadi aktivitas utama misalnya
dalam keprofesian kesehatan (kedokteran), keprofesian pendidikan, keprofesian hukum, hingga
dalam keprofesian peneliti sosial (Schon, 1983; Moon, 1999; McIntosh, 2010). Digunakannya
refleksi dalam keprofesian tersebut karena refleksi merupakan kegiatan yang dipandang menjadi
dasar utama meningkatkan kualitas praktik profesional dan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.

Dalam dunia keprofesian pendidikan, refleksi merupakan kegiatan yang digunakan para pendidik
(guru/dosen/widyaiswara) untuk meningkatkan kualitas praktik pendidikan di institusi tempat
mengabdi. Di lingkungan sekolah, para guru dibeberapa negara termasuk juga di Indonesia,
sudah terbiasa melakukan aktivitas refleksi yang biasanya disebut sebagai refleksi pembelajaran.
Refleksi pembelajaran yaitu kegiatan melihat kembali dan mengkaji kegiatan pembelajaran yang
sudah dilakukan, untuk menemukan berbagai kelebihan dan kelemahan diri dalam proses
pembelajaran sehingga dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Refleksi
pembelajaran umumnya dilakukan pada akhir tahapan pembelajaran. Refleksi pembelajaran
dilakukan bersama antara guru dan siswa. Jika dalam proses pembelajaran menghadirkan
observer misalnya kepala sekolah atau guru lain, maka refleksi pembelajaran dapat dilakukan
dengan melibatkan pihak-pihak tersebut. Kegiatan refleksi dalam pembelajaran memiliki
beberapa tujuan penting, yaitu:

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pencapaian siswa dalam pembelajaran.


2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai berbagai hal yang mendukung maupun menghambat
siswa dalam belajar.
3. Untuk menggali pendapat siswa mengenai minatnya terhadap pembelajaran.
4. Untuk melatih siswa berani melakukan evaluasi terhadap dirinya.
5. Untuk menyerap aspirasi siswa mengenai kebutuhan dan keinginan mereka dalam
pembelajaran.
6. Untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan guru dalam mengelola
pembelajaran.
7. Untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan guru dalam penyajian materi dan
penguasaan kelas.

Berdasarkan tujuan di atas, refleksi pembelajaran merupakan aktivitas yang penting dilakukan
agar dapat diperoleh informasi yang valid dan komperhenship tentang bagaimana strategi
meningkatkan kualitas pembelajaran, serta sebagai aktivitas yang dapat memetakan sejauh mana
tujuan pembelajaran tercapai. Disamping itu refleksi pembelajaran pembelajaran juga bermanfaat
bagi siswa untuk mencapai kepuasaan diri karena memiliki saluran yang tepat untuk menjalin
komunikasi positif dengan guru.  Refleksi pembelajaran memiliki manfaat penting untuk siswa
maupun untuk guru. Manfaat tersebut yaitu: (1) Bagi siswa, kegiatan refleksi bermanfaat
menyalurkan ide, gagasan, dan pendapat, kepada guru dan memberikan kesan atas proses
pembelajaran yang baru saja dialami; (2) Bagi guru, kegiatan refleksi bermanfaat sebagai sarana
mengamati kelas untuk memetakan dan memahami karakter dan daya saing peserta didik
sehingga memudahkan pada saat membagi kelompok, menetapkan keluasan dan kedalaman
materi, memodifikasi pembelajara, dan melakukan evaluasi pembelajaran.

2. FUNGSI REFLEKSI PEMBELAJARAN


Dalam melihat fungsi refleksi, Habermas menyatakan bahwa refleksi merupakan alat
yang digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik teoritik maupun praktik (Moon,
1999: 13). Penggunaan refleksi sebagai sarana untuk mendukung dan mengembangkan tindakan
praktis semakin diakui utamanya dalam dunia pendidikan, perawatan kesehatan, dan ilmu sosial.
Refleksi digunakan untuk membangun kedalaman pengetahuan dan makna, baik untuk diri
sendiri maupun untuk orang-orang yang sedang berlatih menjadi praktisi profesional (McIntosh,
2010: i).

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, refleksi pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Menstransformasikan pengalaman menjadi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,


berbagai pengalaman dalam belajar akan terbentuk menjadi pengetahuan yang bermakna
manakala guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pengalaman tersebut;
2. Mengendalikan/menjadi alat kontrol kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan
refleksi, berbagai aspek pembelaajran yang masih kurang baik dapat diperbaik sesuai dengan
pendapat dari siswa;
3. Mengevaluasi kemajuan siswa melalui penilaian mereka terhadap diri mereka
sendiri;
4. Mengembangkan kemampuan afeksi siswa dalam hal penerimaan diri atas pencapaian dalam
pembelajaran;
5. Membantu mengembangkan pemahaman dalam penggunaan pengalaman siswa sebagai bahan
pelajaran tanpa meninggalkan konteks belajar itu sendiri.

3. PRINSIP-PRINSIP REFLEKSI

Refleksi pembelajaran sebagai sebuah kegiatan yang menjadi bagian dari kinerja
profesional memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Merujuk pada pemikiran Ghaye dan
Ghaye (dalam McIntosh, 2010: 45-46) terdapat sepuluh prinsip yang disarankan dapat digunakan
sebagai dasar melaksanakan refleksi secara umum, yaitu:
1. Peningkatan. Refleksi harus dipahami sebagai seperangkat makna, pernyataan,
cerita, dan sebagainya yang menghasilkan sebuah versi dari persitiwa pembelajaran. Wacana
reflektif tersebut harusnya menjadi jantung dari peningkatan praktik.
2. Berbasis pengalaman. Refleksi dipicu dan dikembangan oleh pengalaman. Merefleksikan
sesuatu adalah cara mengungkapkan kembali pemikiran dan perilaku seseorang dengan cara
yang khusus.
3. Kelaziman. Refleksi berarti melihat kembali nilai-nilai yang diyakini selama ini
perihal pemahaman profesional dan praktik profesional. Refleksi bukanlah melihat hal-hal
yang tak lazim atau yang luar batas, refleksi jutru mendiskusikan tentang kelaziman berbagai
hal yang terjadi setiap hari. Dalam refleksi, berbagai peran professional yang dijalani harus
mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan, sehingga pemahaman seorang profesional dapat
berkembang lebih baik.
4. Menjelaskan. Refleksi merupakan kegiatan memberikan penjelasan kembali atas cara atau
strategi yang sudah diterapkan dan mengkaji ketepatan cara tersebut.
5. Mempertimbangkan. Refleksi merupakan kegiatan yang mempertimbangkan dan menanyakan
kembali apakah sesuatu yang dikerjakan bermasalah. Apakah yang dikerjakan sudah
sistematis sehingga dapat menjadi sumber belajar yang  berkelanjutan dari hal tersebut.
6. Kepentingan/Urgensi. Refleksi bermakna menggunakan sesuatu yang diketahui
dan dipelajari untuk menginformasikan peningkatan. Hal tersebut dilakukan untuk tujuan
positif dan konstruktif berbasis pengetahuan yang dimiliki. Refleksi merupakan tindakan
untuk memikirkan apa yang penting dari tindakan yang  dilakukan dan dampaknya bagi dunia
profesi yang ditekuni.
7. Berpikir Kritis. Prinsip ini berarti bahwa refleksi merupakan penerapan pemikiran kritis ke
dalam tindakan praktis dengan cara mempertanyakan berbagai kemungkinan atau
menghadirkan pertanyaan yang menantang, baik untuk diri sendiri atau untuk kelompok
sehingga perubahan dapat terealisasikan.
8. Berpikir Simbolik. Prinsip ini bermakna bahwa refleksi adalah cara memecahkan ruang
simbolik di sekitar kita. Sebagai contoh misalnya mengapa
sebuah lingkungan dilengkapi dengan cara tertentu? bagaimana hubungan antar manusia
dapat terbangun? apa yang penting dan layak dalam sebuah lingkungan? dan sebagainya.
Simbolisme adalah elemen penting dalam wacana reflektif.
9. Refleksi adalah aktivitas yang menghubungkan pengetahuan teoretis dan aplikasi praktis.
Aktivitas tersebut memungkinkan para praktisi dapat menciptakan teori aksi yang bermakna
bagi kehidupan nyata.
10. Eklektik/Memilih. Refleksi adalah cara untuk menggambarkan pengetahuan dengan cara yang
lain. Artinya dengan refleksi seseorang dapat memilih bagaimana pengetahuan diperoleh dan
dipahami untuk selanjutnya melakukan tindakan dengan menggabungkan berbagai
pendekatan.

Dalam konteks kegiatan pembelajaran, refleksi pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan


memperhatikan prinsip yaitu:
1. Berorientasi Peningkatan Kualitas. Artinya refleksi pembelajaran didasarkan ada kesadaran
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Kebebasan/Kemerdekaan.
Artinya setiap elemen proses pembelajaran baik guru maupun siswa diberi kebebasan
memberikan penilaian/pendapat sebagai respon atas pembelajaran. Tidak diperkenankan ada
unsur paksaan atau intimidasi dalam proses refleksi.
2. Kritis. Refleksi pembelajaran dilakukan dengan didasarkan pada pertanyaan kritis agar
diperoleh penilaian yang kritis dan dapat dirumuskan solusi permasalahan yang praktis.
3. Jujur. Refleksi pembelajaran hendaknya didasarkan pada penilaian yang jujur agar diperoleh
hasil refleksi valid dan dapat dijadikan dasar perbaikan.
4. Menyeluruh. Refleksi pembelajaran seyogyanya dilakukan untuk melihat secara keseluruhan
proses pembelajaran, dan dapat dilakukan dalam proses maupun di akhir proses pembelajaran.
5. Berkelanjutan. Hasil dari reflelsi pembelajaran hendaknya menjadi dasar melakukan tindak
lanjut perbaikan, dan benar-benar diterapkan dalam proses
pembelajaran selanjutnya.
4. JENIS PENDEKATAN REFLEKSI PEMBELAJARAN

Dalam perkembangan praktik profesional di beberapa bidang, termasuk dalam bidang


pendidikan, berkembang dua jenis pendekatan untuk melakukan proses refleksi, yaitu:
1. Refleksi in action (pada saat tindakan berlangsung), dan
2. Refleksi on action setelah tindakan selesai dilakukan.

1. Refleksi saat pembelajaran (reflect in action)


Refleksi pada saat pembelajaran adalah kebiasan untuk mengamati perihal bagaimana
kita berpikir pada saat proses tindakan berlangsung dan menyesuaikan pemikiran kita pada
kebutuhan perubahan yang coba kita raih. Refleksi pada saat pembelajaran adalah pengelolaan
pendekatan refleksi yang real time yang digunakan untuk menganalisis situasi, menganalisis
kesesuaian rencana awal dengan situasi saat tindakan, dan ciri model mental dalam menanggapi
masalah yang dihadapi. Schon mengibaratkan reflect in action sebagai “dialog dengan situasi”
atau gerak perubahan yang baru (Ferreira, 2020). Seorang profesional yang melakukan reflect in
action akan menghasilkan dua perubahan yaitu perubahan internal dan eksternal. Pada saat
bersamaan seorang profesional yang melakukan reflect in action akan merubah situasi pada saat
ia mengubah dan menerapkan idenya. Pada akhir refleksi ia akan menemukan cara baru untuk
mengahadapi sebuah situasi, artinya ia mengalami peningkatan kapasistas atau kemampuan.
Proses reflect in action adalah proses merefleksi sesuatu yang terjadi.

Dalam konteks pembelajaran, reflect in action adalah proses memikirkan dengan segera


suatu ketidaksesuaian atau permasalahan yang ditemui pada saat pembelajaran berlangsung,
untuk segera dapat merespon dengan langkah perbaikan. Secara sederhana langkah reflect in
action tersebut tersusun dalam urutan:
1. mempertimbangkan situasi,
2. berpikir kritis untuk memetakan alternatif tindakan yang mungkin dapat diambil,
3. memutuskan tindakan apa yang harus diambil, dan
4. segera melakukan tindakan tersebut.
Berdasarkan langkah di atas, guru sebagai profesional yang melakukan refleksi saat
pembelajaran berlangsung harus memiliki kepekaan dalam melihat situasi pembelajaran. Dasar
utama menemukan permasalahan atau ketidak sesuaian adalah pemeriksaan terhadap rencana
pembelajaran dan pemikiran kritis atas situasi yang terjadi. Setelah mengidentifikasi adanya
permasalahan, guru harus segera memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan.
Setelah diidentifikasi berbagai tindakan yang mungkin maka guru dapat memutuskan tindakan
yang dipilih dan menerapkanya.

2. Refleksi setelah pembelajaran (reflect on action)


Refleksi setelah tindakan (reflect on action) adalah refleksi yang dilakukan  setelah
tindakan selesai. Di dalamnya terdapat aktivitas rekonstruksi pengalaman, berdasarkan apa yang
bisa kita ingat tentang tindakan tersebut. Refleksi setelah tindakan adalah upaya melangkah
kembali kepada pengalaman lampau, mengeksplorasi ingatan, merinci berbagai hal yang dapat
diingat, mengatur elemen-elemen peristiwa dalam memori ingatan yang terpisah-pisah dengan
tujuan memahami apa yang terjadi dan mengambil pelajaran Bolton (2005) dalam Ferreira
(2020) menyatakan bahwa tindakan reflektif setelah pembelajaran adalah proses belajar dan
proses pengembangan melalui pemeriksaan terhadap tindakan yang kita lakukan sendiri, dan
membuka pengawasan dari pihak lain dengan mempertemukan berbagai disiplin ilmu. Bolton
meyakini bahwa pengetahuan tersimpan dalam gugusan peristiwa dan penceritaan atas peristiwa
tersebut. Dalam bagian-bagian cerita tersebut kita dapat kembali mengingat dan melihat elemen-
elemen yang tidak dapat kita lihat pada saat tindakan berlangsung.
Dalam konteks pembelajaran, reflect on action dilakukan guru setelah proses
pembelajaran selesai. Kegiatan refleksi tersebut dapat dilakukan di kelas yang dipimpin oleh
guru dengan melibatkan siswa. Kegiatan refleksi setelah pembelajaran dapat juga dilakukan di
luar kelas dengan melibatkan rekan guru atau pihak lain yang diminta melakukan observasi atas
proses pembelajaran sebagaimana yang dijelaskan oleh Bolton di atas.  Refleksi setelah
pembelajaran merupakan kegiatan refleksi setelah sebuah tindakan pembelajaran selesai.
Refleksi ini digunakan untuk melihat ketercapaian proses pembelajaran dan keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah
yaitu:
1. memikirkan kembali situasi pembelajaran,
2. melakukan diskusi, (3) memikirkan perubahan apa yang dibutuhkan untuk pembelajaran
berikutnya, dan
3. menulis jurnal reflektif.

Setelah pembelajaran diakhiri guru dapat mulai mengajak siswa untuk memikirkan
kembali berbagai hal yang sudah dilalui siswa dalam pembelajaran. Untuk memulai kegiatan ini
guru dapat mengajak siswa mengidentifikasi kegiatan belajar apa saja yang sudah dilakukan.
Setelah itu guru dapat mengumpulkan berbagai pendapat dari siswa mengenai kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru dapat mengarahkan siswa untuk berpendapat
mengenai aspek-aspek dari pembelajaran dengan memancing siswa menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang menantang. Siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan mereka mengenai
apa yang paling menarik, disukai serta apa yang tidak disukai dari proses pembelajaran.

Setelah siswa diajak untuk memikirkan kembali proses pembelajaran yang telah usai,
selanjutnya dapat dilakukan diskusi yang dipimpin oleh guru. Guru dapat memfokuskan topik
diskusi pada beberapa hal, misanya pada mengapa siswa tidak menyukai sebuah kegiatan
pembelajaran, materi apa yang paling sulit dimengerti dan bagaimana sebaiknya materi
disajikan. Dengan diskusi ini guru dapat memetakan berbagai pencapaian siswa, pendapat siswa
mengenai pembelajaran, berbagai kelemahan guru, dan berbagai perubahan yang diinginkan
siswa.

Setelah diskusi selesai refleksi di kelas yang melibatkan siswa dapat diakhiri untuk
sementara, selanjutnya guru memberikan tindak lanjut berupa kegiatan kepada siswa sebagai
perbaikan jangka pendek berdasarkan hasil diskusi. Poin penting dalam diskusi beserta hasil
diskusi idealnya diingat atau dicatat guru.Catatan tersebut menjadi dasar bagi guru untuk
memikirkan perubahan apa yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya. Setelah itu guru
dapat memetakan beragam alternatif perubahan pembelajaran yang dapat dilakukan. Berbagai
alternatif tersebut selanjutnya dipilih dan dirumuskan dalam rencana pembelajaran
untuk diterapkan pada proses pembelajaran berikutnya.
Bagian akhir dari kegiatan refleksi guru adalah menulis jurnal reflektif atau yang biasa
dikenal dengan Jurnal Refleksi Guru. Jurnal tersebut berisi tentang tanggapan kritis guru
terhadap pembelajaran yang ia lakukan sendiri. Jurnal tersebut bukan jurnal agenda pembelajaran
namun sebuah tulisan yang dialogis antara guru dengan dirinya sendiri perihal berbagai persitiwa
yang dialami dalam pembelajaran. Di dalam jurnal tersebut penting juga dimasukkan hasil
pemikiran bersama dan diskusi dengan siswa di akhir proses pembelajaran. Jadi jurnal refleksi
guru adalah semacam ‘buku diary’ guru yang di dalamnya guru berani untuk mengungkapkan
kejujuran dari dirinya sendiri, ditulis oleh dirinya sendiri, dan untuk perbaikan dirinya sendiri
dalam rangka peningkatan kualitas hasil praktikpembelajaran. Oleh karena itu, di dalamnya guru
harus berani menuliskan dengan jujur mengenai kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang ia
kelola, mengevaluasi seluruh proses pembelajaran dengan pemikiran kritis, memikiran alternatif
perbaikan, menentukan alternatif perbaikan, dan merencanakan perbaikan. Berkaitan dengan
penulisan jurnal refleksi ini akan dibahas dalam kegiatan belajar yang tersendiri di dalam modul
ini.

5. MELAKSANAKAN REFLEKSI PEMBELAJARAN

Pada sub pembahasan ini diuraikan mengenai pelaksanaan kegiatan refleksi 


pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebagai bagian dari tugas keprofesian. Refleksi
pembelajaran di sini dapat dilakukan guru secara mandiri, atau dapat juga melibatkan siswa.
Beberapa kegiatan yang dipaparkan di sini merupakan beberapa
varian kecil dari sekian banyak ragam kegiatan refleksi yang bisa dilakukan. Bapak/Ibu
dosen/instruktur dapat menambahkan ragam aktivitas refleksi pembelajaran lainnya yang
mungkin dapat dilakukan guru dan menjadi pelengkap
dari varian yang dipaparkan di sini.  Refleksi pembelajaran yang dilaksanakan guru bersama
siswa mensyaratkan adanya kondisi ideal sehingga refleksi dapat berjalan dengan baik (Moon,
1999). Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Adanya lingkungan pembelajaran yang mencakup keberadaan fasilitator refleksi, agenda
pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan refleksi. Guru merupakan fasilitator refleksi, oleh
karena itu idealnya guru menyiapkan agenda refleksi, menyediakan ruang dan waktu
pelaksanaan refleksi apakah in action atau on action.
2. Adanya pengelolaan refleksi yang mencakup perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi
dalam membimbing refleksi, dan mekanisme pelaksanaan refleksi. Oleh karena itu guru harus
menyiapkan perencanaan refleksi, mencatat proses dan hasilnya, membimbing proses refleksi
dan melaksanakan refleksi dengan mekanisme yang jelas serta runtut.
3. Kualitas penugasan yang diberikan guru. Refleksi akan berjalan baik jika guru menyiapkan
penugasan refleksi yang menuntut siswa mengintegrasikan apa yang baru dipelajari dengan
apa yang dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses berpikir, serta membutuhkan
evaluasi.  Refleksi adalah sebuah proses dialogis Schon (1983), dialog tersebut dapat
dilakukan dengan diri sendiri maupun dengan pihak lain. Sebagai sebuah dialog, refleksi
pembelajaran yang melibatkan siswa dapat dilihat sebagai proses komunikasi. Dengan
demikian refleksi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk
komunikasi, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi komunikasi verbal
(kebahasaan) dan nonverbal (bukan kebahasaan). Komunikasi verbal dapat dibedakan lagi
menjadi komunikasi lisan (wicara) dan komunikasi tulisan. Sementara komunikasi nonverbal
dapat menggunakan simbol, lambang, isyarat, kode, gambar dan sejenisnya. Baik komunikasi
verbal maupun nonverbal l dapat digunakan dalam refleksi pada saat pembelajaran maupun
setelah pembelajaran. Berikut ini kita cermati beberapa varian aktivitas refleksi yang
melibatkan siswa, baik saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran.

Aktivitas dalam refleksi setelah pembelajaran (reflect on action)


Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan saat menerapkan refleksi setelah pembelajaran (reflect
on action) yaitu:

1. Diskusi Reflektif
Langkah awal diskusi dalam refleksi setelah pembelajaran dapat dimulai dari guru memberikan
sebuah pengantar refleksi yang berisi deskripsi kegiatan belajar yang baru saja selesai dilakukan.
Setelah itu guru dapat memulai dengan bertanya kepada siswa mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilalui. Terry Heick (2018) memberikan contoh
setidaknya ada 8 pertanyaan pemicu bagi siswa untuk memikirkan merefleksi pembelajaran yang
telah dilalui, yaitu:

 Apa yang membuat kamu tertarik dengan pelajaran hari ini?


 Hal penting apakah yang kamu pelajari hari ini?
 Apa yang ingin kamu pelajari lebih jauh dari materi yang telah dipelajari hari ini?
 Bagian pelajaran mana yang membuatmu paling merasa kreatif hari ini
 Apa yang membuat kamu penasaran/ingin tahu mengenai suatu hal di hari ini
 Pada saat kegiatan apa kamu merasa tampil paling baik ?
 Pelajaran besok/yang akan datang akan kamu mulai dari bagian mana ? dan
 Hal apa yang dapat kamu lakukan dengan apa yang sudah kamu ketahui hari ini?

Dalam membimbing mahasiswa PPL PPG Dosen/Instruktur dapat berdiskusi dengan mahasiswa
untuk mengembangkan  beberapa pertanyaan reflektif di atas. Terutama pertanyaan yang
meminta siswa untuk memberikan kesan terhadap performa dan kinerja guru dan pertanyaan
yang memicu siswa berpikir mengenai perbaikan pembelajaran yang mereka inginkan. Strategi
dalam bertanya dan membagi waktu berpendapat menjadi penting agar diskusi dapat berjalan
baik. Pada akhir diskusi reflektif guru membuat rajutan simpulan diskusi dan menyampaiakan
tindak lanjut kegiatan untuk dilakukan siswa

2. Mengisi Kartu Indeks


Refleksi dengan mengisi kartu indeks adalah bentuk refleksi setelah pembelajaran yang
menggunakan komunikasi verbal tertulis. Langkahnya dapat dilakukan pada saat akhir
pembelajaran guru membagikan kartu post (tempel) dengan dua warna yang berbeda, misalnya
merah dan hijau. Kartu warna merah untuk menuliskan berbagai hal yang kurang baik yang
dirasakan siswa dan kartu warna hijau untuk menuliskan berbagai hal dianggap baik dalam
pembelajaran. Selanjutnya guru menyiapkan kertas plano yang ditempel di papan tulis dengan
membagi kertas menjadi dua kolom, kolom sebelah kiri untuk menempelkan kartu warna merah
dan
kolom sebelah kanan untuk menempelkan kartu warna hijau. Dari berbagai pendapat yang
tertulis dan tertempel pada kartu tersebut guru selanjutnya dapat membacakan beberapa di kelas
dan mengulas bersama siswa. Setelah beberapa ulasan dilakukan pembelajaran dapat diakhiri.
Selanjutnya di luar kelas guru dapat melanjutkan menganalisis berbagai pendapat sisiwa di kartu
posit tersebut. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan berbagai pendapat degan
kecenderungan sama dan membuat pemetaan kelemahan dan kelebihan pembelajaran. Dari hasil
pemetaan tersebut guru merencanakan perbaikan dengan merancang desain pembelajaran
berikutnya.

3. Menulis Surat
Refleksi setelah pembelajaran juga dapat dilakukan dengan aktivitas membuat surat. Pada
kegiatan ini guru terlebih dulu mengajak siswa mengingat kembali beberapa kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.  Selanjutnya guru meminta siswa membuat surat yang berisi
berbagai kesan dan pesan dari siswa kepada guru berkaitan dengan pembelajaran hari ini dan
yang diharapkan pada pembelajran yang akan datang. Moon (1999) menawarkan bentuk kegiatan
yang dapat dilakukan dalam kegiatan menulis surat untuk refleksi setelah pembelajaran yaitu:

 Guru membagikan secarik kertas kepada siswa sebagai instrumen refleksi  (surat/diary);
 Siswa menuliskan identitasnya (nama, nomor induk siswa, dan kelas);
 Siswa mengawali dengan menuliskan ucapan terima kasih dan penghargaan terhadap
perjuangan dan usaha guru dalam mengajar mereka;
 Siswa menuangkan kesan-kesan yang dirasakan selama mengikuti pembelajaran dalam
rangkaian kata yang singkat, jelas, dan padat dengan penuh kejujuran dan keterbukaan;
 Siswa menuangkan pesan-pesan positif kepada gurunya;
 Siswa mengutarakan harapan, keinginan, dan kebutuhan baik yang telah tercapai atau belum
selama proses pembelajaran;
 Siswa menambahkan catatan privasi di bagian penutup agar guru dapat mengetahui apakah
hasil refleksi tersebut boleh dipublikasikan atau tidak;
 Siswa mengumpulkan instrumen refleksi;
 Guru membaca hasil refleksi, melakukan evaluasi, menindaklanjuti, dan melaksanakan
refleksi tahap berikutnya

4. Mengisi Angket (Kuisioner)


Refleksi setelah pembelajaran dapat dilakukan guru menggunakan metode angket atau kuisioner.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam melaksanakan model refleksi ini antara lain:

1. Menyiapkan Angket/Kuisioner. Aktivitas dalam kegiatan ini yaitu guru menyiapkan angket
yang di dalamnya berisi butir pertanyaan yang harus dijawab siswa atau butir pernyataan yang
harus mendapatkan persetuan atau ketidaksetujuan dari siswa. Angket disiapkan sebelum
pembelajaran dengan butir-butir pertanyaan atau pernyataannya diturunkan dari indikator
aspek apa yang hendak direfleksi.
2. Membagikan Angket/kuisioner. Angket dibagikan setelah pembelajaran berakhir, dengan
diberikan pengantar oleh guru perihal tujuan pengisian angket, cara mengisi angket, dan
ketentuan pengumpulan angket.
3. Menganalisis Angket/kuisioner. Hasil pengisian angket selanjutnya dikumpulkan oleh guru
dan dianalisis menggunakan instrumen analisis yang sudah ditentukan oleh guru. Hasil
analisis angket menjadi rekomendasi untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran
Guru dapat memilih berbagai kegiatan refleksi yang sudah dipaparkan di atas, atau mencoba
mengembangkan model refleksi pembelajaran yang lain. Selain itu, guru juga dapat mencoba
mengkombinasikan pendekatan reflect in action maupun reflect on action. Beberapa uraian di
atas kiranya dapat menjadi wawasan penyegaran dan panduan dasar bagi Bapak/Ibu
Dosen/Instruktur PPL PPG dalam membimbing mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan
merefleksi pembelajaran di kelas.

Anda mungkin juga menyukai