Anda di halaman 1dari 44

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MODUL B1


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS
TAHUN 2021 TRAINING OF TRAINER (TOT)
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM
MENGEMBANGKAN KURIKULUM,
PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN YANG
MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS APADA SATUAN
PENDIDIKAN KHUSUS ATAU SEKOLAH
LUAR BIASASA( SLB)

MATERI:
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
KHUSUS DAN PENDIDIKAN
INKLUSIF

Disampaikan Oleh:
TIM LINTANG SAMUDRA EDUKASI
YAYASAN MDP INDONESIA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta memahami pengertian pendidikan khusus dan pendidikan inklusif

Peserta memahami tujuan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif

Peserta memahami penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif

Peserta memahami tujuan dan tugas SLB sebagai pusat sumber (resource centre)
dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan
umum dan kejuruan.
SKENARIO PEMBELAJARAN

Visualisasi
Dialog Presentasi
Menontotn Penyampaian
Interaktif /Laporan
Video tentang Materi Latihan/ Penyimpulan
Hal-hal yang Hasil
Pendidikan Keseluruhan/ Penugasan Materi dan
Menarik dari Latihan/
Khusus dan Tayangan 30’ Penutup 10’
Tayangan Penugasan
Pendidikan PPT 50’
Video 10’ 10’
Inklusif 10’
PENGANTAR
Dasar hukum Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusif
atau Pendidikan untuk Semua (Education for All) adalah
hakikat pendidikan yang berkeadilan tercantum dalam UUD
Tahun 1945 Pasal 31.

Pasal 31 UUD 1945 (Amandemen)


• Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
• Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
UUD 1945 (AMANDEMEN)

UU NO 23 TH 2002 UU NO 7 UU NO 14 TH 2005 UU NO 20 TH 2003 UU NO 8 TH 2016 UU NO 39 UU NO 23 TH 2014


TH 1984 TH 1999 UU NO 2 TH 2015
UU NO 35 TH 2014
UU NO 9 TH 2015
UU NO 17 TH 2016 PP 74/2008 PP 41/2009
PP 19/2017 PP NO 17 2019 PP NO 13/2020

INPRES NO
9 TH 2000
PP 47/2008 PP 48/2008 PP 19/2005 PP 17/2010 PP NO 2/2018
PP 32/2013 PP 66/2010
PERMENDIKBUD
PERMENEG
NO 15/2018 PP 13/2015
PP&PA NO
8/2014 PP 57/2021 PERMENDIKBUD
PP NO 55 TH 2007 TTG NO 32/2018
PENDIDIKAN AGAMA DAN
KEAGAMAAN
PERMENDIKNAS PERMENDIKNAS PERMENDIKNAS
NO 32/2008 NO 70/2009 NO 34/2006
PMA NO 90 TH 2013
SURAT EDARAN DIRJEN PMA NO 60 TH 2015 TTG
KEPMENDIKBUDRISTEK NO KEPMENDIKBUD
DIKDASMEN DEPDIKNAS NO PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN 162/M/2021 PSP NO.719/P/2020
380/C.C6/MN/2003 Satuan Pendidikan
20 JANUARI 2003 KETERANGAN
 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
 UU No 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Mengenai Penghapusan
8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
REGULASI
 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah
PENILA
SARANA
PENGEL BIAYA DAN
SKL ISI PROSES PTK
PRASARA
beberapa kali terakhir dengan NN No 17 Tahun 2016
IAN NA OLAAN
KEBIJAKAN  UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PENDIDIKAN  UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
INKLUSIF  UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
PENGEOLAAN SATUAN PENDIDIKAN/MANAJEMEN diubah beberapa kali terakhir dengan UU No 9 Tahun 2015
PENDIDIKAN INKLUSIF  UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN
PENDIDIKAN INKLUSIF
UU NO 7
TAHUN 1984
UU NO 20
TAHUN 2003 UU NO 39
KEBIJAKAN TAHUN 1999
PENDIDIKAN
UU NO 23
INKLUSIF TAHUN 2002
UU NO 14
TAHUN 2005
UU NO 8
TAHUN 2016
KETERANGAN
 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
 UU No 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
UU NO 5 UU NO 23 Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah
TAHUN 2014 TAHUN 2014 beberapa kali terakhir dengan NN No 17 Tahun 2016
 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
 UU NO 5 Tahun 2014 tentang ASN
 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan UU No 9 Tahun 2015
 UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
PERATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG PENYANDANG DISABILITAS
RATIFIKASI PERJANJIAN
INTERNASIONAL YANG DIATUR
PERPRES NOMOR 1 TAHUN 2020

PP NO 52 TAHUN 2019
UU NO 8 TAHUN PERPRES NO 68 TAHUN 2020
2016 TENTANG
PP NO 70 TAHUN 2019 PENYANDANG
PERPRES NO 7 TAHUN 2020
DISABILITAS

PP NO 13 TAHUN 2020
PP NO 60 TAHUN 2020

PP NO 39 PP NO 42
TAHUN 2020 TAHUN 2020
PP NO 52 TAHUN 2019 1. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial bagi Disabilitas.
PP NO 70 TAHUN 2019 2. Pemerinatuh Pemerintah Nomor 70 tahun 2019 tentang Perencanaan
Penyelenggaraan dan Evaluasi terhadap Penghormatan, Perlindungan dan
PP NO 13 TAHUN 2020
Pemenuhan Hak Disabilitas.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak Bagi
PP NO 39 TAHUN 2020 Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak bagi
PP NO 42 TAHUN 2020 Penyandang Disabilitas dalam Proses Peradilan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2020 tentang Aksesibilitas terhadap
Pemukiman Pelayanan Publik dari Bencana bagi Penyandang Disabilitas.
PP NO 60 TAHUN 2020 6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2020 tentang Unit Layanan Disabiltas Bidang
Ketenagakerjaan.
PERPRES NO 7 TAHUN 2020 7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Penghargaan dalam Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang
PERPRES NO 68 TAHUN 2020 Disabilitas.
8. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2020 tentang Komisi Nasional Disabilitas.
RATIFIKASI PERJANJIAN 9. Ratifikasi Perjanjian Internasional yang diatur Perpres Nomor 1 tahun 2020 tentang
INTERNASIONAL YANG DIATUR Pengesahan Traktat Marrakesh untuk Fasilitas Akses atas Ciptaan yang
PERPRES NOMOR 1 TAHUN 2020
dipublikasikan bagi Penyandang Disabilitas Netra, Gangguan Penglihatan adtau
Disabilitas dalam Membaca Karya Cetak.
Pasal 31 UUD 1945 (Amandemen)
Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Penjelasan Pasal 15
Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang
dan pemerintah wajib membiayainya. Sistem Pendidikan
Nasional sebagai
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang berikut: “…. Pendidikan
khusus merupakan
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: “Pendidikan di penyelenggaraan
Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan pendidikan untuk
peserta didik yang
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi berkelainan atau peserta
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa
bangsa.” yang diselenggarakan
secara inklusif atau
Pasal 5 ayat (1) UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem berupa satuan
pendidikan khusus pada
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Setiap warga negara tingkat pendidikan
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang dasar dan menengah.”
bermutu.”

PENDIDIKAN INKLUSIF
(SETIAP WARGA NEGARA BERHAK MENDAPAT PENDIDIKAN
YANG BERMUTU DAN DISELENGGARAKAN SECARA
DEMOKRATIS, BERKEADILAN, DAN TIDAK DISKRIMINASI)
Pasal 130 (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pada Pasal 51 Undang-Undang Nomor
Pengelolaan dan Penyelenggaraan 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Pendidikan menyebutkan bahwa:
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
“Pendidikan khusus bagi peserta didik
berkelainan dapat diselenggarakan 2002 tentang Perlindungan Anak
pada semua jalur dan jenis pendidikan menjelaskan bahwa: “Anak
pada jenjang pendidikan dasar dan Penyandang Disabilitas diberikan
menengah.” kesempatan dan aksesibilitas untuk
memperoleh pendidikan inklusif
dan/atau pendidikan khusus.”
PENYELENGGARAAN,
HAK, DAN FASILITASI Pasal 41 ayat (1) sebagai berikut:
PENDIDIKAN INKLUSIF “Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi
pendidikan inklusif dan pendidikan khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat
(2) wajib memfasilitasi Penyandang
Disabilitas untuk mempelajari keterampilan
dasar yang dibutuhkan untuk kemandirian
dan partisipasi penuh dalam menempuh
pendidikan dan pengembangan sosial.”
KOMPETE PERMENDIKNAS NO 16 TAHUN 1.1 Memahami karakteristik
peserta didik yang berkaitan
2007 TENTANG STANDAR dengan aspek fisik, intelektual,
NSI GURU KUALIFIKASI AKADEMIK DAN
KOMPETENSI GURU
sosial-emosional, moral,
spiritual, dan latar belakang
PENDIDIKAN KHUSUS sosial budaya.
1.2. Mengidentifikasi potensi
KOMPETENSI PEDAGOGIK peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
Kompetensi 1: Menguasai
1.3. Mengidentifikasi bekal-ajar
karakteristik peserta didik dari awal peserta didik dalam mata
aspek fisik, moral, spiritual, pelajaran yang diampu.
kultural, emosional, dan 1.4. Mengidentifikasi kesulitan
intelektual. belajar peserta didik dalam
mata pelajaran yang diampu.
KOMPETEN PERMENDIKNAS NO 16
TAHUN 2007
16.1 Bersikap inklusif dan
objektif terhadap peserta
didik, teman sejawat dan
SI GURU KOMPETENSI SOSIAL
lingkungan sekitar dalam
melaksanakan
pembelajaran
Kompetensi 16: Bersikap 16.2 Tidak bersikap
inklusif, bertindak objektif, diskriminatif terhadap
peserta didik, teman
serta tidak diskriminatif sejawat, orang tua peserta
karena pertimbangan jenis didik dan lingkungan
sekolah karena perbedaan
kelamin, agama, ras, kondisi agama, suku, jenis kelamin,
fisik, latar belakang latar belakang keluarga,
dan status sosial-ekonomi.
keluarga, dan status sosial
ekonomi
KONSEP DASAR
PENDIDIKAN
KHUSUS
PENGERTIAN PENDIDIKAN KHUSUS
• Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
• Penjelasan Pasal 10 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa: “Yang dimaksud dengan
“pendidikan secara khusus” adalah pendidikan yang hanya memberikan layanan
kepada peserta didik Penyandang Disabilitas dengan menggunakan kurikulum
khusus, proses pembelajaran khusus, bimbingan, dan/atau pengasuhan dengan
tenaga pendidik khusus dan tempat pelaksanaannya di tempat belajar khusus.”
• Pendidikan khusus adalah jenis pendidikan sebagaimana dijelaskan Pasal 15
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 sebagai berikut: “Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan,
dan khusus.”
TUJUAN PENDIDIKAN KHUSUS
Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan berfungsi memberikan
pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial. Pendidikan khuaua bagi peserta didik
berkelainan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
Tujuan Pendidikan
Khusus bagi Peserta
secara optimal sesuai kemampuannya. (Pasal 129 ayat (1) dan (2)
Didik yang Memiliki Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Kelainan Penyeenggaraan Pendidikan).
/Penyandang
Disabilitas
Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi
Tujuan pendidikan mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi
khusus bagi peserta
didik yang memiliki prestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaannya.
potensi kecerdasan Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
dan/atau bakat
istimewa. kecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuan
mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa
mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik,
dan kecerdasan lain (Pasal 134 ayat (1) dan (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan).
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
KHUSUS
• Pasal 16 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa: “Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam
bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.” Pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 menyebutkan bahwa:” Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan
pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”
• Pasal 130 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan menyebutkan bahwa: “Pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.” Berikutnya pada Pasal
130 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan bahwa:
“Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan
khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan
pendidikan keagamaan.”
• Pasal 132 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan bahwa: “Pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan pada jalur formal diselenggarakan melalui satuan pendidikan anak usia dini,
satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah.”
• Bentuk satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didik berkelainan untuk pendidikan anak usia
dini berbentuk taman kanak-kanak luar biasa (TKLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang
sejenis dan sederajat. Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang
pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar luar biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan
pendidikan yang sejenis dan sederajat, dan sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB) atau
sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Satuan pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan menengah adalah sekolah menengah atas luar biasa
SMALB), sekolah menengah kejuruan luar biasa (SMKLB), atau sebutan lain untuk satuan
pendidikan yang sejenis dan sederajat. Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan
secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur pendidikan
nonformal. (Pasal 133 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan).
Mengenai pengertian satuan pendidikan khusus SDLB, SMPLB, dan SMALB atau
SLB dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, sebagai berikut:”
• Sekolah Dasar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SDLB adalah salah satu bentuk
Satuan Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan/atau
sosial.
• Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SMPLB adalah
salah satu bentuk Satuan Pendidikan khusus bagi peserta didik sebagai lanjutan dari
SDLB atau bentuk lain yang sederajat.
• Sekolah Menengah Atas Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SMALB adalah salah
satu bentuk Satuan Pendidikan khusus bagi peserta didik yang telah lulus dari
SMPLB atau bentuk lain yang sederajat.
• Sekolah Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SLB adalah bentuk Satuan Pendidikan
khusus yang terintegrasi pada jalur formal untuk jenjang pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan menengah dalam satu manajemen pengelolaan.”
Pasal 135 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan
bahwa: “Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat.” Pasal 135 ayat (2) menjelaskan bahwa: “Program pendidikan khusus
bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
dapat berupa:
• Program percepatan, dan/atau
• Program pengayaan.”
Program percepatan adalah
program pembelajaran yang
dirancang untuk memberikan
Misalnya, cakupan dan urutan
kesempatan kepada peserta didik
mata pelajaran tertentu diperluas
mencapai standar isi dan standar
atau diperdalam dengan
kompetensi lulusan dalam waktu
menambahkan aspek lain seperti
yang lebih singkat dari waktu
moral, etika, aplikasi, dan saling
belajar yang ditetapkan.
keterkaitan dengan materi lain
Misalnya, lama belajar 3 (tiga)
yang memperluas dan/atau
tahun pada SMA dapat
memperdalam bidang ilmu yang
diselesaikan kurang dari 3 (tiga)
menaungi mata pelajaran
tahun. Program pengayaan
tersebut. (Penjelasan Pasal 135
adalah program pembelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 17
yang dirancang untuk
Tahun 2010 tentang Pengelolaan
memberikan kesempatan kepada
dan Penyelenggaraan
peserta didik guna mencapai
Pendidikan).
kompetensi lebih luas dan/atau
lebih dalam dari pada standar isi
dan standar kompetensi lulusan.
SD/MI

SECARA
SMP/MTs
INKLUSIF

SMA/
MA/
SMK/MAK

PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN KHUSUS

TKLB

BERUPA SDLB
SATUAN
PENDIDIKAN
KHUSUS SMPLB

SMALB
KONSEP DASAR
PENDIDIKAN
INKLUSIF
PENGANTAR

• Konteks pendidikan inklusif adalah sebuah sistem yang ideal bagi


Character Building peserta didik
• Dalam masyarakat demokratis, konteks pendidikan inklusif diarahkan
pada penyediaan kesempatan pendidikan bermutu bagi semua. Sebagai
sebuah prinsip universal, pendidikan inklusif memiliki implikasi
dimungkinkannya diversifikasi program.
Secara operasional satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif
ditunjukkan dengan dipenuhinya elemen
dasar sekolah bermutu.

Akan terjadi perubahan praktis yang memberi


peluang kepada peserta didik dengan latar belakang
dan kemampuan yang berbeda bisa berhasil dalam
belajar. Akan tetapi, fenomena yang ada pendidikan
inklusif masih dipersepsi beragam dan
penyelenggaraannya masih sporadis karena
pemahaman yang berbeda-beda.
PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan


Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 380/C.C6/MN/2003
tentang Pendidikan Inklusif. “Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang
mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (anak luar biasa) untuk
belajar bersama-sama dengan anak sebaya sekolah umum.”

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Pendidikan Khusus: “Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik lain pada satuan pendidikan umum
maupun kejuruan, dengan cara menyediakan sarana, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan individual peserta
didik.”
• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa: “Pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya.”

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan penjelasan Pasal 10 huruf a Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas: “Yang dimaksud dengan “pendidikan
secara inklusif” adalah pendidikan bagi peserta didik Penyandang Disabilitas untuk belajar
bersama dengan peserta didik bukan Penyandang Disabilitas di sekolah reguler atau
perguruan tinggi. Yang dimaksud dengan “pendidikan secara khusus” adalah pendidikan
yang hanya memberikan layanan kepada peserta didik Penyandang Disabilitas dengan
menggunakan kurikulum khusus, proses pembelajaran khusus, bimbingan, dan/atau
pengasuhan dengan tenaga pendidik khusus dan tempat pelaksanaannya di tempat belajar
khusus.”
Prinsip pembelajaran inklusif yang diatur pada Hurup D angka 1
huruf c Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada
Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus sebagai berikut: “Inklusif
yaitu pembelajaran yang bebas dari diskriminasi Suku, Agama, Ras,
dan Antar Golongan (SARA), tidak meninggalkan Peserta Didik
manapun, termasuk Peserta Didik Berkebutuhan Khusus/penyandang
disabilitas, serta memberikan pengembangan ruang untuk identitas,
kemampuan, minat, bakat, serta kebutuhan Peserta Didik.”
• Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan
inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan,
sedang, dan berat secara penuh di kelas regular. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas regular merupakan tempat belajar
yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenisnya dan
bagaimanapun garadasinya.
• Sapon-Shevin (O Neil 1995) menjelaskan bahwa pendidikan
inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman
seusianya.
Salamanca Statement, 1994 dalam Stubbs, 2003 mengemukakan
bahwa pendidikan inklusif adalah: “Pendidikan yang mengakomodasi
semua anak tanpa mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial,
emosi, bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak
penyandang penyandang disabilitas, anak-anak berbakat (gifted
children), pekerja anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil,
anak-anak dari kelompok etnik dan bahasa minoritas dan anak-anak
yang tidak beruntung dan terpinggirkan dari kelompok masyarakat.”
Unicef (2017) menjelaskan pengertian pendidikan inklusif sebagai berikut:” An
education system that includes all students, and welcomes and supports them to learn,
whoever they are and whatever their abilities or requirements. This means making sure
that teaching and the curriculum, school buildings, classrooms, play areas, transport
and toilets are appropriate for all children at all levels. Inclusive education means all
children learn together in the same schools.” Artinya: Pendidikan inklusif adalah suatu
sistem pendidikan yang mencakup semua peserta didik, dan menyambut serta
mendukung mereka untuk belajar, siapa pun mereka dan apa pun kemampuan atau
persyaratan mereka. Ini berarti memastikan bahwa pengajaran dan kurikulum, gedung
sekolah, ruang kelas, area bermain, transportasi, dan toilet sesuai untuk semua anak di
semua tingkatan. Pendidikan inklusif berarti semua peserta didik belajar bersama di
sekolah yang sama.
TUJUAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusif bertujuan untuk membangun konsep yang koheren dan


kerangka kebijakan yang kontekstual dengan kondisi lingkungan sehingga
tersedia akses dan kesamaan dalam pendidikan dasar untuk semua anak, dan
apa yang terkandung dalam pendidikan sehingga kebutuhan-kebutuhan
pendidikan yang beragam dapat direspon dan dipenuhi di dalam jalur utama
pendidikan (pendidikan biasa), baik pada jalur pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal.
Tujuan pendidikan inklusif berdasarkan Permendiknas Nomor 70 Tahun
2009 sebagai berikut.
• Memberikan kesempatan yang luas kepada semua peserta didik
termasuk peserta didik berkebutuhan khusus untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
• Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
• Dalam tataran sekolah dan kelas, tujuan pendidikan inklusif adalah menciptakan dan
membangun pendidikan yang berkualitas, menciptakan dan menjaga komunitas
kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan,
menciptakan suasana kelas dan menerima semua anak secara penuh dengan
menekankan suasana sosial yang menghargai perbedaan kemampuan, kondisi fisik,
sosial ekonomi, suku, agama, dan sebagainya, dan mengakomodasi semua anak
tanpa memandang kondisi fisik, sosial, intelektual, bahasa, dan kondisi lainnya.
Tujuan berikutnya adalah memberdayakan individu, membuka akses ke sekolah
bermutu serta mewujudkan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak
diskriminatif. Tujuan lainnya adalah meminimalkan hambatan belajar dan
mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan belajar sesuai potensi anak, termasuk
menghargai eksistensi setiap anak sehingga tumbuh rasa dihargai, saling memberi,
dan memotivasi untuk memperoleh pendidikan, dan memberi pengalaman sehingga
semua anak dapat berpartisipasi dalam kelas di sekolah terdekat dengan tempat
tinggalnya.
LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSIF

LANDASAN
FILOSOFIS

LANDASAN

LANDASAN PENDIDIKAN
PSIKOLOGIIS

LANDASAN

INKLUSIF
HUKUM

LANDASAN
PEDAGOGIS

LANDASAN
SOSIOLOGIS

LANDASAN
EMPIRIS
PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF

PRINSIP PEMERATAAN DAN


PENINGKATAN MUTU

PRINSIP KEBUTUHAN INDIVIDUAL

PRINSIP PENYELENGGARAAN
PRINSIP KEBERMAKNAAN
PENDIDIKAN INKLUSF

PRINSIP BERKELANJUTAN

PRINSIP KOLABORASI
TUJUAN DAN TUGAS SLB SEBAGAI
PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTRE)
DALAM MENDUKUNG
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
INKLUSIF PADA SATUAN PENDIDIKAN
UMUM DAN KEJURUAN
TUJUAN DAN TUGAS SLB SEBAGAI PUSAT SUMBER (RESOURCE
CENTRE) DALAM MENDUKUNG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
INKLUSIF PADA SATUAN PENDIDIKAN UMUM DAN KEJURUAN

Pasal 40 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomoe 8 Tahun 2016


tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa: “Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan dan/atau
memfasilitasi pendidikan untuk Penyandang Disabilitas di setiap
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan
kewenangannya. Penyelenggaraan dan/atau fasilitasi pendidikan
untuk Penyandang Disabilitas dilaksanakan dalam sistem
pendidikan nasional melalui pendidikan inklusif dan pendidikan
khusus.”
PENGERTIAN PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTRE)

Lembaga pendukung pendidikan atau Pusat Sumber (Resource Centre) adalah lembaga
yang dibentuk oleh pemerintah dan pemerintah daerah maupun masyarakat yang
manajemennya dikelola secara independen, serta memberikan dukungan kekuatan
(supporting power) dan dukungan profesional (professional support) bagi
kelangsungan dan keberhasilan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Lembaga
pendukung pendidikan inklusif antara lain SLB Pusat Sumber (Resource Centre), Unit
Layanan Disabilitas (ULD), dan Lembaga Pendukung Pendidikan Inklusif yang
Diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dan Organisasi Masyarakat.
TUJUAN PUSAT SUMBER

Tujuan Pusat Sumber adalah memberikan dukungan


kekuatan (supporting power) dan dukungan
profesional (professional support) kepada setiap satuan
pendidikan dalam melaksanakan layanan pendiidkan
inklusif dan mengoordinasikan, memfasilitasi,
memperkuat, dan mendampingi (kolaborator)
pelaksanaan sistem dukungan pelaksanaan layanan
pendidikan inklusif.
TUGAS PUSAT SUMBER
• Melaksanakan sosialisasi/advokasi/informasi/penerangan ke sekolah dan penyelenggara pendidikan
non formal dan informal.
• Melaksanakan asesmen pada semua anak sekolah, luar sekolah, dan sekolah rumah.
• Memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
• Melakukan penjaringan anak berkebutuhan khusus.
• Melaksanakan pelatihan untuk persiapan pelaksanaan layanan pendidikan inklusif
• Melakukan penelitian dan penelaahan tentang kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.
• Melakukan penelitian dan pengembangan metoda dan strategi mengajar yang adaptip pada setiap
individu.
• Merencanakan dan melaksanakan jejaring yang saling menguntungkan dengan berbagai fihak.
• Merencanakan dan melaksanakan lingkungan pendidikan yang ramah bagi setiap anak
• Merencanakan, membuat dan mengadakan berbagai alat bantu mengajar.
• Mengadakan advokasi yang berkesinambungan melalui berbagai media
• Melakukan pelatihan profesional untuk guru pembimbing khusus (guru pendamping khusus) dan
profesional lainnya.
• Mengatur penempatan guru pembimbing khusus.
• Pelatihan dan penyaluran vokasional.
RENCANA
RENCANA RENCANA
PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
JANGKA PENDEK
JANGKA PANJANG JANGKA MENENGAH
(TAHUNAN)
No  Bidang  Program Tahap Pencapaian
2021 2022 2023 2024
1 Pendidikan dan 1.1 Pelatihan untuk persiapan layanan pendidikan inklusif        
Latihan 1.2 Pelatihan profesional untuk guru pembimbing khusus        
Vokasional (guru pendamping khusus) dan profesional lainnya.
1.3 Pelatihan dan penyaluran vokasional        
2 Penelitian dan 2.1 Penelitian dan penelaahan tentang kurikulum yang disesuaikan dengan        
Pengembangan kebutuhan anak.
2.2 Penelitian dan pengembangan metoda dan strategi mengajar yang adaptip pada        
setiap individu
3 Guru 3.1 Mengatur penempatan Guru Pembimbing Khusus        
Pembimbing 3.2 Layanan dan bimbingan kependidkan bagi Anak Berkebutuhan Khusus        
Khusus
4 Hubungan 4.1 Sosialisasi/advokasi/informasi/ penerangan tentang pendidikan inklusif ke        
Masyarakat sekolah , penyelenggara pendidikan formal dan in formal
4.2 Kerjasama kemitraan/jejaring dengan pihak terkait        
4.3 Advokasi yang berkesinambungan melalui berbagai media.        
5 Asesmen dan 5.1 Penjaringan Anak Berkebutuhan Khusus        
Pendidikan Anak 5.2 Asesmen pada semua anak sekolah, luar sekolah, dan sekolah rumah        
Usia Dini
6 Bidang Sarana 6.1 Merencanakan dan melaksanakan lingkungan pendidikan yang ramah bagi        
dan Prasarana setiap anak
6.2 Pengadaan alat bantu mengajar        
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Terima kasih atas atensinya.

Anda mungkin juga menyukai