Anda di halaman 1dari 3

Film 

Jepang yang diangkat dari kisah nyata ini bercerita tentang kegigihan sekelompok tentara
Jepang pimpinan Kapten Sakae Oba ketika melawan pasukan Amerika yang jauh lebih banyak dan
lebih kuat di Pulau Saipan di Jepang pada Perang Dunia ke-2.

Kegigihan dan strategi tempur yang cemerlang dari Kapten Sakae Oba benar-benar mengagumkan
Pasukan Amerika sehingga mereka menjuluki Kapten Sakae Oba sebagai “The Fox” atau Sang Rubah
(sejenis srigala yang terkenal dengan kecerdikannya).

Untuk mengalahkan Jepang pada Perang Dunia ke-2, pasukan Amerika menyerang pulau yang sangat
strategis bagi militer Jepang yaitu Pulau Saipan yang terletak di Kepulauan Mariana Jepang pada
tanggal 15 Juni 1944.

Pada serangan itu, Amerika mengerahkan 70.000 tentara sedangkan Pulau Saipan hanya dijaga oleh
20.000 tentara Jepang. Akibatnya bisa ditebak, pasukan Jepang kalah dan yang masih hidup
melarikan diri ke gunung.

Sesuai dengan tradisi Jepang, para tentara Jepang yang malu dengan kekalahannya melakukan
harakiri atau bunuh diri tetapi ada beberapa tentara Jepang yang memutuskan tidak melakukan
harakiri dan bertekad untuk tetap melawan pasukan Amerika, salah satunya adalah Kapten Sakae
Oba karena menurut Kapten Sakae Oba, berperang bukan hanya untuk mati tetapi untuk menang.

Dengan keberanian yang luar biasa, sekitar 4000 tentara Jepang yang tidak melakukan harakiri itu
menyerang pasukan Amerika di Pulau Saipan sebelah barat pada tanggal 7 Juli 1944. Pertempuran
yang dikenang dengan nama Perang Saipan itu benar-benar dahsyat karena hampir semua tentara
Jepang dan 2000 tentara Amerika tewas hanya dalam waktu beberapa jam, hanya sedikit tentara
Jepang yang bertahan hidup salah satunya adalah Kapten Sakae Oba.

Kapten Sakae Oba dengan puluhan anak buahnya yang masih hidup melarikan diri ke gunung dan
bertekad masih tetap akan melakukan perlawanan. Tentara Amerika tentu saja tidak tinggal diam
dan melakukan pengejaran, pasukan Amerika yang melakukan pengejaran itu dipimpin oleh Kapten
Herman Lewis.

Pasukan Amerika pimpinan Kapten Herman Lewis berhasil melacak arah Kapten Sakae Oba
melarikan diri karena kelembutan hati Kapten Sakae Oba sendiri. Pada waktu lari ke gunung, Kapten
Sakae Oba dan anak buahnya menemukan sebuah rumah yang semua penghuninya mati karena
mereka lebih suka bunuh diri daripada menyerah pada tentara Amerika, tapi ternyata di rumah itu
masih hidup seorang bayi.

Dengan keadaannya sebagai buronan, Kapten Sakae Oba dan anak buahnya tentu saja tidak mungkin
merawat bayi itu maka agar bayi itu bisa tetap hidup, Kapten Sakae Oba mengikat pita merah di
rumah bayi itu dengan harapan ditemukan oleh pasukan Amerika walaupun para anak buahnya tidak
setuju karena membuat arah pelarian mereka diketahui oleh pasukan Amerika.

Tindakan kemanusiaan Kapten Sakae Oba itu berhasil karena ketika pasukan Kapten Herman Lewis
sampai di rumah si bayi, pita merahnya menarik perhatian sehingga bayi itupun ditemukan oleh
Kapten Herman Lewis.

Kapten Herman Lewis ternyata juga punya rasa kemanusiaan seperti Kapten Sakae Oba sehingga ia
memerintahkan anak buahnya untuk merawat bayi itu. Tapi akibatnya sangat fatal karena pasukan
Amerika jadi tahu arah pelarian Kapten Sakae Oba dan anak buahnya.
Walaupun arah pelariannya sudah diketahui tetapi tetap tidak mudah bagi Pasukan Kapten Herman
Lewis untuk menangkap Kapten Sakae Oba karena Kapten Sakae Oba sudah menyiapkan jebakan-
jebakan yang bisa menewaskan tentara Amerika.

Sampai suatu ketika di tengah hutan, Kapten Sakae Oba bertemu dengan sekitar 200 rakyat Jepang
yang juga tidak sudi menyerah pada tentara Amerika sehingga mereka juga melarikan diri ke gunung.

Pada awalnya Kapten Sakae Oba meninggalkan 200 rakyat Jepang itu karena berniat melawan
pasukan Amerika tanpa melibatkan mereka. Tetapi karena tiba-tiba datang pesawat tempur Amerika
yang memborbardir 200 rakyat Jepang itu maka Kapten Sakae Oba bertekad untuk melindungi
mereka.

Kapten Sakae Oba segera memerintahkan untuk membangun 3 kamp untuk 200 rakyat Jepang itu
agar bisa tersembunyi dari pasukan Amerika.

Walaupun kamp-kamp buatan Kapten Oba itu akhirnya diketahui oleh tentara Amerika, Kapten Oba
dan para pengikutnya tetap tidak mau menyerah begitu saja. Dengan cerdiknya, Kapten Sakae Oba
bisa memanfaatkan hutan di Pulau Saipan yang penuh dengan bukit dan gua-gua itu untuk
bersembunyi sehingga tidak terlihat oleh pasukan Amerika. Bahkan anak buah Kapten Sakae Oba
bisa melakukan serangan balik yang sangat merepotkan pasukan Kapten Herman Lewis.

Dalam usahanya untuk menyergap Kapten Sakae Oba dan para pengikutnya, anak buah Kapten
Herman Lewis hanya bisa menewaskan 2 tentara Jepang dan menangkap 6 orang itupun hanya
rakyat biasa (bukan tentara) tetapi di pihak Amerika belasan tentaranya tewas.

Kecerdikan strategi tempur Kapten Sakae Oba itu membuat Kapten Herman Lewis sangat kagum
sehingga ia menjuluki Kapten Sakae Oba sebagai “The Fox”.

Tetapi akhirnya Kapten Sakae Oba mulai berubah pikiran karena kehabisan makanan dan obat-
obatan. Kapten Sakae Oba sudah memerintahkan 3 orang untuk mencuri makanan dan obat-obatan
dari pasukan Amerika yaitu Chieko Aono (seorang perawat wanita yang sangat benci pada tentara
Amerika karena keluarganya terbunuh oleh tentara Amerika) dengan dikawal 2 tentara anak buah
Kapten Sakae Oba, tetapi 3 orang utusan Kapten Sakae Oba itu gagal, 2 anak buah Kapten Sakae Oba
tewas tertembak sedangkan Chieko Aono tertangkap.

Maka agar 200 rakyat Jepang pengikutnya tetap bertahan hidup, dengan berat Hati Kapten Sakae
Oba terpaksa menyuruh 200 rakyat Jepang itu untuk menyerahkan diri pada pasukan Amerika
sedangkan Kapten Sakae Oba dan anak buahnya tetap tidak menyerah dan akan melanjutkan
perlawanan.

Kapten Herman Lewis yang sadar bahwa Kapten Sakae Oba sulit untuk ditaklukkan secara militer
menggunakan cara halus tanpa kekerasan untuk membuat Kapten Sakae Oba menyerah seperti
menyebarkan brosur yang isinya meminta untuk menyerah dan mengirimkan seorang Jepang yang
mau diajak bekerjasama dengan Amerika untuk membujuk Kapten Sakae Oba tetapi semua usaha
Kapten Herman Lewis itu gagal.

Bahkan ketika akhirnya Negara Jepang menyerah pada tahun 1945 karena 2 kotanya yaitu Hiroshima
dan Nagasaki dibom atom oleh pasukan sekutu, Kapten Sakae Oba tetap tidak mau turun gunung
dan menyerah pada pasukan Amerika.
Hati Kapten Sakae Oba akhirnya luluh juga setelah atasannya yaitu seorang Kolonel
memerintahkannya untuk menyerah.

Akhirnya pada tanggal 1 Desember 1945, Kapten Sakae Oba memimpin 47 anak buahnya yang masih
hidup untuk turun gunung dan menyerahkan diri pada pasukan Amerika.

Kapten Herman Lewis ternyata sangat terkesan dengan kegigihan dan kecerdikan strategi tempur
Kapten Sakae Oba sehingga ia menyambut penyerahan diri Kapten Sakae Oba dan anak buahnya
dengan upacara militer yang megah.

Opini Saya Tentang Film Ini :

Walaupun film ini diangkat dari kisah nyata tetapi tidak semua cerita dan tokoh di film ini benar-
benar nyata karena ada beberapa yang sengaja diubah atau ditambahkan agar cerita film ini lebih
dramatis dan menarik. Bagi saya hal itu tidaklah penting karena yang penting film ini enak ditonton
dan cukup menghibur, Saya memang menonton film ini hanya sebagai hiburan dan bukan sebagai
referensi sejarah hehehe…

Tidak hanya cukup menghibur tapi saya juga cukup terkesan dengan acting para pemainnya yang
sangat meyakinkan terutama acting pemeran Kapten Sakae Oba (Yutaka Takenouchi) yang benar-
benar bisa menampilkan karakter seorang pemimpin yang sangat kharismatik sehingga disegani oleh
kawan maupun lawan.

Akhir kata film ini cukup saya rekomendasikan karena benar-benar bisa menampilkan kegigihan,
keberanian, kepemimpinan dan semangat cinta tanah air.

Anda mungkin juga menyukai