Kelompok 1 - Artikel Konsumsi Sumbar

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI

DI SUMATERA BARAT

Anggi Deprison (1), Sri Khaviva(2), Ahmad Fandi(3), Media Intan Peruzia (4)
Melisa Herma Fitria(5), Adinda Sri Pratama(6)
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (kampus 2), Universitas Andalas

Abstrak
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur dalam melihat dan
menganalisis tingkat perkembangan ekonomi wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini
berfokus pada menganalisis faktor yang mempenggaruhi konsumsi PDRB di Sumatera
Barat diantaranya adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi
pemerintah, dan inflasi pada periode 2012 - 2021. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini merupakan data time series yang diperoleh dari BPS Sumatera Barat. Dalam
menentukan tujuan tersebut maka digunakan analisis dengan metode Ordinary Least
Square (OLS).Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengeluaran pemerintah
berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat. Sedangkan untuk
pengeluaran rumah tangga dan inflasi tidak berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi
di Sumatera Barat.Oleh karenanya, pemerintah perlu melakukan upaya meningkatkan
PDRB sebagai faktor yang signifikan terhadap menentukan jumlah konsumsi
pemerintah dan rumah tangga agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu,
pemerintah juga perlu mendorong sektor rill sehingga dapat meningkatkan output
dimana konsumi dan pertumbuhan ekonomi dapat mengalami peningkatan.
Kata Kunci : Konsumsi, Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Rumah
Tangga, Inflasi
Abstract
Economic growth is one of the benchmarks in viewing and analyzing the level of
economic development in the region. The purpose of this study focuses on analyzing the
factors that affect GRDP consumption in Sumatera Barat including household
consumption expenditure, government consumption expenditure, and inflation in the
period 2012 - 2021. The data obtained in this study is time series data obtained from the
West Sumatra BPS. In determining these goals, an analysis using the Ordinary Least
Square (OLS) method is used. The results of this study show that government spending
has a significant effect on consumption in Sumatra Barat. Meanwhile, household
expenditure and inflation do not significantly affect consumption in West Sumatra.
Therefore, the government needs to make efforts to increase GDP as a significant factor
in determining the amount of government and household consumption for high
economic growth. In addition, the government also needs to encourage the real sector
so that it can increase output where consumption and economic growth can increase.
Keywords: Consumption, Economic Growth, Government Spending, Households,
Inflation
I. LATAR BELAKANG

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan


oleh rumah tangga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang
melakukan transaksi belanja. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh tabungan, kosumsi,
penda patan disposible, pertumbuahan ekonomi, dan kosumsi periode sebelumnya.
Menurut Dornbush (2008) konsumsi hampir dapat di prediksi dengan sempurna dengan
periode sebelumbya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan oleh adanya kegiatan
dari kosumsi. Kegiatan produksi akan dapat menimbukan pertumbuhan ekonomi.
Naiknya produksi akan meningkatkan pendapatan. Meningkatnya pendapatan
merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi disebut sebagai naiknya GDP (Gross Domestic Product)
tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan
penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya
(Suryana,2005). Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Bila
pertumbuhan ekonomi naik, maka konsumsi masyarakat akan meningkat. Karena
pertumbuhan ekonomi ditandai dengan kenaikan output yang berakibat pada
mingkatnya pendapatan masyarakat. Selain untuk dikonsumsi pendapatan juga bisa
digunakan untuk menabung. Tabungan juga salah indikator untuk menentukan
pendapatan suatu daerah. Pendapatan disposible yang digunakan untuk menabung
merupakan pendapatan yang tersisa karena tidak habis untuk kosumsi.
Provinsi Sumatera Barat mengalami pertumbuhan ekonomi dan tingkat
kosumsi dari tahun ke tahun berfluktuasi. Di lihat pertumbuhan ekonomi sumatera barat
dalm jangka 12 tahun terakhir terus mengalami fluktuasi. Dari tahun 2001-2010
mengalami fluktuasi. Konsumsi terendah terjadi pada tahun 2009, sebesar 1,64%, tetapi
tabungan mengalami peningkatan, seharusnya meningkatnya kosumsi jadi tabungan
menurun. Konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2005, sebesar 4,85% disebabkan oleh
naiknya harga barang-barang akibat naiknya harga BBM. Sehingga masyarakat
membelanjakan uang untuk kosumsi dan tabungan masyarakat menjadi berkurang. Dan
pertumbuhan ekonomi sebagai variabel endogen, mengalami peningkatan pertumbuhan
dari minus 5,47 persen menjadi 5,73 persen.

2
Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi kosumsi di sumatera barat. Selain itu untuk menganalisis pengaruh
kosumsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.

II. KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang mempengaruhi faktor konsumsi masyarakat Sumatra


Barat yang juga sudah dilakukan.

No Variabel Yang Model Yang


Penulis Hasil Arah
. Digunakan Digunakan
1. (Gulanda, 2013) - Pendapatan Signifikan Negatif Two
disposibel stayleast
- Suku bunga riil Tidak Negatif square
signifikan (TSLS)
- Konsumsi Signifikan Positif
- Pemerintah Signifikan Positif
- Net ekspor Signifikan Positif
- Investasi Signifikan Positif
- Kurs Tidak Negatif
signifikan

2. (Tamu et al., - Pendidikan Signifikan Positif Kualitatif


2011) - Pendapatan Siginifikan Positif
3. (Eryanto, 2018) -Konsumsi Signifikan Positif Penyesuain
Masyarakat Parsial/PAM
- Produk Signifikan Positif
Domestik Bruto
- Inflasi Signifikan Negatif

-Suku Bunga Tidak Negatif


signifikan

3
Deposito
4. (Ningsih, 2016) -Pertumbuhan Signifikan Positif Two stages
Ekonomi least square
-Konsumsi Signifikan Positif (TSLS)
-Investasi Signifikan Positif
-Pengeluaran Signifikan Positif
Pemerintah
- Net Ekspor Signifikan Positif

- Pendapatan Signifikan Positif

Disposibel
- Konsumsi Signifikan Positif

Periode
Signifikan Positif
Sebelumnya
- Suku Bunga
5. (Nurhuda.N et al., - Konsumsi Signifikan Positif Berganda
2557) - Pertumbuhan Signifikan Positif
Ekonomi
- Konsumsi Signifikan Positif
Periode
Sebelumnya
- Pendapatan Signifikan Positif

Disposibel
Signifikan Positif
- Kapital
Signifikan Positif
- Tenaga kerja

6. (Jolianis, 2012) - Konsumsi Signifikan Positif Berganda


rumah tangga
- Investasi Signifikan Positif
- pendapatan
nasional
7. (Deprianto et al., - Konsumsi Signifikan Positif OLS
2016) rumah tangga
- Investasi Signifikan Positif

4
swasta Signifikan Positif
- Belanja
pembangunan
dan PAD Signifikan Positif

- Tenaga kerja Signifikan Positif

- Perekonomian
daerah

III. METODE PENELITIAN

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis metode OLS (Ordinary
Least Square). Metode OLS adalah metode dasar yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu masalah dalam data dengan penyelesaian berbentuk model regresi linier. Metode
ini bertujuan untuk meninalisir jumlah kuadrat kesalahan dengan mengestimasi suatu
garis regresi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari lembaga atau intansi yang terkait laporan tahunan, statistik ekonomi, BPS (Badan
Pusat Statistik). Dimana dalam ini menggunakan uji linearitas,heterokedastisitas,uji
autokorelasi,uji normalitas dan juga uji multikoleraritas.
Pada penelitian ini dapat dari mdel yang digunakan pada penelitian sebelumnya
kemudian ditransformasikan ke mdel sederhana yaitu:

y=β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + μ

Dimana Y = PDRB
X1 = Inflasi
X2 = Konsumsi rumah tangga
X3 = Konsumsi pemerintah
Uji asumsi klasik

1. Uji linearitas

5
Uji linearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah 2 atau lebih variabel yang
di teliti mempunyi hubungan yang signifikan
 Jika nilai porbabilitas nya > 0,05 maka hubungan antara variabel X dan
variabel Y nya signifikan.
 Jika nilai probabilitas nya < 0,05 maka hubugan antara variabel X dan
juga variabel Y nya tidak signifikan.

2. Uji heterokedastisitas
uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihatapakah mempunyai ketidaksamaan
varian dari residual dari pengamatan satu dengan pengamatan lainnya. Jika
terjadinya ketidksamaan dalam varian berarti adanya masalah dalam
heterokedastisitas.
 Jika nilai probabilitas > 0,05,maka hipotesisnya Ho tidak ditolak dan H1
ditolak.
 Jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka hipotesisnya Ho di tolak dan H1
tidak di tolak.

3. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi ini nertujuan untuk melihat ada atau tidaknya yang terjadi pada
asumsi klasik. Syarat nya yaitu tidak terjadinya autokorelasi dalam model
regresi.
 Jika probabilitas nya > 0,05 berarti uji tersebut memenuhi asumsi yaitu
tidak terjadinya autokorelasi.
 Jika probabilitas nya < 0,05 berarti uji tersebut tidak memenuhi asumsi
yaitu adanya autokorelasi.

4. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa data sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
 Jika nilai probabilitas nya > 0,05 artinya data sampel tersebut
terdistribusi normal.

6
 Jika nilai probabilitasnya < 0,05 artinya data sampel yang digunakan
tidak terdistribusi normal.

5. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan
mempunyai korelasi yang tinggi antara variabel bebas.
 Jika vif > 0,10 berarti uji tersebut mengalami multikolinearitas.
 Jiak vif < 0,10 berarti uji tersebut tidak mengalami multikolinearitas.

IV. HASIL Dan PEMBAHASAN

 HASIL

. reg PDRB Inflasi PengeluaranKonsumsiRumahTangg PengeluaranKonsumsiPemerintah

Source SS df MS Number of obs = 10


F(3, 6) = 185.92
Model 1250.00603 3 416.668676 Prob > F = 0.0000
Residual 13.4464234 6 2.24107057 R-squared = 0.9894
Adj R-squared = 0.9840
Total 1263.45245 9 140.383606 Root MSE = 1.497

PDRB Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Inflasi -.0980955 .1627462 -0.60 0.569 -.4963212 .3001302


PengeluaranKonsumsiRumahTangg .0428994 .0436443 0.98 0.364 -.0638942 .1496931
PengeluaranKonsumsiPemerintah .6689327 .0453615 14.75 0.000 .5579372 .7799282
_cons 29.12462 6.389711 4.56 0.004 13.48956 44.75968

y=β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + μ

PDRB = 29,1 - 0,098 inflasi + 0,04konsumsi rumah tangga + 0,66 konsumsi


pemerintah+ μ

7
Nilai estimasi variabel bebas dan konstan

Jika yang bersangkutan inflasi,maka PDRB turun sebesar 0,09 artinya jika yang
bersangkutan tidak inflasi maka PDRB tidah mengalami perubahan
Jika pngeluaran konsumsi rumah tangga naik satu tingkat,maka inflasi juga naik sebesar
0,04
Jika pengeluaran konsumsi pemerintah naik satu tahun,maka PDRB inflasi juga naik
sebesar 0,66

Uji Hipotesis

H0 = jika tidak signifikan


H1 = jika signifikan
Uji Hipotesis Simultan , diketahui nilai probability dari f nya adalah 0.0000 < 0,05 ,
maka secara simultan variabel bebas signifikan mempengaruhi PDRB. Jadi HO ditolak
dan H1 diterima.

Uji Hipotesis Parsial, diketahuin nilai p>|t|

Variabel inflasi
inflasi dan pengeluaran konsumsi rumah tangga secara parsial tidak signifikan
memenuhi nilai PDRB.Pengeluaran konsumsi pemerintah secara parsial signifikan
memenuhi nilai PDRB

Variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga


Diketahui nilai p>|t| dari variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar
0,364 > 0,05 yang tidakmemenuhu nilai PDRB.

Variabel pengeluaran konsumsi pemerintah


Diketahui nilai p>|t| dari variabel pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar
0.004 < 0,05 yang signifikan memenuhi nilai PDRB. H0 ditolak dan H1 diterima

8
R-SQUARE
Diketahui r-square sebesar 0.98 x 100% = 98,% artinya variabel terikat dapat
dijelaska sebesar 98% dan 2% dijelaskan oleh error.

1. Uji Linearitas

Ramsey RESET test using powers of the fitted values of PDRB


Ho: model has no omitted variables

F(3, 3) = 9.23
Prob > F = 0.0503

Uji regresi kinear harus mempunyai sifat homoskedastisitas.Untuk uji


heteroskesastisitas banyak metode,tetapi yang digunakan dibawah adalah metode
Breusch-Pagan.Dukatajan tudak terjadi gejala heteroskesastisitas apabila nilai P value
yang ditunjukan dengan "Prob > chi2" nilainya > 0,05. Dari hasil data duatas
menunjukan garga F sebesar 9.23 dengan signifikasi 0.0503,maka diperoleh kesimpulsn
bahwa ( 0.0503 > 0.05 ) maka hipotesis yang diberikan,Ho tidak ditolak berarti datanya
linearitas

2. Heteroskedastisitas

 Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity


Ho: Constant variance
Variables: fitted values of PDRB

chi2(1) = 0.65
Prob > chi2 = 0.4208

Dilihat dari hasil di atas, dapat dikatakan bahwa nilainya di atas/besar dari
0,05.nilai 0,65>0,05 sehingga datanya homoskedastisitas.

9
 Cameron & Trivedi's decomposition of IM-test

Source chi2 df p

Heteroskedasticity 10.00 9 0.3505


Skewness 0.93 3 0.8171
Kurtosis 0.27 1 0.6057

Total 11.20 13 0.5940

Chi2 = 10.00
Prob > chi2 = 0.3505

3. Uji Autokorelasi

Time variable: Tahun, 2012 to 2021


Delta: 1 unit

 Breusch-Godfrey LM test for autocorrelation


lags(p) chi2 df Prob > chi2

1 2.483 1 0.1151

H0: no serial correlation

Berdasarkan data diatas uji Breusch-Godfrey Lm test dengan signifikan > 0,05
(0,1151 > 0,05) maka model regresi tidak terdapat masakah autokorekasi.

4. Uji Normalitas

. swilk uhat

Shapiro-Wilk W test for normal data

Variable Obs W V z Prob>z

uhat 10 0.91401 1.325 0.497 0.30971

10
Berdasarkan data diatas nilai signifikan (p) shapiro-Wilk adalah 0,39971 ( p > 0,05 ),
sehingga berdasarkan uji normalitas shapiro-wilk data terdistribusi normal.

5. Uji Multikoleraritas

. vif

Variable VIF 1/VIF

Pengeluara~h 2.28 0.438072


Pengeluara~g 1.74 0.576051
Inflasi 1.60 0.626184

Mean VIF 1.87

Berdasarkan pengujian muktikolinearitas diatas,apabila 1 / VIF 0,1 artinya


dakam pengujian ini tidak terdapat gejala muktikolinearitas.Berdasarkan hasil uji pada
tabek diatas perhitungan nilai varuance inflasi factor (VIF) menunjukan bahwa dalam
uji ini mempunyai nilai VIF < 10,maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
muktikolinearitas antar variabel bebas dalam modek regresi

1. PEMBAHASAN

pengeluaran pemerintah berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi di


Sumatera Barat. Sedangkan untuk pengeluaran rumah tangga dan inflasi tidak
berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat.Inflasi mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Artinya,
jika inflasi naik maka akan menurunkan pengeluaran konsumsi rumah tangga di
Sumatera Barat Oleh karenanya, pemerintah perlu melakukan upaya meningkatkan
PDRB sebagai faktor yang signifikan terhadap menentukan jumlah konsumsi
pemerintah dan rumah tangga agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Hasik penelitian
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, Menurut Keynes
(Mankiw,2003) menyatakan bahwa hubungan antara konsumsi dan suku bunga
mempunyai arah yang bertentangan, dimana suku bunga yang meningkat akan

11
mengurangi pola konsumsi masyarakat.Hal ini disebabkan masyarakat lebih memilih
untuk menabung sebagian oendau ketimbang untuk pengeluaran konsumsi karena
kompensasi bunga yang diterima.Keadaan ini menggy bahwa berapapun tingginya suku
bunga tidak akan mempengaruhi masarakaty untuk melakukan pengeluaran.

Pendapatan yang di dapatkan akanmempengaruhi pengeluaran konsumsi yang


dilakukan oleh setiap rumah tangga di dalamperekonomian. Jika pendapatan bertambah
besar maka pengeluaran konsumsi mereka akanbertambah besar juga. Tetapi,
pendapatan yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi hanyasebagian dari
pendapatan yang mereka dapatkan (Mashudi dkk, 2017).
Keynes berpendapat bahwa faktor utama yang menentukan tingkat konsumsi
rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Hubungan konsumsi
dengan pendapatan mempunyai hubungan yang positif. Jika pendapatan semakin tinggi
maka konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga akan semakintinggi. Namun,
tambahan konsumsi tersebut dalam jumlah yang lebih kecil dari tambahanpendapatan
(Sukirno, 2016). Perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap daya beli
(Rahardjadan Manurung, 2008). Jika pendapatan meningkat maka konsumen akan
mendapatkan barang dalamjumlah yang lebih banyak.
Demikian juga sebaliknya, jika pendapatan menurun maka konsumen akan
mendapatkan barang dalam jumlah yang lebih sedikit (Basalim dan Alim, 2003)
Konsumsi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatra
Barat.Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara konsumsi terhadao pertumbuhan
ekonomi mengundi bahwasanya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh konsumsi.Hak
ini dikarenakan apabila terjadi kenaiakan konsumsi berarti permintaan terhadap barang
dan jasa juga ikut meningkat.
Jika daya beli meningkat akan berdampak pada peningkatan
konsumsi.Sebaliknha jika pendapatan menurun daya beli masyarakat akan menurun
juga.Berarti daya beli yang semakin menurun akan berdampak terhadak penurunan
konsumsi.

12
V. PENUTUP

Kesimpulan

Pengeluaran pemerintah berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi di


Sumatera Barat. Sedangkan untuk pengeluaran rumah tangga dan inflasi tidak
berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat.Inflasi mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Artinya,
jika inflasi naik maka akan menurunkan pengeluaran konsumsi rumah tangga di
Sumatera Barat Oleh karenanya, pemerintah perlu melakukan upaya meningkatkan
PDRB sebagai faktor yang signifikan terhadap menentukan jumlah konsumsi
pemerintah dan rumah tangga agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi mempengaruhi
masyarakat untuk melakukan pengeluaran.
Pendapatan yang di dapatkan akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi yang
dilakukan oleh setiap rumah tangga di dalam perekonomian. Jika pendapatan bertambah
besar maka pengeluaran konsumsi mereka akanbertambah besar juga. Tetapi,
pendapatan yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi hanyasebagian dari
pendapatan yang mereka dapatkan.
Berdasarkan Nilai estimasi variabel bebas dan konstan Jika yang bersangkutan
inflasi,maka PDRB turun sebesar 0,09 artinya jika yang bersangkutan tidak inflasi maka
PDRB tidak mengalami perubahan. jika pngeluaran konsumsi rumah tangga naik satu
tingkat,maka inflasi juga naik sebesar 0,04 dan jika pengeluaran konsumsi pemerintah
naik satu tahun,maka PDRB inflasi juga naik sebesar 0,66. nilai probability dari f nya
adalah 0.0000 < 0,05 Jadi HO ditolak dan H1 diterima. Yang artinya secara
keseluruhan inflasi, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi
pemerintah mempengaruhi PDRB.
Pada Uji Hipotesis Parsial, inflasi dan pengeluaran konsumsi rumah tangga
secara parsial tidak signifikan memenuhi nilai PDRB.Pengeluaran konsumsi pemerintah
secara parsial signifikan memenuhi nilai PDRB , pada nilai Prob t variabel pengeluaran
konsumsi rumah tangga sebesar 0,364 > 0,05 yang tidakmemenuhu nilai PDRB. Dan
pada nilai prob t variabel pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 0.004 < 0,05 yang
signifikan memenuhi nilai PDRB, yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima.Sedangkan

13
pada uji R-square sebesar 0.98 x 100% = 98,% artinya variabel terikat dapat dijelaska
sebesar 98% dan 2% dijelaskan oleh error.

Pada analisi ini terdapat 5 hasil penelitian


1. Uji linearitas: yang mana berdasarkan nilai prob F ( 0.0503 > 0.05 ) maka
hipotesis yang diberikan,Ho tidak ditolak berarti datanya linearitas

2. Uji heterokadastisitas: pada analsis Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for


heteroskedasticity nilai chi(1) besar dari 0,05.nilai 0,65>0,05 sehingga datanya
homoskedastisitas.

3. Uji autokorelasi: pada uji uji Breusch-Godfrey Lm test dengan signifikan > 0,05
(0,1151 > 0,05) maka model regresi tidak terdapat masalah autokorekasi

4. Uji mormalitas: pada uji ini nilai prob shapiro-Wilk 0,39971 yang mana besar
dari 0,05 ( p >0,05 ), sehingga berdasarkan uji normalitas shapiro-wilk data
terdistribusi normal.

5. Uji multikoleraritas: pada uji ini merupakan model regresi bebas yang mana
hasil VIF < 10 .Hasil tersebut menjelaskan bahwa uji muktikolinearitas tidak
terjadi muktikolinearitas.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang di anjurkan oleh penulis yaitu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengeluaran pemerintah berpenggaruh signifikan
terhadap konsumsi di Sumatera Barat. Kemudian pengeluaran rumah tangga dan inflasi
tidak berpenggaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat.Inflasi mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Bagi peneliti diharapkan dapat memperluas data maupun sampel yang lebih luas lagi
sehingga dapat menambah data yang lebih baru lagi. Sehingga dapat mrnyempurnakan
banyak peneliti-peneliti sebelumnya.

14
VI. DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, E. (2016). JUSIE. I, 22–33.

Serig, D. (2011). Research review. Teaching Artist Journal, 9(3), 193–198.


https://doi.org/10.1080/15411796.2011.585906

Zainal, R., Harahap, A., Harahap, D., Fauzan, M., & Nasution, A. A. (2022).
Analisis Faktor-Faktor Yang. Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 7(2), 864–891.

Gulanda, S., Amar, S., & Aimon, H. (2013). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perekonomian, Konsumsi, dan Investasi di Sumatera Barat. Jurnal
Kajian Ekonomi, II(1), 123–136.

RI, K. A. (2016). Al- Qur’an Tajwid & Terjemahan. 26.

Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, I. (2013). analisis konsumsi dan pertumbuhan


ekonomi provinsi sumatera barat. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-
better-mfi-results

15

Anda mungkin juga menyukai