Anda di halaman 1dari 23

Pengenalan Teknologi Open Source (2 pertemuan)

Tujuan Umum:
Mampu memahami definisi dan sejarah Open Source, Free Software, dan
Proprietary Software.
Tujuan Khusus:
a. Dapat menjelaskan arti Open Source Software, Free Software, FOSS,
dan Proprietary Software.
b. Dapat menjelaskan secara ringkas sejarah Open Source, mulai dari era
sebelum 1984, 1984 – 1991, 1991 – 1998, 1998 – sekarang.

A. Pengertian Open source


Free/Open Source Software (FOSS) adalah istilah yang dapat memiliki tiga
makna, yakni cara pengembangan software, jenis lisensi software, dan model
bisnis software. Sebelum membahas tiga hal ini dalam beberapa bab kemudian,
kita mulai dengan membahas definisi umum Open Source.
Istilah "Open Source" merupakan penyebutan singkat dari istilah Free/Open
Source Software (FOSS) atau Free/Libre/Open Source Software (FLOSS).
Menurut David Wheeler, secara umum program yang dinamakan free software
(perangkat lunak bebas) atau open source software (perangkat lunak sumber
terbuka) adalah program yang pembuatnya memberi izin kepada pengguna
menjalankan program itu untuk apa saja, mempelajari dan memodifikasi
program itu, dan menyebarluaskan kopi program asli atau program yang sudah
dimodifikasi, tanpa harus membayar royalti kepada pengembang sebelumnya.
(Sumber: http://www.dwheeler.com/oss_fs_why.html).
Program yang dimaksud di sini adalah kode atau perintah yang dibuat manusia
untuk dijalankan pada komputer. Komputer yang dimaksud di sini tidak hanya
berbentuk komputer meja (desktop) atau komputer jinjing (laptop), namun juga
komputer dalam arti luas, mulai dari komputer berbentuk telepon
(smartphone), komputer tablet, televisi, jam tangan, kacamata, kamera, konsol
game, hingga komputer besar (mainframe) dan komputer "raksasa"
(supercomputer).

Gambar 1.1 Lambang Open Source Initiative (Wikipedia)


Dengan kata lain, open source adalah cara suatu program dikembangkan, yaitu
dengan tidak merahasiakan kode sumber (source code) programnya. Source
code adalah kode program yang dapat dimengerti manusia. Kode program yang
hanya dimengerti mesin komputer disebut binary code (kode biner, misal
dilambangkan dengan angka 0 dan 1 atau off dan on).

Kode biner dapat dihasilkan oleh suatu program, misal compiler, yang
mengompilasi source code menjadi binary. Program yang hanya tersedia dalam
bentuk binary disebut juga Closed Source.
FOSS juga dapat diartikan sebagai jenis lisensi atau pernyataan hak cipta
pengembang atau pemilik hak cipta suatu program yang memberikan hak (izin)
menggunakan, mengubah, dan menyebarluaskan program tersebut kepada
orang lain, tanpa mewajibkan orang lain itu membayar izin atau royalti.
Banyak jenis lisensi FOSS, salah satunya yang paling terkenal saat ini adalah GNU
GPL (General Public License) yang antara lain menyatakan bahwa pembuat
program berlisensi GPL memberikan hak kepada siapa pun untuk menggunakan
dan mengubah program tersebut dengan syarat tidak mengubah lisensinya.
Turunan software GPL akan tetap GPL. Hak cipta umumnya disebut copyright,
sedangkan hak cipta GPL ini diberi sebutan juga copyleft. Jenisjenis lisensi
software dan penjelasannya akan dibahas pada bab tersendiri.

Gambar 1.2 Logo GNU (Wikipedia)

Kebalikan dari Free/Open Source Software adalah Proprietary Software / Closed


Source Software, yakni program yang kode sumbernya dirahasiakan oleh
pengembang. Proprietary dapat diterjemahkan sebagai "berpemilik" yang
artinya hak menggunakan, hak memodifikasi, dan hak menyebarluaskan
program proprietary "hanya ada pada" pemilik hak cipta. Orang lain harus
mendapatkan izin dari pemilik hak cipta untuk menggunakan, memodifikasi, dan
menyebarluaskan program proprietary. Disebut "kebalikan" karena pemilik hak
cipta FOSS tidak melarang penggunaan, pemodifikasian, dan penyebarluasan
program ciptaannya atau program hasil modifikasi/turunan. Jika ada program
yang boleh dikopi/digunakan, tapi pemilik hak cipta tidak menyediakan kode
sumber sehingga tidak dapat diubah, atau kode sumber tersedia tapi tidak boleh
diubah, atau dapat diubah tapi tidak boleh disebarluaskan, maka program itu
bukan FOSS.

B. Sejarah open source


Gerakan FOSS dimulai dalam budaya "hacker" yang terjadi pada beberapa
laboratorium ilmu komputer (Stanford, Berkeley, Carnegie Melion, dan MIT) di tahun
1960-an dan 1970-an.
Komunitas pemrogram jumlahnya masih sedikit dan saling terkait secara dekat. Kode
program disebarluaskan di antara anggota komunitas. Jika Anda membuat
perbaikan, Anda diharapkan untuk mengirim kode Anda ke komunitas pengembang.
Sistem operasi yang dikembangkan dengan cara Open Source atau Free Software
telah ada sejak dekade 1970-1980, sebelum dua organisasi Free Software
Foundation dan Open Source Initiative didirikan. Sistem operasi Unix pertama
dikembangkan dari 1979 hingga 1974, menggunakan cara berbagi kode sumber
program, alias cara free software atau open source.
Namun di akhir 1970-an dan awal 1980-an Unix berkembang menjadi sistem operasi
proprietary, yang diikuti sistem operasi lain seperti MS DOS, MS Windows, Novell
Netware, dan Apple Macintosh.
Gerakan FOSS boleh dikatakan dimulai sejak awal mula industri komputer, meskipun
tidak dinyatakan secara formal atau dengan konsep yang jelas. Hanya saja pada akhir
1970-an dan awal 1980-an terjadi konflik antara konsep saling berbagi perangkat
lunak dengan konsep perangkat lunak berpemilik (proprietary). Acuan awal konflik
ini dibuat oleh William H. Gates III (Bill Gates), dalam pernyataannya yang terkenal
"An Open Letter to Hobbyists" (Surat Terbuka kepada para Penghobi). Dalam surat
tertanggal 3 Februari 1976 itu ia mencemooh budaya berbagi perangkat lunak yang
telah umum berlaku sebelum itu, “...Perangkat keras harus dibeli, tetapi perangkat
lunak menjadi sesuatu untuk dibagi. Siapa yang mau peduli jika orang yang bekerja
untuk itu mengambil bayaran? ...”
Pengembang perangkat lunak proprietary ingin mengambil kesempatan pada tahun-
tahun berikutnya. Di laboratorium kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) MIT
pada awal 1980- an, sebuah perusahaan bernama Symbolics didirikan, lalu
mengambil kode-kode yang tersedia secara bebas (bahasa pemrograman LISP) dan
menjadikannya proprietary (tidak tersedia bebas alias berpemilik). Dalam prosesnya,
ini berarti menghapus budaya berbagi perangkat lunak di laboratorium MIT saat itu.
Namun, perusakan ini akhirnya akan menghasilkan kreasi FSF dan budaya FOSS saat
ini.
Richard Stallman, salah satu anggota laboratorium MIT saat itu, terkejut atas
lanjutan persitiwa tersebut. Ini kemudian membentuk pandangannya terhadapat
perangkat lunak proprietary, dan membangkitakan keinginannya untuk membuat
sistem operasi yang free (bebas). Projek GNU (GNU is Not UNIX) berdiri pada Januari
1984. Dalam dekade berikutnya projek GNU menghasilkan berbagai program atau
tool penting merupakan bagian dari sistem operasi. Yayasan perangkat lunak bebas
(FSF) didirikan setahun kemudian untuk mempromosikan perangkat lunak dan projek
GNU. Namun, hingga 1991 projek GNU belum menghasilkan sistem operasi lengkap
karena masih ada kekurangan pada bagian kritis, yaitu kernel.
Kernel merupakan inti atau jantung dari sistem operasi. Linus Torvalds yang saat itu
mahasiswa tahun kedua Universitas Helsinki membuat dan mendistribusikan kernel
seperti UNIX. Sejalan dengan tujuan pengembangan FOSS, kernel yang kemudian
diberi nama Linux itu tersebar secara luas, dikembangkan, dan diaplikasikan menjadi
inti dari sistem operasi GNU/Linux.

Gambar 1.3 Linus Torvalds (kiri) dan Richard Stallman (kanan) (Wikipedia)

Ada beberapa projek FOSS yang sedang berjalan dalam waktu bersamaan, antara
lain server DNS BIND, bahasa pemrograman Perl, dan sistem operasi BSD. Sebagian
besar projek itu kemudian bergabung atau saling menguatkan.
Sistem operasi GNU/Linux terus tumbuh secara cepat dengan makin lengkap fitur
dan kemampuannya. Pada 1997, Linux meledak menjadi berita media, sesuai dengan
perkiraan IDC (International Data Corporartion) bahwa Linux telah menguasai 25%
sistem operasi server dan memiliki pertumbuhan 25% per tahun.
Pada 1998, sebagai tanggapan terhadap Netscape yang merilis kode sumber
program Netscape Navigator sebagai FOSS, sekelompok pengembang FOSS bergerak
bersama dan label "Open Source" digulirkan. Gerakan ini lalu membentuk OSI (Open
Source Initiative) dan OSD (Open Source Definition). Tujuan utama gerakan ini untuk
mengajak dunia bisnis memberi penekanan kepada proses pengembangan FOSS, dan
mengalihkan perhatian dari gerakan perangkat lunak bebas (Free Software) yang
kontroversial saat itu.
Pada 1999, perusahaan distributor GNU/Linux Red Hat berhasil go public atau IPO
(Initial Public Offering) dengan meraup dana dari pasar saham senilai US$ 4,8 milyar
atau Rp 48 trilyun jika 1US$ = Rp 10.000,-. Sebagai anak baru dari FOSS, kesuksesan
GNU/Linux menunjukkan bahwa era FOSS telah benar-benar tiba.
Gambar 1.4 Grafik Pengguna Facebook 2012 (http://www.trenologi.com)

Era 2010-an ini terjadi ledakan besar penggunaan inti sistem operasi atau kernel
Linux di perangkat bergerak (mobile devices) seperti smartphone dan komputer
tablet, sejak Google memimpin pengembangan Android secara open source (2008).
Pada 2013, jumlah perangkat komputer dengan sistem operasi Linux-Android
diprediksi telah melewati angka satu milyar.
Menurut Linux Foundation pada awal Oktober 2013, setiap hari ada 1,3 juta
perangkat Android baru. Sejarah singkat itu memberikan bukti bahwa produk FOSS
dapat dijadikan bisnis, bukan software gratis (Freeware/Shareware), meskipun tidak
ada biaya izin atau royalti, karena orang dapat mendapatkan uang dari
mengembangkan software, memodifikasi software atau menjual suatu software
dipadukan dengan software lain, menyediakan jasa dukungan teknis, menyediakan
jasa pelatihan, menjual software dalam bentuk kemasan CD dan dokumentasinya,
menjual software disatukan dengan perangkat keras, dan sebagainya.

C. Filosofi Free Software dan Open Source


Dua istilah free software dan open source software sering disatukan dalam bentuk
singkatan FOSS (Free/Open Source Software), karena dua organisasi yang
mencetuskan dua istilah itu memiliki misi sama dalam mengembangkan dan
menyebarluaskan program, namun secara filosofi sedikit berbeda.
Ada dua filosofi pokok pada kata FOSS, yaitu filosofi dari FSF (Free Software
Foundation) atau Yayasan perangkat Lunak Bebas, dan filosofi dari OSI (Open Source
Initiative) atau Inisiatif Sumber Terbuka. Kita mulai pembahasan dengan filosofi FSF,
sesuai dengan urutan sejarah dan karena posisi FSF sebagai pionir dalam gerakan
FOSS ini. Tokoh utama gerakan FSF adalah Richard M. Stallman, sedangkan tokoh
gerakan OSI adalah Eric S. Raymond dan Bruce Perens.
Gambar FSF (Free Software Foundation) atau Yayasan perangkat Lunak Bebas (Wikipedia)

A. C.1. Filosofi Free Software Foundation


Menurut FSF, perangkat lunak bebas mengacu pada kebebasan para
penggunanya untuk menjalankan, menggandakan,
menyebarluaskan/menditribusikan, mempelajari, mengubah dan meningkatkan
kinerja perangkat lunak. Tepatnya, mengacu pada empat jenis kebebasan bagi
para pengguna perangkat lunak, lisensi Free Software memberikan:

1. Kebebasan untuk menjalankan programnya untuk tujuan apa saja


(kebebasan 0).
2. Kebebasan untuk mempelajari bagaimana program itu bekerja serta dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna (kebebasan 1). Akses pada kode
program merupakan suatu prasyarat.
3. Kebebasan untuk menyebarluaskan kembali hasil salinan program tersebut
sehingga dapat membantu sesama (kebebasan 2).
4. Kebebasan untuk meningkatkan kinerja program, dan dapat
menyebarkannya ke khalayak umum sehingga banyak orang menikmati
keuntungannya (kebebasan 3). Akses pada kode program merupakan suatu
prasyarat juga.

B. C.2. Filosofi Open Source Initiative


Filosofi OSI agak berbeda. Ide dasar open source sangat sederhana. Jika para
pemrogram dapat mempelajari, mendistribusikan ulang, dan mengubah kode
sumber sebagian perangkat lunak, maka perangkat lunak itu berkembang.
Masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki
kelemahannya. Berikut ini terjemahan bebas dari syarat sebuah program
memiliki lisensi Open Source menurut OSI (opensource.org/osd):

1. Pendistribusian Ulang Secara Bebas (Free Redistribution)


Lisensi tersebut tidak akan menghalangi pihak manapun dalam menjual atau
memberikan software tersebut sebagai sebuah komponen dari suatu distribusi
atau kumpulan software dari beberapa sumber yang berbeda. Lisensi itu juga
tidak memerlukan pembayaran royalti atau biaya lain untuk penjualan software.
Dibolehkan menjual software open source dalam berbagai bentuk, tapi bukan
menjual lisensi (surat izin).
2. Kode Sumber (Source Code)
Program harus dilengkapi kode sumber dan mengizinkan distribusi dalam bentuk
kode sumber maupun bentuk jadi (binary). Jika produk tidak didistribusikan
dengan kode sumber, sebuah sarana publikasi (pemberitahuan) yang baik harus
disediakan untuk memperoleh kode sumber tersebut dengan biaya reproduksi
yang wajar, atau memindahkan dari internet tanpa biaya, misalnya. Kode
sumber tersebut harus dalam bentuk yang membuat programer dapat
memodifikasinya. Kode sumber yang sengaja dibuat untuk memperdaya atau
menipu tidak diizinkan.

3. Karya-karya Turunan (Derived Works)


Lisensi tersebut harus memperbolehkan karya-karya modifikasi atau turunan,
dan mengizinkannya untuk didistribusikan dalam bentuk yang sama seperti
lisensi software asalnya.

4. Integritas Kode Sumber Pencipta (Integrity of the Author's Source Code)


Lisensi dapat mencegah "pendistribusian kode sumber hanya dalam bentuk
modifikasi" jika lisensi mengiznkan pendistribusian dalam bentuk "patch files"
(file tambahan) disertai kode sumber yang bertujuan memodifikasi program
pada masa pembuatan. Lisensi harus secara tersurat mengizinkan
pendistribusian software yang dibuat dari hasil modifikasi. Lisensi dapat
mensyaratkan ada modifikasi atau karya turunan jika program akan
menggunakan nama baru atau versi berbeda dari software asal.

5. Tidak Ada Diskriminasi terhadap Individu atau Kelompok (No Discrimination


Against
Persons or Groups) Lisensi tidak diperbolehkan menciptakan diskriminasi
terhadap pengguna individu/personal atau kelompok.
6. Tidak Ada Diskriminasi terhadap Bidang Pekerjaan (No Discrimination
Against Fields of Endeavor)
Lisensi tersebut tidak boleh membatasi seseorang dari menggunakan program
itu dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Sebagai contoh, tidak ada
pembatasan program tersebut terhadap penggunaan dalam bidang bisnis, atau
terhadap pemanfaatan dalam bidang riset genetik.
7. Pendistribusian Lisensi (Distribution of License)
Hak-hak yang dicantumkan pada program harus dapat diterapkan pada semua
yang menerima pendistribusian program, tanpa perlu dikeluarkan lisensi
tambahan untuk pihak-pihak penerima program.
8. Lisensi Tidak Boleh Bersifat Spesifik terhadap Suatu Produk (License Must
Not Be Specific to a Product)
Hak-hak yang tercantum pada lisensi program tidak boleh tergantung distribusi
software tertentu. Jika program dipisahkan dari distribusi tersebut dan
digunakan atau didistribusikan dalam bentuk lain sesuai lisensi progam itu, maka
semua pihak yang menerima program harus memiliki hak yang sama seperti
ketika didistribusikan dalam bentuk asalnya.
9. Lisensi Tidak Boleh Membatasi Software lain (License Must Not Restrict
Other Software)
Lisensi tidak boleh membatasi software lain. Sebagai contoh, lisensi itu tidak
boleh memaksakan bahwa program lain yang didistribusikan pada media yang
sama harus bersifat open source.
10. Lisensi Harus Teknologi-Netral (License Must Be Technology-Neutral)
Tidak ada ketentuan dalam lisensi yang dapat didasarkan pada teknologi
tertentu (individual) atau tipe antaramuka tertentu saja.
C.3. Persamaan dan Perbedaan Filosofi
Bila dibandingkan definisi Free Software, definisi Open Source yang terdiri dari
10 klausul itu relatif lebih longgar dan detail dibandingkan 4 klausul Free
Software. Klausul tentang akses terhadap kode sumber (1), hak pemakai untuk
memperbanyak dan menyebarkan program aslinya (3), dan tidak diskriminatif
(5, 6, 8, 9, 10), meski tidak dinyatakan secara eksplisit sebenarnya semua klausul
itu juga terkandung dalam definisi Free Software. Klausul 7 dalam Open Source
mencegah agar kode sumber tidak tertutup lagi, merupakan konsep inti dari
Free Software. Pengakuan terhadap pembuat program juga tidak secara eksplisit
disebutkan pada Free Software, sedangkan ini masuk pada klausul 4 definisi
Open Source.
OSI difokuskan pada nilai-nilai teknis dalam pembuatan perangkat lunak yang
berdaya guna dan dapat dihandalkan, dan pendekatan istilah OSI ini dinilai oleh
beberapa pihak lebih sesuai kebutuhan bisnis daripada filosofi FSF. OSI tidak
terlalu fokus pada isu moral seperti yang ditegaskan FSF, dan lebih fokus pada
manfaat praktis metode pengembangan terdistribusi FOSS.
Meskipun filosofi dasar kedua gerakan ini berbeda, FSF dan OSI berbagi area
yang sama dan bekerja sama dalam hal-hal praktis, seperti pengembangan
perangkat lunak, usaha melawan perangkat lunak proprietary, paten perangkat
lunak, dan sejenisnya. Richard Stallman mengatakan bahwa gerakan perangkat
lunak bebas dan gerakan open source merupakan dua "partai politik" dalam
komunitas yang sama.

D. License Software Open Source

Tujuan Umum: Mampu memahami lisensi-lisensi Open Source untuk produk


software.
Tujuan Khusus:
a) Mampu menjelaskan pengertian lisensi Open Source utama atau popular yang
sama menurut FSF dan OSI.
b) Mampu menjelaskan pengertian beberapa lisensi yang berbeda menurut FS dan
OSI

D.1. Pengertian Hak Cipta, Lisensi, dan Kategori Software

D.1.1. Hak Cipta dan Lisensi


UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta:
Pasal 1 ayat 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 2 ayat 1: Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 3 ayat 2: Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun
sebagian
...dst.

Pasal 1 ayat 8: Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan


dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan
dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat
komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil
yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.

Pasal 1 ayat 14: Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan
tertentu.

Gambar. Copyright (Wikipedia)

Dalam penjelasan UU No. 19 Tahun 2002: Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi
(economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral
adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan
atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah
dialihkan.
Hak cipta software dimiliki oleh pengembang software secara perorangan atau
kelompok, berlaku untuk software Open Source (tersedia kode sumber program)
maupun tidak Open Source. Hak cipta suatu software melekat pada tiap
pengembang software tersebut, namun secara ekonomi dapat ditentukan hanya
dimiliki pihak tertentu (misal pihak yang membiayai atau membeli hak cipta secara
ekonomi). Pemilik hak cipta suatu software (misal programmer) dapat mengalihkan
hak ciptanya secara ekonomi kepada pihak lain (misal perusahaan tempat
programmer bekerja atau pihak lain yang membeli hak cipta software tersebut untuk
disebarluaskan secara gratis atau berbayar).
Jika suatu lisensi software isinya melarang penggunaan dan penyebarluasan tanpa
izin, serta melarang pihak lain melihat kode sumber-nya (source code) untuk
dipelajari/dikembangkan, maka software itu dipastikan tidak Open Source.
Sebaliknya jika suatu lisensi software isinya mengizinkan pihak lain menggunakan
dan menyebarluaskan, serta melihat kode sumber-nya untuk
dipelajari/dikembangkan, maka software itu disebut Open Source. Ada banyak jenis
lisensi software Open Source, karena ada perbedaan dalam memberikan batasan-
batasan.

D.1.2 Katagori Software Berdasar Kelompok Lisensi


Moreno Muffatto membuat 5 katageori software yang dikelompokkan sesuai jenis
lisensi software yang ada, yakni Public Domain, FOSS, Freeware, Shareware, dan
Proprietary. Tabel 7.1 ini menggambarkan perbandingan masing-masing katagori dan
contoh produknya.
Tabel 1 Perbandingan Katagori Software Berdasar Kelompok Lisensi

Katagori software Public Domain berlaku untuk produk software yang sudah tidak
terikat oleh pemilik hak cipta sehingga dapat digunakan dan dimodifikasi serta
disebarkan tanpa batasan. Kode sumber tidak selalu tersedia, dan tidak ada biaya
lisensi.
Free/Open Source Software (FOSS) berbeda dengan Public Domain karena pemilik
hak cipta tetap memberikan batasan, misalnya pencantuman namanya, tidak
mengubah lisensi, dsb. Kode sumber selalu tersedia (di internet atau di tempat yang
ditunjukkan pemilik hak cipta), dan tidak ada biaya lisensi. Hanya produk berlisensi
FOSS yang memberi perlindungan hukum secara penuh terhadapat kemerdekaan
menggunakan dan mengembangkan software.
Freeware adalah software gratis, dalam pengertian tidak ada biaya lisensi, namun
tidak menyediakan kode sumber, dan tidak membebaskan penggunaan untuk apa
saja (misal hanya untuk non komersial). Freeware berbeda dengan Public Domain
karena masih ada batasan dari pemilik hak cipta. Freeware berbeda dengan
Free/Open Source karena tidak tersedia kode sumber dan tidak bebas dimodifikasi.
Gambar SynthEdit aplikasi berlisensi shareware (Wikipedia)

Shareware seperti software gratis Freeware, tapi hanya untuk periode tertentu,
misal gratis (tidak ada biaya lisensi) digunakan selama satu bulan. Setelah periode
gratis habis, pengguna harus membayar lisensi atau mengunduh kembali versi
lengkap atau lanjutannya. Apogee itu pembuat game video yang hanya memberikan
gratis (tidak ada biaya lisensi) untuk sebagian produknya, tapi meminta bayaran
lisensi untuk sebagian produk yang lain.
Proprietary software adalah umumnya produk yang pemilik hak ciptanya membatasi
penggunaan, pemodifikasian, dan penyebarluasan karya software-nya, dengan cara
menarik biaya lisensi. Kode sumber proprietary software tidak disediakan oleh
pemilik hak cipta. Beberapa produk Proprietary software juga menyediakan versi
gratis dalam waktu terbatas atau Shareware, biasanya untuk promosi atau demo
sehingga disebut juga versi demo.

D.2 Siapa yang Mengakui Lisensi Free/Open Source Software

Ada dua organisasi terkenal yang mendefinisikan, menerima pendaftaran, mengakui


atau mensertifikasi lisensi software Open Source, yakni Free Software Foundation
(FSF – www.gnu.org/licenses/licenses.html) dan Open Source Initiative (OSI –
www.opensource.org/licenses). FSF dan OSI mengakui dan mensertifikasi lisensi
yang diajukan pihak sebagai lisensi Open Source setelah melalui beberapa tahap.
Tahap-tahap sertifikasi dilakukan sesuai permintaan. Jika suatu lisensi baru saja
diakui sebagai Open Source maka ia akan masuk daftar lisensi Open Source yang
dipelihara oleh FSF atau OSI.
Meskipun berbeda organisasi dan cara mengakui lisensi, baik FSF maupun OSI
sepakat satu sama lain bahwa pada banyak kasus lisensi-lisensi yang diakui mereka
dapat diklasifikasikan sebagai lisensi FOSS (Free/Open Source Software), yang
jumlahnya lebih dari 50 jenis.
Berikut ini contoh 6 lisensi yang tidak diakui salah satu pihak (FSF atau OSI) dan
sebaliknya.
• Apple Public Source License version 1.x (diakui OSI saja)
• Artistic License 1.0 (diakui FSF saja)
• Original BSD License (diakui FSF saja)
• Netscape Public License (diakui FSF saja)
• Reciprocal Public License 1.5 (diakui OSI saja)
• Sybase Open Watcon Public License 1.1 (diakui OSI saja)

D.3 Perbandingan Lisensi FOSS


Jumlah lisensi yang sama-sama diakui FSF dan OSI lebih dari lima puluh jenis, namun
sebagian besar mirip. Untuk mengetahui apa saja perbedaannya, kita lihat Tabel 7.2
dan 7.3 yang memberikan contoh perbandingan enam lisensi FOSS terkenal. (N =
Tidak, Y = Ya). Tabel 8.2 Perbandingan Lisensi FOSS dari sisi produk awal (Program
Asli)
Tabel Perbandingan Lisensi FOSS dari sisi produk awal (Program Asli)

Tabel Perbandingan Lisensi FOSS dari sisi hasil modifikasi (Program Turunan)
Semua lisensi yang dibahas di tabel di atas per definisi mengandung kesamaan fitur:
 Kode Sumber dari program asal harus terbuka.
 Diizinkan membuat kopi dari program asal.
 Penyebarluasan dari program asal dimungkinkan dan pemberitahuan hak cipta
harus disertakan pada semua kopi.
 Lisensi bersifat umum, global, bebas royalti, untuk tujuan apa pun.
 Tidak ada garansi. Garansi dapat diberikan oleh pihak lain, biasanya secara
berbayar dalam bentuk dukungan teknis (technical support).

Meskipun semua hak harus diberikan kepada pemakai, lisensi-lisensi FOSS ini
berbeda satu sama lain dalam level pelaksanaan. Contoh, meskipun ketersediaan
kode sumber merupakan prasyarat bagi semua lisensi FOSS, program turunan
berbeda-beda antara satu lisensi dengan lisensi lainnya dalam hal menyediakan kode
sumber.
Misalnya pada saat mendistribusikan program modifkasi dari sebuah program
dengan lisensi model BSD, kita tidak diwajibkan menyertakan kode sumber.
Meskipun yang menyebarkan kembali atau program turunannya diwajibkan untuk
menyertakan kode sumber, cara penyertaan dan pembayaran penyebaran berlainan
antar lisensi. GPL dan LGPL misalnya mengatur sangat detail tentang harga yang bisa
dikenakan pada proses penyebaran. Ini karena GPL dan LGPL menginginkan proses
distribusi masih sejalan dengan semangat perangkat lunak bebas. Anda dapat
menghargai distribusi Anda
berapapun sepanjang di dalamnya sudah mengandung kode sumber. Tetapi bila
mana Anda tidak memaket kode sumber dengan paket distribusi, maka bila ada yang
meminta kode sumber harganya tidak boleh lebih mahal dari ongkos kirim.
Tentang produk turunan terdapat perbedaan antar lisensi lebih besar lagi. Meskipun
kode sumber merupakan prasyarat produk pertama, tidak demikian untuk produk
turunan.
Meskipun produk turunan harus membuka kode sumber tapi bisa jadi tidak memakai
lisensi yang sama, hingga produk turunannya lagi bisa jadi tidak menyertakan kode
sumber. Misal GPL mensyaratkan produk turunannya harus memakai lisensi GPL
juga, tapi lisensi BSD tidak begitu, produk turunan BSD bisa memakai lisensi lain atau
bahkan tidak menyertakan kode sumber.

Gambar Prosentasi penggunaan lisensi menurut freshmeat.net (http://terokarvinen.com)

Kemungkinan untuk menggabungkan lisensi FOSS dengan program proprietary juga


tidak sama. Ini biasanya terjadi pada proyek yang besar, hampir tidak bisa dihindari
ada interaksi dengan produk proprietary. Misalnya apabila ada sebuah proyek yang
menggunakan program A yang GPL, program B yang BSD, dan C yang proprietary,
ketiganya kita memiliki kode sumber. Begitu digabung dan menjadi program ABC
maka program ABC harus berlisensi GPL karena ada komponen yang berasal dari
program A. Bila mana program ABC ingin dijadikan proprietary maka satu-satunya
cara mencari alternative program A yang berlisensi model BSD karena BSD tidak
mengharuskan program turunannya berlisensi BSD juga. Atau cari alternative
program A yang proprietary juga.
Pada contoh di atas GPL disebut sebagai 'viral efek' dan sangat tidak ramah dengan
program proprietary dalam pengembangannya. Oleh karena itu diterbitkan LGPL
yang lebih ramah dan untuk mendorong pemakaian pustaka bebas secara lebih luas.
Tiga jenis umum lisensi FOSS yaitu GPL, LGPL dan BSD dibahas secara detail berikut
ini:

D.4. GNU General Public License (GNU GPL atau GPL)

GNU General Public License (GNU GPL atau GPL) adalah lisensi klasik perangkat lunak
bebas. GPL juga merupakan yang paling terkenal dan banyak digunakan di antara
lisensi FOSS lainnya. GPL adalah temuan yang dihadirkan untuk memenuhi konsep
kebebasan FSF. Dia adalah lisensi sekaligus dokumen yang memanisfetasikan ide
dasar dari perangkat lunak bebas.

D.4.1 Copyleft
Cara yang dipakai GPL untuk menjamin kebebasan ini biasa dikenal sebagai
“copyleft”. Ketika perusahaan proprietary biasanya memakai “Copyright, All Rights
Reserved” maka FSF juga memakainya sebagai “Copyleft, All Rights Reserved”.
Copyleft mencegah perangkat lunak bebas diubah menjadi perangkat lunak
proprietary. Ia menggunakan hukum hak cipta tapi dengan isi berubah 180 derajat
dari yang biasanya. Tidak seperti biasanya copyright digunakan untuk memprivatisasi
software, copyleft dapat dipakai untuk menjaga agar perangkat lunak tetap bebas
menjadi milik masyarakat.

Gambar 8.4 Copyleft (Wikipedia)

Tidak seperti public domain, setiap orang tetap dapat menggunakan karya GPL atau
copyleft dengan tetap menjaga karya itu sebagai karya yang di-copyright-kan. Pada
dasarnya pemegang copyleft tetap terikat secara hukum. Bilamana karya GPL dipakai
dan dilanggar maka yang melanggar lisensi GPL dapat dituntut secara hukum.
Anda sebagai pembuat karya cipta yang ingin software Anda bebas, tidak cukup
hanya menyatakan Anda sebagai pemegang hak cipta dan merilis software anda
sebagai public domain, karena akan memungkinkan karya Anda itu diprivatiasi orang
lain. Anda harus menyatakan dalam bentuk lisensi yang mengatur bagaimana orang
menggunakan karya Anda.
Dengan melisensikan karya anda sebagai GPL, Anda mengizinkan pengguna memiliki
hak yang diizinkan oleh gerakan free software, dan meminta pengguna menyetujui
perjanjian untuk menjaga software dan karya turunannya tetap bebas sesuai dengan
keinginan Anda.

D.4.2 Syarat dan Ketentuan Utama GPL

a. Kebebasan Pengguna
Ketika Anda memilih program berlisensi GPL, selain memiliki akses ke kode sumber,
Anda juga bebas bebas untuk:
 Menggunakan atau menjalankan program.
 Memperbanyak atau menggandakan program.
 Menyebarluaskan program, bahkan untuk tujuan komersial sekalipun, tapi
pemberian hak cipta dan pernyataan jaminan harus disertakan. Penyebaran
dalam bentuk kode objek diperbolehkan selama kode sumber tersedia untuk
semua penerima atau pengguna.
 Program turunan harus sama berlisensi GPL demikian juga bila memakai sumber
pihak ketiga maka keseluruhan pada produk turunannya juga harus di bawah
lisensi GPL.

b. Tanpa Jaminan
Meskipun produk turunan bisa dikomersialisasikan, lisensinya sendiri tidak boleh
dihargai/dijual. Karena lisensi tidak dijual maka tidak ada garansi pemberi lisensi
terhadap pengguna perangkat lunak GPL. Distributor atau perusahaan jasa Open
Source boleh menjual layanan untuk memberi garansi atau menyediakan dukungan
teknis.

c. Lisensi Dikeluarkan oleh Pencipta


Lisensi GPL tidak dapat di-sub-lisensikan. Ketika program disebarluaskan, penerima
program memperoleh lisensi secara langsung dari pencipta atau pemilik pertama.
Pendistribusi tidak boleh membatasi atau menghalangi hak yang sudah diberikan
GPL.

d. Penerimaan dan Pembatalan


Dengan memodifikasi dan menyebarkan program GPL, seseorang dianggap
menerima lisensi GPL sebagai lisensi produknya. Ketika seseorang melanggar lisensi
GPL maka semua hak yang diberikan oleh GPL batal demi hukum, tetapi siapapun
yang sudah menerima distribusi dari orang yang sudah dibatalkan haknya tidak
serta-merta kehilangan haknya karena lisensi diberikan dari penulis bukan penyebar
(distributor), sepanjang tidak melanggar ketentuan GPL.

e. Keterkaitan dengan Aturan Hukum lainnya


GPL tidak berlaku pada kondisi yang tidak sesuai dengan yang disebutkan di
dalamnya. Program GPL tidak boleh dipakai pada program dengan lisensi yang bukan
GPL, bila terjadi yang bersangkutan tidak boleh menyebarkan produk turunannya
tersebut. Sebuah program GPL tidak boleh menjadi bagian dari program proprietary
ataupun berhubungan dengan pustaka proprietary.

Teks lengkap GPL terbaru tersedia di http://www.gnu.org/licenses/gpl.html


FSF juga mengelola halaman FAQ tentang GPL yang dapat diakses pada
http://www.fsf.org/licensing/licenses/gpl-faq.html

D.5. GNU Lesser General Public License (GNU LGPL atau LGPL)
Selain GPL, proyek GNU menawarkan jenis lain dari copyleft untuk pustaka program
(libraries), LGPL. Pustaka program yang berlisensi LGPL diizinkan berhubungan (link)
dengan program berlisensi proprietary atau selain GPL/LGPL. Kode sumber program
prorietary dihubungkan (link) dengan kode sumber pustaka (library) pada saat
kompilasi bersama sebagai static-library, atau sebagai dinamic-library. Binary
program hasil kompilasi itu menjadi proprietary, meskipun menggunakan library
Open Source, dengan syarat kode sumber pustaka program tetap disertakan.

Gambar 8.5 LGPL (Wikipedia)

D.6 Model Lisensi BSD (Berkeley Software Distribution)


Lisensi Berkeley Software Distribution (BSD) pertama kali dipakai oleh Berkeley
System Distribution, sebuah sistem UNIX yang dibuat oleh University of California di
Berkeley. Mudah sekali untuk mengunakan BSD untuk membuat lisensi sendiri
dengan mengubah pemilik organisasi untuk ditampilkan pada pemberitahuan hak
cipta dalam lisensinya. Tidak seperti copyleft, BSD hanya memiliki batasan yang
berhubungan dengan pemakaian.
Berikut ini tiga kebebasan pemakai program berlisesni BSD.
 Memperbanyak program dan menyebarluaskan program baik berbentuk kode
sumber atau kode biner. Penyebarluasan tidak dituntut menyertakan kode
sumber.
 Membuat karya turunan dan mendistribusikannya dalam bentuk kode sumber
atau biner. Pembuat perubahan bebas memilih lisensi, FOSS atau proprietary,
sehingga karya turunan software berlisensi BSD belum tentu FOSS, misal
FreeBSD diturunkan menjadi Mac OS X.
 Kode sumber berlisensi BSD dapat dimasukkan dalam program proprietary.

D.7 Lisensi Gabungan (Dual/Multiple Licensing)


Program komputer dapat memiliki lebih dari satu lisensi. Lisensi adalah pilihan Anda
pemilik hak cipta, tergantung bagaimana Anda memandang hubungan antara karya
Anda dengan para pengguna atau pengembang lainnya. Bisa jadi ada lebih dari satu
jenis pemakai dengan lebih dari satu hubungan, misal untuk komunitas umum dan
untuk perusahaan yang butuh layanan khusus. Untuk situasi seperti ini Anda dapat
memilih lisensi yang berbeda-beda sesuai dengan situasinya. Contoh: MySQL
dilisensikan oleh ORACLE sebagai GPL untuk umum dan non GPL atau proprietary
(disebut juga lisensi komersial) untuk perusahaan yang membutuhkan layanan
khusus dari ORACLE.

E. Source code

Source code adalah kode sumber dari sebuah software (perangkat lunak), baik itu
berupa kode-kode bahasa pemrograman maupun dokumentasi dari software
tersebut.
Gagasan source code dimulai dengan adanya pemikiran dari para programmer untuk
mempublikasikan kode-kode sumber dari program yang dibuat. Tetapi pada
prakteknya open source itu bukan hanya berarti memberikan akses pada pihak luar
terhadap source code sebuah software secara cuma-cuma, melainkan lebih dari itu.
Ada banyak hal yang perlu dipenuhi agar sebuah software dapat disebut
didistribusikan secara open source atau dengan kata lain bersifat open source.

Sebuah organisasi yang bernama Open Source Organization, mendefinisikan


pendistribusian software yang bersifat open source dalam The Open Source
Definition. The Open Source Definition ini bukanlah
sebuah lisensi, melainkan suatu set kondisi-kondisi yang harus dipenuhi, agar sebuah
lisensi dapat disebut bersifat open source.

Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar suatu program dapat berlisensi open
source :
Pendistribusian ulang secara cuma-Cuma. Contohnya Linux yang dapat diperoleh
secara cuma-cuma Source code dari software tersebut harus disertakan atau
diletakkan di tempat yang dapat diakses dengan biaya yang rasional dengan catatan
tidak ada source code yang menyesatkan.

Software hasil modifikasi atau yang diturunkan dari software berlisensi source code,
harus diijinkan untuk didistribusikan dengan lisensi yang sama seperti software
asalnya
Untuk menjaga integritas source code milik penulis software asal, lisensi software
tersebut dapat melarang pendistribusian source code yang termodifikasi, dengan
syarat, lisensi itu mengijinkan pendistribusian file-file patch (potongan file untuk
memodifikasi sebuah source code) yang bertujuan memodifikasi program tersebut
dengan source code asal tersebut.

Lisensi itu secara eksplisit harus memperbolehkan pendistribusian software yang


dibuat dari source code yang telah dimodifikasi. Lisensi source code mengijinkan
versi yang berbeda dari software asal. Lisensi tersebut tidak diperbolehkan
menciptakan diskriminasi terhadap orang secara individu atau kelompok.
Lisensi tersebut tidak boleh membatasi seseorang dari menggunakan program itu
dalam suatu bidang pemberdayaan tertentu. Sebagai contoh, tidak ada pembatasan
untuk penggunaan program tersebut pada bidang bisnis, ataupun untuk
pemanfaatan dalam bidang riset genetik.

Hak-hak yang dicantumkan pada program tersebut harus dapat diterapkan pada
semua yang menerima tanpa perlu dikeluarkannya lisensi tambahan oleh pihak-
pihak tersebut. Lisensi tersebut tidak diperbolehkan bersifat spesifik terhadap suatu
produk.

Hak-hak yang tercantum pada suatu program harus memiliki hak yang sama seperti
yang diberikan pada pendistribusian software asal. Lisensi tersebut tidak
diperbolehkan membatasi software lain. Sebagai contoh, lisensi itu tidak boleh
memaksakan bahwa program lain yang didistribusikan pada media yang sama harus
bersifat open source atau sebuah software compiler yang bersifat open source tidak
boleh melarang produk software yang dihasilkan dengan compiler tersebut untuk
didistribusikan kembali.

Lisensi-lisensi yang telah disertifikasi oleh Open Source Organization ini antara lain
GNU General Public License(GPL) (juga dikenal sebagai Copyleft), GNU Library
General Public License (LGPL), dan Sun Public License.

GNU GPL dan GNU LGPL adalah lisensi yang dibuat oleh The Free Software
Foundation. Lisensi ini pula yang digunakan oleh software Linux pada umumnya.
Kata free dalam lisensi ini merujuk pada hal kebebasan, bukan pada hal uang .
Dengan kata lain, free dalam hal ini berarti bebas‖ bukan gratis, seperti yang tertulis
dalam pembukaan lisensi tersebut di atas.
Beriberi adalah cuplikan dari pembukaan GNU GPL yang dapat dikatakan merupakan
rangkuman dari keseluruhan lisensi tersebut.

Ketika kita berbicara tentang perangkat lunak bebas, kita mengacu kepada
kebebasan, bukan harga. Lisensi Publik Umum kami dirancang untuk menjamin
bahwa Anda memiliki kebebasan untuk mendistribusikan salinan dari perangkat
lunak bebas (dan memberi harga untuk jasa tersebut jika Anda mau), mendapatkan
source code atau bisa mendapatkannya jika Anda mau, mengubah suatu perangkat
lunak atau menggunakan bagian dari perangkat lunak tersebut dalam suatu program
baru yang juga bebas, dan mengetahui bahwa Anda dapat melakukan semua hal ini.

F. Kehebatan OpenSource

Ketika suatu program memiliki lisensi open source, maka para programmer dari
penjuru dunia dapat berpartisipasi dalam pembuatan software tersebut. Oleh
karenanya pengembang software asal memperoleh engineer-engineer yang
berkualitas untuk membangun software tersebut secara gratis.
Perkembangan teknis dari versi software dengan open source dan pengguna
software dengan lisensi open source bergantung pada keberhasilan pengembang
awal untuk menarik minat para programmer dan pengguna di seluruh dunia untuk
menggunakan software tersebut dan mengembangkan pasarnya.
Nilai bisnis software dengan open source diciptakan oleh para pengguna software
tersebut lewat perkembangan versi- versinya dan pangsa pasarnya.
Contoh proyek-proyek open source yang sukses saat ini adalah Apache, Tomcat,
Java, Sylpheed, dll. Software-software yang berlisensi open source ini sukses merajai
dunia aplikasi web.

G. Model Bisnis Open source

Perusahaan yang menjual program dengan lisensi open source ini tidak menjual
software-software yang dicopyright secara biasa, pendapatan perusahaan tersebut
diperoleh dari penjualan versi yang lebih mudah diinstall dan digunakan (versi ini
juga bisa diperoleh secara gratis), dan menyertakan support terhadap pembeli.

Sebagi contoh vendor Linux seperti RedHat, Caldera, SuSe atau Corel. Karena
menggunakan source code yang gratis, vendor-vendor ini tidak memerlukan biaya
besar untuk pembuatan software. Mereka hanya mencurahkan perhatiannya untuk
menjual jasa support. Mulai dari support terhadap instalasi, manual penggunaan,
hingga paket-paket pelayanan terhadap customer agar pelanggan yang berupa
individu atau pun perusahaan dapat memperoleh support yang sesuai dengan
kebutuhan mereka 24/7 (24 jam 7 hari seminggu).

Ada pula beberapa vendor yang juga menawarkan customization terhadap


pelayanannya. Selain itu ada vendor seperti RedHat dan Sun(vendor dari Java) yang
mengembangkan bisnisnya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan ujian-ujian
untuk memperoleh sertifikat yang mensertifikasikan bahwa seseorang mempunyai
skill(kemampuan) yang memenuhi standar untuk menggunakan teknologi mereka.

G.1. Model Bisnis Produk Proprietary


Umumnya pengembang (vendor) produk software Proprietary melakukan bisnis
dengan menjual lisensi (surat izin menggunakan software). Misal lisensi MS Windows
dijual seharga Rp 1 juta untuk dipasang pada sebuah komputer selamanya. Biaya
lisensi itu tidak termasuk biaya support/garansi, biaya upgrade, biaya pelatihan, dan
tidak boleh disewakan atau dijual kembali tanpa izin.

Gambar Bisnis Cloud Computing (Wikipedia)

Bisnis produk proprietary lain yang masih terkait lisensi adalah menyewakan
software (lisensi jangka waktu tertentu) seperti yang terjadi akhir-akhir ini dengan
istilah komputasi awan (Cloud Computing) jenis SaaS (Software as a Services). Jasa
yang tidak terkait langsung dengan lisensi antara lain menjual jasa instalasi, jasa
technical support atau maintenance (kadang disebut biaya garansi), jasa pelatihan,
biaya upgrade, dll.
G.2. Bisnis (di atas) Open Source

Pebisnis Open Source yang murni menjual produk software Open Source tidak
melakukan penjualan lisensi seperti pada bisnis produk Proprietary, karena lisensi-
lisensi produk Open Source membebaskan siapa saja menggunakan dan
memodifikasi tanpa membayar biaya lisensi. Perbedaan bisnis Open Source bagi
pengembang produk Open Source dibandingkan bisnis Proprietary bagi pengembang
produk Proprietary selain bisnis jasa lisensi/penyewaan adalah bisnis jasa modifikasi.
Untuk produk proprietary, jasa modifikasi tidak berlaku karenatidak tersedia kode
sumber, sehingga pengembang menjual hasil modifikasi dalam bentuk lisensi produk
baru (upgrade).
Berikut ini beberapa model bisnis yang murni untuk produk Open Source.
 Competency-based services: Jasa berbasis kompetensi di bidang Open Source
tanpa punya produk sendiri. Contoh: jasa system support, integrator, training,
dll.
 Distribution, services, and branding: Mengembangkan produk Open Source dan
menjual jasa terkait produk tersebut, termasuk menjual merek. Contoh: RedHat
yang menjual paket distribusi RedHat Enterprise Linux dalam bentuk DVD,
termasuk jasa dukungan teknis, meskipun software di dalamnya Open Source.
Merek RedHat tidak free sehingga tidak dapat dijual oleh pihak lain tanpa izin
RedHat. Catatan: Karena RedHat menjual merek, ada pengembang yang
membuat turunan RedHat, salah satunya distro Linux CentOS (Community
Enterprise Operating System).

Gambar DVD Distro Linux Ubuntu (linux-magazine.com)

 Widget frosting: Bisnis ini berupa penjualan produk bukan Open Source, misal
hardware (disebut widget) yang berisi software Open Source (disebut frosting).
Contoh: IBM yang menjual hardware server berisi Linux. Google-Motorola,
Samsung, Huawei, Axioo, IMO, dan vendor Android lainnya yang menjual
hp/tabler berisi sistem operasi Android.
 Accessorizing: Menjual aksesoris yang berhubungan dengan Open Source,
misalnya majalah Linux, buku-buku tentang produk Open Source, t-shirt, topi,
dll.

G.3. Bisnis Kombinasi Open Source dan Tidak Open Source

 Loss Leader: Mengubah produk yang awalnya tidak FOSS menjadi FOSS agar
tetap memimpin pasar. Contoh: Mozilla Firefox (FOSS) dari Netscape Navigator
(Proprietary).
 Free the software, sell the brand: Membebaskan biaya lisensi (FOSS), dan
menjual merek. Contoh: Google dengan sistem operasi Android-nya. Bisnis
Google tidak menjual lisensi Android tapi menjual merek agar semakin banyak
pengakses aplikasi Google sehingga menghasilkan iklan, selain juga menjual
perangkat keras hp Motorola.
 Dual licensing/mission: Merilis produk dalam dua lisensi FOSS & Proprietary.
Contoh: MySQL (program database). Oracle sebagai pemilik utama hak cipta
MySQL menyediakan dua jenis lisensi, yaitu GPL dan Proprietary

G.4. Bisnis Proprietary di atas Open Source

 Menjual software Proprietary untuk dijalankan di sistem operasi FOSS dan ikut
mengembangkan FOSS. Contoh: IBM dan Oracle menjual database proprietary
untuk dipasanga pada Linux, dan vendor cloud computing VMWare untuk Linux,
dll.
 Menggabungkan software Proprietary dengan FOSS untuk aplikasi khusus.
Contoh: Cloudera yang menjual solusi Cloudera Enterprise (Proprietary) dengan
ApacheHadoop Open Source.

G.5. Studi Kasus

 PT Nurul Fikri Cipta Inovasi menggunakan model bisnis competency-based


services di bidang pelatihan, sertifikasi, development, dan technical support.
 Tim Pengembang BlankOn menggunakan model bisnis Linux distribution,
services, branding Linux BlankOn, dan mengembangkan aplikasi khusus dengan
cara Open Source, misal Teman Wisata (aplikasi jejaring sosial GIS untuk
panduan pariwisata).
 IMO, Axioo, dan vendor Android di Indonesia menggunakan model widget
frosting.

H. Masa depan dari bisnis opensource

Bisnis open source bertopang pada asumsi bahwa skill pengguna software mereka
tidak akan pernah mencapai level yang membuat mereka mampu menginstalasi dan
menggunakan software mereka tanpa ada support sama sekali dari pengembang.
Kendati demikian, beberapa perusahaan telah mengantisipasi jika pengguna mampu
mencapai skill tersebut dengan strategi menggabungkan open dan closed
source(konvensional) software dalam satu paket software yang didistribusikannya.
Contohnya adalah Corel, selain mendistribusikan paket Linux yang gratis, Corel juga
mendistribusikan paket yang telah diberi penambahan berupa software-software
yang tidak bersifat open source. Pelanggan-pelanggan diharapkan akan membeli
paket software yang telah ditingkatkan ini dan diharapkan akan datang kembali
untuk memperoleh upgrade dan feature-feature terbaru. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam bisnis model open source adalah, meskipun berdasarkan lisensi
open source, perusahaan tidak memberikan garansi pada softwarenya. Hal ini tidak
berarti perusahaan tersebut terlepas dari ikatan apapun terhadap konsumen,
perusahaan tetap memiliki hubungan pelanggannya lewat support yang diberikan,
sehingga secara hukum perdata tetap terjadi suatu kontrak perjanjian antara
perusahaan dengan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai