Anda di halaman 1dari 29

MAC 306

ORGAN INDERA

Buku Skills Lab Mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2019
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Buku Skills Lab Mahasiswa Blok Organ Indera (MAC 306)


ini telah disahkan oleh :

Jakarta, 18 Februari 2019

i
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

DAFTAR ISI

Pernyataan Persetujuan .................................................................................... i


Daftar isi ........................................................................................................... ii

Skill Lab 1
 Pemeriksaan Segmen Anterior ............................................................... 1
o Checklist Pemeriksaan Segmen Anterior Mata ............................... 4

Skill Lab 2
 Pemeriksaan Visus .................................................................................. 6
o Checklist Pemeriksaan Visus .......................................................... 10

Skill Lab 3
 Pemeriksaan Telinga, Hidung, Rongga Mulut, Tenggorokan ............. 11
o Checklist Pemeriksaan Telinga, Hidung, Rongga Mulut,
Tenggorokan .................................................................................. 17

Skill Lab 4
 Tes Pendengaran (Rinne, Weber, Scwabach) ...................................... 22
o Checklist Tes Pendengaran .............................................................. 24

Fasilitas ............................................................................................................ 26

ii
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Skill Lab 1
Pemeriksaan Segmen Anterior
Oleh: Prof. DR. Dr. H.H.B.Mailangkay Sp.M (K)

Pemeriksaan segmen anterior bola mata dimulai dengan pemeriksaan umum tanpa
harus menyentuh pasien. Disusul dengan pemeriksaan secara sistemik dari depan
sampai kebelakang yaitu permukaan depan lensa.
Kelainan-kelainan yang bisa ditemukan pada inspeksi umum adalah:
– Ada tidaknya kemerahan
– Ada tidaknya sekret mata
– Ada tidaknya lakrimasi
– Ada tidaknya fotofobia
– Ada tidaknya eksoftalmos
– Ada tidaknya ptosis
– Ada tidaknya strabismus
– Ada tidaknya lesi, deformasi atau asimetri

Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan senter tanpa menyentuh pasien. Biasanya


pemeriksaan ini dilanjutkan setelah anamnesis
Pemeriksaan secara sistemik dimulai dari melihat alis sampai dengan permukaan
depan lensa

1. Pemeriksaan alis mata


Dilihat kelainan-kelainan yang ada berupa, warna, lengkap tidaknya alis
(madarosis) dan sebagainya.

2. Pemeriksaan palpebra
Dilihat kelainan-kelainan yang ada pada palpebra, mulai dari palpebra superior
kemudian palpebra inferior.
- Perhatikan apakah ada pembengkakan atau edema pada palpebra, adanya
kelainan warna misalnya pada hematoma palpebra, adanya kelainan posisi
misalnya adanya ptosis, entropion, ektropion.
- Kekuatan membuka dan menutup kelopak mata.

1
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

- Lebarnya fissura palpebra.


- Perhatikan margo palpebra apakah ada krusta, ulkus.
- Perhatikan posisi pungta lakrimalis, terbuka atau tersunbatnya pungta
lakrimalis.
- Apakah ada pembengkakan pada sakus lakrimalis.
- Bila ada pembengkakan, apakah bila ditekan akan keluar sekret dari pungta
lakrimalis.

3. Pemeriksaan posisi, bentuk dan gerakan bola mata.


Apakah ada penonjolan: eksoftalmos, atau agak tenggelam: enoftalmos.
Apakah ada strabismus  lakukanlah Hirschberg test.
Pemeriksaan gerakan bola mata pada 8 posisi penglihatan.

4. Pemeriksaan Konjungtiva
Konjungtiva bawah dengan exposure palpebra bawah.
Pasien diminta melihat ke atas, palpebra ditarik ke bawah untuk melihat
konjungtiva dan sklera.
Konjungtiva atas dilihat dengan cara eversi palpebra atas. (Untuk eversi
memerlukan latihan).

Buka mata pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk, dan minta pasien melihat ke
kiri, ke kanan dan ke bawah untuk melihat seluruh permukaan bulbus okuli.
 Perhatikan warna, kelicinan dan ketebalan permukaan konjungtiva.

Cuci tangan setiap kali memeriksa pasien dengan konjungtivitis karena penyakit ini
bisa menular.

5. Pemeriksaan sklera
Lihat warna sklera. Struktur pembuluh darah di atas sklera. Apakah ada skleritis,
episkleritis.

2
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

6. Pemeriksaan Kornea
Inflamasi
Abrasi
Ulkus
Vaskularisasi
Kekeruhan
Benda asing
Refleks kornea: Lempeng Placido
Sensitivitas kornea

7. Pemeriksaan Kamera okuli anterior (BMD = bilik mata depan)


Lihat kedalaman BMD apakah normal, dangkal, atau dalam.
Perhatikan apakah ada kekeruhan: hifema, hipopion, berisi fibrin.
Ada tidaknya keratik presipitat

8. Pemeriksaan iris
Warna iris
Kelicinan iris
Ketebalan iris
Edema iris
Iridodonesis
Sinekia

9. Pemeriksaan Pupil.
Ukuran
Bentuk
Posisi
Refleks cahaya

10. Pemeriksaan Lensa bagian depan


Transparansi lensa
Kekeruhan lensa: Katarak
Ada tidaknya deposit pigmen
Pemeriksaan bisa dengan dilatasikan pupil atau dengan slit lamp

Daftar Pustaka:
1. Ilmu Penyakit Mata Perdami. Edisi ke 2. CV Sagung Seto 2002
2. Parsons’ Diseases of the Eye. Miller SJH, Churchill Livingstone. Edisi terachir
3. General Ophthalmology. Vaughan.D; Cook.R; Asbury T. Lange Medical
Publications. Edisi terakhir

3
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Checklist Pemeriksaan Segmen Anterior Mata

SKOR
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Mencuci tangan sebelum pemeriksaan
0 = tidak dilakukan
2 = melakukan
2 Memeriksa alis mata pasien (warna, madarosis).
Kriteria penilaian:
0 = tidak dilakukan.
1 = menilai 1 dari 2.
2 = menilai 2 dari 2.
3 Memeriksa posisi bola mata pasien (eksoftalmos/enoftalmos).
4 Memeriksa palpebra superior dan inferior pasien (edema, warna,
entropion/ektropion, lebar fissura palpebra, ptosis, krusta/ulkus).
Kriteria penilaian:
0 = menilai <3.
1 = menilai 3.
2 = menilai >3.
Selain inspeksi, dilakukan juga pengukuran lebar fisura dari
margin palpebra superior ke margin palpebra inferior
5 Melakukan tes Hirschberg pada pasien (strabismus).
Sorot dengan senter pada ke dua mata dari jarak 20 cm, sambil
menilai jatuhnya reflex cahaya kornea di kedua mata.
6 Memeriksa gerakan bola mata pasien pada 8 posisi penglihatan.
Sesuai dengan arah mata angin dengan setiap arah kembali ke
posisi primer (sentral)
7 Memeriksa konjungtiva fornix dan bulbi pasien (warna, kelicinan,
folikel).
Kriteria penilaian:
0 = tidak dilakukan.
1 = menilai 1-2 dari 3.
2 = menilai 3 dari 3.
8 Memeriksa lakrimalis pasien (posisi pungta, sumbatan pungta,
edema sakus, sekret).
0 = menilai <2.
1 = menilai 2.
2 = menilai >2.
(Poin Dengan melakukan penarikan palpebra inferior dengan meminta pasien melihat ke
ke 7 & atas dan melakukan eversi palpebra superior dengan pasien melihat ke bawah,
8) dapat dilakukan untuk pemeriksaan konjungtiva dan pungtum lakrimalis.
9 Memeriksa sklera pasien (warna, hiperemi).

4
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

SKOR
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Kriteria penilaian:
0 = tidak dilakukan.
1 = menilai 1 dari 2.
2 = menilai 2 dari 2.
10 Memeriksa kornea pasien (inflamasi, abrasi, ulkus, vaskularisasi,
kekeruhan, benda asing).
Kriteria penilaian:
0 = menilai <3.
1 = menilai 3.
2 = menilai >3.
Poin Dilakukan penyinaran langsung dari sentral atau sedikit oblik pada pemeriksaan
9&10 kornea dan sklera
11 Memeriksa bilik mata depan pasien (kedalaman).
Pemeriksaan bilik mata depan dengan penyinaran dari temporal
dengan pemeriksa inspeksi dari sentral
12 Memeriksa iris pasien (warna, kelicinan, edema).
Kriteria penilaian:
0 = tidak dilakukan.
1 = menilai 1-2 dari 3.
2 = menilai 3 dari 3.
13 Memeriksa pupil pasien (ukuran, bentuk, posisi, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung).
Kriteria penilaian:
0 = menilai <2.
1 = menilai 2.
2 = menilai >2.
Pemeriksaan pupil untuk ukuran tanpa konstriksi dilakukan dengan penyinaran dari
bawah. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan menyinarkan langsung pada pupil
yang akan diperiksa, setelah itu melakukan pengayuan cepat ke mata konsensualnya
untuk memeriksa reflek tidak langsung.
14 Memeriksa permukaan depan lensa (transparan/keruh).
Pemeriksaan lensa dilakukan dengan penyinaran 45 derajat dari
temporal
15 Mencuci tangan sesudah pemeriksaan
0 = tidak dilakukan
2 = melakukan

Keterangan:
Skor maksimal = 32
Nilai batas lulus = 80% x skor maksimal = 25

5
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Skill Lab 2
Pemeriksaan Visus
Oleh: Prof.DR.Dr. H.H.B.Mailangkay Sp.M (K)

Pemeriksaan Visus atau ketajaman penglihatan dilakukan dengan:


1. Alat – alat pemeriksaan:
a. Optotip Snellen
b. Refraction Unit
c. Auto Refractometer
d. Trial lenses set

2. Jarak tertentu
Dalam pelatihan mahasiswa hanya diajarkan pemeriksaan visus dengan optotip
Snellen.
Optotip Snellen: Kartu Snellen dengan huruf, angka, E tes atau gambar-gambar.

Penilaian
Menghitung jari: dari jarak 1 meter = 1/60 sampai dengan 5/60.
Gerakan tangan: 1/300.
Membedakan terang dan gelap: 1/
Dilakukan pemeriksaan Projection of light yaitu pemeriksaan dari segala arah yaitu
arah atas, bawah, nasal dan temporal. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui fungsi
retina.
Tidak dapat membedakan terang dan gelap = 0
Untuk pemeriksaan proyeksi cahaya dipergunakan senter

Jarak yang dipergunakan adalah:


b.1. Lima meter
b.2. Tiga meter atau dua setengah meter dengan cermin pantulan
b.3. Enam meter atau 20 feet

6
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Notasi yang digunakan:

Teknik Pemeriksaan Visus:


1. Tempatkan pasien pada jarak 6 meter dari optotip Snellen.
2. Pemeriksaan mulai dengan mata kanan, dengan menutup mata kiri.
3. Pasien membaca mulai dari huruf paling besar dibaris atas pada optotip Snellen.
Catat kemampuan membaca baris yang paling bawah yang masih bisa dibaca
pasien, misalnya 6/10 atau 6/6.
4. Bila pasien tidak dapat membaca huruf paling besar pada optotip Snellen, maka
pemeriksaan dilakukan dengan menghitung jari.
5. Bila pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, pemeriksaan dilakukan
dengan kemampuan gerakan tangan atas - bawah, kiri - kanan.
6. Bila pasien tidak dapat melihat gerakan tangan, pemeriksaan dilakukan untuk
melihat apakah pasien melihat ada atau tidak ada sinar cahaya. Periksa pula
proyeksi cahaya dari 4 kwadran, atas, bawah, temporal, nasal.
7. Bila pasien tidak dapat melihat cahaya maka visus pasien = 0.

7
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

8. Bila visus pasien tidak 6/6, lakukan pemeriksaan dengan pinhole dan catat visus
dengan pinhole.
9. Ulangi pemeriksaan dengan mata kiri sambil menutup mata kanannya.

Daftar Pustaka:
1. Ilmu Penyakit Mata Perdami. Edisi ke 2. CV Sagung Seto 2002
2. Parsons’ Diseases of the Eye. Miller SJH, Churchill Livingstone. Edisi terakhir.
3. General Ophthalmology. Vaughan.D; Cook.R; Asbury T. Lange Medical
Publications. Edisi terakhir.

Ketrampilan klinis
1. Perkenalkan diri dan sapa pasien dengan ramah
2. Pasien duduk pada jarak 20 feet atau 6 meter didepan Optotip Snellen. Bagi
mereka yang bisa membaca digunakan Optotip Snellen, sedangkan bagi mereka
yang buta huruf dipergunakan optotip Snellen E atau optotip Snellen dengan
berbagai macam gambar
3. Tentukan jarak antara pupil mata kanan dan mata kiri
a. Mata pasien disorot di tengah antara kedua mata pasien dengan lampu senter,
pegang penggaris dan dekatkan pada kedua mata pasien.
b. Pemeriksa menutup mata kanannya dan menempatkan titik 0 penggaris pada
refleks kornea mata kanan.
c. Kemudian pemeriksa menutup mata kirinya dan melihat dengan mata
kanannya sambil membaca ukuran milimeter pada refleks kornea mata kiri
pasien. Hal ini untuk mencegah salah baca diakibatkan oleh parallax.
d. Catat ukurannya. Itu adalah ukuran optic center (oc) untuk melihat dekat.
e. Optic center untuk melihat jauh ditambahkan 3 mm.
4. Aturlah jarak yang ditemukan pada trial frame dan pakaikanlah kepada pasien.
5. Pasang occluder pada mata kiri pasien untuk memeriksa visus mata kanannya.
6. Lakukanlah pemeriksaan visus mata kanan dengan meminta pasien membaca
mulai dari huruf yang paling besar di optotip Snellen sampai pasien masih bisa
membaca huruf-huruf yang terkecil. Membaca kiri ke kanan, seluruh huruf
yang ada. Visus yang ditemukan adalah AVOD atau Acies Visus Oculus Dexter.
7. Bila visus tidak 6/6, maka dilakukan test dengan pinhole pada mata kanan. Catat
hasil visus dengan pinhole. Misalnya AVOD = 6/10 s.c (sinus correctore) dan
AVOD = 6/6 cum pinhole.
8. Pindahkan occluder dari mata kiri ke mata kanan pasien.
9. Lakukan pemeriksaan visus mata kiri pasien seperti pada ad 6 diatas. Visus yang
ditemukan adalah Acies Visus Oculus Sinister = AVOS.

8
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

10. Bila visus tidak 6/6, maka dilakukan test dengan pinhole pada mata kanan. Catat
hasil visus dengan pinhole. Misalnya AVOS = 6/10 s.c (sinus correctore) dan
AVOS = 6/6 cum pinhole.
11. Lakukan pemeriksaan dengan kedua mata tanpa occluder. Visus yang ditemukan
adalah Acies Visus Oculi Uterque =AVOU.
12. Terangkan kepada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

9
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Checklist Pemeriksaan Visus

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3
1. Keramahan dalam menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Kemampuan mengukur optic center
3. Kemampuan memasang trial frame
4. Kemampuan memeriksa visus mata kanan
5. Kemampuan memeriksa visus mata kiri
6. Kemampuan memeriksa visus ke dua mata
7. Kemampuan mempergunakan pinhole

Skor maksimal : 14
Batas lulus : 80% x 14 = 12
Penilaian: 0 = Tidak diperiksa
1 = Diperiksa dengan tidak baik
2 = Diperiksa dengan baik

Dimohon menjaga dengan baik trial frame dan trial lenses yang disediakan. Bila
terjadi kerusakan diwajibkan mengganti 1 set.

10
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Skill Lab 3
Pemeriksaan Telinga, Hidung, Rongga Mulut
Tenggorokan

TIU:
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan telinga, hidung, ekstra oral, dan
intra oral untuk mendeteksi adanya kondisi normal dan tidak normal.

TIK:
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksan telinga, hidung, ekstra oral, dan intra
oral.
2. Mahasiswa mampu membedakan kondisi telinga, hidung, ekstra oral, dan intra
oral normal dan tidak normal.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan
telinga, hidung, ekstra oral, dan intra oral.

BASIC SCIENCE REVIEW

Pemeriksaan Telinga
Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih
tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan
membran timpani.
Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun
telinga (retro- aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas
operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi
lebih lurus dan akan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membran
timpani. Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani.
Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan
dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka
jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini
harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila
konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk
lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat
keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakkan dulu dengan
minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan
air supaya liang telinga bersih.

11
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Pemeriksaan Hidung
Bentuk luar hidung diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.
Adakah pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jari dapat
dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung pada fraktur os nasal atau rasa nyeri tekan
pada peradangan hidung dan sinus paranasal.
Pemeriksaan rongga hidung bagian dalam dari depan disebut rinoskopi anterior,
diperlukan alat spekulum hidung. Pemeriksaan rongga hidung pada anak dan bayi
kadang-kadang tidak memerlukan spekulum hidung. Otoskop dapat dipergunakan
untuk melihat bagian dalam hidung terutama untuk mencari benda asing. Spekulum
dimasukkan ke dalam lubang hidung dengan hati-hati dan dibuka setelah spekelum
berada di dalam, supaya bulu hidung tidak terjepit. Vestibulum hidung hidung,
septum terutama bagian anterior, konka inferior, konka media, konka superior serta
meatus sinus paranasal dan keadaan mukosa rongga hidung harus diperhatikan. Begitu
juga rongga hidung sisi yang lain.
Udara melalui kedua lubang hidung lebih kurang sama dan untuk mengujinya
dapat dengan cara meletakkan spatula lidah dari metal di depan kedua lubang hidung
dan membandingkan kiri dan kanan.

Pemeriksaan Sinus Paranasal


Dengan inspeksi, palpasi, dan perkusi daerah sinus paranasal serta pemeriksaan
rinoskopi anterior dan posterior saja diagnosis kelainan sinus sulit ditegakkan.
Pemeriksaan transiluminasi mempunyai manfaat yang sangat terbatas dan tidak dapat
menggantikan peranan pemeriksaan radiologik. Pemeriksaan radiologik untuk menilai
sinus maksila dengan posisi Water, sinus frontalis dan sinus etmoid dengan posisi
postero anterior dan sinus sfenoid dengan posisi lateral. Untuk menilai kompleks
osteomeatal dilakukan pemeriksaan dengan CT Scan.

Pemeriksaan Ekstra Oral


Yang dimaksud ekstra oral adalah meliputi daerah wajah dan leher. Pemeriksaan
ekstra oral dilakukan dengan posisi pemeriksa berada di depan pasien.

1. Pemeriksaan daerah wajah


a) Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah dilakukan dengan cara observasi untuk melihat simetris wajah.
Lesi yang dapat ditemukan pada wajah antara lain berupa vesikel atau ulserasi. Selain
itu dapat ditemukan kelainan seperti wajah pucat, terutama pada pada konjungtiva,
wajah merah (contohnya pada pasien demam) atau rash, contohnya malar rash pada
lupus eritematosus.

12
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

b) Bibir
Kemungkinan kelainan yang dapat ditemukan pada bibir antara lain sianosis yang
dapat ditemukan pada pasien dengan kelainan jantung atau pernafasan, angular
cheilitis yang menunjukkan adanya infeksi kandida oral atau defiesiensi nutrisi. Pada
beberapa orang dapat ditemukan papul kekuningan, dengan jumlah bervariasi,
terutama pada vermillion border bibir atas yang disebut Fordyce spots.

2. Pemeriksaan daerah leher


Tahap pertama pemerikaan daerah leher adalah melakukan observasi daerah
tersebut dari arah depan pasien untuk menentukan ada tidaknya asimetri atau
pembengkakan. Selanjutnya pemeriksa pindah posisi ke belakang pasien untuk
melakukan palpasi kelenjar limfe. Pemeriksaan kelenjar limfe dilakukan secara
bertahap.
a) Kelenjar limfe submandibula dan submental.
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi kepala pasien tegak. Kelenjar limfe
submandibula harus dapat dibedakan dengan kelenjar liur submandibula.

b) Kelenjar limfe servikal


Pemeriksan dilakukan dengan posisi kepala pasien tegak. Kelenjar limfe pada
anterior jugulodigastrik mempunyai peran penting karena kelenjar ini yang paling
sering terlibat dengan infeksi tonsil dan keganasan rongga mulut.

Gambar 1. Bagan kelenjar limfe submental, submandibular dan leher


Sumber: Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and Treatment. 2nd ed.
2008

13
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Masing-masing regio dilakukan palpasi ringan dengan menggunakan jari-jari


untuk menentukan ada tidaknya pembesaran kelenjar, rasa sakit saat ditekan dan
perubahan konsistensi. Perubahan konsistensi menandakan adanya peradangan
(limfadenitis). Pembesaran dan konsistensi kelenjar yang keras atau terfiksasi ke
jaringan sekitarnya dapat menandakan adanya keganasan.

Pemeriksaan Intra Oral


Beberapa kelainan rongga mulut bersifat life threatening seperti keganasan
rongga mulut dan pemphigus. Selain itu beberapa penyakit sistemik, terutama infeksi,
kelainan darah, gastrointestinal tract, kulit dan kelainan imunologi dan lain-lain dapat
menimbulkan manifestasi dalam rongga mulut.
Pemeriksaan dilakukan secara sistematik (bertahap) dan meliputi seluruh area
mukosa rongga mulut. Apabila pasien menggunakan gigi tiruan maka gigi tiruan
tersebut harus dilepas sebelum pemeriksaan intra oral dilakukan. Pemeriksaan
permukaan mukosa oral memerlukan pencahayaan yang baik. Secara normal, mukosa
rongga mulut berwarna merah muda.
1. Mukosa labial
Pasien diminta untuk menutup mulut sehingga bibir yang akan diperiksa dapat
ditarik. Pada keadaan normal, mukosa labial tampak lembab. Khusus pada mukosa
labial rahang bawah dapat ditemukan banyak kelenjar saliva minor.

2. Mukosa bukal
Saat pemeriksaan mukosa bukal pasien diminta untuk membuka mulutnya. Fordye
spot dapat ditemukan terutama pada daerah komisura atau retromolar. Pada beberapa
orang dapat ditemukan linea alba yaitu garis putih pada mukosa bukal setinggi bidang
oklusal. Pada mukosa bukal regio molar satu dapat ditemukan muara kelenjar liur
parotis.

3. Lidah dan Dasar mulut


Pasien diminta menjulurkan lidahnya ke depan. Pada pasien dengan hypoglossal
palsy akan tampak adanya deviasi saat lidah dijulurkan kedepan.
Pada permukaan dorsum dan lateral lidah terdapat papil. Fissur dapat ditemukan
dengan jumlah dan kedalaman yang bervariasi. Permukaan dorsum lidah juga dapat
tertutup coating (lapisan) tipis dan dapat ditemukan geografic tongue.
Selanjutnya pasien diminta untuk menggerakkan ujung lidah ke langit-langit agar
dapat dilakukan pemeriksaan pada ventral lidah dan dasar mulut. Dapat ditemukan
variasi normal berupa penonjolan tulang pada alveolar ridge lingual, umumnya regio
premolar yang disebut torus mandibular.

14
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

4. Palatum
Palatum terdiri atas palatum durum (keras) dan palatum molle (lunak). Torus
mandibularis adalah variasi normal berupa penonjolan tulang pada posterior palatum
durum. Selanjutnya pasien diminta untuk mengucapkan ”aah” sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan palatum molle.

5. Gingiva
Gambaran klinis gingival normal adalah berwarna merah muda, konsistensi lunak
dan mempunyai bentuk papilla gingival yang runcing dengan tinggi sampai dengan
titik kontak antara dua gigi. Pada pemeriksaan dapat ditemukan gingival berwarna
kemerahan, bengkak atau adanya perdarahan pada margin gingival.

6. Gigi geligi
Pemeriksaan gigi meliputi jumlah gigi, disesuaikan dengan usia pasien, dan
oklusi. Gigi terdiri atas jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, dan
jaringan lunak jaringan pulpa gigi yang terdapat di dalam kamar pulpa. Karies gigi
adalah kerusakan jaringan keras gigi.
Gigi dapat dibedakan menjadi gigi susu atau deciduos teeth dan gigi tetap atau
permanent teeth. Pemeriksaan gigi geligi dimulai dari kiri bawah ke kanan bawah dan
dilanjutkan gigi- gigi kanan atas secara berurutan.

7. Faring
Keluhan kelainan di daerah faring umumnya adalah:
a. Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Apakah nyeri tenggorok ini
disertai dengan demam, batuk, serak dan tenggrok terasa kering. Apakah pasien
merokok dan berapa jumlahnya perhari.
b. Nyeri menelan (odinofagia)
Merupakan rasa nyeri di tenggorok waktu gerakan menelan. Apakah rasa nyeri ini
dirasakan sampai ke telinga.
c. Dahak di tenggorok
Merupakan keluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi di hidung dan
faring. Apakah dahak ini berupa lendir saja, pus atau bercampur darah. Dahak ini
dapat turun dan keluar bila dibatukkan atau terasa turun di tenggorok.
d. Sulit menelan (disfgia)
Sudah berapa lama dan untuk jenis makanan cair atau padat. Apakah juga disertai
muntah dan berat badan menurun dengan cepat.
e. Rasa sumbatan di leher (sense of lump in the neck)
Sudah berapa lama, tempatnya dimana.

15
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Daftar Pustaka:
1. Adams G L, Boies L R, et al. Buku ajar penyakit THT (BOIES Fundamental of
Otolaryngology). Edisi 6. EGC. Jakarta. 1997.
2. Soepardi E A, dkk. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi 6. FKUI. Jakarta. 2007.
3. Scully Crispian. Oral and Maxillofacial medicine The Basis of Diagnosis
Treatment. 1st ed.2004.

16
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Checklist Pemeriksaan Telinga, Hidung, Rongga Mulut,


Tenggorokan

Pemeriksaan Telinga

Skor
No Komponen Penilaian Telinga Kanan Telinga Kiri
0 1 2 0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan
diri.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukan.
2. Melihat keadaan dan bentuk daun
telinga serta daerah belakang daun
telinga
3. Melihat keadaan liang telinga dengan
menarik daun telinga ke atas belakang
(untuk dewasa) dan ke bawah
belakang (untuk anak-anak)
4. Memegang otoskop dengan tangan
seperti memegang pensil
5. Otoskop dipegang dengan tangan
kanan untuk memeriksa telinga kanan
dan tangan kiri untuk telinga kiri.
6. Jari kelingking tangan pemeriksa
yang memegang otoskop
ditekankan pada pipi pasien pada
sisi yang diperiksa untuk
menstabilkan posisi otoskop.
7. Melaporkan hasil pemeriksaan.

TOTAL SKOR

Skor Maksimal = 24
Batas lulus = 80% x 24 = 20

17
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Pemeriksaan Hidung Luar dan Rinoskopi Anterior

Skor
No Komponen Penilaian
0 1 2
Memberi salam dan memperkenalkan diri
1.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
Menempatkan posisi pasien berhadapan dengan pemeriksa
dengan kedua lutut diarapatkan dan bersebelahan dengan lutut
2. pemeriksa yang juga dirapatkan dan memposisikan diri agar
pandangan mata pemeriksa berada setinggi daerah hidung
pasien.
Memasang head lamp dan menyesuaikan arah cahaya sehingga
3.
tepat berada di daerah hidung
Pemeriksa melakukan inspeksi pada bentuk luar hidung (deviasi
4. atau depresi tulang hidung, pembengkakan dan massa di daerah
hidung dan sinus paranasal).
Pemeriksa melakukan palpasi dari pangkal hidung sampai
5.
pertengahan hidung ( krepitasi, nyeri tekan)
Melakukan penekanan pada daerah sinus paranasal (sinus
6.
maksilaris, ethmoidalis, dan frontalis) dengan ibu jari.
Menguji aliran udara lewat hidung. Pasien diminta bernapas
7. biasa kemudian pemeriksa meletakkan spatula lidah dari logam
di depan kedua lubang hidung dan membandingkannya.
Pemeriksaan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan
dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang
dengan tangan yang dominan dan digenggam sedemikian rupa
8.
sehingga tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan
menggunakan jari tengah, jari manis dan jarikelingking. Jari
telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung.
Masukkan ujung spekulum secara hati-hati dalam keadaan
tertutup. Di dalam rongga hidung ujung spekulum dibuka.
9.
Jangan memasukkan ujung spekulum terlalu dalam atau
membuka ujung speculum terlalu lebar
Nilai struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari
dasar rongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi.
10.
Perhatikan warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada
tidaknya massa , tanda peradangan, benda asing dan sekret.

18
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Skor
No Komponen Penilaian
0 1 2
Mengeluarkan speculum. Pada saat mengeluarkan speculum
dari rongga hidung , ujung spekulum dirapatkan tetapi tidak
11.
terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung.
Lakukan pemeriksaan pada sisi hidung yang belum diperiksa.
12. Melaporkan hasil pemeriksaan dengan benar.
TOTAL SKOR

Skor Maksimal = 24
Batas lulus = 80% x 24 = 19

19
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Pemeriksaan Faring dan Rongga Mulut

Skor
No Komponen Penilaian
0 1 2
Memberi salam dan memperkenalkan diri.
1.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
Menempatkan posisi pasien berhadapan dengan pemeriksa
dengan kedua lutut dirapatkan dan bersebelahan dengan lutut
2. pemeriksa yang juga dirapatkan dan memposisikan diri agar
pandangan mata pemeriksa berada setinggi daerah rongga mulut
pasien
Pemeriksa memakai sumber cahaya berupa senter atau lampu
3.
kepala
4. Pemeriksa memakai sarung tangan non-steril
5. Inspeksi bibir dan sirkum oral bagian luar
6. Pemeriksa meminta pasien membuka mulut
Dengan memakai kassa, tarik bibir bawah ke arah bawah
7.
kemudian inspeksi mukosa labial dan gingiva regio anterior.
Dengan memakai kassa, tarik bibir atas ke arah atas kemudian
8. inspeksi mukosa labial dan gingiva regio anterior, kemudian
kassa dibuang.
Dengan bantuan spatel kayu dan penerangan, inspeksi
9.
mukosa bukal dan gingiva regio posterior kanan dan kiri.
10. Inspeksi palatum durum dan molle
Pasien diminta menjulurkan lidah ke depan. Pemeriksa
11. menginspeksi dorsum lidah (papil lidah, fissura, ketebalan,
dan warna coating).
Pasien diminta menggerakkan lidah ke langit-langit. Pemeriksa
12. menginspeksi dasar mulut, gingival bagian lingual dan mukosa
ventral lidah.
Lidah kembali ke posisi istirahat dan dilanjutkan inspeksi gigi
13. geligi, mulai dari gigi posterior kanan atas sampai posterior kiri
atas, posterior kiri bawah sampai posterior kanan bawah.
Lidah ditekan dengan spatula lidah di bagian tengah lidah
14.
(tidak menyentuh 1/3 bagian posterior lidah)

20
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Skor
No Komponen Penilaian
0 1 2
Dilakukan inspeksi uvula, arcus faring (anterior dan
15.
posterior), tonsil, dinding faring (posterior dan lateral).
Bila ada massa di daerah rongga mulut dilakukan
16.
pemeriksaan palpasi
17. Melaporkan hasil pemeriksaan dengan benar.
TOTAL SKOR

Skor Maksimal = 33
Batas lulus = 80% x 33 = 27

21
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Skill Lab 4
Tes Pendengaran (Rinne, Weber, Scwabach)

TIU:
Mahasiswa mampu melakukan tes pendengaran.

TIK:
Mahasiswa mampu melakukan uji pendengaran Rinne, Weber, dan Scwabach dengan
baik dan benar.

Basic Review

Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural / saraf /


perseptif atau tuli campur. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau
telinga tengah. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif ialah atresia
liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, dan osteoma liang
telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba katar /
sumbatan tuba Eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.
Tuli sensorineural terbagi atas tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli
sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirintitis, intoksikasi obat ototoksik atau
alkohol. Dapat juga disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan
pemaparan bising.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuroma akustik, tumor sudut pons-
serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, atau kelainan otak
lainnya.
Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan
garpu tala (penala) dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.

Tes Penala
Idealnya digunakan garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila tidak mungkin cukup
dipakai 512 Hz karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar.
1. Tes Rinne
 Tujuan: membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang
diperiksa.
 Cara: penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus.
Setelah tidak terdengar, penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila
masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne

22
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada
hantaran tulang.
2. Tes Weber
 Tujuan: membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
 Cara: penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi atau
kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama keras atau tidak terdengar
disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada
telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila
sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit
terdapat tuli saraf.

Tes berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.
Yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang dengan panjang minimal 6 meter.
Pada saat penilaian diusahakan agar pasien tidak melihat gerakan bibir pemeriksa.
Pada nilai normal tes berbisik: 5/6-6/6.

Audiometri
Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan pemeriksaan
audiometri. Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal atau tuli,
kemudian jenis dan derajat ketuliannya. Derajat ketulian dihitung dengan indeks
Fletcher, yaitu rata-rata ambang pendengaran pada frekuensi 500, 1.000 dan 2.000 Hz.
Pada interpretasi audiogram harus ditulis telinga yang mana, apa jenis ketuliannya, dan
bagaimana derajat ketuliannya.
Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan
audiologi khusus yang terdiri dari audiometri khusus (seperti tes Tone decay, tes Short
Increment Sensitivity Index {SISI}, tes Alternate Binaural Loudness Balance
{ABLB}, audiometri tutur, audiometri Bekessy), audiometri objektif (audiometri
impedans, elektrokokleografi, Brain Evoked Reponse Audiometry {BERA},
pemeriksaan tuli anorganik (tes Stenger, audiometri nada murni secara berulang,
impedans) dan pemeriksaan audiometri anak.

Tes Rinne Tes Weber Diagnosis


Positif Tidak ada lateralisasi Normal
Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Tuli konduktif
Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Tuli sensori-neural
Catatan: pada tuli konduktif < 30 dB, Tes Rinne masih bisa positif.

23
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

Daftar Pustaka
1. Adams G L, Boies L R, et al. Buku ajar penyakit THT (BOIES Fundamental of
Otolaryngology). Edisi 6. EGC. Jakarta. 1997.
2. Soepardi E A, dkk. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
6. FKUI. Jakarta. 2007.

Checklist Tes Pendengaran

I. Tes Rinne
Komponen Penilaian SKOR
No. Telinga Kanan Telinga Kiri
0 1 2 0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukan.
2 Pemeriksa menggetarkan garputala 512 Hz
dengan jari atau mengetukkannya pada
permukaan berpegas seperti punggung
tangan, siku, atau lutut pemeriksa, lalu
didekatkan ke telinga pasien agar pasien
mengerti bunyi yang harus didengarnya.
3 Garputala digetarkan kembali dan
tangkainya ditekan pada tulang mastoid
pasien
4 Bila sudah tidak terdengar lagi oleh pasien
garputala didekatkan di depan telinga
pasien (kira-kira 2,5 cm) dan ditanyakan
apakah suara masih terdengar.
5 Melaporkan hasil pemeriksaan dengan
benar.

TOTAL SKOR

Skor Maksimal = 16
Batas lulus = 80% x 16 = 13

24
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

II. Tes Weber


Skor
No. Komponen Penilaian
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri.
Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2 Pemeriksa menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari
atau mengetukkannya pada permukaan berpegas seperti
punggung tangan, siku, atau lutut pemeriksa, lalu
didekatkan ke telinga pasien agar pasien mengerti bunyi
yang harus didengarnya.
3 Garputala digetarkan dan tangkainya diletakkan di garis
tengah kepala (verteks/dahi/pangkal hidung/di tengah-
tengah gigi seri/dagu)
4 Pasien diminta mendengarkan bunyi dan menentukan
pada telinga mana bunyi terdengar lebih keras.
5 Melaporkan hasil pemeriksaan dengan benar.

TOTAL SKOR

Skor Maksimal = 10
Batas lulus = 80% x 10 = 8

25
MAC 306 Blok Organ Indera Buku Skills Lab Mahasiswa

FASILITAS

Kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit No.2, Jakarta 14440. Skill
Lab akan dilaksanakan di ruang Skill Lab. Akses pustaka dapat dilakukan pada
perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

26

Anda mungkin juga menyukai