Anda di halaman 1dari 21

PERAN CED (CONDONG ECONOMIC DEPARTEMENT) DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Studi Kasus Di Bmt Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah Tasikmalaya

Disusun Oleh:

Natasya Khoirunnisa

402019413076

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

DIVISI MANTINGAN

1443/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..….2

BAB II

Latar belakang…………………………………………………………………….3

Rumusan masalah…………………………………………………………………5

Tujuan penelitian………………………………………………………………….5

BAB II

Landasan teori……………………………………………………...……….……..6

A. Pengertian Baitul mal wa tamwil …………………………..…...………...7


B. Pengertian kesejahteraan …………………………………...……………12

Penelitian terdahulu………………………………………..……………..………15

BAB III

Tempat dan waktu penelitian……………………………….……………………17

Jenis penelitian …………………………………………….…………………….17

Jenis dan sumber data……………………………………….……………….…...17

Teknik pengumpulan data…………………………………………………….….18

Teknik Analisa data……………………………………………….………….…..19

DAFTAR PUSTAKA.…………………………………………………………...21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang mayoritas masyarakatnya adalah


islam dan salah satu negara muslim terbesar di dunia, yang mana mempunyai
peluang untuk menjadi pusat perkembangan keuangan syariah. Namun nyatanya
pertumbuhan keuangan syariah yang terdapat di Indonesia masih lambat.

Hanya sedikit diantara masyarakat Indonesia yang mengetahui industri


keuangan syariah yang terdiri dri perbankan syariah, unit usaha syariah, dan
Lembaga pembiayaan syariah. Menurut OJK (Otoritas jasa keuangan) tingkat
literasi keuangan syariah pada masyarakat Indonesia terbilang masih rendah
dibanding tingkat literasi keuangan konvensional.

Salah satu kota yang memiliki potensi untuk perkembangan keuangan


syariah adalah kota Tasikmalaya. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk kota
Tasikmalaya adalah muslim. Menurut data BPS tahun 2015 menyebutkan bahwa
orang yang beragama islam ada di posisi pertama yaitu 98,472% atau setara
dengan 628.018 jiwa.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kota Tasikmalaya, 2015

Islam Hindu/
Kecamatan Protestan Katolik Lainnya
Islam Budha
  [2] [3] [4] [5] [6]
010. Kawalu 82,127 36 41 - -
020. Tamansari 60,864 59 26 4 -
030. Cibeureum 59,145 35 8 3 -
031. Purbaratu 34,558 24 1 - -
040. Tawang 55,943 891 371 137 10
050. Cihideung 64,353 2,611 976 716 831

3
060. Mangkubumi 80,22 247 47 5 -
070. Indihiang 44,889 136 36 2 -
071. Bungursari 77,613 247 47 5 -
080. Cipedes 68,306 369 252 62 6
Jumlah 628,018 4,655 1,805 934 847
Data BPS, 2015

Tasikmalaya juga sering disebut dengan kota santri karena banyaknya


pondok pesantren di Tasikmalaya baik pondok pesantren modern atau pondok
pesantren salafi. Hal ini juga yang harusnya menjadi salah satu potensi dalam
perkembangan dan literasi keuangan syariah. Jumlah pesantren menurut Kemenag
yang terbagi di 10 kecamatan adalah 270 pondok dengan jumlah santri mukim dan
non mukim adalah 40,021 santri. Pondok pesantren dan alumni pondok pesantren
yang harusnya memiliki literasi keuangan syariah kepada masyarakat kota
Tasikmalaya, justru masih memerlukan pembelajaran tentang keuangan syariah.

N Pondok Santri Santri (Non Jumlah Jumlah


O Kecamatan Pesantren (Mukim) Mukim) santri Ustadz
1 Cihideung 26 2,681 3,187 5,868 187
2 Cipedes 13 1,142 881 2,023 101
3 Tawang 11 1,182 1,162 2,344 71
4 Indihiang 9 456 562 1,018 62
5 Kawalu 44 2,227 2,59 4,817 257
6 Cibeureum 38 7,701 2,004 9,705 298
7 Tamansari 47 2,022 2,315 4,337 279
Mangkubum
8 i 41 2,356 1,304 3,66 214
9 Bungursari 18 1,579 1,231 2,81 139
10 Purbaratu 23 1,41 2,029 3,439 180
  TOTAL 270 22,756 17,265 40,021 1,788
Kemenag,2020

4
Baitul maal wat tamwil adalah salah satu Lembaga keuangan syariah yang
saat ini sedang berkembang sangat pesat. BMT mulai dikenal dimasyarakat pada
tahun 1992. BMT adalah suatu Lembaga yang mana mengumpulkan dana
masyarakat yang akan disalurkan pada masyarakat lain tanpa tujuan laba. BMT
hadir di masyarakat untuk membantu masyarakat dan memberikan solusi
pendanaan yang mudah dan cepat dan terhindar dari riba dan berlandaskan pada
prinsip syariah.

Persepsi anggota BMT tentang peningkatan kesejahteraannya adalah


kondisi dimana masyarakat (anggota BMT tersebut) merasa standar kebutuhan
fisik minumum mereka telah terpenuhi dan mengalami peningkatan termasuk
kebutuhan psikis dan sosial, sehingga merasa lebih baik dan aman serta mampu
menjalankan fungsi individu dan sosialnya menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.

Sementara itu konsep kesejahteraan Dalam ekonomi Islam, kebahagiaan


hidup justru diberikan oleh Allah Swt. kepada siapa saja (laki-laki dan
perempuan) yang mau melakukan amal kebaikan disertai dengan keimanan
kepada Allah Swt. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. Dalam Surat
An-nahl ayat 97, sedangkan tiga indicator untuk mengukur kesejahteraan dan
kebahagiaan adalah pembentukan mental (tauhid), konsumsi, dan hilangnya rasa
takut dan segala bentuk kegelisahan, sebagaimana yang disebutkan Allah Swt.
Dalam Surat Quraisy ayat 3-4.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul di atas, maka permasalahan yang akan diambil sebagai


rumusan masalah adalah bagaimana peran CED dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk


mengetahui bagaimana peran CED ( CONDONG ECONOMIC
DEVELOPMENT) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari tujuan diatas adalah:

1. Bagi pembaca, penelitian ini akan menambah pengetahuan dan wawasan


umumnya bagi masayarakat
2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan dalam
meningkatkan dan mengembangkan jasa keuangan syariah

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Baitul Mal Wa Tamwil


1. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil

Negara Indonesia merupakan penduduk terbesar yang beragamakan Isam


di dunia. Dengan terbesarnya penduduk terbesar yang beragama Islam di dunia
maka negara Indonesia memanfaatkan kondisi tersebut dan dapat menjadi peluang
untuk mengembangkan Ekonomi Syariah di Indonesia. Dengan adanya Ekonomi
Syariah dapat memberikan kegiatan perekonomian secara Islami dan menganut
prinsip-prinsip Isam yaitu A-Qur’an dan AS-Sunnah Hadis.

Lembaga Baitul maal sudah ada sejak jaman Rasulullah yaitu Lembaga
yang bertugas untuk menghimpun dana dan membagikannya seperti zakat, infaq,
dan sedekah.

Baitul Maal Mattamwil (BMT) berasal dari bahasa arab yang terdiri dua
suku kata yaitu bayt al-mal dan bayt al-tamwil. Bayt al-mal berasal dari kata bayt
dan almal, bayt artinya bangunan atau rumah, sedangkan al-mal berarti harta
benda atau kekayaan. Jadi, secara harfiyah bayt al-mal berarti rumah harta atau
kekayaan. Kata bayt al-mal biasa diartikan sebagai perbendaharaan (umum atau
negara). Dari segi istilah fiqih bayt al-mal adalah suatu lembaga atau badan yang
bertugas untuk mengurusi kekayaan negara terutama keuangan, baik yang
berkenaan dengan pemasukan dan pengelolaan, maupun yang berhubungan
dengan masalah pengeluaran dan lain-lain. Sedangkan bayt al-tamwil berarti
rumah penyimpanan harta milik pribadi yang dikelola oleh suatu lembaga.
(Anwar, 2013)

Baitul Maal Wat Tamwil adalah suatu institusi atau lembaga keuangan
syariah yang usaha pokoknya menghimpun dana dari pihak ketiga (anggota
penyimpan) dan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif
dan menguntungkan

7
Baitul Maal Mattamwil (BMT) atau disebut dengan Koperasi Syariah
merupakan lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk menghimpun dan
menyalurkan dana kepada anggotanya dan biasanya beroperasi dalam skala mikro.
Baitul Maal Mattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu :

1. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta) merupakan usaha yang


melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro kecil untuk
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
2. Baitul maal (rumah harta) merupakan bentuk usaha yang berperan dalam
mengumpulkan dan menyalurkan dana non profit, seperti zakat, infak,
shadaqoh dan wakaf. Serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
aturan dan amanatnya

Adapun kegiatan yang dilakukan dan dikembangkan oleh BMT adalah


sebagai berikut :1

1) Menggalang dan menghimpun dana yang digunakan untuk


membiayai usaha-usaha anggotanya. Adanya modal awal adalah
berasal dari simpanan pokok para pendiri BMT itu sendiri.
Kemudian BMT mengembangkan modalnya dari simpanan pokok,
simpanan wajib, dan simpanan sukarela anggota. BMT juga
bekerja sama dengan BUM, proyek-proyek pemerintah, LSM
untuk memperbesar modalnya. Dan para penanam modal akan
mendapat bagi hasil dengan mekanisme yang telah diatur.
2) Memberikan pembiayaan kepada anggota sesuai dengan kelayakan
yang dilakukan oleh pengelola BMT Bersama anggota yang
bersangkutan.
3) Mengelola usaha simpan pinjam secara professional sehingga
mendapat keuntungan yang dapat dipertanggung jawabkan.

1
Amalia Euis, Keadilan Distribusi Dalam Ekonomi Islam Penguatan PeranLKM Dan UKM Di
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 45

8
4) Mengembangkan usaha-usaha di sector riil yang tujuannya untuk
mendapat keuntungan dan menunjang usaha anggota.

BMT juga memerlukan modal untuk melaksanakan operasionalnya,


Adapun modal yang dihimpun adalah sebagai berikut :

1) Simpanan pokok khusus yaitu modal awal untuk mendirikan BMT


dan jumlahnya tidak terbatas
2) Simpanan pokok yaitu simpanan yang menjadi bukti
keanggotaanya di BMT tersebut dan jumlahnya sama pada setiap
anggota dan bisa diangsur.
3) Simpanan wajib yaitu simpanan yang wajib dibayar oleh setiap
anggota BMT sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4) Simpanan sukarela yaitu simpanan atau titipan anggota BMT bisa
dalam bentuk tabungan, deposito atau yang lain dalam bentuk yang
sah.
5) Jasa yaitu salah satu produk BMT. Anggota yang telah memenuhi
persyaratan dapat memperoleh peelayanan jasa keuangan yang ada
di BMT
6) Wadiah yaitu titipan umum yang ada di BMT disimpan sebagai
dana sosial seperti zakat, infaq, dan sedekah.2
2. Prinsip-prinsip BMT

Adapun prinsip-prinsip yang ada di BMT terbagi menjadi dua adalah


sebagai berikut:

1) Prinsip Wadi’ah, Wadi’ah adalah titipan yaitu titipan dari anggota


kepada BMT. Wadi’ah terbagi menjadi dua antara lain :
a) Wadi’ah Amanah yaitu Yaitu penitipan barang atau uang,
dimana BMT tidak memiliki kewenangan untuk
memanfaatkan barang tersebut. Penyimpanan menitipkan
barangnya sematamata karena menginginkan keamanan dan
2
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 365.

9
kenyamanan, karena jika hanya disimpan di rumah
mungkin tidak aman. Atas produk ini BMT akan menarik
biaya penyimpanan, administrasi, serta biaya lainnya yang
melekat pada penyimpanan dan pengamanan
b) Wadi’ah Yad Dhamanah yaitu penitipan barang atau uang
(umumnya uang), di mana BMT berwenang untuk
mengelola dana tersebut. Atas dasar kewenangan ini BMT
akan memberikan kompensasi berupa bonus kepada
penyimpan. Pada umumnya produk ini di manfaatkan untuk
menampung dana-dana sosial. BMT dapat menerapkan
produk ini untuk menampung titipan zakat, infaq, sedekah,
dan dana sosial lainnya.
2) Prinsip mudharabah, kata mudharabah yang dimaksud dalam
BMT adalah bagi hasil antara pemilik dana (shahibul maaal)
dengan pengusaha (mudharib). Mudharabah dibagi menjadi dua
antara lain
a) Mudharabah mutlaqah yaitu akad penyimpanan dari
anggota kepada BMT dengan bagi hasil, di mana BMT
tidak mendapat pembatasan apa pun dalam penggunaan
dananya. BMT diberikan kebebasan untuk memanfaatkan
dana simpanan untuk pengembangan usaha BMT. Atas
dasar akad ini, BMT akan berbagi hasil dengan anggota
dengan kesepakatan nisbah diawal akad
b) Mudharabah muqayadah (terikat) yaitu akad penyimpanan
dari anggota kepada BMT dengan sistem bagi hasil, di
mana BMT dibatasi dalam penggunaan dananya. Sejak
awal disepakati, bahwa dana tersebut hanya dapat
dialokasikan untuk membiayai proyek tertentu. Atas dasar
akad ini, BMT tidak dapat melakukan penyimpangan dalam
penggunaannya. Kesepakatan besarnya bagi hasil dilakukan
dimuka dengan nisbah tertentu. Contohnya adalah produk

10
ini adalah, adanya dana program dari pemerintah untuk
membiayai program dari pemerintah untuk membiayai
program khusus, seperti UKM sentra, dan lain-lain.
3. Fungsi BMT

Baitul Mal Wa tamwil juga memiliki beberapa fungsi antara lain :

1) Penghimpunan dan penyaluran dana, dengan menyimpan uang di


BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul
unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit deficit
(pihak yang kekurangan dana).
2) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat
pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk
memenuhi kewajiban untuk lembaga/ perorangan
3) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan
memberi pendapatan kepada para pegawainya.
4) Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat
mengenai resiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga
tersebut.
5) Sebagai satu lembaga keuangan mikro yang dapat memberikan
pembiayaan bagi usaha kecil, mikro dan juga koperasi dengan
kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi usaha
mikro kecil tersebut
4. Peran BMT
1) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non
Islam. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang
arti penting sistem ekonomi Islam. Hal ini bias dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami,
misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, di larang curang dalam
menimbang barang, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya.
2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus
besikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro

11
mislanya denganpembinaan, penyuluhan, dan pengawasan
terhadap usaha-usaha nasabah.
3) Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih
tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi
keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka
BMT harus mampu melayani masyarakata lebih baik, misalnya
selalu tersedia dana tiap saat, birokrasi yang sederhana, dan lain
sebagainya.
4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang
merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat
yang kompleks di tuntut harus pandai bersikap, oleh karena itu
langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka
pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam
masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan
nasabah dalam hal golongan nasabah dan juga jenis pembiayaan
yang dilakukan.
B. Kesejahteraan
1. Pengertian kesejahteraan

Kesejahteraan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah aman,


Sentosa, Makmur, selamat dari gangguan. Jadi Kesejahteraan adalah salah satu
unsur penting untuk meningkatkan kehidupan dalam suatu masyarakat baik secara
individu ataupun kelompok. Sehingga dalam mencapai suatu kesejahteraan
manusia rela mengorbankan waktu, tenaga, fikiran, keluarga bahkan agamanya.

Menurut Mark Skousen yang merupakan salah satu ilmuan yang terkenal
dengan ide-ide tentang ekonomi, beliau mengatakan bahwa ada 7 indikator agar
tercipta suatu kesejahteraan, terhindar dari kemiskinan, terhindar dari krisis
ekonomi. Indicator tersebut antara lain:

1. Memproritaskan produksi daripada konsumsi


2. Mengantisipasi pengeluaran deficit dan hutang yang terlalu besar
3. Menerapkan kebijakan tabungan

12
4. Perencanaan terpusat dan totalitarisme
5. System finansial perlu menciptakan kerangka kerja yang bisa
meminimalisir inflasi
6. Kebijakan yang mampu menciptakan kesejahteraan dalam jangka Panjang
dengan memberikan kebebasan terjadinya pergerakan modal uang dari
satu tempat ke tempat lain
7. Mengurangkan polusi sebagai upaya meningkatkan produktifitas dan
standar hidup masyarakat.

Ide yang dipaparkan Mark tente tidak terdapat unsur spiritual, akhlaq, dan
adab karena Mark hanya melihat kesejahteraan itu Ketika diawali dari aspek
ekonomi yang terpenuhi dengan baik maka keamanan dan kedamaian akan
tercipta, padahal semakin tinggi pendapatan dan kemampuan seseorang dalam
konsumsi maka akan semakin tinggi pula tingkat kriminalitas karena dorongan
nafsu yang tidak terbatas.

Kemudian menurut Undang-undang No 11 tahun 2009 menjelaskan bahwa


kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri
sehingga dapat memenuhi kehiduan sosialnya. Sedangkan penyelenggara
kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan
sosialguna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi
rehabilitas sosial, jeminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Kesejahteraan adalah salah satu indicator keberhasilan dan kesuksesan


seseorang. Kesejahteraan diawali dengan individu dengan kemapanan dan
kemudahan dalam mencari pekerjaan atau lulus di sebuah universitas atau bekerja
di perusahaan dengan gaji yang tinggi. Kemudian dikembangkan dalam tingkat
keluarga yaitu keluarga yang sejahtera adalah keluarga yang berencana,
berkualitas, strata sosial yang mencukupi Pendidikan, Kesehatan, kebudayaan,
politik, sosial, dan spiritual. Kemudian kesejahteraan dikembangkan lagi sampai
pada level masyarakat umum, masyarakat yang sejahtera adalah penduduk telah

13
terpenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya dan tidak ada penduduk yang
meninta-minta.

Kemudian menurut badan pusat statistic (2015) indicator kesejahteraan


memiliki delapan pendekatan yaitu kependudukan, tingkat Kesehatan dan gizi,
Pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
lingkungan, kemiskinan, dan sosial.

Dalam Indeks kesejahteraan Indonesia, BPS telah mnetapkan 18 variabel


umtuk mengukur tingkat kesejahteraan yaitu laju pertumbuhan penduduk(LPP),
kepadatan penduduk per KM, angka melek huruf (AMH), rata-rata lama sekolah,
angka harapan hidup, pengeluaran per Kapita, persentase rata-rata untuk konsumsi
makanan, persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri,
persentase rumah tangga dengan jenis lantai bukan tanah, persentase rumah
tangga dengan luas lantai <20 M2, Persentase rumah tangga dengan dinding
tembok, persentase rumah tangga dengan sumber penerangan dari PLN,
persentase rumah tangga dengan fasilitas buang air besar sendiri, persentase
penduduk miskin, jumlah pengangguran terbuka, persentase penduduk yang
memiliki keluhan Kesehatan sebulan yang lalu, persentase penduduk mengalami
keluhan Kesehatan dan kegiatannya terganggu, dan jumlah penduduk bekerja.

2. Kesejahteraan dalam perspektif islam

Chapra menggambarkan secara jelas bagaimana eratnya hubungan antara


Syariat Islam dengan kemaslahatan. Ekonomi Islam yang merupakan salah satu
bagian dari Syariat Islam, tentu mempunyai tujuan yang tidak lepas dari tujuan
utama Syariat Islam. Tujuan utama ekonomi Islam adalah merealisasikan tujuan
manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah), serta kehidupan
yang baik dan terhormat (al-hayah al-thayyibah). Ini merupakan definisi
kesejahteraan dalam pandangan Islam, yang tentu saja berbeda secara mendasar
dengan pengertian kesejahteraan dalam ekonomi konvensional yang sekuler dan
materialistic (Chapra, 2001: 102).

14
Konsep kesejahteraan dalam perspektif islam bukan hanya dilihat dari hal-
hal duniawi seperti konsumsi, Kesehatan, perumahan, fasilitas, tempat tinggal.
Akan tetapi kesejahteraan dalam perspektif islam yaitu bisa dicapai apabila
seseorang dapat memainkan peranan nya dengan baik sebagai khalifah fii dunya
dan sebagai hamba Allah S.W.T. Sehingga kesejahteraan itu dapat membawa
kepada falah yang akan membawa kepada sa’adah fii dunya wa sa’adah fii
akhiroh. sehingga dapat disimpulkan bahwa indicator kesejahteraan dapat dilihat
dari dua aspek, bukan hanya dari sisi material saja tapi juga dari sisi spiritual.3

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kehidupan yang baik itu
mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari “Abdullah bin
‘Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh beruntung orang yang
berserah diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup, dan diberikan perasaan cukup
oleh Allah atas apa yang teah Dia berikan kepadanya”. (HR. Muslim)4

C. Penelitian Terdahulu

Jurnal Mohamad Safri Ferdiansyah,Muhamad Saefudin,Jamaluddin


Assidiqy,Muhammad Roy Purwanto “pengaruh baitul maal wa tamwil (bmt) siti
halimah terhadap kemajuan ekonomi nasabahnya di kecamatan prambanan
klaten” yaitu Pelayanan yang diberikan oleh pihak BMT Siti Halimah sudah
memuaskan dan juga dari pihak nasabah merasakan secara langsung hal tersebut.
Pelayanan yang dimaksud adalah seperti ramah, murah senyum, rajin, tepat
waktu, respon yang jelas, amanah dalam menjalankan tugas, kreatif dan inovatif.

Aulia Laita M “Peran Baitul Maal Mattamwil (Bmt) Dalam


Meningkatkan Perekonomian Masyarakat” mengatakan bahwa BMT dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan taraf hidup
perkenomian yang lemah, dengan memberikan pembiayaan untuk menambah
modal Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga usaha kecil mampu

3
Syamsuri, Ekonomi pembangunan islam, (Unida Gontor Press, Ponorogo, 2020), hal 109
4
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, (Pustaka
Imam Syafi’i, Jakarta: 2008), hal 188.

15
mengelola dan meningkatkan produktivitas pengusaha mikro. Dengan demikian
masyarakat kecil tidak lagi meminjam kepada renternir yang tidak akan
menyelesaikan masalah tapi malah mencekik masyarkat kecil lantaran memberi
pinjaman dengan bunga yang tinggi.

Nourma Dewi, S.H.,M.H “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil


(Bmt) Dalam Sistem Perekonomian Di Indonesia” mengatakan bahwa BMT
merupakan lembaga keuangan mikro yang mempunyai karakteristik khusus
karena dalam pelaksanaannya memperhatikan nilai komersil dan nilai sosial.
Selain itu, bentuk badan hukum BMT yang bisa berbentuk koperasi atau PT
membuat peraturan yang melandasi kegiatan BMT ini cukup beragam, yaitu
Undang-Undang Nomor no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Selain undang-undang tersebut,
terdapat berbagai macam peraturan yang membantu pelaksanaan BMT.

Jurnal Risky Nurfadillah “Peran Optimalisasi Baitul Maal Wattamwil


(Bmt) Dalam Peningkatan Perekonomian Rakyat Melalui Umkm” mengatakan
bahwa Pengaruh BMT memberikan dampak yang signifikan terhadap percepatan
pertumbuhan usaha menengah kecil mikro (UMKM). Untuk itu perluhadanya
optimalisasi dari produk BMT itu sendiri, mapabila produk BMT
mengoptimalisasikan pemasaran produk pembiayaan usaha, maka nantinya juga
akan berdampak pada pengoptimalisasian pada pemasaran produk pembiayaan
oleh para pelaku usaha menengah kecil mikro (UMKM). Peran BMT dalam
memberikan kontribusi berupa permodalan atau pendanaan kepada gerak
rodabekonomi kecil jelas riil, begitu pula dengan UMKM bakan bisa menyerap
pekerja dan semakin maju yang pastinya sangatmmembantu dalam perekonomian
dan mengentas kemikinan yang terjadi akibat kurangnya pekerjaan

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di CED (condong economic development)
Kp.Nyompet Kelurahan Setianagara Kecamatan Cibereum Kota Tasikmalaya
Jawa barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2022 sampai semua data data
yang dibutuhkan untuk Menyusun skripsi telah terpenuhi.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif karena diperoleh dengan
menggunakan prosedur data-data statistic. Pada penelitian ini menggunakan
penelitian statistic deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan yang bertujuan untuk
mengetahui nilai masing-masing variable baik satu variable atau lebih yang
sifatnya independent untuk mendapatkan gambaran tentang variable-variabel
tersebut.5 Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian
sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur.
Penelitian deskriptif ini berupaya memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat
dari suatu situasi.
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek


atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

5
Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan Kuantitatif)

17
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nasabah CED ( Condong Economic Development) dan pengelola
CED.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel adalah Sebagian anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan Teknik tertentu yang disebut dengan Teknik sampling.

Fungsi Teknik sampling (Usman & Akbar, 2009) antara lain :

a) Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang


mewakili
b) Populasinya repsentatif sehingga kesimpulan terhadap populasi
dapat dipertanggung jawabkan
c) Lebih teliti terhitung yang sedikit daripada banyak
d) Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, Metode Penelitian
Bisnis, 2013).

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:

1. Kuisioner atau angket

Kuisioner yang akan disebarkan pada semua nasabah dan pengelola BMT
dengan metode offline atau secara langsung kepada responden. Angket adalah
daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden yang telah
disusun secara sistematis kemudian diisi oleh reponden.

18
2. Wawancara

Wawancara proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan


cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara sipewawancara dengan responden
dengan mengunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).6

Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar


wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung,
sehingga mendapatkan data yang diperlukan7 .

Dalam hal ini metode wawancara yang penulis gunakan adalah metode
wawancara tersetruktur, yaitu pedoman wawancara yang semuanya telah
dirumuskan dengan cermat sehingga dalam wawancara .menjadi lancar dan tidak
kaku8.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data yang di gunakan


dalam metodologi penelitian sosial. Metode dekomentasi adalah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Menurut Suharsimi Arikunto, metode
dokumentasi yaitu, mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya9 .

Metode ini penulis gunakan dengan memanfaatkan sumber-sumber berupa


data dan catatan yang mempunyai relevansi dengan CED

E. Teknik Analisa Data

Metoda analisis data dalam penelitian ini menggunakan struktural


equation model (SEM). Pada dasarnya SEM adalah merupakan kombinasi dari
multiple regression dengan factor analysis dan path analysis secara simultan dan
tetap efisien. SEM disebut sebagai generasi kedua dari analisis multi variate.

6
Moh. Nasir, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, h.174
7
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara,
2003, h. 57
8
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h. 117
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta Cet Ke X (edisi
revisi III), h. 231

19
Teknik analisis SEM dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan software
IBM SPSS AMOS versi 22.0 (Purnamasari dan Darma, 2011).

Pengujian dilakukan terhadap hubungan-hubungan antara variabel yang


ada pada model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan
antar konstruk. Teknik analisis data menggunakan tahapan pemodelan dan analisis
persamaan struktural dibagi menjadi 7 langkah yaitu:

1. Pengembangan model secara teoritis


2. Menyusun diagram jalur
3. Mengubah diagram jalur menjadi persamaan struktural
4. Memilih matrik input untuk analisis data
5. Menilai identifikasi model struktural
6. Mengevaluasi kriteria goodness of fit
7. Interpretasi data dan modifikasi model

20
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

Chapra, Umer. 2011. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press

Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. 2008. Tafsir Ibnu
Katsir.

Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I

Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan Kuantitatif)

Abdul, Manan 2010. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan


Peradilan Agama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Euis, Amalia 2009 Keadilan Distribusi Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran
LKM Dan UKM Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers
Syamsuri, Ekonomi pembangunan islam, 2020, Unida Gontor Press, Ponorogo
Falihah Ety Ihda Peran Baitul Maal Wat Tamwil Dalam Upaya Pemberdayan
Usaha

Mikro Di Koperasi Bmt-Mmu Kraton Sidogiri Pasuruan Malang, :


Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (Uin), 2007

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwi, Yogyakarta: UII Press,


2004.

21

Anda mungkin juga menyukai