Anda di halaman 1dari 50







HUBUNGAN
KONSUMSI, Y=C+S
TABUNGAN,
Y=C+I
DAN INVESTASI
S=I
FAKTOR - FAKTOR • Ekonomi
YANG
MEMPENGARUHI • demografi/ kependudukan
KONSUMSI
• Non-ekonomi
FAKTOR EKONOMI
• Pendapatan rumah tangga (household income)
• Kekayaan rumah tangga ( household wealth)
• Jumlah barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
(consumers’s durables)
• Tingkat bunga (interest rate)
• Perkiraan tentang masa depan (household expectation about the
future)
• Pengurangan ketimpangan distribusi pendapatan
FAKTOR
DEMOGRAFI/KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk

Komposisi penduduk
FAKTOR
NON- EKONOMI

Faktor sosial budaya masyarakat


FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI 1. Pendapatan masyarakat

TABUNGAN 2. Tinggi rendahnya suku bunga

3. Kepercayaan terhadap bank

4. Hasrat untuk menabung


FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INVESTASI

Marginal efficiency of capital (MEC),


Tingkat bunga, Marginal Efficiency of
Tingkat pengembalian yang di harapkan Investment (MEI)
(expected rate of return)
Marginal effeciency of
capital (MEC), investasi, dan
tingkat bunga

Biaya Investasi Marginal Efficiency of


capital (MEC) &
marginal Efficiency
of Investment (MEI)
Perhitungan yang digunakan untuk
mengukur seberapa banyak
seseorang menghabiskan atau
mengkonsumsi ketika pendapatan
mereka meningkat.
RUMUS
RUMUS
MPC + MPS = 1
MPC + MPS = 1
MPC + MPS = 1

+
MPC + MPS = 1

+ =
MPC + MPS = 1

+ = =1
RUMUS

C
APC =
Y
RUMUS

S
APS =
Y
APC + APS = 1

C S Y+Y Y
Y
+ Y
= = =1
Y
Y
MEI : Tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan
diinvestasikan

MEC : Tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap


tambahan barang modal
STUDI KASUS
NASIONAL 1
STUDI KASUS MINIMNYA SERAPAN TENAGA KERJA DITENGAH
PENINGKATAN INVESTASI DI INDONESIA

BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa serapan tenaga kerja yang


sebesar 1.176.323 tersebut telah sesuai dengan target dari pemerintah.
Bahlil mengatakan, tidak maksimalnya serapan tenaga kerja tersebut
lantaran saat ini pemerintah tengah fokus dalam melakukan hilirisasi
yang berorientasi pada industri dan energi hijau. Akibatnya, investasi
yang masuk lebih banyak ke sektor padat modal dibandingkan ke sektor
padat karya atau manufaktur.

AKIBAT

menurunnya pendapatan
pengangguran menurunnya perekonomian
per-kapita
analisis
lebih memaksimalkan perusahaan dalam
bidang padat karya seperti bidang umkm
atau perusahaan manufaktur contoh
perusahaan manufaktur terkenal yang ada
di Indonesia adalah Indofood. Selain
mampu menyerap banyak tenaga kerja,
industri manufaktur juga mempunyai peran
yang besar dalam perkembangan ekonomi
nasional karena mampu meningkatkan nilai
ekspor dan juga nilai investasi negara
Indonesia.
STUDI KASUS
NASIONAL 2
STUDI KASUS KRISIS MONETER INDONESIA 1998

Krisis moneter 1998 yang berawal dari terpuruknya nilai bath Thailand yang
disebabkan oleh keputusan pemerintah Thailand untuk menerapkan
kebijaksanaan sistem mengambang terhadap nilai tukar bath terhadap dolar
Amerika pada Juli 1997, lalu menyebar ke Korea Selatan, Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan beberapa negara lain, telah meruntuhkan perbankan dan rupiah
kita. Perekonomian kawasan Asia pun rontok. Negara kita terdampak sangat
parah.
Kurs rupiah merosot 83,3% dari Rp2.500 per dollar AS di medio 1997 menjadi
Rp15.000 di 1998. Harga barang impor melonjak beberapa kali lipat sehingga
inflasi melambung 77% pada 1998.
Pertumbuhan ekonomi yang di 1997 masih 4,7% terjun bebas menjadi minus
13%.
Penyebab 1 Nilai rupiah turun

2 Tingginya utang luar negeri

3 Situasi politik yang memanas


pada 1998
4 Solusi IMF gagal

Lalu apa dampak krisis moneter terhadap konsumsi


masyarakat Indonesia?
Merosoknya nilai tukar rupiah secara drastis memicu kenaikan harga-
harga barang dan jasa. Apalagi sebagai besar bahan pokok Indonesia
saat itu adalah hasil impor dari luar negeri. Akibatnya, daya beli
masyarakat pun ikut menurun karena semua harga barang melambung
tinggi, bahkan beberapa barang sulit ditemukan. Kala itu, masyarakat
Indonesia begitu sulit memenuhi kebutuhan pokok seperti bahan
pangan, pakaian, dan pendidikan. Beberapa hal yang dilakukan
masyarakat untuk menghadapi rintangan ini yaitu penyesuaian gaya
hidup, pemotongan anggaran, serta mencari kerja tambahan agar bisa
memenuhi kebutuhan yang harganya meroket tajam.
STUDI KASUS
INTERNASIONAL
STUDI KASUS KRISIS YANG TERJADI SAAT WABAH COVID-19

gejolak luar biasa di sektor kesehatan ini lambat laun juga


memporakporandakan sektor lainnya seperti pendidikan, ekonomi, keuangan.
Pandemi ini juga mengakibatkan banyak perusahaan yang mengalami
kerugian cukup parah. Pengurangan gaji bahkan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini memberikan dampak yang
sangat besar bagi pendapatan maupun konsumsi masyarakat.
Permasalahan muncul seberapa banyak masyarakat menyadari dan selama
ini mengalokasikan penghasilan mereka untuk dana darurat.

Apa dampak COVID-19 terhadap tabungan dan investasi di masyarakat


berdasarkan tinjauan Pustaka?
DAMPAK COVID-19 TERHADAP TABUNGAN

Deposito masih menjadi pilihan karena memiliki suku bunga lebih


tinggi dibandingkan giro dan tabungan.
masyarakat juga memilih menyimpan uangnya di Bank karena
memiliki suku bunga tetap sehingga jika seandainya terjadi resesi
ekonomi, suku bunga yang ditawarkan tidak akan berubah
sehingga potensi keuntungannya relatif stabil.
DAMPAK COVID-19 TERHADAP INVESTASI

presentase perubahan preferensi masyarakat India terhadap berbagai pilihan investasinya.

penurunan sebesar 43% dari jumlah tiap bulan yang diinvestasikan oleh
investor dalam systematic investment plans (SIPs).

MENGAPA DEMIKIAN?
KESIMPULAN

Pertumbuhan Ekonomi Melamban

Tingkat Pengangguran Meningkat

Masyarakat Lebih Fokus Untuk Menabung Dan Memenuhi


Kebutuhannya Setidaknya Dalam Jangka Pendek.

Minat Masyarakat Tetap Tinggi Terhadap Investasi Tetapi Terdapat


Perubahan Preferensi Investasinya Yang Condong Menjadi Risk
Avoider

Anda mungkin juga menyukai