Anda di halaman 1dari 10

STUDI PERANCANGAN BETON HEMAT ENERGI

(SELF COMPACTING CONCRETE) UNTUK BETON NORMAL, ƒC’ = 25MPa


DENGAN METODE ACI MODIFIKASI

Irfani Asraar ,1) Syahruddin imansyah,2) dan Crisna Djaja Mungok 2)

Abstrak
Penelitian ini merupakan perancangan beton hemat energi ( SELF COMPACTING CONCRETE) SCC fc’ = 25
Mpa dengan methode ACI Modifikasi. Setelah melakukan analisa bahan di Laboratorium Bahan Bangunan dan
Konstruksi didapat hasil analisis agregat halus (pasir). Kadar organik didapat standar organik plate nomor
3,berwarna kecoklat-coklatan berdasarkan SII 0052 pasir dapat digunakan dalam campuran beton. Kadar
lumpur pasir yang terkandung didalam pasir sebesar 0,12%, dari nilai tersebut memenuhi syarat ASTM C.33
yaitu ≤ 5%. Kadar air pasir didapat nilai 3,24%. Gradasi pasir diproleh modulus kehalusan pasir sebesar 3.17.
Berat jenis curah (kondisi kering) rata-rata 2,545, sedangkan untuk berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
rata-rata sebesar 2,564, untuk penyerapan (absorsi) 0, 766%. Berat volume rata-rata yaitu 1,415 kg/liter.
Untuk analisa agregat kasar(batu) didapat kadar air 0,836 %. Hasil gradasi agregat kasar diperoleh modulus
kehalusan butir sebesar 2,74. Berat jenis curah (kodisi kering) rata-rata 2.532, berat jenis kering permukaan
jenuh (SSD) rata-rata sebesar 2,576, penyerapan air (absorsi) rata-rata sebesar 1,734%. Berat volume rata-
rata sebesar 1,577kg/liter. Keausan agregat sebesar 22,05% < 40% ini berarti agregat kasar dapat digunakan
dalam campuran beton. Kuat tekan beton diteliti pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari. Beton menggunakan semen
PCC, campuran beton ditetapkan dalam perbandingan berat, antara semen : agregat halus : agregat kasar : air
: aditif (Sika Viscocrete),

Kata Kunci : Self Compacting Concrete (SCC)

1. PENDAHULUAN dengan kebutuhan, tahan terhadap perubahan


Beton merupakan bahan konstruksi cuaca, lebih tahan terhadap api dan korosi.
yang paling banyak digunakan dalam dunia Namun demikian, beton juga memiliki
konstruksi. Dengan semakin berkembangnya berbagai kelemahan, antara lain kuat tarik
teknologi sekarang ini, berdampak pula yang rendah, dan pengerjaan yang terkadang
dengan semakin berkembangnya teknologi tidak mudah.
beton yang diterapkan dibidang konstruksi. Beton memadat sendiri (tanpa
Penerapan metode-metode baru dilakukan penggetar) atau yang lebih sering dikenal
demi memperoleh hasil yang maksimal. Di dengan SCC (Self Compacting Concrete)
dalam suatu pembangunan gedung maupun adalah beton yang mampu mengalir sendiri
infrastrukur lain tidaklah lepas dari peran tanpa alat pemadat pada saat proses
penggunaan beton. Perkembangan teknologi pencetakan di bekisting. Sebagai beton segar,
beton semakin hari semakin pesat seiring SCC mempunyai tingkat pengaliran yang lebih
dengan berbagai permasalahan yang timbul baik jika dibandingkan dengan tingkat
saat pengerjaan konstruksi. Berbagai macam pengaliran dari beton normal. Untuk
penelitian telah dilakukan demi memperoleh memperoleh hasil yang lebih maksimal,
mutu beton yang lebih baik dari segi kuat sampai dengan sekarang ini banyak sekali
tekan (compressive strength), kemampuan penelitian tentang SCC dengan faktor tinjauan
pengerjaan (workability), kemampuan yang berbeda-beda.
pengaliran (flowability), serta keawetannya Perilaku dari SCC yang mampu
(durability). memadat sendiri sangat bermanfaat pada saat
Jika dibandingkan dengan bahan pengecoran dengan tulangan yang relatif rapat,
bangunan yang lain, beton mempunyai karena sifat beton segar SCC yang lebih
berbagai keunggulan, antara lain relatif lebih workable. Untuk mengurangi penggunaan air
kuat menahan gaya tekan, mudah pengerjaan diperlukan penambahan zat aditif, dalam hal
dan perawatannya, mudah dibentuk sesuai ini biasanya digunakan adalah

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT Untan 1


2. Dosen Prodi teknik Sipil FT Untan
superplasticizer. Menurut As’ad (2009) b. Pencetakan beton dapat dilakukan tanpa
keunggulan SCC dibandingkan dengan beton menggunakan alat penggetar beton
normal adalah : (vibrator), sehingga kondisi di proyek pada
a. Ditinjau dari keadaan segar, SCC memiliki saat melakukan pemadatan beton tidak
kemampuan mengalir dan memadat bising.
mandiri. c. Beton dapat dicetak dengan ukuran yang
tipis.

2. TINJAUAN PUSTAKA beton. Jenis penelitian telah


Self-Compacting Concrete (SCC) menghasilkan pengembangan pada SCC,
merupakan beton inovatif yang tidak sebuah revolusi yang sangat dibutuhkan
memerlukan getaran untuk penempatan dalam industri beton. SCC merupakan
dan pemadatannya. SCC dapat mengalir beton dengan fluiditas yang jauh lebih
dengan beratnya sendiri, dapat mengisi tinggi tanpa segregasi dan mampu
bekisting sepenuhnya dan mencapai mengisi setiap sudut dengan berat beton
pemadatan penuh, bahkan pada struktur itu sendiri (Okamura 1997). SCC
yang sesak. Beton yang telah mengeras menghilangkan kebutuhan akan getaran
padat, homogen dan memiliki sifat dan baik eksternal maupun internal untuk
daya tahan yang sama dengan beton pemadatan tanpa mengorbankan sifat
tradisional. Dikarenakan industrialisasi dasarnya.
ada sejumlah besar lumpur merah dan Beton ini pertama kali
pasir limbah pengecoran yang terbentuk. dikembangkan di Jepang pada akhir
Perkembangan teknologi baru tahun 80-an untuk memerangi penurunan
dalam ilmu material maju pesat. Dalam kualitas beton karena kurangnya tenaga
tiga dekade terakhir, banyak penelitian kerja terampil, bersama dengan masalah
dilakukan di seluruh dunia untuk di sudut mengenai homogenitas dan
meningkatkan kinerja beton dalam hal pemadatan dari cor beton di lokasi
kekuatan dan kualitas ketahanan. terutama dengan struktur yang rumit
Akibatnya beton tidak lagi menjadi bahan begitu juga untuk peningkatan daya tahan
konstruksi yang terdiri dari semen, beton dan struktur. Setelah
agregat, dan air saja, tetapi telah menjadi pengembangan SCC di Jepang pada
bahan yang disesuaikan dengan beberapa tahun 1988, seluruh Eropa mulai
konstituen baru untuk memenuhi mengunakan revolusi bebas kebisingan
kebutuhan spesifik industri konstruksi. yang unik dalam bidang industri
Meningkatnya penggunaan beton dalam konstruksi.
konfigurasi arsitektur tertentu dan beton Penelitian SCC di Eropa sangat
dengan tunlangan rapat telah membuat aktif pada paruh dekade terakhir 1991-
sangat penting untuk menghasilkan beton 2000. Itulah sebabnya, Eropa telah lebih
yang menjamin kemampuan mengisi maju dari USA dalam penerbitan
yang tepat, kinerja struktural yang baik spesifikasi dan pedoman untuk SCC
dan daya tahan yang memadai. Dalam (EFNARC 2002). Saat ini, banyak
beberapa tahun terakhir, banyak penelitian yang sedang dilakukan di
penelitian telah dilakukan di seluruh seluruh dunia untuk mengoptimalkan
dunia untuk meningkatkan kinerja sifat fluiditas beton beserta sifat kekuatan dan
beton yang paling penting, dalam hal ini daya tahannya tanpa peningkatan yang
adalah kekuatan dan daya tahannya. siknifikan dalam biaya. Conferensi
Studi teknologi beton dalam hal Amerika Utara pertama tentang desain
peningkatan kekuatan dan daya tahan dan penggunaan SCC diselenggarakan
telah menurun dari makro menjadi mikro pada bulan November 2002.
sejak tahun 1980. Hingga tahun 1980 Pada saat ini banyak peneliti
penelitian hanya fokus pada kemampuan yang bekerja diberbagai universitas dan
beton mengalir, hingga peningkatkan divisi litbang organisasi pemerintah
kekuatan. Namun daya tahan tidak dikarenakan manfaat dari penggunaan
menarik banyak perhatian dari peneliti beton ini.

2
SCC pada dasarnya adalah beton a. SCC tipe Powder : Proporsional
yang mampu mengalir ke bekisting, untuk mendapatkan self-
tanpa segregasi, mengisi secara merata compactability yang dibutuhkan
dan sepenuhnya disetiap sudut dengan dengan mengurangi rasio air-bubuk
beratnya sendiri tanpa penerapan getaran (material < 0.1mm) dan memberikan
atau energi lain selama penempatan. daya tahan segregasi yang memadai.
Tidak ada beton SCC yang standar. Oleh Super plasticizer dan air entraining
karena itu, setiap SCC harus dirancang admixtures memberikan yang
khusus untuk struktur yang akan deformabilitas dibutuhkan.
dibangun. Namun bekerja pada parameter b. SCC tipe Viskosity agent : Tipe ini
yang mempengaruhi sifat dasar SCC proporsional untuk mendapatkan
seperti viskositas, deformabilitas, self-compaction dengan
flowabilitas dan ketahanan terhadap menggunakan admixtures yang
segregasi, SCC mungkin proporsional memodifikasi viskositas untuk
untuk hampir semua jenis struktur beton. memberikan daya tahan terhadap
Untuk membentuk sebuah segregasi. Super plasticizer dan air
proporsi campuran beton yang sesuai entraining admixtures memberikan
untuk SCC, persyaratan kinerja harus yang deformabilitas dibutuhkan.
didefinisikan dengan mempertimbangkan c. SCC tipe Kombinasi : Tipe ini
kondisi struktural seperti bentuk, proporsional untuk mendapatkan
dimensi, kepadatan rangka dan kondisi self-compactability juga terutama
konstruksi. Dimana kondisi konstruksi dengan mengurangi rasio bubuk-air,
meliputi metode transportasi, seperti dalam tipe Powder, dan
penempatan, finishing dan curing. admixtures yang memodifikasi
Kebutuhan spesifik dari SCC adalah viskositas ditambahkan untuk
kemampuannya untuk pemadatan sendiri, mengurangi fluktuasi kualitas dari
tanpa getaran, dalam kondisi segar. beton segar karena variasi
Kemampuan lainnya seperti kekuatan kelembaban permukaan agregat dan
dan daya tahan harus dapat mencapai gradasi mereka selama produksi. Hal
kekuatan yang sama dengan beton ini memudahkan kontrol produksi
normal. beton.
Untuk memenuhi persyaratan
kinerja beton, berikut tiga jenis SCC
yang tersedia.

3. METODE PENELITIAN berdasarkan metode ACI Modifikasi.


Penelitian ini berupa percobaan Metode ACI Modifikasi ini dalam
yang dilakukan di Laboratorium Bahan perancangannya sama seperti ACI tapi
dan Konstruksi Fakultas Teknik terdapat koreksi Agregat sesuai dengan
Universitas Tanjungpura, Setelah kondisi lapangan, jadi agregat tidak
dilakukan analisa bahan, maka dapat dalam kondisi SSD.
dilakukan perhitungan campuran beton

3
Pekerjaan penelitian meliputi: Slump cone kemudian diangkat
a. Pemeriksaan material dengan ketinggian ±7,5 cm agar
b. Pembuatan sampel silinder berdia- pasta beton dapat mengalir di
meter Ø15 cm dan tinggi 45 cm atas papan slump. Slump flow
dengan jumlah sampel sebanyak 30 adalah diameter dari rata-rata
benda uji. Yaitu beton normal 15 diameter yang diambil dari dua
buah,15 buah beton normal + sika arah. Besar perbedaan antara
viscorete 1 % dan 15 buah beton dua diameter yang didapat
normal + sika viscocrete 2 % menandakan tidak meratanya
tingkat permukaan. SCC
c. Pengadukan Campuran umumnya mempunyai slump
Adukan beton yang telah merata dituang flow antara 50 cm sampai 70
kedalam tempat cetakan yang telah cm. Dikarenakan sifat yang cair
disiapkan, sebelumnya cetakan telah dari SCC, maka pada saat
diolesi dengan 0li, dalam hal ini cetakan proses pengisian slump cone
yang digunakan berbentuk silinder harus ditekan ke bawah dengan
dengan ukuran Ø15 cm dan tinggi 30 cm. erat untuk mencegah agar pasta
beton tidak mengalir keluar.
d. Pengetesan Sampel
Pengetesan sampel terbagi menjadi 2
yaitu
1. Pengetesan beton segar yaitu
pengujian slump flow dan
pengetesan L Box Gambar 1. Pengujian slump flow
1. Pengujian Slump Flow (ASTM
C1611) – Memberikan 2. Uji L-Box
informasi kemampuan dalam Uji ini, didasarkan pada desain Jepang
mengisi (mengalir) dan untuk penerapan beton bawah air.
kemampuan melalui (untuk Pengujian ini menilai aliran beton, dan
campuran stabil, tingginya juga sejauh mana beton mengalami
kemampuan mengalir dihalangi oleh tulangan. Alat ini tersusun
berbanding lurus dengan dari kotak bagian persegi panjang dalam
kemampuan melalui). Prosedur: bentuk 'L', dengan bagian vertikal dan
Secara umum, pengujian slump horisontal, dipisahkan oleh gerbang yang
flow mirip dengan pengujian dapat digerakkan. Bagian vertikal diisi
slump standar (ASTM dengan beton, dan kemudian pintu
C143/C143M). Slump cone gerbang diangkat untuk membiarkan
diletakkan di tengah pelat aliran beton ke bagian horisontal. Ketika
slump flow dengan bukaan aliran berhenti, ketinggian beton pada
besar penghadap ke bawah. akhir bagian horizontal dinyatakan
Slump cone diisi SCC dalam sebagai proporsi yang tersisa di bagian
satu kali tuang (tanpa dirojok). vertikal (H2/H1 dalam diagram). Hal ini

4
menunjukkan kemiringan beton ketika mungkin pengujian di lokasi.
pada aliran berhenti. Ini merupakan Pengujian ini menilai kemampuan
indikasi kemampuan melewati. mengisi dan melewati SCC, dan
kekurangan stabilitas (segregasi)
Bagian horizontal kotak dapat ditandai yang serius dapat dideteksi secara
pada 200 mm dan 400 mm dari gerbang visual. Segregasi juga dapat
dan waktu yang diperlukan untuk terdeteksi dengan melihat dan
mencapai titik-titik diukur. Ini dikenal memeriksa bagian horisontal dari
sebagai waktu T20 dan T40 dan beton. Sayangnya tidak ada
merupakan indikasi untuk kemampuan kesepakatan tentang bahan, dimensi,
mengisi. atau pengaturan rangka tulangan,
sehingga sulit untuk
membandingkan hasil tes. Tidak
diketahui pengaruh dinding aparatus
dan 'efek dinding' pada aliran beton,
namun pengaturan ini, sampai batas
tertentu, meniru apa yang terjadi
pada beton di lokasi bila terkurung
dalam bekisting.

 Prosedur
a) Sekitar 14 liter beton diperlukan
untuk melakukan tes, sampel
normal.
b) Tempatkan aparatus di
permukaan lantai yang kokoh,
pastikan bahwa pintu geser dapat
Gambar 2. L Box membuka dan menutup dengan
leluasa.
Pada bagian rangka diameternya c) Lembabkan permukaan di dalam
dapat berbeda-beda dan rangka dengan aparatus, buang kelebihan air.
interval yang berbeda: sesuai dengan d) Isi bagian vertikal aparatus
pertimbangan tulangan normal, 3x dengan sampel beton.
ukuran agregat maksimum adalah ukuran e) Biarkan selama 1 menit.
yang umum digunakan. f) Angkat pintu geser dan biarkan
Prinsipnya rangka dapat beton mengalir keluar ke bagian
ditetapkan pada jarak apapun untuk horisontal.
menguji kemampuang melalui beton. g) Bersamaan, memulai stopwatch
 Penilaian tes dan catat waktu yang diperlukan
Ini pengujian yang secara beton untuk mencapai tanda 200
luas digunakan, cocok untuk dan 400 mm.
pengujian di laboratorium, dan

5
h) Ketika beton berhenti mengalir, 2. Setelah melewati masa perawatan
jarak "H1" dan "H2" diukur. atau perendaman, benda uji perlu
i) Hitung H2/H1, Rasio halangan. dikeluarkan untuk dipersiapkan guna
j) Seluruh tes harus dilakukan test tekan silinder sesuai umur
dalam waktu 5 menit. harinya (3, 7, 14, 21 dan 28 hari).

4. ANALISIS HASIL PENELITIAN


1. Hasil Pengujian Beton segar b. L-Box
a. Slump Flow Hasil pengujian dari L-Box dari masing-
Hasil pengujian dari flow table atau slum masing campuran self compacting
flow dari masing-masing campuran self concrete dapat dilihat pada Tabel
compacting concrete dapat dilihat pada
Tabel Tabel 2. Hasil pengujian L-Box self
compacting concrete
Tabel 1. Hasil pengujian flow table self L-Box test
compacting concrete No
Nama
t200 t400 h1 h2
Sampel h2/h1
(dt) (dt) (mm) (mm)
Kecepat
Nama Diameter t500 ACI Modifikasi
No an 1 2 6 60 50 0,833
Sampel (mm) (dt) + Visco 1%
(mm/dt)
ACI
ACI Modifikasi 2 Modifikasi + 2 4 85 55 0,647
1 500 3,00 166,67 Visco 2%
+ Visco 1%
ACI Modifikasi 0,80 –
2 595 2,00 297,50 Standart ICAR1
+ Visco 2% 0,85
2 –
ICAR1 ≥ 500
7 Hasil L-Box untuk ACI
Modifikasi + Sika Viscocrete 2 %
Untuk mencapai jarak dengan memiliki nilai nilai perbandingan h1 dan
diameter 500 mm self compacting h2 yaitu sebesar 0,647 lebih rendah
concrete ACI Modifikasi + Visco 2% dibandingkan dengan ACI Modifikasi +
memiliki kecepatan dan diameter paling Sika Viscocrete 1% yaitu sebesar 0,833
besar dibandingkan dengan self sedangkan standar ICAR yaitu 0,80 –
compacting concrete ACI Modifikasi + 0,85 sehingga ACI Modifikasi + Sika
Visco 1%. Jumlah Visco yang tinggi Viscocrete 2% tidak memenuhi standsr
mempengaruhi dari kecepatan pengaliran ICAR
atau flowability dari beton tersebut.
Penambahan Viscocrete juga
sangat berpengaruh terhadap diameter
flow beton. Hasil menunjukkan bahwa
dengan penambahan Sika Viscocrete.
meningkatnya flowability beton, maka
besarnya diameter flow yang dihasilkan
semakin besar pula.
6
2. Hasil Kuat Tekan 2. Hasil Kuat Tekan ACI Modifikasi +
1. Hasil Kuat Tekan ACI Modofikasi Sika Viscorete 1%

Tabel 3. Hasil pengujian kuat tekan beton Tabel 4. Hasil pengujian kuat tekan beton
Kuat Tekan Kuat Tekan

Umur Karakteristik Umur Karakteristik

(MPa) Rata-Rata (MPa) Rata-Rata

3 16.25 0 0.00

7 20.99 3 16.26

14 29.40 7 24.30

21 32.25 14 31.11

28 37.19 21 37.74

28 38.95
Dari Tabel diperoleh grafik yang
menggambarkan hubungan pengaruh Diperoleh grafik yang menggambarkan
Beton normal dengan menggunakan hubungan pengaruh Beton normal
metode ACI pada Grafik dengan menggunakan metode ACI pada
Grafik

Grafik 3. Kuat tekan karakteristik ACI


Modifikasi

Grafik 4. Kuat tekan karakteristik ACI


Modifikasi + 1% Sika Viscocrete

7
3. Hasil Kuat Tekan ACI Modifikasi Tabel 6. Pengaruh penggunaan Sika
+ 2% Sika Viscocrete Viscorete terhadap kuat tekan beton
3.1. Pengujian kuat tekan Kuat Tekan Kuat Tekan Kuat Tekan
Karakteristik Karakteristik Karakteristik
Tabel 5. kuat tekan beton (MPa) Rata- (MPa) Rata- (MPa) Rata-
Umur
Kuat Tekan Rata Rata Rata
ACI ACI
Umur Karakteristik ACI Modiifikasi Modiifikasi + Modiifikasi +
Visco 1% Visco 2%
(MPa) Rata-Rata
3 16.25 16.26 15.80
0 0.00
7 20.99 24.30 17.76
3 15.80
14 29.40 31.11 20.61
7 17.76
21 32.25 37.74 21.85
14 20.61
28 37.19 38.95 23.31
21 21.85

28 23.31

Dari Tabel diperoleh grafik yang


menggambarkan hubungan pengaruh
Beton normal dengan menggunakan
metode ACI pada Grafik

Grafik 6. hasil kuat tekan dengan


berbagai variasi benda uji pada tabel

Grafik 5. Kuat tekan karakteristik ACI


Modifikasi + 2% Sika Viscocrete Pemakaian Sika Viscorete sebanyak 1%
mempunyai nilai kuat tekan yang lebih
tinggi di bandingkan dengan pemakaian
Sika Viscorete 2% dan beton normal ACI
Modifikasi

8
5. KESIMPULAN 6. DAFTAR PUSTAKA
1. Studi perancangan beton hemat
energi (self compacting concrete) As’ad, Sholihin (2009), Pengembangan
untuk beton normal, ƒc’ = 25MPa Kanal Fleksibel Berbahan Beton
dengan metode aci modifikasi Memadat Mandiri Berserat
berdasarkan hasil yang didapat Limbah Kaleng dan Limbah
memenuhi syarat – syarat beton self Plastik, Usulan Penelitian Hibah
compacting concrete (SCC) untuk Bersaing, Surakarta.
benda uji yang menggunakan
metode ACI Modifikasi dengan Chrisna Djaja Mungok, Lusiana, 1998,
penambahan Sika Viscocrete 1 % Buku Ajar / Handout Teknologi
yaitu : Beton, Fakultas Teknik,
a) Nilai slump flow yang di dapat lebih Universitas Tanjung Pura,
50 cm Pontianak.
b) Kuat tekan yang direncanakan
25MPa tercapai Departemen Pekerjaan Umum, 1989,
2. Dari hasil pemeriksaan yang telah Pedoman Beton 1989, Badan
dilaksanakan di labolatorium,bahwa Peneliti dan Pengembangan PU,
untuk penambahan Sika Viscocrete Jakarta.
yang baik adalah penambahan Sika
Viscocrete sebanyak 1% dari semen Direktorat Jendral Cipta Karya
di bandingkan dengan Sika Departemen PU, April 1971,
Viscocrete sebanyak 2% Peraturan Beton Bertulang
3. Kuat tekan karakteristik ACI Indonesia, Depertemen PU.
Modofikasi + 1% Sika Viscorete
mempunyai nilai yang lebih tinggi di
bandingkan dengan ACI Edward G Nawy, 1998, Fundamentals
Modifikasi,ACI dan ACI Modifikasi OF Hight Performance
+ 2% Sika Viscocrete. Concrete, Civil Engineering
4. Berdasarkan hasil kuat tekan and Environmental Rutgers
karakteristik ACI modifikasi + 2% University, The State
Sika Viscocrete, pemakaian Sika University Of New Jersey,
Viscocrete sebanyak 2% tidak Prentice Hall New Jersey.
mencapai nilai kuat tekan rencana
fc’=25 MPa
5. Berdasarkan perhitungan biaya
pembutan ACI Modifikasi dan ACI
Modifikasi + 1% Sika Viscocrete
terdapat peningkatan harga sebesar
12,87% untuk ACI Modifikasi + 1%
Sika Viscocrete dibandingkan dengan
ACI Modifikasi.

9
Hanafiah, M.Ali, Petunjuk Praktikum, Ludwing, H-M., Weise, F., Hemrich,
1995, Merencanakan W. and Ehrlich, N.(2001) Der
Komposisi Campuran Beton neue Beton –
Struktural, Laboratorium Selbstverdichhtender Beton –
Konstruksi dan Bahan Grundlagen und Praxis, Beton
Bangunan Fakultas Teknik, Fertigteil (BHF), No. 7, July
Universitas Syiah Kuala 2001
Darussalam, Banda Aceh.
Mulyono, T. 2005. Teknologi Beton.
Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992, Andi. Yogyakarta.
Teknologi Beton, UGM,
Yogyakarta. Okamura, H and ouchi, M. (2003)
Self Compacting Concrete,
Kumar, P. (2006), Self Compacting Vol.1, No.1, 5-15, April 2003,
Concrete : Methods of Testing Japan Concrete Institute.
and Design, February 2006, Pp.
86.

10

Anda mungkin juga menyukai