LKPM adalah laporan Berdasarkan Peraturan BKPM Pelaku Usaha besar dan
mencakup realisasi Nomor 5/2021 Pasal 32 ayat menengah wajib
Penanaman Modal, realisasi (4): menyampaikan LKPM setiap 3
tenaga kerja, realisasi produksi 1. Pelaku usaha kecil Rp 1 (tiga) bulan (triwulan)
termasuk nilai ekspor, – 5 miliar (per
kewajiban kemitraan, dan semester); Pelaku Usaha kecil wajib
kewajiban lainnya terkait 2. Pelaku Usaha menengah menyampaikan LKPM setiap 6
pelaksanaan Penanaman Rp 5 – 10 miliar dan (enam) bulan (semester)
Modal Pelaku Usaha besar > Rp
10 miliar (per triwulan).
KEWENANGAN PEMANTAUAN LKPM
PEMANTAUAN
LKPM
Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 35
Peraturan BKPM No. 5 Tahun 2021 DPMPTSP PROVINSI, DPMPTSP
KABUPATEN/KOTA, ADMINISTRATOR
KEMENTERIAN INVESTASI/BKPM
KEK, BADAN PENGUSAHAAN KPBPB
atas LKPM Pelaku Usaha PMA dan
atas LKPM Pelaku Usaha PMDN
PMDN dengan skala usaha menengah
dengan skala usaha mikro, kecil,
dan besar sesuai kewenangannya
menengah, dan besar sesuai
kewenangannya
Verifikasi dan evaluasi dilakukan terhadap perkembangan realisasi Penanaman Modal yang
dicantumkan dalam LKPM atas Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
JENIS LKPM BERDASARKAN SKALA USAHA
LKPM untuk Pelaku Usaha Kecil LKPM untuk Pelaku Usaha Non UMK
• Bagi Pelaku Usaha skala kecil dengan • Bagi Pelaku Usaha skala menengah dengan
nilai modal usaha lebih besar dari Rp 1 nilai modal usaha Rp 5 - 10 miliar (tidak
miliar sampai dengan paling banyak Rp termasuk tanah dan bangunan tempat
5 miliar (tidak termasuk tanah dan usaha)
bangunan tempat usaha) • Bagi Pelaku Usaha skala besar dengan nilai
• Disampaikan setiap 6 bulan sekali (per modal usaha lebih besar dari Rp 10 miliar
semester) (tidak termasuk tanah dan bangunan
• LKPM tidak terbagi atas tahap tempat usaha)
konstruksi/persiapan maupun • Disampaikan setiap 3 bulan (per triwulan)
operasional dan/atau komersial • LKPM terbagi atas tahap konstruksi/
persiapan maupun operasional dan/atau
komersial
KESALAHAN UMUM PENGISIAN LKPM
a. LKPM yang dilaporkan bukan atas NIB (masih menggunakan izin yang diterbitkan
sebelum OSS)
b. Pelaku usaha menyampaikan LKPM tahap konstruksi untuk kegiatan usaha yang sudah komersial
c. Pelaku usaha mengisi nilai realisasi penanaman modal sama dengan nilai rencana investasi pada izin di OSS
d. Pengeluaran selama tahap kontruksi diluar tanah, bangunan/gedung, dan mesin/peralatan diinput sebagai tambahan
realisasi modal kerja
e. Tambahan realisasi modal tetap pada LKPM tahap produksi tidak disertai penjelasan
f. Data tambahan tenaga kerja diisi dengan tenaga kerja eksisting
g. Duplikasi pengisian LKPM, seperti:
• Mengisi nilai tambahan realisasi penanaman modal sama persis untuk setiap KBLI (apabila memiliki lebih dari satu
KBLI)
• Menyampaikan LKPM atas kegiatan yang sama sebanyak 2 kali atau lebih di periode yang sama (dengan
menggunakan NIB dan Izin Prinsip/Izin Usaha yang diterbitkan sebelum OSS)
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PELAKU USAHA
MODAL
TETAP
Biaya pengeluaran untuk sewa tanah,
Biaya yang dikeluarkan untuk
bangunan, mesin peralatan, maupun
penggantian/penambahan
penambahan kendaraan operasional
mesin/peralatan baru yang tidak
penunjang usaha dan peralatan kantor,
berdampak pada kapasitas produksi, Mesin/ serta pengadaan sumber daya manusia
baik yang diimpor maupun sarana/ Lain-lain serta kegiatan lain sebelum dilakukannya
pembelian lokal, termasuk peralatan Peralatan operasional dan/atau komersia
pencegahan pencemaran lingkungan,
serta biaya pengiriman dan instalasi
Pencatatan realisasi penanaman modal tidak mengenal adanya penyusutan modal tetap dan revaluasi aset
Pencatatan Realisasi Penanaman Modal
Komponen realisasi modal kerja hanya diisi pada saat kegiatan usaha siap operasional
dan/atau komersial dengan tambahan perhitungan nilai realisasi satu turnover* pengeluaran
untuk bahan baku/penolong, gaji/upah karyawan, biaya operasional (listrik, air, telepon),
suku cadang, dan biaya overhead perusahaan
*) Satu turnover adalah satu periode perputaran/siklus biaya produksi/operasional mulai pembelian
bahan baku sampai dengan penjualan hasil produksi (hasil penjualan produksi digunakan untuk
pembelian bahan baku kembali)
Setelah operasional/produksi
komersial, tidak ada lagi tambahan
realisasi modal tetap, kecuali atas
pembelian capital expenditure (capex)
berupa tanah, bangunan, mesin Realisasi modal kerja diisi apabila
produksi, kendaraan, ataupun asset ada penambahan nilai realisasi
perusahaan lainnya pengeluaran bahan baku atau
penolong, biaya sewa
lahan/gedung/kendaraan, gaji/upah
karyawan, biaya operasional (listrik,
air, telepon), dan biaya overhead
perusahaan
Pencatatan Tenaga Kerja Pencatatan Permasalahan Pelaku Usaha
Pencatatan realisasi ekspor dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (US$) selama satu tahun
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal dilaksanakannya ekspor
Pencatatan realisasi produksi/jasa dan pemasaran serta kewajiban Pelaku Usaha hanya dilakukan saat pelaporan LKPM triwulan IV
ALUR VERIFIKASI LKPM
PELAPORAN
LKPM
SANKSI ADMINISTRATIF
Peringatan Dikenakan bagi Pelaku Usaha yang melakukan pelanggaran
Tertulis ringan, salah satunya karena:
DAPAT DIKENAKAN SECARA
• Tidak menyampaikan LKPM selama 2 (dua) periode
BERJENJANG
berturut-turut
• Menyampaikan LKPM pertama kali tanpa ada nilai TENGGAT WAKTU SANKSI
tambahan realisasi investasi selama 4 (empat) periode
• Peringatan Pertama (30 hari kerja)
berturut-turut dengan nilai realisasi nihil • Peringatan Kedua (15 hari kerja)
• Peringatan Ketiga (10 hari kerja)
Penghentian Dikenakan apabila Pelaku Usaha tidak memenuhi • Penghentian Sementara (30 hari
Sementara kewajiban atas sanksi pelanggaran ringan kerja)
• Pencabutan Perizinan Berusaha
dan/atau kegiatan usaha
Pencabutan Dikenakan apabila Pelaku Usaha tidak memenuhi
Sanksi dinyatakan gugur bila
Perizinan kewajiban atas sanksi pelanggaran sedang
memenuhi kewajiban dan
Berusaha memberikan tanggapan ke
dan/atau sistem OSS. Apabila tidak, akan
diberikan sanksi administratif
kegiatan usaha
selanjutnya