NOMENKLATUR

SP

BD1 SSS 1

STT1 SST 2

PTB1 ka PTT2 ki PTI1 ka

SSB1

SSI 2

BD4 BD2
STT3 STT4 STI 1 ST1 2
PTI 2
PTT3 ka PTT4 ki PTI1

SST 2

BD3
STT5 STT6

PTT5 ka PTT6 ki Keterangan :

: Saluran Primer
: Saluran sekunder

: Sungai

: Bangunan Bagi

: Bangunan Bagi Sadap

: Bangunan sadap

: Bendung

: Gorong-Gorong
 TABEL LUAS PETAK-PETAK KUARTER

NO PETAK TERSIER PETAK KUARTER LUAS TERSIER (Ha)

1 PTT 1

2 PTT 2

3 PTT 3

4 PTT 4

5 PTT 5

6 PTT 6
NO PETAK TERSIER PETAK KUARTER LUAS TERSIER (Ha)

7 PTI 1

8 PTI 2
I. PERHITUNGAN DEBIT SALURAN

Rumus yang digunakan :

A NFR c
Q =
e

dimana : Q = debit rencana (m3/det)

c = koefisien lengkung kapasitas tegal/rotasi
= 1 untuk l < 10.000 Ha
A = luas daerah yang akan dialiri
e = efisiensi
0.8 untuk saluran tersier
0.9 x 0.8 x 0.9 untuk saluran primer
0.9 x 0.8 untuk saluran sekunder
NFR = kebutuhan air normal/netto untuk tanaman padi
= 1.22 L/det Ha

Contoh perhitungan saluran Primer

Diketahui :
A = 0 ha
C = 1
NFR = 1.22 L/dt.ha
e = 0.65

0.0000 . 1.22 . 1
Q =
0.65
Q = 0.00 L/dt
Untuk perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel

Contoh perhitungan saluran Sekunder ( SS 1)

Diketahui :
A = 0 ha
C = 1
NFR = 1.22 L/dt.ha
e = 0.72

0.0000 . 1.22 . 1
Q =
0.72
Q = 0.00 L/dt
Untuk perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel
 Contoh perhitungan saluran Tersier ( ST 1)
Diketahui :
A = 0 ha
C = 1
NFR = 1.22 L/dt.ha
e = 0.80

0.000 . 1.22 . 1
Q =
0.80
Q = 0.00 L/dt
Untuk perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel

Tabel Rekapitulasi Perhitungan Debit Air.

Jenis Nama A Q Q
C NFR e
Saluran Saluran Ha L/det m3/det
Saluran
SP BONGA 0 1 1.22 0.65 0.00 0.00
Primer
Saluran SS TANGGA 1 0 1 1.22 0.72 0.00 0.00
Sekunder SS SALEKO 1 0 1 1.22 0.72 0.00 0.00
ST TANGGA 1 0 1 1.22 0.80 0.00 0.000
ST TANGGA 2 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
ST TANGGA 3 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
Saluran ST TANGGA 4 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
Tersier ST TANGGA 5 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
ST TANGGA 6 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
ST IRING 1 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
ST IRING 2 0 1 1.22 0.80 0.00 0.00
TABEL : HUBUNGAN ANTARA DEBIT (Q) DENGAN m , n DAN k

Q (m3/det) m n k
0.15 - 0.30 1.0 1.0 35
0.30 - 0.50 1.0 1.0 - 1.2 35
0.50 - 0.75 1.0 1.2 - 1.3 35
0.75 - 1.00 1.0 1.3 - 1.5 35
1.00 - 1.50 1.0 1.5 - 1.8 40
1.50 - 3.00 1.5 1.8 - 2.3 40
3.00 - 4.50 1.5 2.3 - 2.7 40
4.50 - 5.00 1.5 2.7 - 2.9 40
5.00 - 6.00 1.5 2.9 - 3.1 42.5
6.00 - 7.50 1.5 3.1 - 3.5 42.5
7.50 - 9.00 1.5 3.5 - 3.7 42.5
9.00 - 10.00 1.5 3.7 - 3.9 42.5
10.00 - 11.00 2.0 3.9 - 4.2 45
11.00 - 15.00 2.0 4.2 - 4.9 45
15.00 - 25.00 2.0 4.9 - 6.5 45
25.00 - 40.00 2.0 6.5 - 9.6 45

TABEL : HUBUNGAN ANTARA DEBIT (Q) DENGAN KECEPATAN ALIRAN (V)

Q (m3/det) b/h V (m/det)

0.00 - 0.15 1.0 0.25 - 0.30
0.15 - 0.30 1.0 0.30 - 0.35
0.30 - 0.40 1.5 0.35 - 0.40
0.40 - 0.50 1.5 0.40 - 0.45
0.50 - 0.75 2.0 0.45 - 0.50
0.75 - 1.50 2.0 0.50 - 0.55 0 0.45
1.50 - 3.00 2.5 0.55 - 0.60
3.00 - 4.50 3.0 0.60 - 0.65
4.50 - 6.00 3.5 0.65 - 0.70
6.00 - 7.50 4.0 0.70
7.50 - 9.00 4.5 0.70
9.00 - 11.00 5.0 0.70
11.00 - 15.00 6.0 0.70
15.00 - 25.00 8.0 0.70
25.00 - 40.00 10.0 0.75
40.00 - 80.00 12.0 0.80
II. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PEMBAWA

Untuk menghitung Kemiringan saluran maka digunakan rumus STRICKLER :

V = k R2/3 I1/2

Q = V x A

dengan :
Q = debit rencana (m3/det)
k = koefisien kekasaran Strickler (m3/det)
I = kemiringan rencana
A = luas saluran (m2)
= bh + mh2
= h2 (n + m)
n = perbandingan lebar dasar dengan kemiringan
= b/h
m = kemiringan talud
P = keliling basah
= b + 2h 1 + m2
= h (n+2 1 + m2 )
R = jari-jari hidrolis
A
=
P
2.1 Perhitungan Kemiringan Saluran Primer
SP BONGA

Diketahui : Q = 0.0000 m3/det

Dengan menggunakan tabel diperoleh:
V = 0.4500 m2/det (lihat tabel)
n = 0.900
m = 1
k = 40

Q = V x A
Q 0.0000
A = = = 0.0000 m2
V 0.4500

A = h2 (n + m)
A 0.0000
h2 = = = 0.0000
(n + m) 0.900 + 1
h = 0.0000 m

b = nxh = 0.00 m

P = h(n+2 1 + m2 )
= 0.0000 x ( 0.900 + 2 1 + 1 2
)
= 0.0000 x 3.7284
= 0 m

A 0.0000
R = = = #DIV/0! m
P 0.0000

V 0.45000
I = ( ) 2
= ( ) 2
k R2/3 40 x #DIV/0!
= #DIV/0!
2.2 Perhitungan Kemiringan Saluran Sekunder
SS TANGGA 1

Diketahui : Q = 0.00 m3/det

Dengan menggunakan tabel diperoleh:
V = 0.478 m2/det (lihat tabel)
n = 1.256
m = 1
k = 35

Q = V x A
Q 0.00
A = = = 0.0000 m2
V 0.48

A = h2 (n + m)
A 0.0000
h2 = = = 0.0000
(n + m) 1.26 + 1
h = 0.0000 m

b = nxh = 0.000 m

P = h(n+2 1 + m2 )
= 0.0000 x ( 1.26 + 2 1 + 1 2
)
= 0.0000 x 4.0844
= 0.0000 m

A 0.0000
R = = = #DIV/0! m
P 0.0000

V 0.48
I = ( ) 2
= ( ) 2
k R2/3 35 x #DIV/0!
= #DIV/0!
2.3 Perhitungan Kemiringan Saluran Tersier
ST TANGGA 1

Diketahui : Q = 0.0000 m3/det

Dengan menggunakan tabel diperoleh:
V = 0.2500 m2/det (lihat tabel)
n = 1
m = 1
k = 35

Q = V x A
Q 0.0000
A = = = 0.0000 m2
V 0.2500

A = h2 (n + m)
A 0.0000
h2 = = = 0.0000
(n + m) 1 + 1
h = 0.0000 m

b = nxh = 0.00 m

P = h(n+2 1 + m2 )
= 0.0000 x ( 1.0 + 2 1 + 1 2
)
= 0.0000 x 3.8284
= 0 m

A 0.0000
R = = = #DIV/0! m
P 0.0000

V 0.25
I = ( ) 2
= ( ) 2
k R2/3 35 x #DIV/0!
= #DIV/0!
TABEL KEMIRINGAN SALURAN RENCANA UNTUK SALURAN PEMBAWA

Q K V A h b P R
SALURAN m n Ia
(m /dt)
3
(m /dt)
1/3
(m/dt) (m )
2
(m) (m) (m) (m)
SP BONGA 0.000 1.0 0.90 40 0.45 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
SS TANGGA 1 0.00 1 1.26 35 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
SS SALEKO 1 0.00 1 0.70 35 0.20 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST TANGGA 1 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST TANGGA 2 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST TANGGA 3 0.0000 1 1 35 0.250 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST TANGGA 4 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST TANGGA 5 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST TANGGA 6 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST IRING 1 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
ST IRING 2 0.0000 1 1 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
DIMENSI SALURAN PEMBAWA
II.1. Dimensi Saluran Primer ( SP )
SP BONGA
Referensi : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, Dep. PU, 1986, Hal. 107 - 127 )

Luas areal ( A ) = 0 Ha
NFR = 1.22 liter/dtk/Ha
e = 0.65 untuk sal. Primer
c = Koefisien Lengkung kapasitas tegal / rotasi ( 1 untuk L < 10000 Ha )
Q = 0.000 m3/det

Perhitungan dimensi saluran dengan rumus Strickler

Diketahui : m = 1.0 , n = 0.9 , k = 40 ( Sumber : Buku Petunjuk Peren-
Ia = #DIV/0! canaan Irigasi, 1986, Tabel 4.2
Halaman 125 )

Direncanakan h = ho = 0.90160 m

0.9016 ( 0.9 + 1.00 ) 2 / 3 0.5

Vo = 40 #DIV/0!
0.9 + 2 ( 1 + 1.0 2 )###

= #DIV/0! m/s2
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah

0.0000
Ao = = #DIV/0! m2
#DIV/0!

Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah

#DIV/0!
= = #DIV/0! m
0.9 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0

h1 - h0 = #DIV/0! - 0.9016 = ### < 0.005 ###

Lebar dasar saluran ( b ) = n x h1 = 0.9 . #DIV/0! = ### m

Tinggi jagaan ( w ) = 0.3 + 0.25 h = 0.3 + 0.25 x #DIV/0! = ### m
Lebar permukaan ( B ) = b + 2m(h+w)
= #DIV/0! + 2 1.0 #DIV/0! = ### m

Sketsa Penampang saluran Primer :

B = #DIV/0! m

w = #DIV/0! m

h = #DIV/0! m
b= ### m
 II.2. Dimensi Saluran Sekunder (SS)
SS TANGGA 1
Referensi : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, Dep. PU, 1986, Hal. 107 - 127 )

Luas areal ( A ) = 0 Ha
NFR = 1.22 liter/dtk/Ha
e = 0.72 untuk sal. Sekunder
c = Koefisien Lengkung kapasitas tegal / rotasi ( 1 untuk L < 10000 Ha )
Q 0.0000 m3/det

Perhitungan dimensi saluran dengan rumus Strickler

unjuk Peren- Diketahui : m = 1.0 , n = 1.26 , k = 35 ( Sumber : Buku Petunjuk Peren-
Ia = #DIV/0! canaan Irigasi, 1986, Tabel 4.2
Halaman 125 )

Direncanakan h = ho = 0.77059 m

0.77 ( 1.256 + 1.00 ) 2 / 3 0.5

Vo = 35 #DIV/0!
1.256 + 2 ( 1 + 1 2 )###

= #DIV/0! m/s2
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah

0.0000
Ao = = #DIV/0! m2
#DIV/0!

Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah

#DIV/0!
= = #DIV/0! m
1.256 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0

h1 - h0 = #DIV/0! - 0.77059 = ### < 0.005 ###

Lebar dasar saluran ( b ) = n x h1 = 1.26 . #DIV/0! = ### m

Tinggi jagaan ( w ) = 0.3 + 0.25 h = 0.3 + 0.25 x #DIV/0! = ### m
Lebar permukaan ( B ) = b + 2m(h+w)
= #DIV/0! + 2 1.0 #DIV/0! = ### m

Sketsa Penampang saluran Sekunder :

B = ### m

w = #DIV/0! m

h = #DIV/0! m
b= #DIV/0! m
 II.3. Dimensi Saluran Tersier
ST TANGGA 1
Referensi : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, Dep. PU, 1986, Hal. 107 - 127 )

Luas areal ( A ) = 0 Ha
NFR = 1.22 liter/dtk/Ha
e = 0.80 untuk sal. Tersier
c = Koefisien Lengkung kapasitas tegal / rotasi ( 1 untuk L < 10000 Ha )
Q 0.0000 m3/det

Perhitungan dimensi saluran dengan rumus Strickler

unjuk Peren- Diketahui : m = 1.0 , n = 1.0 , k = 35 ( Sumber : Buku Petunjuk Peren-
Ia = #DIV/0! canaan Irigasi, 1986, Tabel 4.2
Halaman 125 )

Direncanakan h = ho = 0.373260 m

0.37 ( 1 + 1.00 ) 2 / 3 0.5

Vo = 35 #DIV/0!
1 + 2 ( 1 + 1 2 )###

= #DIV/0! m/s2
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah

0.0000
Ao = = #DIV/0! m2
#DIV/0!

Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah

#DIV/0!
= = #DIV/0! m
1 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0

h1 - h0 = #DIV/0! - 0.3733 = ### < 0.005 ###

Lebar dasar saluran ( b ) = n x h1 = 1.0 . #DIV/0! = ### m

Tinggi jagaan ( w ) = 0.3 + 0.25 h = 0.3 + 0.25 x #DIV/0! = ### m
Lebar permukaan ( B ) = b + 2m(h+w)
= #DIV/0! + 2 1.0 #DIV/0! = ### m

Sketsa Penampang saluran Tersier :

B = #DIV/0! m

w = #DIV/0! m

h = #DIV/0! m
b= #DIV/0! m
TABEL SALURAN PEMBAWA

A Q K ho Vo Ao h1 b w B
SALURAN m n Ia h1-ho KONTROL
( Ha ) (m3/dt) (m1/3/dt) (m) (m/dt) (m2) (m) (m) (m) (m)
SP BONGA 0 0.00 1 0.90 40 0.90160 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
SS TANGGA 1 0 0.00 1 1.26 35 0.77059 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
SS SALEKO 1 0 0.00 1 0.70 35 0.66473 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST TANGGA 1 0 0.00 1 1 35 0.37347 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST TANGGA 2 0 0.00 1 1 35 0.34244 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST TANGGA 3 0 0.00 1 1 35 0.43819 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST TANGGA 4 0 0.00 1 1 35 0.38598 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST TANGGA 5 0 0.00 1 1 35 0.45831 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST TANGGA 6 0 0.00 1 1 35 0.45126 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST IRING 1 0 0.00 1 1 35 0.52429 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
ST IRING 2 0 0.00 1 1 35 0.45855 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### ### ###
III. PERHITUNGAN SALURAN PEMBUANG

Referensi : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi , 1986, Halaman 7 dan 135 - 138.

Debit Rencana :
Qd=1. 62 x Dm x A 0. 92
Di mana :
Qd = Debit Rencana ( Liter / detik )
Dm = Modulus Pembuang ( Liter/dtk/Ha )
A = Luas daerah yang akan dibuang airnya ( Ha )

Untuk modulus pembuang rencana, Dm adalah curah hujan 3 ( tiga ) hari dengan periode ulang 5 tahun.
dengan rumus sebagai berikut :

D (n )
Dm= liter /dtk /Ha
n x 8 .64
Di mana :
n = Jumlah hari berturut - turut = 3 hari
D (n) = Limpasan air hujan pembuang permukaan selama n hari ( mm )
R(n)T = Curah hujan selama n hari berturut - turut dengan periode ulang T tahun
IR = Pemberian air irigasi ( mm / hari )
ET = Evapotranspirasi ( mm / hari )
P = Perkolasi ( mm / hari )
DS = Tampungan Tambahan ( mm )

Diketahui :

Dm = 6 Liter /detik/Ha

Sehingga :
Qd = 1.62 x 6.00 x A 0.92

= 9.720 A0.92
III.1 Perhitungan Dimensi Saluran Pembuang DIMENSI SALU

Diketahui : Q = 0.0000 m3/det

Dengan menggunakan tabel diperoleh:
V = 0.2000 m2/det (lihat tabel)
n = 0.7000
m = 1
k = 35

Q = V x A
Q 0.0000
A = = = 0.0000 m2
V 0.2

A = h2 (n + m)
A 0.0000
h2 = = = 0.0000
(n + m) 0.7 + 1
h = 0.00000 m

b = nxh = 0.0000 m

P = h(n+2 1 + m2)
= 0.0000 ( 0.7 + 2 1 + 1 2
)
= 0.0000 3.5284
= 0 m

A 0.0000
R = = = #DIV/0! m
P 0.0000

V 0.2
I = ( ) 2
= ( ) 2
k R 2/3
35 #DIV/0!
= #DIV/0!
DIMENSI SALURAN PEMBUANG

1. Saluran Pembuang PTT 1

Diketahui :
A = 0 Ha
Qd = 9.720 x A0.92
= 9.720 x 0 0.92
= 0.000 m3/detik

Perhitungan dimensi saluran dengan rumus Strickler

Diketahui : m = 1.0 , n = 0.7000 , k = 35 ( Sumber : Buku Petunjuk Peren-
Ia = #DIV/0! canaan Irigasi, 1986, Tabel 4.3
Halaman 138 )
(nilai k, Tabel 7.1 Hal. 77 KP 03 )
Direncanakan h = ho = 0.68060 m

[ ]
2/ 3
ho( n+m )
Vo= k √ Ia
( n+2 √ 1+ m 2 )

0.6806 ( 0.7 + 1.00 ) 2 / 3 0.5

Vo = 35 #DIV/0!
0.7 + 2 ( 1 + 1 2 )###

= #DIV/0! m/s2

Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah

Q
Ao =
Vo

0.0000
Ao = = #DIV/0! m2
#DIV/0!
Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah

h 1=
√ Ao
n +m =
0.7
#DIV/0!
+ 1.0
2
= #DIV/0! m

Bandingkan h1 dengan h0

h1 - h0 = #DIV/0! - 0.6806 = ### < 0.005 ###

Lebar dasar saluran ( b ) = n x h1 = 0.7 . #DIV/0! = ### m
Tinggi jagaan ( w ) = 0.3 + 0.25 h = 0.3 + 0.25 x #DIV/0! = ### m
Lebar permukaan ( B ) = b + 2m(h+w)
= #DIV/0! + 2 1.0 #DIV/0! = ### m

Sketsa Penampang saluran Pembuang :

B = #DIV/0! m

w = #DIV/0! m

h = #DIV/0! m

b = #DIV/0! m
TABEL KEMIRINGAN SALURAN RENCANA UNTUK SALURAN PEMBUANG
Dengan menggunakan rumus Strickler, Dimensi saluran pembuang disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Qd K V A h b P R
SALURAN m n Ia
(m3/dt) (m1/3/dt) (m/dt) (m2) (m) (m) (m) (m)
PTT 1 0.000 1 0.7000 35 0.200 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTT 2 0.000 1 1.0000 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTT 3 0.000 1 1.0000 35 0.3500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTT 4 0.000 1 0.7000 35 0.2500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTT 5 0.000 1 1.0000 35 0.3500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTT 6 0.000 1 1.0000 35 0.3500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTI 1 0.000 1 1.0000 35 0.3500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!
PTI 2 0.000 1 1.0000 35 0.3500 0.00 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! #DIV/0!

TABEL DIMENSI SALURAN PEMBUANG

Dengan menggunakan rumus Strickler, Dimensi saluran pembuang disajikan dalam tabel sebagai berikut :

A Qd K ho Vo Ao h1 b w B
SALURAN m n Ia h1-ho KONTROL
( Ha ) (m3/dt) (m1/3/dt) (m) (m/dt) (m2) (m) (m) (m) (m)
PTT 1 0 1 0.7000 0.000 35 0.68057 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTT 2 0 1 1.0000 0.000 35 0.65158 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTT 3 0 1 1.0000 0.000 35 0.71562 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTT 4 0 1 0.7000 0.000 35 0.70079 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTT 5 0 1 1.0000 0.000 35 0.73037 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTT 6 0 1 1.0000 0.000 35 0.72736 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTI 1 0 1 1.0000 0.000 35 0.80406 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
PTI 2 0 1 1.0000 0.000 35 0.73659 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! ### #DIV/0! #DIV/0!
V. PERENCANAAN BANGUNAN
V.1 PERENCANAAN BANGUNAN PENGATUR DEBIT (PINTU ROMIJN)
Perencanaan Hidrolis

Q=Cd. Cv. 2/3. √2/3 g . bc . h1

1.5
Di mana :
Q = Debit ( m3/detik )
Cd = Koefisien debit
Cv = Koefisien kecepatan datang
g = Percepatan gravitasi = 9.8 m/dtk2
bc = Lebar meja (mercu) ,m
h1 = Tinggi energi hulu di atas meja ( m )
V1 = Kecepatan di hulu alat ukur ( m/dtk )
H1 = Tinggi energi di atas meja ( m )

Cd = 0.93 + 0.1 ( H1 / L )
V12
H1 = h1 +
2 x g

Pintu Romijn diletekkan pada saluran Sekunder

ST TANGGA 1

Diketahui : Q = 0.000 m3/detik b = #DIV/0! m

V = #DIV/0! m/detik h = #DIV/0! m
Ao = #DIV/0! m 2

bc = 0.50 m
H1max = 0.33 m

Untuk saluran dengan nilai debit 0.00 - 0.160 m3/detik

- Berdasar Tabel 2.4 Hal. 20 KP 04 diperoleh H1 maks = 0.33 m3/detik
dan bc = L = 0.50 m
- Berdasar Tabel A.23 Hal. 210 KP 04 diperoleh h1 = 0.210 m , sehingga :
H1 = 0.21 + ( #DIV/0! / 19.62 ) = #DIV/0! < 0.50 m###

Cd = 0.93 + 0.1 ( #DIV/0! / 0.5 ) = #DIV/0!

P = 0.48 + 0.18 h = 0.48 + ( 0.18 x ### ) = ### m
A' = bc x h1
= 0.50 x 0.210 = 0.11
Ao = #DIV/0! m2

A' 0.11
Cd = #DIV/0! = #DIV/0!
Ao #DIV/0!
- Berdasar perhitungan di atas dari grafik 2.3 Hal. 8 KP 04 diperoleh Cv = 1.03

Kontrol Tinggi Energi Hulu Di atas Meja

Q=Cd Cv 2 /3 √ 2/3 g bc h11 .5

0.00
h1 1.5
= #DIV/0! 1.0300 2/3 ( 2/3 . 9.81 )0.5 0.5

h1 = #DIV/0! m < 0.2100 m ###

Kehilangan energi yang diperlukan pada h1

Dh = 0.03 h1
= 0.03 x ###
= #DIV/0! m

Untuk hasil perhitungan pintu Romijn untuk salulran yang tersebut di atas dapat
dilihat pada tabel
V.2 PERENCANAAN BANGUNAN TERJUN
Perencanaan hidrolis bangunan terjun dipengaruhi oleh besaran - besaran :

H1 = Tinggi energi di muka ambang ( m )

D H = Perubahan tinggi energi pada bangunan ( m )
Fr = Bilangan Froude
g = Percepatan grafitasi ( m/dtk2)

Bangunan terjun pada Bangunan Bendung ( BTSP )

Diketahui : Q = 0.00 m /detik 3

h = #DIV/0! m
V = #DIV/0! m/dtk
D H = 0.15 m
Elevasi muka air hulu pintu = 36.40 m
Elevasi muka air hilir pintu = 36.25 m

V2 #DIV/0!
H1 = h + = ### + = #DIV/0! m
2.g 19.62

Karena D H > 1.5 m, maka digunakan bangunan terjun type tegak ( KP 04 Hal. 186 )
D H 0.15
= = #DIV/0! m
H1 ###

Berdasar tabel A.26 Hal. 214 - 216 KP 04 diperoleh :

Hd
= 1.2229 ( pendekatan )
H1
Hd = 1.2229 . #DIV/0! = #DIV/0! m
D Z = D H + Hd - H1
= 0.15 + #DIV/0! - #DIV/0! = #DIV/0! m
Vu2
1.1006 ( pendekatan )
2g . H1 =
Vu = #DIV/0! m/dtk
Yu
= 0.3669 ( pendekatan )
H1
Yu = #DIV/0! m
Yd
Yu = 3.00 ( pendekatan )
Yd = #DIV/0! m
Hu
= 1.4675 ( pendekatan )
H1
Hu = #DIV/0! m
Vu #DIV/0!
Fru = = = #DIV/0!
( g x Yu )0.5 ( 9.81 . #DIV/0! )0.5

Lp
= 2.75 Berdasarkan grafik (gambar 5.15) Hal.88 KP 04
DZ
Lp = #DIV/0! m

L = 2 . Yu ( ( 1 + 8 . Fru 2)0.5 - 1 )
= 2 . #DIV/0! (( 1 + 8 . #DIV/0! 2)0.5 - 1 )
= #DIV/0! m
V.1 PERENCANAAN BANGUNAN PENGATUR TINGGI MUKA AIR
(PINTU SORONG)
Perencanaan Hidrolis
*) KP 04 Halaman 34
Q= K μ a b √ 2 gh1
Di mana :
Q = Debit ( m3/detik )
K = Faktor aliran tenggelam ( KP 04Gambar 33 Hal. 36 )
m = Koefisien debit ( KP 04Gambar 34 Hal. 37 )
a = bukaan pintu ( m )
b = Lebar pintu ( m )
g = Percepatan gravitasi ( m/detik2)
h1 = Kedalaman air di depan pintu di atas ambang ( m )
h2 = Tinggi muka air untuk aliran tenggelam di hilir pintu

Pintu sorong diletakkan pada saluran sekunder

SS TANGGA 1
Diketahui : Q = 0.00 m3/detik
h1 = #DIV/0! m
m = 0.57
a = 0.25 m ( diambil berdasar asumsi )
b = 0.50 m ( diambil lebar standar/mendekati lebar sal. Hulu )

Q= K μ a b √ 2 gh1

0 = K . 0.57 . 0.25 . 0.5 ( 2 . 9.81. #DIV/0! )0.5

K = #DIV/0!

h2
K = = #DIV/0!
a

h2 = #DIV/0! m

Sketsa Pintu Sorong Dengan Dasar Horizontal

h1 = ### m

h2 = ### m

a
TABEL PERENCANAAN BANGUNAN PENGATUR DEBIT DENGAN PINTU ROMIJN

Perencanaan bangunan pengatur debit dengan pintu untuk bangunan lainnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

A' Kontrol Dh
Bangunan Q Ao V h b H1 max bc = L h1 tabel H1 P A' cd cd Cv h1'
Ao h1' < h1 tabel (m)

ST TANGGA 1 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.21 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

ST TANGGA 2 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.18 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

ST TANGGA 3 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.26 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

ST TANGGA 4 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.21 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

ST TANGGA 5 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.27 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

ST TANGGA 6 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.27 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

ST IRING 1 0.000 ### ### ### ### 0.50 0.50 0.34 ### ### ### ### #DIV/0! 1.03 ### #DIV/0! ###

ST IRING 2 0.000 ### ### ### ### 0.33 0.50 0.28 ### ### ### ### #DIV/0! 1.04 ### #DIV/0! ###

TABEL PERENCANAAN BANGUNAN PENGATUR DENGAN PINTU SORONG

Bangunan Q h1 µ a b k h2

SS TANGGA 1 0.00 ### 0.57 0.25 0.50 #DIV/0! ###

SS SALEKO 1 0.00 0.700 0.56 0.25 0.50 0.00 0

Digunakan alat ukur ambang lebar sebagai pengukur debit yang diletakan pada dasar pintu soron
 IRIGASI / BANGUNAN AIR

Sketsa Pintu Romijn

###

w = ### m

### m
0.825 m

h1 = ### H1 = ### 0.33

0.4 m

h = ### m

P = ### m

a = ### m
 37.5 HULU SPD 37.297 HULU SSI 1
SPD BD SSI 1

SST 1 #REF! HILIR SSI 1

BD1 37.26 HULU SST 1
36.25 HILIR SPD BD5
36.89 HILIR SST 1
36.76 S.TERSIER 36.794 S.TERSIER 36.765 S.TERSIER
36.785 S.TERSIER
36.724 HULU SSI 2
36.657 HULU SST 2

SST 2 SSI 2
35.145 HILIR SST 2 35.752 HILIR SSI 2
BD2 BD6
35.427 S.TERSIER 35.695 HULU SSI3
35.096 S.TERSIER 34.879 S.TERSIER
SSI 3 35.5 HILIR SSI 3
35.1 HULU SST 3
SST 3 32.694 HILIR SST 3 BD7

32.5 S.TERSIER
32.465 HULU SST 4
30.623 S.TERSIER
BD3
35.337 S.TERSIER
32.378 S.TERSIER
Keterangan :
SST 4
30.864 HILIR SST 4 : Saluran Primer
: Saluran sekunder
BD4
: Sungai
30.475 S.TERSIER
: Bangunan Bagi

: Bangunan Bagi Sadap

: Bangunan sadap

: Bendungan

: Gorong-Gorong
: Gorong-Gorong
 III. DATA DASAR

3.1 DATA DASAR

3.1.1 DATA SALURAN

ELEVASI PANJANG SALURAN

NAMA SALURAN
AWAL AKHIR (M)
Saluran Primer Dolo 36.40 36.25 925
Saluran Sekunder Tangga 1 36.25 35.1 575
Saluran Sekunder Tangga 2 35.10 32 675
Saluran Sekunder Iring 1 36.25 35.62 2325

NAMA BANGUNAN ELEVASI

Bangunan Bagi Sadap Dolo 1 36.25
Bangunan Bagi Sadap Dolo 2 35.1
Bangunan Sadap Dolo 1 32
Bangunan Sadap Dolo 2 35.62
ATA DASAR

KEMIRINGAN
0.000162162162162
0.002000
0.004593
0.000271
IV. PERENCANAAN ELEVASI MUKA AIR

Referensi rumus : Buku petunjuk perencanaan irigasi, halaman 112 -116.

Elevasi Muka Air Saluran Tersier

P=A + a+ b + n . c + d + m . e
Dimana :
P = Elevasi muka air pada saluran tersier
A = Elevasi sawah tertinggi pada petak tersier
a = Kedalaman air di sawah = 0.1 m
b = Kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah = 0.05 m
c = Kehilangan tinggi energi pada box kuarter = 0.05 m/box
n = Jumlah box bagi kuarter pada petak teriser
d = Kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan kuarter = I x L
I = Kemiringan saluran
L = Jarak antar box bagi
e = Kehilangan tinggi energi pada box tersier = 0.05 m
m = Jumlah box tersier pada saluran yang direncakan

Elevasi Muka Air di Hilir dan di Hulu Bangunan Bagi dan atau Sadap

P'= P̄ + f + g + d + ΔH
Dimana :
P' = Elevasi muka air di hulu bangunan
P = Elevasi muka air di hilir bangunan / elevasi muka air tertinggi pada saluran tersier
atau saluran sekunder
f = Kehilangan tinggi energi pada gorong - gorong = 0.05 m
g = Kehilangan tinggi energi pada pintu romijn = 0.11 m
DH = Variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier = 0.18 h
h = Tinggi air pada saluran
d = I x L
h
TABEL ELEVASI MUKA AIR SALURAN TERSIER

A a b c d e P
SALURAN n I L m
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
ST TANGGA 1 36.100 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 250 #DIV/0! 3 0.05 #DIV/0!
ST TANGGA 2 36.220 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 250 #DIV/0! 3 0.05 #DIV/0!
ST TANGGA 3 34.800 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 400 #DIV/0! 4 0.05 #DIV/0!
ST TANGGA 4 34.730 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 420 #DIV/0! 2 0.05 #DIV/0!
ST TANGGA 5 31.800 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 435 #DIV/0! 2 0.05 #DIV/0!
ST TANGGA 6 31.880 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 415 #DIV/0! 1 0.05 #DIV/0!
ST IRING 1 35.270 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 500 #DIV/0! 8 0.05 #DIV/0!
ST IRING 2 35.620 0.1 0.05 1 0.05 #DIV/0! 400 #DIV/0! 5 0.05 #DIV/0!

TABEL ELEVASI MUKA AIR SALURAN SEKUNDER DAN PRIMER

f g d DH = 0.18 h P'
SALURAN Daerah Bangunan P I L h
(m) (m) (m) (m) (m)
Hilir Bendungan #DIV/0! 0.05 0.11 #DIV/0! 800 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
SP BONGA
Hulu BD #DIV/0! 0.05 0.11 #DIV/0! 800 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Hilir BD1 #DIV/0! 0.05 0.11 #DIV/0! 785 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
SS TANGGA 1
Hulu BD2 #DIV/0! 0.05 0.11 #DIV/0! 785 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Hilir BD1 #DIV/0! 0.05 0.11 #DIV/0! 260 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
SS SALEKO 1
Hulu BD #DIV/0! 0.05 0.11 #DIV/0! 260 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
TABEL PERENCANAAN BANGUNAN TERJUN

Perencanaan bangunan terjun untuk bangunan lainnya dapat dilihat pada tabel di B

Elevasi (m) Q h V DH H1 DH Hd Hd DZ Vu2 Vu Yu Yu Yd Yd Hu Hu Lp Lp L

Bangunan Fru
Hulu Hilir ( m /det )
3
(m) ( m/det ) ( m ) (m) H1 H1 (m) (m) 2g . H1 (m/det) H1 (m) Yu (m) H1 (m) DZ (m) (m)

BTSP 36.40 36.25 0.00 #DIV/0! #DIV/0! 0.150 #DIV/0! ### 1.2229 #DIV/0! ### 1.1006 #DIV/0! 0.3669 #DIV/0! 3.00 #DIV/0! 1.4675 ### #DIV/0! 2.75 #DIV/0! #DIV/0!

BTSST1 36.25 35.10 0.00 #DIV/0! #DIV/0! 1.150 #DIV/0! ### 1.3133 #DIV/0! ### 1.4551 #DIV/0! 0.3191 #DIV/0! 3.80 #DIV/0! 1.7742 ### #DIV/0! 4.25 #DIV/0! #DIV/0!

BTSST2 35.10 32.00 0.19 #DIV/0! 0.420 3.100 #DIV/0! ### 1.6720 #DIV/0! ### 3.6343 #DIV/0! 0.2019 #DIV/0! 8.00 #DIV/0! 3.8361 ### #DIV/0! 1.13 #DIV/0! #DIV/0!

BTSSI1 36.25 35.62 0.00 #DIV/0! #DIV/0! 0.630 #DIV/0! ### 1.3752 #DIV/0! ### 1.7355 #DIV/0! 0.2922 #DIV/0! 4.40 #DIV/0! 2.0276 ### #DIV/0! 2.00 #DIV/0! #DIV/0!

Bangunan terjun diatas merupakan bangunan terjun type tegak

Sketsa dimensi Bangunan terjun tipe miring

bagian pengontrol

H1
Yc

DH
Q
Ambang ujung
>2 Hu
DZ 1
Lo
nc
at
Sudut runcing ai Y2
r H2
Bidang persamaan Yu n

Panjang kemiringan Lu
Potongan U
bulat , r _ 0,5 H1

Alternatif peralihan

DZ 1
Panjang kemiringan
diperpendek
VI. PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP

VI.1 PERENCANAAN GORONG - GORONG

Bangunan pelengkap yang digunakan adalah Gorong-gorong pada saluran SP BONGA
Diketahui :
Q = 0.00 m 3 / dt
V 1 = Kecepatan aliran di hulu saluran
0.45 m / dt
V 2 = Kecepatan aliran dalam gorong-gorong
1.50 m / dt
V 3 = Kecepatan aliran di hilir saluran
0.45 m / dt

Direncanakan menggunakan Gorong-gorong segiempat dibuat dari pasangan batu dan permukaan
dianggap kasar

Q 0
A = = = 0.00 m 2
V 2 1.50

Direncanakan : h = 1,5b
A = b . h
0 = b . 1.50 b
b = 0.00 m
h = 1,5b = 0.00 m

Keliling Basah
P = b + 2h = 0 + 2. 0.00 = 0 m

Jari-Jari Hidrolis
A 0
R = = = ### m
P 0

Digunakan dinding hulu dengan peralihan yang berbentuk segitiga

Bentuk ini memiliki :
x masuk = 0.3
x keluar = 0.60 ( KP 04 halaman 61 )

Kehilangan Energi Akibat Pemasukan

( V 2 - V 1 ) 2 )
 hc = x masuk .
2 . g
( 2.25 - 0.20 )
 hc = 0.30
2 . 9.81
 hc = 0.0313 m

Kehilangan Energi Akibat Gesekan

Cf . v22 1 1/6 1 1/6
hf = Cf = R = ### = #DIV/0!
2.g 70 70

### x 1.5 2
= = #DIV/0! m
2 x 9.81

Kehilangan Energi Akibat Pengeluaran

( V 2 - V 1 ) 2 )
 ho = x keluar .
2 . g
( 2.25 - 0.20 )
 ho = 0.60
2 . 9.81
 ho = 0.063 m

Kehilangan Energi Total

S  h = 0.0313 + #DIV/0! + 0.0626
S  h = #DIV/0! m

Penutup beton bertulang

###

Pasangan batu
 Pasangan batu

m
0.00 m

30 – 40 cm

20 – 40 cm
¯ PERENCANAAN BANGUNAN TALANG

Referensi : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, Dep. PU,1986, Halaman 210 - 212 .

Bangunan direncanakan untuk Saluran Sekunder Alu 3 ( SSA3 ) yang

melintas sungai

Data - data yang diketahui :

Untuk saluran Sekunder Alu 3:
h1 = b1 = #DIV/0! m
Qd = #REF! m3/detik
w = #DIV/0! m
EL1 = 33.00 m
EL3 = 34.85 m
EL4 = #DIV/0! m
V = 0.60 m/detik
Untuk sungai :
B = 5.00 m ( Lebar Sungai )
m = 1.00
h = 2.25 m
EL6 = 30.00 m
EL7 = 32.25 m

Panjang Flum ( L )
L = B + 2m ( EL4 - EL6 )
= 5.0 + 2 1.0 ( #DIV/0! - 30.00 )
= #DIV/0! m
diambil = #DIV/0! m

Dimensi Flum Beton

Lebar minimum Flum ( B3 ) adalah 0.40 m dari kedalaman air di saluran

( h1 = #DIV/0! m )
A = B3 x h1
= 0.40 . #DIV/0! = #DIV/0! m2

Q #REF!
V = =
A #DIV/0!
= #REF! m/detik

A #DIV/0!
R = =
B3 + 2 h 0.40 + 2 . #DIV/0!
= #DIV/0! m/detik

Dengan rumus Strickler, kemiringan flum ( I ) diperoleh :

V = k . R 2/3
. I 1/2

#REF! 0.5
I =
70 . #DIV/0! 2/3

= #DIV/0!
Kehilangan Tinggi Energi
Untuk Bagian Masuk :
2
ξ masuk ( Va − V 1 )
ΔH masuk =
2 g
Dimana :
x masuk = Koefisien pemasukan = 0.5 m
Va = Kecepatan aliran flum ( m/dtk)
V1 = Kecepatan Aliran di saluran ( m/dtk )
g = Gravitasi bumi
Sehingga :
0.5 .( #REF! - 0.60 ) 2
DH masuk =
2 x 9.81

= #REF! m

Untuk Bagian Keluar :

2
ξ keluar ( V 1 − Va )
ΔH keluar =
2 g

x keluar = Koefisien keluar = 1.0 m

Sehingga :
1.0 .( 0.60 - #REF! ) 2

DH keluar =
2 x 9.81

= #REF! m

Kehilangan Energi Akibat Gesekan

ΔH f =LT x I

DHf = #DIV/0! x #DIV/0!

= #DIV/0! m

Total Kehilangan Tinggi Energi ( DH )

DH = DH masuk + DH keluar + DH f

= #REF! #REF! #DIV/0!

= #REF! m
diambill = #REF! m

Pondasi
t2 = 0.5 x ( EL4 - EL6 )
= 0.5 . ( #DIV/0! - 30.00 )
= #DIV/0! m
Tabel Perhitungan Dimensi Gorong-gorong

Kecepatan Aliran Dimensi Koefisien Kehilangan Energi

Q1 P R S
No Gorong-Gorong V1 V2 V3 A b h Manning hc hf ho SH
m3/det m/dt m/dt m/dt m2 m m (n) m m % m m m m
1 SP BONGA 0.00 0.45 1.5 0.45 0.00 0.00 0.00 0.012 0.00 ### ### 0.031 #DIV/0! 0.063 #DIV/0!
2 SS TANGGA 1 0.00 0.45 1.5 0.45 0.00 0.00 0.00 0.012 0.00 ### ### 0.031 #DIV/0! 0.063 #DIV/0!
3 SS SALEKO 1 0.00 0.45 1.5 0.45 0.00 0.00 0.00 0.012 0.00 ### ### 0.031 #DIV/0! 0.063 #DIV/0!
Sketsa Talang

EL4

### m
Arah aliran EL3

1.85 m
I = #DIV/0! EL1

0.75 m
EL7

EL6

5.00 m

t2 ### m #DIV/0! m t2 ### m

#DIV/0! m