Lawan :
PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk, Kantor Pusat Qq. Kantor Cabang
Utama Makassar, tempat kedudukan Jl. Ahmad Yani Nomor 31,
Pattunuang, Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sebagai
TERGUGAT I;
KEMENTRIAN KEUANGAN Qq. Direktorat Jendral Kekayaan
Negara Qq. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang
(KPKNL) Makassar, tempat kedudukan Jl. Jendral Urip Sumiharjo
Km. 4 Gedung Keuangan Negara I Lantai 2 Makassar, Karuwisi
Utara, Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sebagai
TERGUGAT II;
PT. BALAI LELANG SURYA, tempat kedudukan Komplek Mgk
Kemayoran Kanto Blok E No. 12 Kota Baru Bandar, Jln. Angkasa,
SUBSIDAIR :
Pasal 14.1. :
“Satu atau lebih dari tindakan atau peristiwa tersebut di bawah ini
merupakan Kejadian Kelalaian.
a. Kelalaian DEBITOR untuk membayar Utang pada waktu dan dengan
cara sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit.
b. ……………… dst.”
Pasal 14.2. :
Pasal 14.3 :
“Jika terjadi kelalaian sebagaimana diatur dalam pasal 14.1 Perjanjian
Kredit, para pihak menyatakan tidak berlaku pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, khususnya yang mengatur keharusan untuk
mengajukan permohonan pembatalan perjanjian melalui Pengadilan Negeri,
dan BCA berhak menyatakan Utang menjadi jatuh waktu dengan seketika
dan wajib dibayar sekaligus lunas oleh Debitor kepada BCA tanpa
memperhatikan ketentuan pembayaran utang sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 7 Perjanjian Kredit, dengan ketentuan kewajiban-kewajiban
debitor yang timbul dari Perjanjian Kredit tetap wajib dipenuhi.”
Pasal 14.4. :
“Jika Utang menjadi jatuh waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 14.3
Perjanjian Kredit, maka BCA berhak untuk melaksanakan hak-haknya selaku
kreditor untuk memperoleh pengembalian Utang dengan jalan pelaksanaan
hak-haknya terhadap DEBITOR dan/atau harta kekayaannya, termasuk
tetapi tidak terbatas pada pelaksanaan /eksekusi hak-hak BCA terhadap
Agunan dan/atau Penjamin berdasarkan Dokumen Agunan serta Akta
Pemberian Jaminan.”
Pasal 10 Perjanjian Kredit II:
Pasal 10.1. :
“Menyimpang dari ketentuan Pasal 5 ayat 1 tersebut di atas, BCA berhak
sewaktu-waktu menghentikan dan memutuskan Perjanjian Kredit ini dengan
mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata sehingga tidak diperlukan surat pemberitahuan (somasi) atau surat
peringatan juru sita atau surat lain yang serupa, sehingga dengan demikian
seluruh Utang Debitor kepada BCA harus dibayar dengan seketika dan
sekaligus, dalam hal terjadi salah satu dari kejadian dibawah ini:
c. Kelalaian DEBITOR untuk membayar Utang pada waktu dan dengan
cara sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit.
d. ……………… dst.”
Pasal 10.2. :
“Apabila DEBITOR berkewajiban untuk melakukan suatu kewajiban
berdasarkan Perjanjian Kredit dalam suatu waktu yang ditetapkan dan
DEBITOR lalai melaksanakannya, maka dengan lewatnya waktu saja sudah
merupakan bukti yang sah dan cukup untuk kelalaian DEBITOR, sehingga
tidak diperlukan suatu pemberitahuan (somasi) atau surat lain yang serupa
dengan itu serta surat peringatan dari juru sita.”
Pasal 10.3 :
“Jika Utang menjadi jatuh waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
ayat 2 Perjanjian Kredit, maka BCA berhak untuk melaksanakan hak-haknya
selaku kreditor untuk memperoleh pengembalian Utang dengan jalan
pelaksanaan hak-haknya terhadap DEBITOR dan/atau harta kekayaannya,
7. Bahwa lelang atas objek perkara a quo telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua)
kali yakni sebagai berikut:
i. Lelang I tanggal 20 Mei 2020 Sebagaimana Penetapan Lelang
Eksekusi Hak Tanggungan Nomor : S-520.1/WKN.15/KNL.02/2020
dan Nomor : S-520.2/WKN.15/KNL.02/2020, dimana dalam
pelaksanaan lelang ini objek perkara a quo tidak laku terjual
sebagaimana tercantum dalam Risalah Lelang No 240/72/2020
tanggal 20 Mei 2020 dan Risalah Lelang No. 241/72/2020 tanggal 20
Mei 2020.
(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah terlampaui, bank ditetapkan sebagai pembeli.
Dan adapun hasil bersih lelang adalah sebesar Rp. 81.191.906.065 (delapan
puluh satu milyar seratus sembilan puluh satu juta sembilan ratus enam ribu
enam puluh lima rupiah).
Adapun utang yang dijamin dengan 15 Unit Ruko tersebut hingga saat ini
belum lunas seluruhnya, mengingat 15 Unit Ruko tersebut bukan hanya
menjamin fasilitas kredit investasi I yang menurut PARA PENGGUGAT telah
lunas, namun juga menjamin fasilitas kredit PARA PENGGUGAT
berdasarkan Perjanjian Kredit No. 0384/25/8/KRED/MKS/08 tanggal 31
Oktober 2008 yang terakhir diubah dan/atau diperpanjang dengan
Perubahan Perjanjian Kredit No. 24 tanggal 9 November 2018.
DALAM KONVENSI
DALAM EKSEPSI
Melawan :
Melawan :
1. PT Bank Central
1. PT Bank Central Asia
Asia Tbk. –
Tbk. – Tergugat I
Tergugat I
2. KPKNL Makassar –
2. PT Balai Lelang
Tergugat II
Surya – Tergugat II
3. PT Balai Lelang Surya
3. KPKNL Makassar –
– Tergugat III
Tergugat III
4. BPN Kota Makassar –
4. KJPP Rinaldo,
Tergugat IV
Albert, Baroto &
Rekan – Tergugat IV
5. BPN Kota Makassar
– Tergugat V
3. Menyatakan 4. Menghukum
pelaksanaan lelang Tergugat I, II dan III
eksekusi terhadap untuk tidak
Objek perkara yang melaksanakan lelang
dilakukan sebelum eksekusi terhadap 15
waktunya sebagai ruko
perbuatan melawan
hukum
4. Menyatakan penilaian
jaminan yang
dilakukan Tergugat IV
terhadap Ruko dan
Hotel di Jl Perintis
Kemerdekaan tanggal
24 Mei 2019 dan 12
Mei 2020 yang jauh
dari nilai pasar, tidak
sah dan tidak
mengikat
6. Menyatakan Surat
BCA No.
1501/L/RPK/2020
tanggal 20 November
2020 dan No.
1503/L/RPK/2020
tanggal 20 November
2020 perihal:
Pemberitahuan
Pelaksanaan Lelang
Dan Pengosongan,
tidak sah dan tidak
mengikat
Bahwa hal ini sesuai dengan dalil dalam Petitum angka 7 yang
menyatakan:
1. Bahwa apa yang termuat dan tertuang pada bagian PENDAHULUAN dan
DALAM EKSEPSI di atas secara mutatis mutandis merupakan satu kesatuan
dan bagian yang tidak terpisahkan dari Jawaban TERGUGAT I dalam Pokok
Perkara ini.
Pasal 1
BCA dan Debitor dengan ini mengubah syarat (-syarat) dan ketentuan
(ketentuan) yang termuat dalam Perjanjian Kredit sebagai berikut:
……………………………………dst
Atas uraian di atas terbukti tidak benar dan tidak berdasar hukum dalil-dalil
PARA PENGGUGAT dan oleh karenanya sudah seharusnya ditolak oleh
Majelis Hakim yang terhormat.
6. Bahwa selanjutnya tidak benar dalil PARA PENGGUGAT pada posita angka
15 yang menyatakan bahwa pada tahun 2020 TERGUGAT I telah
mengajukan lelang terhadap 3 unit ruko akibat PENGGUGAT I tidak dapat
menyelesaikan kewajibannya karena pandemi covid-19.
7. Bahwa terhadap dalil Posita angka 19, 21, 25 dan 26 dalam Gugatan PARA
PENGGUGAT, TERGUGAT I menolak dengan tegas dalil PARA
PENGGUGAT yang intinya menyatakan :
- Bahwa nilai limit Lelang Eksekusi Hak Tanggungan yang ditentukan
terhadap 15 Unit Ruko sangat mengada-ada;
- Penentuan Harga Lelang Eksekusi yang diajukan Tergugat I terlalu
rendah dari harga jual pasaran/Nilai Jual Objek Pajak;
- Bahwa terkesan adanya itikad buruk dalam lelang eksekusi yang
dimohon oleh TERGUGAT I dengan tujuan untuk mengambil alih seluruh
jaminan PENGGUGAT I yang pada kenyataannya sudah lunas.
- Bahwa lelang eksekusi yang akan dilaksanakan terhadap 15 Unit Ruko
tidak memenuhi syarat formil lelang eksekusi hak tanggungan
selain itu penentuan nilai limit lelang telah dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku yakni Pasal 48 ayat (1) dan (2) PMK No. 213/PMK.06/2020,
yang menyatakan bahwa :
Bahwa penetapan nilai limit lelang telah dilakukan berdasarkan pada hasil
penilaian dari Kantor Jasa Penilai Independen (”KJPP”) Iki Paseru & Rekan,
dan juga tidak lebih rendah dari nilai likuidasi,sebagaimana hasil penilaian
sebagai berikut:
1. SHM No. 25318/Pai dengan Limit lelang sebesar Rp. 2.307.448.800,-
yaitu tidak lebih tinggi dari nilai pasar dan tidak lebih rendah dari nilai
likuidasi hasil penilaian dari KJPP Iki Paseru & Rekan tanggal 27 Juli
Dengan demikian penetapan nilai limit lelang atas Agunan terbukti telah
dilakukan sesuai ketentuan Pasal 48 ayat (1) dan (2) jis. Pasal 51 PMK No.
213/PMK.06/2020, maka jelas hal tersebut bukan merupakan suatu
perbuatan melawan hukum.
Adapun dalam hal ini PARA PENGGUGAT lah yang tidak memiliki dasar
hukum atas dalil-dalil gugatannya dan hanya berasumsi bahwa penetapan
nilai limit lelang mengada-ada dan merugikan PARA PENGGUGAT, selain
itu PARA PENGGUGAT juga jelas-jelas hanya dapat mendalilkan bahwa
lelang hak tanggungan terhadap 15 Unit Ruko tidak memenuhi syarat formil
tanpa mampu secara jelas menjelaskan dan mendasarkan syarat atau
ketentuan apa yang tidak dipenuhi oleh TERGUGAT I.
Bahwa dalil PARA PENGGUGAT yang menyatakan nilai limit lelang jauh dari
harga pasar atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) juga terbukti merupakan
dalil yang tidak berdasar dan tidak benar mengingat PARA PENGGUGAT
hanya dapat berasumsi saja tanpa bukti yang jelas bahwa nilai limit lebih
rendah dari harga pasar tanpa memiliki dasar yang jelas atas dalilnya
tersebut.
Dengan demikian mohon kiranya Majelis Hakim Yang Terhormat dapat
menolak sepenuhnya dalil PARA PENGGUGAT yang tidak benar dan tidak
berdasar hukum tersebut.
Adapun terhadap 15 Unit Ruko hingga saat ini belum terlaksana lelang
eksekusi hak tanggungan.
Selain itu sita jaminan juga bertentangan dengan hukum mengingat PARA
PENGGUGAT memohonkan sita jaminan terhadap jaminan yang telah
dibebani Hak Tanggungan, maka dengan demikian tuntutan tersebut
sangat beralasan hukum yang kuat untuk ditolak, sesuai Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 394/K/Pdt/1984 tanggal 31 Mei 1985 yang
menyebutkan bahwa:
Adapun sita yang dapat diletakkan terhadap tanah yang telah dibenai hak
tanggungan adalah berupa sita persamaan, sebagaimana Putusan
Mahkamah Agung No. 1829/K/Pdt/1992, yang berbunyi:
“Yang dapat dikabulkan dan diterapkan hanya sita penyesuaian atas
alasan, di atas barang itu telah melekat lebih dahulu hak agunan
kepada pihak lain”.
DALAM REKONVENSI
Pasal 14.1. :
Pasal 14.2. :
“Apabila DEBITOR berkewajiban untuk melakukan suatu kewajiban
berdasarkan Perjanjian Kredit dalam suatu waktu yang ditetapkan
dan DEBITOR lalai melaksanakannya, maka dengan lewatnya waktu
saja sudah merupakan bukti yang sah dan cukup untuk kelalaian
DEBITOR, sehingga tidak diperlukan suatu pemberitahuan (somasi)
atau surat lain yang serupa dengan itu serta surat peringatan dari
juru sita,”
Pasal 14.3 :
“Jika terjadi kelalaian sebagaimana diatur dalam pasal 14.1 Perjanjian
Kredit, para pihak menyatakan tidak berlaku pasal 1266 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya yang mengatur
keharusan untuk mengajukan permohonan pembatalan perjanjian
melalui Pengadilan Negeri, dan BCA berhak menyatakan Utang
menjadi jatuh waktu dengan seketika dan wajib dibayar sekaligus
lunas oleh Debitor kepada BCA tanpa memperhatikan ketentuan
pembayaran utang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7
Perjanjian Kredit, dengan ketentuan kewajiban-kewajiban debitor
yang timbul dari Perjanjian Kredit tetap wajib dipenuhi.”
Pasal 14.4. :
“Jika Utang menjadi jatuh waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal
14.3 Perjanjian Kredit, maka BCA berhak untuk melaksanakan hak-
haknya selaku kreditor untuk memperoleh pengembalian Utang
dengan jalan pelaksanaan hak-haknya terhadap DEBITOR dan/atau
harta kekayaannya, termasuk tetapi tidak terbatas pada pelaksanaan
/eksekusi hak-hak BCA terhadap Agunan dan/atau Penjamin
berdasarkan Dokumen Agunan serta Akta Pemberian Jaminan.”
Pasal 10.1. :
“Menyimpang dari ketentuan Pasal 5 ayat 1 tersebut di atas, BCA
berhak sewaktu-waktu menghentikan dan memutuskan Perjanjian
Kredit ini dengan mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata sehingga tidak diperlukan surat
pemberitahuan (somasi) atau surat peringatan juru sita atau surat
lain yang serupa, sehingga dengan demikian seluruh Utang Debitor
kepada BCA harus dibayar dengan seketika dan sekaligus, dalam
hal terjadi salah satu dari kejadian dibawah ini:
a. Kelalaian DEBITOR untuk membayar Utang pada waktu dan
dengan cara sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit.
b. ……………… dst.”
Pasal 10.2. :
“Apabila DEBITOR berkewajiban untuk melakukan suatu kewajiban
berdasarkan Perjanjian Kredit dalam suatu waktu yang ditetapkan
Pasal 10.3 :
“Jika Utang menjadi jatuh waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal
10 ayat 2 Perjanjian Kredit, maka BCA berhak untuk melaksanakan
hak-haknya selaku kreditor untuk memperoleh pengembalian Utang
dengan jalan pelaksanaan hak-haknya terhadap DEBITOR dan/atau
harta kekayaannya, termasuk namun tidak terbatas pada
pelaksanaan hak-hak BCA terhadap Agunan berdasarkan Dokumen
Agunan.”
Berdasarkan fakta hukum dan alasan-alasan tersebut diatas, maka dengan ini
memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia menjatuhkan putusan yang
amarnya berbunyi :
DALAM REKONVENSI
Foto kopy bukti surat tersebut telah disesuaikan dengan aslinya dalam
persidangan dan telah diberi meterai cukup sehingga telah memenuhi syarat
untuk dipertimbangkan sebagai alat bukti ;
Menimbang bahwa Tergugat I untuk menguatkan dalil sangkalannya
telah mengajukan bukti berupa :
1. Perjanjian Kredit Nomor : 0384/25/8/KRED/MKS/08 tanggal 31 Oktober
2008, Bukti T.K.I /P.R – 1A;
2. Perubahan Perjanjian Kredit No 22 tanggal 09 November 2018, Bukti
T.K.I /P.R – 1B;
3. Akta Perjanjian Kredit No. 25 tanggal 10 Mei 2017 yang dibuat di
hadapan Notaris Michiko Sodikim S.H., Notaris di Kota Makassar, Bukti
T.K.I /P.R – 1C;
4. Akta Perjanjian Kredit No. 26 tanggal 10 Mei 2017 yang dibuat di
hadapan Notaris Michiko Sodikim S.H., Notaris di Kota Makassar, Bukti
T.K.I /P.R – 1D;
DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat
Rekonvensi/Tergugat I Konvensi pada pokoknya adalah sebagaimana diurai di
atas;
Menimbang, bahwa Tergugat I Konvensi dalam jawabannya atas
gugatan Para Penggugat, didalamnya terkandung adanya gugatan balik yang
diakomodir dalam praktek peradilan perdata untuk memenuhi adanya asas
peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.
Menimbang bahwa gugatan balik yang diajukan oleh Penggugat
Rekonvensi/ Tergugat I Konvensi merupakan konsekwensi dari adanya
gugatan yang diajukan oleh Tergugat Rekonvensi/Para Penggugat Konvensi
sehingga pertimbangan hukum dalam Konvensi diambil alih pula sebagai
pertimbangan hukum Majelis Hakim untuk Gugatan Dalam Rekonvensi.
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi/ Tergugat I Konvensi
mendalilkan pada pokoknya bahwa Para Tergugat Rekonvensi telah menerima
fasilitas kredit dari Pengugat Rekonvensi berdasarkan Perjanjian Kredit I, II dan
III;
Menimbang, bahwa Para Tergugat Rekonvensi selaku Debitur yang telah
menerima dan menikmati sejumlah dana pinjaman dari Penggugat Rekonvensi,
tidak melakukan pembayaran atas utangnya sesuai dengan waktu dan cara
yang telah diatur dan disepakati dalam Perjanjian Kredit sehingga Para
Tergugat Rekonvensi jelas telah melakukan kelalaian terhadap Penggugat
Rekonvensi dan sudah seharusnya Para Tergugat Rekonvensi selaku Debitur
yang terikat dengan Perjanjian Kredit sudah seharusnya berdasarkan itikad baik
melaksanakan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit;
Bahwa Para Tergugat Rekonvensi bukannya melaksanakan kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit berdasarkan itikad baik
melainkan justru tanpa itikad baik mengajukan gugatan terhadap Penggugat
Rekonvensi dalam perkara perdata No. 193/Pdt.G/2021/PN.Mks yang saat ini
sedang dalam pemeriksaan banding dan dalam perkara a quo;
MENGADILI:
DALAM EKSEPSI
- Menolak eksepsi Terggat I, Tergugat II, Tergugat IV;
Burhanuddin, S.H.
Perincian biaya :
1. Biaya Pendaftaran : Rp 30,000,-;
2. Biaya Proses : Rp100,000,-;
3. PNBP Surat Kuasa : Rp 10.000-;
4. Panggilan : Rp2.100,000;
5. PNBP Panggilan : Rp 40.000,-;
6. Redaksi : Rp 10.000,-;
7. Materai : Rp 10.000,-;
Jumlah : Rp2.300.000,-;
( dua juta tiga ratus ribu rupiah )