Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PERPETAAN

ACARA 1
PENGENALAN ALAT

Disusun oleh:

Nama : Maharani Dwi Malik


NIM : 2009046018
Kelompok : 6 (Enam)
Asisten : Rizki Rahmat

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemetaan

Survei lapangan merupakan pekerjaan pengukuran dan pengamatan, pengukuran


lapangan merupakan kegiatan pengukuran posisi titik tertentu dari unit lokasi yang akan
dipetakan. Pengukuran lapangan atau survey dimaksud untuk mereferensikan posisi dari
lokasi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui secara pasti dan detail tentang unit
geografi yang akan dimuat dalam peta (Sinuraya, 2010).

Survey merupakan sebuah kegiatan pengumpulan data yang berhubungan dengan


perekaman bentuk permukaan bumi dan umumnya digambarkan dalam bentuk bidang
datar (peta) atau model digital. Pemetaan adalah penggambaran situasi suatu wilayah
tertentu di muka bumi. Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau
wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dalam suatu gamabar
peta (Ardy, 2016).

Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari mengenai cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Pemetaan situasi adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup
penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara Bersama-sama dalam suatu
gambar (Fish, 2007).

Menurut Fish (2007), jenis pengukuran dalam ilmu ukur tanah diantaranya sebagai
berikut,
a. Pengukuran horizontal
Pengukuran horizontal terdiri dari dua macam pengukuran, yaitu, pengukuran
poligon utama dan pengukuran poligon bercabang.
b. Pengukuran beda tinggi

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
Pengukuran beda tinggi ditentukan dari situasi. Pengukuran situasi tersebuut
ditentukan oleh dua macam, yaitu, pengukuran sifat datar utama dan pengukuran
sifat datar bercabang.
c. Pengukuran detail
Pengukuran detail merupakan data yang diambil dari beda tinggi antara titik ikat
kerangka dan titik detail yang bersangkutan, jarak optik atau jarak datar antara
titik kerangka dan titik detail, serta sudut antara sisi kerangka dengan arah titik
awal detail yang bersangkutan atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail
yang bersangkutan.

Pemetaan merupakan kegiatan pengukuran pada permukaan bumi. Pemetaan meliputi


kegiatan pengukuran, perhitungan, pendataan, dan penggambaran bumi. Pemetaan
adalah ilmu yang mempelajari penampakan bumi yang menggunakan suatu alat dan
menghasilkan informasi yang akurat. Pemetaan memiliki kesaaman dengan ilmu
geografi yaitu membahas sesuatu yang berada di dalam atau di atas permukaan bumi
selama hal tersebut mempengaruhi permukaan bumi (Basuki, 2020).

Menurut Leonard (2011), jenis survey yang biasa dilakukan untuk menetapkan suatu
lokasi yang cocok bagi pendirian sebuah compass-base sebagai berikut,
a. Initial survey
Initial survey merupakan survey awal yang dilakukan penetapan suatu lokasi
untuk menentukan besar penyimpangan secara kasar, sehingga dapat ditentukan
rencana klas base yang diingkan.
b. Establishment survey
Survey pendirian ini melaksanakan pengambilan pengukuran lebih detil dengan
titik arah yang lebih banyak serta interval jarak yang lebih rapat.
c. Periodic resurvey
Survey ulang berkala dilakukan setelah sebuah base selesai dibangun, harus
dilakukan survey kembali secar detil dengan interval waktu.
d. Annual-check
Pemeriksaan tahunan dilakukan untuk memeriksa atau memastikan tanda-tanda
(marka) dan batas masih dapat terlihat jelas atau tidak dilakukan penambahan

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
pekerjaan yang dapat mempengaruhi sifat-sifat magnetic dan juga untuk
memperhitungkan perubahan terhadap variasi magnetic. Bila dijumpai keraguan,
daerah yang dicurigai harus disurvey magnetic secara terperinci.
e. Area survey
Biasanya dibatasi hanya pada pemilihan suatu lokasi yang akan digunakan untuk
melaksanakan lebih pada suatu bentuk spesialisasi dari prosedur kalibrasi Kompas
seperti yang dilakukan pada electrical-swing.

Dalam pemetaan terestris, gambaran objek-objek yang berada di permukaan bumi


dipresentasikan dalam titik-titik detil. Detil adalah segala objek yang ada di lapangan,
baik yang bersifat alamiah, maupun hasil budaya manusia yang akan dijadikan isi dari
peta yang akan dibuat. Penentuan posisi dari titik-titik detil dengan cara diikatkan pada
titik kerangka pemetaan yang telah diukur sebelumnya. Pemilihan detil, distribusi dan
teknik pengukurannya tergantung dari skala dan tujuan peta yang dibuat. Penentuan
posisi dari titik-titik detil diikatkan pada titik-titik kerangka pemetaan terdekat yang
telah diukur sebelumnya, atau dari garis ukur yang merupakan sisi dari suatu kerangka
peta (Rassarandi, 2016).

2.2 Pengertian Peta Topografi

Peta topografi merupakan gambaran permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, berupa
objek alami maupun buatan. Peta topografi menyajikan objek-objek dipermukaan bumi
dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam
bentuk garis-garis kontur. Garis-garis kontur tersebut menggambarkan suatu ketinggian
pada daerah yang digambarkan. Peta topografi memiliki dua unsur utama yaitu ukuran
planimetrik (ukuran permukaan bidang datar) dan ukuran relief (variasi elevasi). Ukuran
planimetrik pada peta topografi digambarkan dengan koordinat X dan Y, sedangkan
ukuran relief digambarkan dalam koordinat Z. Elevasi pada peta topografi ditampilkan
dalam bentuk garis-garis kontur untuk menghubungkan titik-titik di permukaan bumi
yang memiliki ketinggian yang sama (Afani, 2019).

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
Peta topografi adalah peta yang berisi gambaran posisi mendatar dan posisi tegak dari
semua objek di permukaan bumi. Peta topografi berisi atas data ketinggian (relief),
perairan (sungai dan danau), tumbuh-tumbuhan (hutan, semak, dan tanaman pertanian,
dan hasil budaya manusia, seperti jalan raya dan jalan kereta api. Hal yang menonjol
pada peta topografi adalah garis kontur. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan
tempat-tempat yang memiliki ketinggian yang sama. Peta yang mirip dengan peta
topografi adalah peta rupabumi

2.3 Pengertian Kompas

Kompas berasal dari bahasa latin yaitu, Compassus, artinya jangka. Kompas merupakan
alat penentu arah mata angin. Kompas terdiri dari jarum magnetik sebagai penunjuk
arah dan dapat berputar bebas. Pada pengukuran tanah, kompas yang digunakan
merupakan kompas geologi. Kompas geologi memiliki fungsi khusus yaitu selain
mengukur arah mata angin dapat juga mengukur kedudukan suatu bidang atau garis
(Dhamayanti, 2015).

Kompas adalah alat penunjuk arah dengan menggunakan jarum penunjuk magnetis.
Kompas sering digunakan dalam kegiatan navigasi, pengukuran dan keperluan intansi
militer. Selain itu, Kompas berfungsi untuk membidik sasaran dan menunjukkan arah
sudut yang dibentuk suatu objek (Rijal, 2019).

Kompas merupakan suatu alat sederhana yang bekerja atas dasar medan magnet bumi,
terdiri dari batang magnet serta dilengkapi card sebagai penunjuk satuan derajat.
Kompas berfungsi menunjukkan arah terbang pesawat (heading) yang berkaitan dengan
keempat titik kardinalnya, yaitu utara, selatan, timur, dan barat. Karena Kompas
merupakan alat sederhana, Kompas merupakan alat yang kurang reliable, bahkan tidak
dapat digunakan pada daerah dengan derajat lintang tertentu terutama di kutub magnet
bumi, dimana garis-garis daya medan (line of force) magnet bumi mulai mengarah ke
permukaan bumi dan tegak lurus pada kutubnya. Kemiringan medan magnet ke arah
permukaan bumi membentuk sudut yang disebut dengan istilah angle of dip atau
inklinasi. Ketidakmampuan sebuah Kompas untuk menunjuk arah dengan benar

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
diperburuk dengan adanya sudut deklinasi. Sudut deklinasi yaitu ketidaklurusan medan
magnet bumi di atas permukaan bumi diantara kedua kutubnya. Kekuatan garis-garis
daya medan magnet bumi pada daerah tertentu akan teroengaruh oleh perlawanan daya
magnet yang ditimbulkan benda-benda di dalam perut bumi (Leonard, 2011).

2.4 Pengertian Teodolit

Teodolit bekerja dengan menggabungkan penurunan optik, spirit level (tingkat


gelembung), dan lingkaran bergradasi untuk menemukan sudut vertikal dan horizontal
dalam survei. Penurunan optik memastikan theodolite ditempatkan sedekat mungkin
dengan vertikal di atas titik survei. Spirit level (tingkat gelembung) internal memastikan
perangkat sejajar dengan cakrawala. Lingkaran bergradasi, satu vertikal dan satu
horizontal, memungkinkan pengguna untuk benar-benar mensurvei sudut (Avram,
2016).

Teodolit merupakan suatu alat bantu yang digunakan dalam kegiatan pengukuran.
Teodolit dapat membantu dalam menentukan system koordinat dari suatu lahan dalam
dimensi horizontal dan vertikal sehingga mempermudah praktisi (engineer) dalam
proses penggambaran ataupun penentuan sumbu bangunan. Teodolit terdiri dari dua
tipe, yaitu, teodolit digital dan manual. Kedua tipe teodolit tersebut memiliki perbedaan
yaitu pada proses sentring alat dan pembacaan sudut koordinat (Suhendra, 2011).
Teodolit merupakan alat ukur optis untuk mengkur sudut yaitu sudut horizontal dan
vertikal. Sudut yang terbentuk berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegal
diantara dua buah titik lapangan. Teodolit merupakan alat untuk meninjau dan
merencanakan kerja serta untuk mengukur tempat yang tak dapat dijangkau dengan
berjalan (Rijal, 2019).

2.5 Pengertian GPS

Global Positioning System (GPS) adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu posisi reatif di permukaan bumi dengan system radio navigasi dan penentu posisi
menggunakan satelit. Penggunaan GPS tidak bergantung pada waktu dan cuaca. GPS

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
didesain untuk memberikan informasi mengenai posisi, kecepatan dan waktu secara
cepat, teliti serta murah. GPS dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dari
pelaksanaan survey dan menekan biaya operasional. GPS dikelola dalam suatu sistem
yang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, bagian angkasa, bagian pengontrol, dan
bagian pemakai (Sinuraya, 2010).

Global Positioning System (GPS) merupakan sistem navigasi yang dapat memberikan
informasi tentang sebuah lokasi. Awalnya, GPS merupakan teknologi yang digunakan
untuk kepentingan militer. Namun, sekarang GPS dapat digunakan sebagai kepentingan
masyarakat biasa. GPS merepresentasikan posisi objek yang dideteksi dengan bentuk
titik koordinat garis bujur dan garis lintang. GPS dapat memberikan informasi lokasi
dengan menggunakan minimal 3 satelit (Musthafa, 2016).

GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penetuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di
seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan bagi banyak orang secara simultan. Saat ini
GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi
yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang
teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari
beberapa milimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter (Amarrohman, 2019).

Menurut Arrohman (2019), pada dasarnya GPS terdiri dari 3 segmen utama, yaitu:
a. Segmen angkasa (space segment)
Terdiri dari 24 satelit yang terbagi dalam 6 orbit dengan iklinasi 55° dan
ketinggian 20.200 km dan periode orbit 11 jam 58 menit.
b. Segmen sistem control (control system segment)
Mempunyai tanggung jawab untuk memantau satelit GPS supaya satelit GPS
dapat tetap berfungsi dengan tepat. Misalnya untuk snkronisasi waktu, prediksi
orbit, dan monitoring ‘kesehatan’ satelit.
c. Segmen pemakai (user segment)

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
Segmen pemakai merupakan pengguna, baik di darat, laut maupun udara, yang
menggunakan receiver GPS untuk mendapatkan sinyal GPS sehingga dapat
menghitung posisi, kecepatan, waktu, dan parameter lainnya.

BAB III
METODOLOGI PENGAMBILAN DATA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Perpetaan yaitu:


1. Theodolit
2. Statif
3. Rambu ukur
4. Pita ukur (meteran)
5. GPS
6. Kompas
7. Payung

3.1.2 Bahan

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
Bahan yang digunakan pada praktikum Perpetaan yaitu:
1. Paku
2. Alat tulis
3. Patok

3.2 Prosedur Pengambilan Data

1. Ditandai satu titik di atas permukaan tanah menggunakan patok yang diberi paku
payung.
2. Didirikan statif tepat di atas titik yang sudah ditandai dengan cara :
a. Menggunakan unting-unting : Didirikan kaki statif menggunakan sekrup
yang ada di bagian bawah statif sedemikian rupa hingga titik dapat terlihat
melalui sekrup. Lalu, dipasang unting-unting dan theodolit pada statif.
b. Menggunakan cara optis : Didirikan statif dan dipasang theodolit.
Ditancapkan salah satu kaki statif dan dipegang dua kaki statif lainnya
sambil dilihat okuler sentring optis theodolit. Digerakkan statif sedemikian
rupa hingga bayangan titik kira-kira masuk tepat dalam tanda sentring optis.
Ditancapkan kedua kaki statif jika bayangan telah masuk tanda sentring
optis.
3. Diseimbangkan nivo kotak pada theodolit dengan cara diatur kaki statif.
4. Dilihat posisi unting-unting atau tanda sentring optis jika nivo kotak telah
seimbang dan dipastikan posisinya sudah tepat mengarah ke titik di tanah.
5. Diatur nivo tabung pada theodolit menggunakan sekrup A, B, C.

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
DAFTAR PUSTAKA
Sinuraya, Edim. 2010. Pembuatan Peta Wilayah Kecamatan dengan Menggunakan
Global Positioning System. Medan: Universitas Negeri Medan (diakses tanggal 17
September 2021 pukul 20.59 WITA).
Suhendra, Andryan. 2011. Studi Perbandingan Hasil Pengukuran Alat Teodolit Digital
dan Manual: Studi Kasus Pemetaan Situasi Kampus Kijang. Jakarta Barat :
Universitas Bina Nusantara (diakses tanggal 17 September 2021 pukul 13.09
WITA).
Musthafa, Alifia R., Ginardi, R. V. H., dkk. 2016. Sistem Navigasi Indoor
Menggunakan Sinyal Wi-fi dan Kompas Digital Berbasis Integrasi dengan
Smartphone untuk Studi Kasus pada Gedung Bertingkat. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (diakses Tanggal 17 September 2021 pukul 13.57
WITA).
Dhamayanti, E., Khairani, A., dkk. 2015. ‘Techno-Kompas’ Teknologi Kompas Geologi
Digital dan Klinometer Serba Bisa untuk Akuisisi Data Pengukuran Strike-DIP
pada Bidang Geologi, Geofisika, dan Arkeologi, Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada (diakses tanggal 17 September 2021 pukul 14.21 WITA).
Afani, I. Y. N., Yuwono, B. D., dkk. 2019. Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala
Besar Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestris dan Foto Udara
Format Kecil. Semarang: Universitas Diponegoro (diakses tanggal 17 September
2021 pukul 19.38 WITA).
Ammarrohman, F. J., Yuwono, B. D., dkk. 2019. Pemetaan dan Pengukuran untuk
Konstruksi Teknik Sipil. Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses Tanggal 17
September 2021 pukul 22.56 WITA).
Rassarandi, F. D. 2016. Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa
Banyuripan Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Batam: Politeknik Negeri Batam
(diakses tanggal 17 September 2021 pukul 23.52 WITA).
Ardy, M., Turangan, D., dkk. 2016. Pengukuran dan Pemetaan Kampus Politeknik
Negeri Samarinda. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda (diakses tanggal 18
September 2021 pukul 00.16 WITA).

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
Avram, D., Bratosin, I., dkk. 2016. Surveying Theodolite between Past and Future.
Bucharest: University of Agronomic Sciences and Veterinary Medicine of
Bucharest (Diakses tanggal 18 September 2021 pukul 00.50 WITA).
Leonard, Robert. 2011. Compass Swing. Bandung : Universitas Nurtanio Bandung
(diakses tanggal 18 September 2021 21.46 WITA).
Yani, A. dan Ruhimat, M. 2007. Geografi: Menyingkap Fenomena
Geosfer. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
Basuki, Yoyok R. 2020. Dasar Survei dan Pemetaan. Malang: Azhar Publisher,
Malang.
Fish, J. C. L. 2007. Coordinates of Elementary Surveying. London: Curzon Press.
Rijal, S., Barkey, R. A., Nursaputra, M., dkk. 2019. Survey dan Pemetaan Kehutanan.
Makassar: Fakultas Kehutanan Universitan Hasanuddin.

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
LAMPIRAN

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
Maharani Dwi Malik
2009046018
Kelompok 6
Maharani Dwi Malik
2009046018
Kelompok 6
Maharani Dwi Malik
2009046018
Kelompok 6
Maharani Dwi Malik
2009046018
Kelompok 6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpetaan merupakan suatu bidang ilmu yang berhubungan erat dengan peta atau bentuk
permukaan bumi. Selain mempelajari bentuk permukaan bumi, perpetaan juga
mempelajari mengenai proses pemetaan atau pengukuran tanah (surveying). Pemetaan
atau pengukuran tanah (surveying) merupakan proses menyajikan informasi mengenai
permukaan bumi baik berupa bentuk maupun sumber daya alam berdasarkan skala peta,
system proyeksi peta serta symbol-simbol dari unsur muka bumi. Secara umum,
pemetaan atau pengukuran tanah (surveying) merupakan bidang ilmu yang bertujuan
untuk mengukur dan mengumpulkan informasi mengenai fisik bumi dan lingkungan.
Dari pemetaan ini informasi terkait, keputusan perencanaan, penggunaan lahan
pengembangan sumber daya, serta aplikasi pelestarian lingkungan dapat diketahui.

Seseorang yang melaksanakan atau melakukan pemetaan atau pengukuran tanah


(surveying) disebut sebagai surveyor. Seorang surveyor harus bekerja dengan baik dan
profesional, meliputi pengetahuan akademik, keterampilan teknis dan karakternya.
Dalam melakukan pemetaan atau pengukuran tanah, seorang surveyor menggunakan
alat-alat pengukur atau alat survei dalam melaksanakan survey. Alat-alat survey
merupakan hal penting yang perlu disiapkan sebelum dilaksanakan atau melakukan
pemetaan atau pengukuran tanah (surveying). Alat-alat survey yang umum digunakan
oleh surveyor adalah diantaranya, Total Station, Theodolite, Automatic Level atau
Waterpass, GPS Geodetic, GPS Garmin Navigasi, Prisma Polygon, Kompas, Rambu
ukur, dan lain sebagainya.

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6
1.2 Tujuan Penelitian

Maharani Dwi Malik


2009046018
Kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai