Anda di halaman 1dari 44

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MODUL B1


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS
TAHUN 2021 TRAINING OF TRAINER (TOT)
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
DALAM MENGEMBANGKAN
KURIKULUM, PEMBELAJARAN, DAN
PENILAIAN YANG MENGAKOMODASI
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN
KHUSUS APADA SATUAN
PENDIDIKAN KHUSUS ATAU
SEKOLAH LUAR BIASASA( SLB)
MATERI:
KONSEP DASAR
PENDIDIKAN KHUSUS DAN
PENDIDIKAN INKLUSIF

Disampaikan Oleh:
TIM LINTANG SAMUDRA
EDUKASI YAYASAN MDP
INDONESIA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta memahami pengertian pendidikan khusus dan
pendidikan inklusif

Peserta memahami tujuan pendidikan khusus dan pendidikan


inklusif

Peserta memahami penyelenggaraan pendidikan khusus dan


pendidikan inklusif

Peserta memahami tujuan dan tugas SLB sebagai pusat sumber


(resource centre) dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan
inklusif pada satuan pendidikan umum dan kejuruan.
SKENARIO PEMBELAJARAN

Visualisasi Dialog
Menontotn Interaktif Penyampai Presentasi
Penyimpul
Video Hal-hal an Materi /Laporan
Latihan/ an Materi
tentang yang Keseluruha Hasil
Penugasan dan
Pendidikan Menarik n/ Latihan/
30’ Penutup
Khusus dan dari Tayangan Penugasan
10’
Pendidikan Tayangan PPT 50’ 10’
Inklusif 10’ Video 10’
PENGANTAR
Dasar hukum Pendidikan Khusus dan
Pendidikan Inklusif atau Pendidikan untuk
Semua (Education for All) adalah hakikat
pendidikan yang berkeadilan tercantum dalam
UUD Tahun 1945 Pasal 31.

Pasal 31 UUD 1945 (Amandemen)


• Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.
• Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
UUD 1945
(AMANDEMEN)
UU NO 23 TH UU NO 14 TH UU NO 20 TH UU NO 8 TH UU NO 23 TH
UU NO 7 UU NO 39
2002 2005 2003 2016 2014
UU NO 35 TH TH 1984 TH 1999 UU NO 2 TH 2015
2014 UU NO 9 TH 2015
UU NO 17 TH PP PP
2016 74/2008 41/2009 PP NO 17 PP NO
PP
19/2017 2019 13/2020
INPRES
NO 9 TH
PP PP PP PP
2000 PP NO 2/2018
47/2008 48/2008 19/2005
PP 17/2010
PP
PERMENE PERMENDIKBUD 32/2013 66/2010
G NO 15/2018 PP
PP&PA NO 13/2015
PP PERMENDIKB
8/2014 PP NO 55 TH 2007 TTG 57/2021 UD NO 32/2018
PENDIDIKAN AGAMA
DAN KEAGAMAAN
PERMENDIKN PERMENDIKN
PERMENDIKNAS
AS AS
PMA NO 90 TH 2013 NO 34/2006
NO 32/2008 NO 70/2009
PMA NO 60 TH 2015 TTG KEPMENDIKBU
SURAT EDARAN DIRJEN
PENYELENGGARAAN KEPMENDIKBUDRISTEK
D
DIKDASMEN DEPDIKNAS PENDIDIKAN Satuan NO 162/M/2021 PSP
NO 380/C.C6/MN/2003 NO.719/P/2020
Pendidikan
20 JANUARI 2003 KETERANGAN
▪ UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
8 STANDAR NASIONAL ▪ UU No 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Mengenai
PENDIDIKAN Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
REGULASI
Perempuan
PROSE PENIL
SARANA
PRASAR
PENGE BIAYA DAN ▪ UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
SKL ISI PTK LOLAA
S AIAN ANA
N KEBIJAKAN sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan NN
PENDIDIKA No 17 Tahun 2016
N INKLUSIF ▪ UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PENGEOLAAN SATUAN ▪ UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
PENDIDIKAN/MANAJEMEN PENDIDIKAN ▪ UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
INKLUSIF sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU
REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN
PENDIDIKAN INKLUSIF

UU NO 7
TAHUN 1984
UU NO 20
TAHUN
2003 UU NO 39
KEBIJAKAN TAHUN 1999
PENDIDIKA UU NO 23

UU NO 14
N INKLUSIF TAHUN
2002
TAHUN
2005 UU NO 8
TAHUN
2016
KETERANGAN
▪ UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
▪ UU No 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Mengenai
UU NO 5 UU NO 23 Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
▪ UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana
TAHUN 2014 TAHUN 2014 telah diubah beberapa kali terakhir dengan NN No 17 Tahun
2016
▪ UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
▪ UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
▪ UU NO 5 Tahun 2014 tentang ASN
▪ UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU No
PERATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG NOMOR 8
TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS
RATIFIKASI PERJANJIAN
INTERNASIONAL YANG DIATUR
PERPRES NOMOR 1 TAHUN 2020

PP NO 52 TAHUN 2019 UU NO 8
PERPRES NO 68 TAHUN
TAHUN 2016 2020
TENTANG
PP NO 70 TAHUN 2019 PENYANDAN PERPRES NO 7 TAHUN
G 2020
DISABILITAS
PP NO 13 TAHUN 2020
PP NO 60 TAHUN 2020

PP NO 39 PP NO 42
TAHUN TAHUN
2020 2020
PP NO 52 TAHUN 2019 1. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagi Disabilitas.
PP NO 70 TAHUN 2019 2. Pemerinatuh Pemerintah Nomor 70 tahun 2019 tentang
Perencanaan Penyelenggaraan dan Evaluasi terhadap
Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak
PP NO 13 TAHUN 2020 Disabilitas.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang
PP NO 39 TAHUN 2020 Akomodasi yang Layak Bagi Peserta Didik Penyandang
Disabilitas.
PP NO 42 TAHUN 2020 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2020 tentang
Akomodasi yang Layak bagi Penyandang Disabilitas
dalam Proses Peradilan.
PP NO 60 TAHUN 2020 5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2020 tentang
PERPRES NO 7 TAHUN Aksesibilitas terhadap Pemukiman Pelayanan Publik dari
2020
Bencana bagi Penyandang Disabilitas.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2020 tentang
PERPRES NO 68 TAHUN Unit Layanan Disabiltas Bidang Ketenagakerjaan.
2020 7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Syarat
RATIFIKASI PERJANJIAN dan Tata Cara Pemberian Penghargaan dalam
INTERNASIONAL YANG Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak
DIATUR PERPRES NOMOR 1 Penyandang Disabilitas.
TAHUN 2020 8. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2020 tentang
Komisi Nasional Disabilitas.
9. Ratifikasi Perjanjian Internasional yang diatur Perpres
Nomor 1 tahun 2020 tentang Pengesahan Traktat
Pasal 31 UUD 1945 (Amandemen)
Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat Penjelasan Pasal 15
pendidikan. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang
Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti Sistem Pendidikan
pendidikan dasar dan pemerintah wajib Nasional sebagai
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
membiayainya.
berikut: “…. Pendidikan
khusus merupakan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional penyelenggaraan
menyebutkan: “Pendidikan di Indonesia pendidikan untuk
peserta didik yang
diselenggarakan secara demokratis dan berkelainan atau peserta
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai yang diselenggarakan
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan secara inklusif atau
Pasal 5 ayat (1) UU No 20 Tahun 2003 tentang berupa satuan
bangsa.”
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar
“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dan menengah.”
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.”

PENDIDIKAN INKLUSIF
(SETIAP WARGA NEGARA BERHAK MENDAPAT
PENDIDIKAN YANG BERMUTU DAN
DISELENGGARAKAN SECARA DEMOKRATIS,
BERKEADILAN, DAN TIDAK DISKRIMINASI)
Pasal 130 (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pada Pasal 51 Undang-Undang Nomor
Pengelolaan dan Penyelenggaraan 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Pendidikan menyebutkan bahwa: atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
“Pendidikan khusus bagi peserta didik
2002 tentang Perlindungan Anak
berkelainan dapat diselenggarakan
pada semua jalur dan jenis pendidikan menjelaskan bahwa: “Anak
pada jenjang pendidikan dasar dan Penyandang Disabilitas diberikan
menengah.” kesempatan dan aksesibilitas untuk
memperoleh pendidikan inklusif
dan/atau pendidikan khusus.”
PENYELENGGARAA
N, HAK, DAN
FASILITASI Pasal 41 ayat (1) sebagai berikut:
PENDIDIKAN “Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
INKLUSIF menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi
pendidikan inklusif dan pendidikan khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat
(2) wajib memfasilitasi Penyandang
Disabilitas untuk mempelajari keterampilan
dasar yang dibutuhkan untuk kemandirian
dan partisipasi penuh dalam menempuh
pendidikan dan pengembangan sosial.”
PERMENDIKNAS NO 16 TAHUN 1.1 Memahami karakteristik
KOMPETENSI 2007 TENTANG STANDAR peserta didik yang berkaitan
dengan aspek fisik, intelektual,
KUALIFIKASI AKADEMIK DAN
GURU KOMPETENSI GURU
sosial-emosional, moral,
spiritual, dan latar belakang
PENDIDIKAN KHUSUS sosial budaya.
1.2. Mengidentifikasi potensi
KOMPETENSI PEDAGOGIK peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
Kompetensi 1: Menguasai
karakteristik peserta didik dari 1.3. Mengidentifikasi bekal-ajar
awal peserta didik dalam mata
aspek fisik, moral, spiritual, pelajaran yang diampu.
kultural, emosional, dan 1.4. Mengidentifikasi kesulitan
intelektual. belajar peserta didik dalam
mata pelajaran yang diampu.
KOMPETENSI PERMENDIKNAS NO 16.1 Bersikap inklusif dan
objektif terhadap peserta
16 TAHUN 2007 didik, teman sejawat dan
GURU KOMPETENSI
lingkungan sekitar dalam
melaksanakan
SOSIAL pembelajaran
16.2 Tidak bersikap
Kompetensi 16: diskriminatif terhadap
peserta didik, teman
Bersikap inklusif, sejawat, orang tua peserta
bertindak objektif, didik dan lingkungan
sekolah karena perbedaan
serta tidak agama, suku, jenis kelamin,
diskriminatif karena latar belakang keluarga,
dan status sosial-ekonomi.
pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar
belakang keluarga,
dan status sosial
ekonomi
KONSEP DASAR
PENDIDIKAN
KHUSUS
PENGERTIAN PENDIDIKAN
KHUSUS
• Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
• Penjelasan Pasal 10 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa:
“Yang dimaksud dengan “pendidikan secara khusus” adalah
pendidikan yang hanya memberikan layanan kepada peserta
didik Penyandang Disabilitas dengan menggunakan kurikulum
khusus, proses pembelajaran khusus, bimbingan, dan/atau
pengasuhan dengan tenaga pendidik khusus dan tempat
pelaksanaannya di tempat belajar khusus.”
• Pendidikan khusus adalah jenis pendidikan sebagaimana
TUJUAN PENDIDIKAN KHUSUS
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan
berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
Tujuan mental, intelektual, dan/atau sosial. Pendidikan khuaua
Pendidikan bagi peserta didik berkelainan bertujuan untuk
Khusus bagi
Peserta Didik mengembangkan potensi peserta didik secara optimal
yang Memiliki sesuai kemampuannya. (Pasal 129 ayat (1) dan (2)
Kelainan
/Penyandang Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Disabilitas Pengelolaan
Pendidikan dan Penyeenggaraan
khusus Pendidikan).
bagi peserta didik yang memiliki potensi
Tujuan kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi
pendidikan
khusus bagi mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi
peserta didik prestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaannya.
yang memiliki
potensi Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan kecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuan
dan/atau bakat
istimewa. mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa
mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik,
dan kecerdasan lain (Pasal 134 ayat (1) dan (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan).
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
KHUSUS
• Pasal 16 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.” Pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa:” Pendidikan khusus
merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”
• Pasal 130 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
menyebutkan bahwa: “Pendidikan khusus bagi peserta didik
berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.”
Berikutnya pada Pasal 130 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 menjelaskan bahwa: “Penyelenggaraan pendidikan
khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan
pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan
pendidikan keagamaan.”
• Pasal 132 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan bahwa:
“Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jalur formal
diselenggarakan melalui satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan
dasar, dan satuan pendidikan menengah.”
• Bentuk satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didik berkelainan untuk
pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-kanak luar biasa (TKLB) atau
sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Satuan
pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar
terdiri atas sekolah dasar luar biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan
pendidikan yang sejenis dan sederajat, dan sekolah menengah pertama luar
biasa (SMPLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan
sederajat. Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang
pendidikan menengah adalah sekolah menengah atas luar biasa SMALB),
sekolah menengah kejuruan luar biasa (SMKLB), atau sebutan lain untuk satuan
pendidikan yang sejenis dan sederajat. Penyelenggaraan satuan pendidikan
khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau
antarjenis kelainan. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat
diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal.
Mengenai pengertian satuan pendidikan khusus SDLB, SMPLB, dan
SMALB atau SLB dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 1 Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, sebagai berikut:”
• Sekolah Dasar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SDLB adalah
salah satu bentuk Satuan Pendidikan khusus bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan/atau
sosial.
• Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang selanjutnya disingkat
SMPLB adalah salah satu bentuk Satuan Pendidikan khusus bagi
peserta didik sebagai lanjutan dari SDLB atau bentuk lain yang
sederajat.
• Sekolah Menengah Atas Luar Biasa yang selanjutnya disingkat
SMALB adalah salah satu bentuk Satuan Pendidikan khusus bagi
peserta didik yang telah lulus dari SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat.
Pasal 135 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
menjelaskan bahwa: “Pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat
diselenggarakan pada satuan pendidikan formal TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat.” Pasal 135 ayat (2) menjelaskan bahwa: “Program
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa:
• Program percepatan, dan/atau
• Program pengayaan.”
pembelajaran yang
dirancang untuk
memberikan kesempatan Misalnya, cakupan dan
kepada peserta didik urutan mata pelajaran
mencapai standar isi dan tertentu diperluas atau
standar kompetensi diperdalam dengan
lulusan dalam waktu yang menambahkan aspek lain
lebih singkat dari waktu seperti moral, etika,
belajar yang ditetapkan. aplikasi, dan saling
Misalnya, lama belajar 3 keterkaitan dengan materi
(tiga) tahun pada SMA lain yang memperluas
dapat diselesaikan kurang dan/atau memperdalam
dari 3 (tiga) tahun. bidang ilmu yang
Program pengayaan menaungi mata pelajaran
adalah program tersebut. (Penjelasan Pasal
pembelajaran yang 135 Peraturan Pemerintah
dirancang untuk Nomor 17 Tahun 2010
memberikan kesempatan tentang Pengelolaan dan
kepada peserta didik guna Penyelenggaraan
mencapai kompetensi Pendidikan).
lebih luas dan/atau lebih
dalam dari pada standar
SD/MI

SECARA
SMP/MTs
INKLUSIF

SMA/MA/
SMK/MAK

PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN KHUSUS

TKLB

BERUPA SDLB
SATUAN
PENDIDIKAN
KHUSUS SMPLB

SMALB
KONSEP DASAR
PENDIDIKAN
INKLUSIF
PENGANTAR

• Konteks pendidikan inklusif adalah sebuah sistem yang


ideal bagi Character Building peserta didik
• Dalam masyarakat demokratis, konteks pendidikan
inklusif diarahkan pada penyediaan kesempatan
pendidikan bermutu bagi semua. Sebagai sebuah prinsip
universal, pendidikan inklusif memiliki implikasi
dimungkinkannya diversifikasi program.
Secara operasional satuan
pendidikan penyelenggara
pendidikan inklusif ditunjukkan
dengan dipenuhinya elemen dasar
sekolah bermutu.
Akan terjadi perubahan praktis yang
memberi peluang kepada peserta didik
dengan latar belakang dan kemampuan
yang berbeda bisa berhasil dalam belajar.
Akan tetapi, fenomena yang ada
pendidikan inklusif masih dipersepsi
beragam dan penyelenggaraannya masih
sporadis karena pemahaman yang
berbeda-beda.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
INKLUSIF

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Surat Edaran Direktur


Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional Nomor: 380/C.C6/MN/2003 tentang Pendidikan Inklusif.
“Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (anak luar biasa) untuk
belajar bersama-sama dengan anak sebaya sekolah umum.”

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus:
“Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa untuk belajar bersama-sama dengan
peserta didik lain pada satuan pendidikan umum maupun kejuruan,
dengan cara menyediakan sarana, tenaga pendidik, tenaga
• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa: “Pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya.”

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan penjelasan Pasal 10 huruf a


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas:
“Yang dimaksud dengan “pendidikan secara inklusif” adalah pendidikan
bagi peserta didik Penyandang Disabilitas untuk belajar bersama dengan
peserta didik bukan Penyandang Disabilitas di sekolah reguler atau
perguruan tinggi. Yang dimaksud dengan “pendidikan secara khusus”
adalah pendidikan yang hanya memberikan layanan kepada peserta
Prinsip pembelajaran inklusif yang diatur pada Hurup
D angka 1 huruf c Lampiran Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan
Pendidikan dalam Kondisi Khusus sebagai berikut:
“Inklusif yaitu pembelajaran yang bebas dari
diskriminasi Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan
(SARA), tidak meninggalkan Peserta Didik manapun,
termasuk Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus/penyandang disabilitas, serta memberikan
pengembangan ruang untuk identitas, kemampuan,
minat, bakat, serta kebutuhan Peserta Didik.”
• Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa
pendidikan inklusif adalah penempatan anak
berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat
secara penuh di kelas regular. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas regular merupakan
tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan,
apapun jenisnya dan bagaimanapun garadasinya.
• Sapon-Shevin (O Neil 1995) menjelaskan bahwa
pendidikan inklusif adalah sistem layanan
pendidikan yang mempersyaratkan agar semua
anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah
terdekat, di kelas regular bersama-sama teman
seusianya.
Salamanca Statement, 1994 dalam Stubbs, 2003
mengemukakan bahwa pendidikan inklusif adalah:
“Pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa
mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak
penyandang penyandang disabilitas, anak-anak
berbakat (gifted children), pekerja anak dan anak jalanan,
anak di daerah terpencil, anak-anak dari kelompok
etnik dan bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak
beruntung dan terpinggirkan dari kelompok
masyarakat.”
Unicef (2017) menjelaskan pengertian pendidikan inklusif sebagai
berikut:” An education system that includes all students, and welcomes and
supports them to learn, whoever they are and whatever their abilities or
requirements. This means making sure that teaching and the curriculum,
school buildings, classrooms, play areas, transport and toilets are appropriate
for all children at all levels. Inclusive education means all children learn
together in the same schools.” Artinya: Pendidikan inklusif adalah suatu
sistem pendidikan yang mencakup semua peserta didik, dan
menyambut serta mendukung mereka untuk belajar, siapa pun
mereka dan apa pun kemampuan atau persyaratan mereka. Ini
berarti memastikan bahwa pengajaran dan kurikulum, gedung
sekolah, ruang kelas, area bermain, transportasi, dan toilet sesuai
untuk semua anak di semua tingkatan. Pendidikan inklusif berarti
semua peserta didik belajar bersama di sekolah yang sama.
TUJUAN PENDIDIKAN
INKLUSIF
Pendidikan inklusif bertujuan untuk membangun konsep
yang koheren dan kerangka kebijakan yang kontekstual
dengan kondisi lingkungan sehingga tersedia akses dan
kesamaan dalam pendidikan dasar untuk semua anak, dan
apa yang terkandung dalam pendidikan sehingga
kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang beragam dapat
direspon dan dipenuhi di dalam jalur utama pendidikan
(pendidikan biasa), baik pada jalur pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal.
Tujuan pendidikan inklusif berdasarkan Permendiknas
Nomor 70 Tahun 2009 sebagai berikut.
• Memberikan kesempatan yang luas kepada semua
peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan
khusus untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
• Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang
menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif
bagi semua peserta didik.
• Dalam tataran sekolah dan kelas, tujuan pendidikan inklusif adalah
menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas,
menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat,
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan,
menciptakan suasana kelas dan menerima semua anak secara
penuh dengan menekankan suasana sosial yang menghargai
perbedaan kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku,
agama, dan sebagainya, dan mengakomodasi semua anak tanpa
memandang kondisi fisik, sosial, intelektual, bahasa, dan kondisi
lainnya. Tujuan berikutnya adalah memberdayakan individu,
membuka akses ke sekolah bermutu serta mewujudkan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak
diskriminatif. Tujuan lainnya adalah meminimalkan hambatan
belajar dan mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan belajar sesuai
potensi anak, termasuk menghargai eksistensi setiap anak
sehingga tumbuh rasa dihargai, saling memberi, dan memotivasi
untuk memperoleh pendidikan, dan memberi pengalaman
LANDASAN PENDIDIKAN
INKLUSIF
LANDASAN
FILOSOFIS

LANDASAN

LANDASAN PENDIDIKAN
PSIKOLOGIIS

LANDASAN

INKLUSIF
HUKUM

LANDASAN
PEDAGOGIS

LANDASAN
SOSIOLOGIS

LANDASAN
EMPIRIS
PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF

PRINSIP PEMERATAAN DAN


PENINGKATAN MUTU

PRINSIP KEBUTUHAN INDIVIDUAL

PRINSIP PENYELENGGARAAN
PRINSIP KEBERMAKNAAN
PENDIDIKAN INKLUSF

PRINSIP BERKELANJUTAN

PRINSIP KOLABORASI
TUJUAN DAN TUGAS SLB SEBAGAI
PUSAT SUMBER (RESOURCE
CENTRE) DALAM MENDUKUNG
PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN INKLUSIF PADA
SATUAN PENDIDIKAN UMUM
DAN KEJURUAN
TUJUAN DAN TUGAS SLB SEBAGAI PUSAT SUMBER
(RESOURCE CENTRE) DALAM MENDUKUNG
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PADA SATUAN
PENDIDIKAN UMUM DAN KEJURUAN
Pasal 40 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomoe 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa: “Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan dan/atau
memfasilitasi pendidikan untuk Penyandang Disabilitas di setiap
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan
kewenangannya. Penyelenggaraan dan/atau fasilitasi pendidikan
untuk Penyandang Disabilitas dilaksanakan dalam sistem
pendidikan nasional melalui pendidikan inklusif dan pendidikan
khusus.”
PENGERTIAN PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTRE)

Lembaga pendukung pendidikan atau Pusat Sumber (Resource Centre)


adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan pemerintah
daerah maupun masyarakat yang manajemennya dikelola secara
independen, serta memberikan dukungan kekuatan (supporting
power) dan dukungan profesional (professional support) bagi
kelangsungan dan keberhasilan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus. Lembaga pendukung pendidikan inklusif antara lain SLB
Pusat Sumber (Resource Centre), Unit Layanan Disabilitas (ULD), dan
Lembaga Pendukung Pendidikan Inklusif yang Diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi dan Organisasi Masyarakat.
TUJUAN PUSAT SUMBER

Tujuan Pusat Sumber adalah memberikan


dukungan kekuatan (supporting power) dan
dukungan profesional (professional support)
kepada setiap satuan pendidikan dalam
melaksanakan layanan pendiidkan inklusif
dan mengoordinasikan, memfasilitasi,
memperkuat, dan mendampingi
(kolaborator) pelaksanaan sistem dukungan
pelaksanaan layanan pendidikan inklusif.
TUGAS PUSAT SUMBER
• Melaksanakan sosialisasi/advokasi/informasi/penerangan ke sekolah dan
penyelenggara pendidikan non formal dan informal.
• Melaksanakan asesmen pada semua anak sekolah, luar sekolah, dan sekolah
rumah.
• Memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
• Melakukan penjaringan anak berkebutuhan khusus.
• Melaksanakan pelatihan untuk persiapan pelaksanaan layanan pendidikan
inklusif
• Melakukan penelitian dan penelaahan tentang kurikulum yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak.
• Melakukan penelitian dan pengembangan metoda dan strategi mengajar yang
adaptip pada setiap individu.
• Merencanakan dan melaksanakan jejaring yang saling menguntungkan dengan
berbagai fihak.
• Merencanakan dan melaksanakan lingkungan pendidikan yang ramah bagi
setiap anak
• Merencanakan, membuat dan mengadakan berbagai alat bantu mengajar.
• Mengadakan advokasi yang berkesinambungan melalui berbagai media
RENCANA
RENCANA RENCANA
PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
JANGKA PENDEK
JANGKA PANJANG JANGKA MENENGAH
(TAHUNAN)
No  Bidang  Program Tahap Pencapaian
2021 2022 2023 202
4
1 Pendidikan 1.1 Pelatihan untuk persiapan layanan pendidikan inklusif        
dan Latihan 1.2 Pelatihan profesional untuk guru pembimbing khusus        
Vokasional (guru pendamping khusus) dan profesional lainnya.
1.3 Pelatihan dan penyaluran vokasional        
2 Penelitian 2.1 Penelitian dan penelaahan tentang kurikulum yang        
dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Pengembang 2.2 Penelitian dan pengembangan metoda dan strategi mengajar        
an yang adaptip pada setiap individu

3 Guru 3.1 Mengatur penempatan Guru Pembimbing Khusus        


Pembimbing 3.2 Layanan dan bimbingan kependidkan bagi Anak        
Khusus Berkebutuhan Khusus
4 Hubungan 4.1 Sosialisasi/advokasi/informasi/ penerangan tentang        
Masyarakat pendidikan inklusif ke sekolah , penyelenggara pendidikan
formal dan in formal
4.2 Kerjasama kemitraan/jejaring dengan pihak terkait        
4.3 Advokasi yang berkesinambungan melalui berbagai media.        
5 Asesmen dan 5.1 Penjaringan Anak Berkebutuhan Khusus        
Pendidikan 5.2 Asesmen pada semua anak sekolah, luar sekolah, dan sekolah        
Anak Usia rumah
Dini
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb

Terima kasih atas


atensinya.

Anda mungkin juga menyukai