Tujuan Umum:
Mampu memahami definisi dan sejarah Open Source, Free Software, dan
Proprietary Software.
Tujuan Khusus:
a. Dapat menjelaskan arti Open Source Software, Free Software, FOSS,
dan Proprietary Software.
b. Dapat menjelaskan secara ringkas sejarah Open Source, mulai dari era
sebelum 1984, 1984 – 1991, 1991 – 1998, 1998 – sekarang.
Kode biner dapat dihasilkan oleh suatu program, misal compiler, yang
mengompilasi source code menjadi binary. Program yang hanya tersedia dalam
bentuk binary disebut juga Closed Source.
FOSS juga dapat diartikan sebagai jenis lisensi atau pernyataan hak cipta
pengembang atau pemilik hak cipta suatu program yang memberikan hak (izin)
menggunakan, mengubah, dan menyebarluaskan program tersebut kepada
orang lain, tanpa mewajibkan orang lain itu membayar izin atau royalti.
Banyak jenis lisensi FOSS, salah satunya yang paling terkenal saat ini adalah GNU
GPL (General Public License) yang antara lain menyatakan bahwa pembuat
program berlisensi GPL memberikan hak kepada siapa pun untuk menggunakan
dan mengubah program tersebut dengan syarat tidak mengubah lisensinya.
Turunan software GPL akan tetap GPL. Hak cipta umumnya disebut copyright,
sedangkan hak cipta GPL ini diberi sebutan juga copyleft. Jenisjenis lisensi
software dan penjelasannya akan dibahas pada bab tersendiri.
Gambar 1.3 Linus Torvalds (kiri) dan Richard Stallman (kanan) (Wikipedia)
Ada beberapa projek FOSS yang sedang berjalan dalam waktu bersamaan, antara
lain server DNS BIND, bahasa pemrograman Perl, dan sistem operasi BSD. Sebagian
besar projek itu kemudian bergabung atau saling menguatkan.
Sistem operasi GNU/Linux terus tumbuh secara cepat dengan makin lengkap fitur
dan kemampuannya. Pada 1997, Linux meledak menjadi berita media, sesuai dengan
perkiraan IDC (International Data Corporartion) bahwa Linux telah menguasai 25%
sistem operasi server dan memiliki pertumbuhan 25% per tahun.
Pada 1998, sebagai tanggapan terhadap Netscape yang merilis kode sumber
program Netscape Navigator sebagai FOSS, sekelompok pengembang FOSS bergerak
bersama dan label "Open Source" digulirkan. Gerakan ini lalu membentuk OSI (Open
Source Initiative) dan OSD (Open Source Definition). Tujuan utama gerakan ini untuk
mengajak dunia bisnis memberi penekanan kepada proses pengembangan FOSS, dan
mengalihkan perhatian dari gerakan perangkat lunak bebas (Free Software) yang
kontroversial saat itu.
Pada 1999, perusahaan distributor GNU/Linux Red Hat berhasil go public atau IPO
(Initial Public Offering) dengan meraup dana dari pasar saham senilai US$ 4,8 milyar
atau Rp 48 trilyun jika 1US$ = Rp 10.000,-. Sebagai anak baru dari FOSS, kesuksesan
GNU/Linux menunjukkan bahwa era FOSS telah benar-benar tiba.
Gambar 1.4 Grafik Pengguna Facebook 2012 (http://www.trenologi.com)
Era 2010-an ini terjadi ledakan besar penggunaan inti sistem operasi atau kernel
Linux di perangkat bergerak (mobile devices) seperti smartphone dan komputer
tablet, sejak Google memimpin pengembangan Android secara open source (2008).
Pada 2013, jumlah perangkat komputer dengan sistem operasi Linux-Android
diprediksi telah melewati angka satu milyar.
Menurut Linux Foundation pada awal Oktober 2013, setiap hari ada 1,3 juta
perangkat Android baru. Sejarah singkat itu memberikan bukti bahwa produk FOSS
dapat dijadikan bisnis, bukan software gratis (Freeware/Shareware), meskipun tidak
ada biaya izin atau royalti, karena orang dapat mendapatkan uang dari
mengembangkan software, memodifikasi software atau menjual suatu software
dipadukan dengan software lain, menyediakan jasa dukungan teknis, menyediakan
jasa pelatihan, menjual software dalam bentuk kemasan CD dan dokumentasinya,
menjual software disatukan dengan perangkat keras, dan sebagainya.
Pasal 1 ayat 14: Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan
tertentu.
Dalam penjelasan UU No. 19 Tahun 2002: Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi
(economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral
adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan
atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah
dialihkan.
Hak cipta software dimiliki oleh pengembang software secara perorangan atau
kelompok, berlaku untuk software Open Source (tersedia kode sumber program)
maupun tidak Open Source. Hak cipta suatu software melekat pada tiap
pengembang software tersebut, namun secara ekonomi dapat ditentukan hanya
dimiliki pihak tertentu (misal pihak yang membiayai atau membeli hak cipta secara
ekonomi). Pemilik hak cipta suatu software (misal programmer) dapat mengalihkan
hak ciptanya secara ekonomi kepada pihak lain (misal perusahaan tempat
programmer bekerja atau pihak lain yang membeli hak cipta software tersebut untuk
disebarluaskan secara gratis atau berbayar).
Jika suatu lisensi software isinya melarang penggunaan dan penyebarluasan tanpa
izin, serta melarang pihak lain melihat kode sumber-nya (source code) untuk
dipelajari/dikembangkan, maka software itu dipastikan tidak Open Source.
Sebaliknya jika suatu lisensi software isinya mengizinkan pihak lain menggunakan
dan menyebarluaskan, serta melihat kode sumber-nya untuk
dipelajari/dikembangkan, maka software itu disebut Open Source. Ada banyak jenis
lisensi software Open Source, karena ada perbedaan dalam memberikan batasan-
batasan.
Katagori software Public Domain berlaku untuk produk software yang sudah tidak
terikat oleh pemilik hak cipta sehingga dapat digunakan dan dimodifikasi serta
disebarkan tanpa batasan. Kode sumber tidak selalu tersedia, dan tidak ada biaya
lisensi.
Free/Open Source Software (FOSS) berbeda dengan Public Domain karena pemilik
hak cipta tetap memberikan batasan, misalnya pencantuman namanya, tidak
mengubah lisensi, dsb. Kode sumber selalu tersedia (di internet atau di tempat yang
ditunjukkan pemilik hak cipta), dan tidak ada biaya lisensi. Hanya produk berlisensi
FOSS yang memberi perlindungan hukum secara penuh terhadapat kemerdekaan
menggunakan dan mengembangkan software.
Freeware adalah software gratis, dalam pengertian tidak ada biaya lisensi, namun
tidak menyediakan kode sumber, dan tidak membebaskan penggunaan untuk apa
saja (misal hanya untuk non komersial). Freeware berbeda dengan Public Domain
karena masih ada batasan dari pemilik hak cipta. Freeware berbeda dengan
Free/Open Source karena tidak tersedia kode sumber dan tidak bebas dimodifikasi.
Gambar SynthEdit aplikasi berlisensi shareware (Wikipedia)
Shareware seperti software gratis Freeware, tapi hanya untuk periode tertentu,
misal gratis (tidak ada biaya lisensi) digunakan selama satu bulan. Setelah periode
gratis habis, pengguna harus membayar lisensi atau mengunduh kembali versi
lengkap atau lanjutannya. Apogee itu pembuat game video yang hanya memberikan
gratis (tidak ada biaya lisensi) untuk sebagian produknya, tapi meminta bayaran
lisensi untuk sebagian produk yang lain.
Proprietary software adalah umumnya produk yang pemilik hak ciptanya membatasi
penggunaan, pemodifikasian, dan penyebarluasan karya software-nya, dengan cara
menarik biaya lisensi. Kode sumber proprietary software tidak disediakan oleh
pemilik hak cipta. Beberapa produk Proprietary software juga menyediakan versi
gratis dalam waktu terbatas atau Shareware, biasanya untuk promosi atau demo
sehingga disebut juga versi demo.
Tabel Perbandingan Lisensi FOSS dari sisi hasil modifikasi (Program Turunan)
Semua lisensi yang dibahas di tabel di atas per definisi mengandung kesamaan fitur:
Kode Sumber dari program asal harus terbuka.
Diizinkan membuat kopi dari program asal.
Penyebarluasan dari program asal dimungkinkan dan pemberitahuan hak cipta
harus disertakan pada semua kopi.
Lisensi bersifat umum, global, bebas royalti, untuk tujuan apa pun.
Tidak ada garansi. Garansi dapat diberikan oleh pihak lain, biasanya secara
berbayar dalam bentuk dukungan teknis (technical support).
Meskipun semua hak harus diberikan kepada pemakai, lisensi-lisensi FOSS ini
berbeda satu sama lain dalam level pelaksanaan. Contoh, meskipun ketersediaan
kode sumber merupakan prasyarat bagi semua lisensi FOSS, program turunan
berbeda-beda antara satu lisensi dengan lisensi lainnya dalam hal menyediakan kode
sumber.
Misalnya pada saat mendistribusikan program modifkasi dari sebuah program
dengan lisensi model BSD, kita tidak diwajibkan menyertakan kode sumber.
Meskipun yang menyebarkan kembali atau program turunannya diwajibkan untuk
menyertakan kode sumber, cara penyertaan dan pembayaran penyebaran berlainan
antar lisensi. GPL dan LGPL misalnya mengatur sangat detail tentang harga yang bisa
dikenakan pada proses penyebaran. Ini karena GPL dan LGPL menginginkan proses
distribusi masih sejalan dengan semangat perangkat lunak bebas. Anda dapat
menghargai distribusi Anda
berapapun sepanjang di dalamnya sudah mengandung kode sumber. Tetapi bila
mana Anda tidak memaket kode sumber dengan paket distribusi, maka bila ada yang
meminta kode sumber harganya tidak boleh lebih mahal dari ongkos kirim.
Tentang produk turunan terdapat perbedaan antar lisensi lebih besar lagi. Meskipun
kode sumber merupakan prasyarat produk pertama, tidak demikian untuk produk
turunan.
Meskipun produk turunan harus membuka kode sumber tapi bisa jadi tidak memakai
lisensi yang sama, hingga produk turunannya lagi bisa jadi tidak menyertakan kode
sumber. Misal GPL mensyaratkan produk turunannya harus memakai lisensi GPL
juga, tapi lisensi BSD tidak begitu, produk turunan BSD bisa memakai lisensi lain atau
bahkan tidak menyertakan kode sumber.
GNU General Public License (GNU GPL atau GPL) adalah lisensi klasik perangkat lunak
bebas. GPL juga merupakan yang paling terkenal dan banyak digunakan di antara
lisensi FOSS lainnya. GPL adalah temuan yang dihadirkan untuk memenuhi konsep
kebebasan FSF. Dia adalah lisensi sekaligus dokumen yang memanisfetasikan ide
dasar dari perangkat lunak bebas.
D.4.1 Copyleft
Cara yang dipakai GPL untuk menjamin kebebasan ini biasa dikenal sebagai
“copyleft”. Ketika perusahaan proprietary biasanya memakai “Copyright, All Rights
Reserved” maka FSF juga memakainya sebagai “Copyleft, All Rights Reserved”.
Copyleft mencegah perangkat lunak bebas diubah menjadi perangkat lunak
proprietary. Ia menggunakan hukum hak cipta tapi dengan isi berubah 180 derajat
dari yang biasanya. Tidak seperti biasanya copyright digunakan untuk memprivatisasi
software, copyleft dapat dipakai untuk menjaga agar perangkat lunak tetap bebas
menjadi milik masyarakat.
Tidak seperti public domain, setiap orang tetap dapat menggunakan karya GPL atau
copyleft dengan tetap menjaga karya itu sebagai karya yang di-copyright-kan. Pada
dasarnya pemegang copyleft tetap terikat secara hukum. Bilamana karya GPL dipakai
dan dilanggar maka yang melanggar lisensi GPL dapat dituntut secara hukum.
Anda sebagai pembuat karya cipta yang ingin software Anda bebas, tidak cukup
hanya menyatakan Anda sebagai pemegang hak cipta dan merilis software anda
sebagai public domain, karena akan memungkinkan karya Anda itu diprivatiasi orang
lain. Anda harus menyatakan dalam bentuk lisensi yang mengatur bagaimana orang
menggunakan karya Anda.
Dengan melisensikan karya anda sebagai GPL, Anda mengizinkan pengguna memiliki
hak yang diizinkan oleh gerakan free software, dan meminta pengguna menyetujui
perjanjian untuk menjaga software dan karya turunannya tetap bebas sesuai dengan
keinginan Anda.
a. Kebebasan Pengguna
Ketika Anda memilih program berlisensi GPL, selain memiliki akses ke kode sumber,
Anda juga bebas bebas untuk:
Menggunakan atau menjalankan program.
Memperbanyak atau menggandakan program.
Menyebarluaskan program, bahkan untuk tujuan komersial sekalipun, tapi
pemberian hak cipta dan pernyataan jaminan harus disertakan. Penyebaran
dalam bentuk kode objek diperbolehkan selama kode sumber tersedia untuk
semua penerima atau pengguna.
Program turunan harus sama berlisensi GPL demikian juga bila memakai sumber
pihak ketiga maka keseluruhan pada produk turunannya juga harus di bawah
lisensi GPL.
b. Tanpa Jaminan
Meskipun produk turunan bisa dikomersialisasikan, lisensinya sendiri tidak boleh
dihargai/dijual. Karena lisensi tidak dijual maka tidak ada garansi pemberi lisensi
terhadap pengguna perangkat lunak GPL. Distributor atau perusahaan jasa Open
Source boleh menjual layanan untuk memberi garansi atau menyediakan dukungan
teknis.
D.5. GNU Lesser General Public License (GNU LGPL atau LGPL)
Selain GPL, proyek GNU menawarkan jenis lain dari copyleft untuk pustaka program
(libraries), LGPL. Pustaka program yang berlisensi LGPL diizinkan berhubungan (link)
dengan program berlisensi proprietary atau selain GPL/LGPL. Kode sumber program
prorietary dihubungkan (link) dengan kode sumber pustaka (library) pada saat
kompilasi bersama sebagai static-library, atau sebagai dinamic-library. Binary
program hasil kompilasi itu menjadi proprietary, meskipun menggunakan library
Open Source, dengan syarat kode sumber pustaka program tetap disertakan.
E. Source code
Source code adalah kode sumber dari sebuah software (perangkat lunak), baik itu
berupa kode-kode bahasa pemrograman maupun dokumentasi dari software
tersebut.
Gagasan source code dimulai dengan adanya pemikiran dari para programmer untuk
mempublikasikan kode-kode sumber dari program yang dibuat. Tetapi pada
prakteknya open source itu bukan hanya berarti memberikan akses pada pihak luar
terhadap source code sebuah software secara cuma-cuma, melainkan lebih dari itu.
Ada banyak hal yang perlu dipenuhi agar sebuah software dapat disebut
didistribusikan secara open source atau dengan kata lain bersifat open source.
Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar suatu program dapat berlisensi open
source :
Pendistribusian ulang secara cuma-Cuma. Contohnya Linux yang dapat diperoleh
secara cuma-cuma Source code dari software tersebut harus disertakan atau
diletakkan di tempat yang dapat diakses dengan biaya yang rasional dengan catatan
tidak ada source code yang menyesatkan.
Software hasil modifikasi atau yang diturunkan dari software berlisensi source code,
harus diijinkan untuk didistribusikan dengan lisensi yang sama seperti software
asalnya
Untuk menjaga integritas source code milik penulis software asal, lisensi software
tersebut dapat melarang pendistribusian source code yang termodifikasi, dengan
syarat, lisensi itu mengijinkan pendistribusian file-file patch (potongan file untuk
memodifikasi sebuah source code) yang bertujuan memodifikasi program tersebut
dengan source code asal tersebut.
Hak-hak yang dicantumkan pada program tersebut harus dapat diterapkan pada
semua yang menerima tanpa perlu dikeluarkannya lisensi tambahan oleh pihak-
pihak tersebut. Lisensi tersebut tidak diperbolehkan bersifat spesifik terhadap suatu
produk.
Hak-hak yang tercantum pada suatu program harus memiliki hak yang sama seperti
yang diberikan pada pendistribusian software asal. Lisensi tersebut tidak
diperbolehkan membatasi software lain. Sebagai contoh, lisensi itu tidak boleh
memaksakan bahwa program lain yang didistribusikan pada media yang sama harus
bersifat open source atau sebuah software compiler yang bersifat open source tidak
boleh melarang produk software yang dihasilkan dengan compiler tersebut untuk
didistribusikan kembali.
Lisensi-lisensi yang telah disertifikasi oleh Open Source Organization ini antara lain
GNU General Public License(GPL) (juga dikenal sebagai Copyleft), GNU Library
General Public License (LGPL), dan Sun Public License.
GNU GPL dan GNU LGPL adalah lisensi yang dibuat oleh The Free Software
Foundation. Lisensi ini pula yang digunakan oleh software Linux pada umumnya.
Kata free dalam lisensi ini merujuk pada hal kebebasan, bukan pada hal uang .
Dengan kata lain, free dalam hal ini berarti bebas‖ bukan gratis, seperti yang tertulis
dalam pembukaan lisensi tersebut di atas.
Beriberi adalah cuplikan dari pembukaan GNU GPL yang dapat dikatakan merupakan
rangkuman dari keseluruhan lisensi tersebut.
―
Ketika kita berbicara tentang perangkat lunak bebas, kita mengacu kepada
kebebasan, bukan harga. Lisensi Publik Umum kami dirancang untuk menjamin
bahwa Anda memiliki kebebasan untuk mendistribusikan salinan dari perangkat
lunak bebas (dan memberi harga untuk jasa tersebut jika Anda mau), mendapatkan
source code atau bisa mendapatkannya jika Anda mau, mengubah suatu perangkat
lunak atau menggunakan bagian dari perangkat lunak tersebut dalam suatu program
baru yang juga bebas, dan mengetahui bahwa Anda dapat melakukan semua hal ini.
‖
F. Kehebatan OpenSource
Ketika suatu program memiliki lisensi open source, maka para programmer dari
penjuru dunia dapat berpartisipasi dalam pembuatan software tersebut. Oleh
karenanya pengembang software asal memperoleh engineer-engineer yang
berkualitas untuk membangun software tersebut secara gratis.
Perkembangan teknis dari versi software dengan open source dan pengguna
software dengan lisensi open source bergantung pada keberhasilan pengembang
awal untuk menarik minat para programmer dan pengguna di seluruh dunia untuk
menggunakan software tersebut dan mengembangkan pasarnya.
Nilai bisnis software dengan open source diciptakan oleh para pengguna software
tersebut lewat perkembangan versi- versinya dan pangsa pasarnya.
Contoh proyek-proyek open source yang sukses saat ini adalah Apache, Tomcat,
Java, Sylpheed, dll. Software-software yang berlisensi open source ini sukses merajai
dunia aplikasi web.
Perusahaan yang menjual program dengan lisensi open source ini tidak menjual
software-software yang dicopyright secara biasa, pendapatan perusahaan tersebut
diperoleh dari penjualan versi yang lebih mudah diinstall dan digunakan (versi ini
juga bisa diperoleh secara gratis), dan menyertakan support terhadap pembeli.
Sebagi contoh vendor Linux seperti RedHat, Caldera, SuSe atau Corel. Karena
menggunakan source code yang gratis, vendor-vendor ini tidak memerlukan biaya
besar untuk pembuatan software. Mereka hanya mencurahkan perhatiannya untuk
menjual jasa support. Mulai dari support terhadap instalasi, manual penggunaan,
hingga paket-paket pelayanan terhadap customer agar pelanggan yang berupa
individu atau pun perusahaan dapat memperoleh support yang sesuai dengan
kebutuhan mereka 24/7 (24 jam 7 hari seminggu).
Bisnis produk proprietary lain yang masih terkait lisensi adalah menyewakan
software (lisensi jangka waktu tertentu) seperti yang terjadi akhir-akhir ini dengan
istilah komputasi awan (Cloud Computing) jenis SaaS (Software as a Services). Jasa
yang tidak terkait langsung dengan lisensi antara lain menjual jasa instalasi, jasa
technical support atau maintenance (kadang disebut biaya garansi), jasa pelatihan,
biaya upgrade, dll.
G.2. Bisnis (di atas) Open Source
Pebisnis Open Source yang murni menjual produk software Open Source tidak
melakukan penjualan lisensi seperti pada bisnis produk Proprietary, karena lisensi-
lisensi produk Open Source membebaskan siapa saja menggunakan dan
memodifikasi tanpa membayar biaya lisensi. Perbedaan bisnis Open Source bagi
pengembang produk Open Source dibandingkan bisnis Proprietary bagi pengembang
produk Proprietary selain bisnis jasa lisensi/penyewaan adalah bisnis jasa modifikasi.
Untuk produk proprietary, jasa modifikasi tidak berlaku karenatidak tersedia kode
sumber, sehingga pengembang menjual hasil modifikasi dalam bentuk lisensi produk
baru (upgrade).
Berikut ini beberapa model bisnis yang murni untuk produk Open Source.
Competency-based services: Jasa berbasis kompetensi di bidang Open Source
tanpa punya produk sendiri. Contoh: jasa system support, integrator, training,
dll.
Distribution, services, and branding: Mengembangkan produk Open Source dan
menjual jasa terkait produk tersebut, termasuk menjual merek. Contoh: RedHat
yang menjual paket distribusi RedHat Enterprise Linux dalam bentuk DVD,
termasuk jasa dukungan teknis, meskipun software di dalamnya Open Source.
Merek RedHat tidak free sehingga tidak dapat dijual oleh pihak lain tanpa izin
RedHat. Catatan: Karena RedHat menjual merek, ada pengembang yang
membuat turunan RedHat, salah satunya distro Linux CentOS (Community
Enterprise Operating System).
Widget frosting: Bisnis ini berupa penjualan produk bukan Open Source, misal
hardware (disebut widget) yang berisi software Open Source (disebut frosting).
Contoh: IBM yang menjual hardware server berisi Linux. Google-Motorola,
Samsung, Huawei, Axioo, IMO, dan vendor Android lainnya yang menjual
hp/tabler berisi sistem operasi Android.
Accessorizing: Menjual aksesoris yang berhubungan dengan Open Source,
misalnya majalah Linux, buku-buku tentang produk Open Source, t-shirt, topi,
dll.
Loss Leader: Mengubah produk yang awalnya tidak FOSS menjadi FOSS agar
tetap memimpin pasar. Contoh: Mozilla Firefox (FOSS) dari Netscape Navigator
(Proprietary).
Free the software, sell the brand: Membebaskan biaya lisensi (FOSS), dan
menjual merek. Contoh: Google dengan sistem operasi Android-nya. Bisnis
Google tidak menjual lisensi Android tapi menjual merek agar semakin banyak
pengakses aplikasi Google sehingga menghasilkan iklan, selain juga menjual
perangkat keras hp Motorola.
Dual licensing/mission: Merilis produk dalam dua lisensi FOSS & Proprietary.
Contoh: MySQL (program database). Oracle sebagai pemilik utama hak cipta
MySQL menyediakan dua jenis lisensi, yaitu GPL dan Proprietary
Menjual software Proprietary untuk dijalankan di sistem operasi FOSS dan ikut
mengembangkan FOSS. Contoh: IBM dan Oracle menjual database proprietary
untuk dipasanga pada Linux, dan vendor cloud computing VMWare untuk Linux,
dll.
Menggabungkan software Proprietary dengan FOSS untuk aplikasi khusus.
Contoh: Cloudera yang menjual solusi Cloudera Enterprise (Proprietary) dengan
ApacheHadoop Open Source.
Bisnis open source bertopang pada asumsi bahwa skill pengguna software mereka
tidak akan pernah mencapai level yang membuat mereka mampu menginstalasi dan
menggunakan software mereka tanpa ada support sama sekali dari pengembang.
Kendati demikian, beberapa perusahaan telah mengantisipasi jika pengguna mampu
mencapai skill tersebut dengan strategi menggabungkan open dan closed
source(konvensional) software dalam satu paket software yang didistribusikannya.
Contohnya adalah Corel, selain mendistribusikan paket Linux yang gratis, Corel juga
mendistribusikan paket yang telah diberi penambahan berupa software-software
yang tidak bersifat open source. Pelanggan-pelanggan diharapkan akan membeli
paket software yang telah ditingkatkan ini dan diharapkan akan datang kembali
untuk memperoleh upgrade dan feature-feature terbaru. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam bisnis model open source adalah, meskipun berdasarkan lisensi
open source, perusahaan tidak memberikan garansi pada softwarenya. Hal ini tidak
berarti perusahaan tersebut terlepas dari ikatan apapun terhadap konsumen,
perusahaan tetap memiliki hubungan pelanggannya lewat support yang diberikan,
sehingga secara hukum perdata tetap terjadi suatu kontrak perjanjian antara
perusahaan dengan konsumen.