Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Praktikum 8
MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH DAN TEKANAN DARAH

Nama : Firyal Rifdah Rachman


NIM : 1202060029
Kelas : 5A Pendidikan Biologi
Judul Praktikum : Menghitung Jumlah Sel Darah dan Tekanan Darah
Tanggal Praktikum : 9 Desember 2022

MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH


A. Tujuan Praktikum
Untuk memahami bagaimana cara dan prosedur dari perhitungan sel darah merah dan sel
darah putih

B. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Jumlah
1 Hemasitometer 1 buah
2 Mikroskop 1 buah
3 Lanset 1 buah
4 Pipet pengencer 1 buah
5 Cawan petri 2 buah
6 Counting chambers 2 buah
7 Kapas Secukupnya

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No Bahan Jumlah
1 Darah segar Secukupnya
2 Larutan NaCl 0,9% Secukupnya
3 Alkohol 70% Secukupnya
4 Larutan Hayem Secukupnya
5 Larutan Turk Secukupnya
C. Langkah Kerja
a. Menghitung Jumlah Eritrosit
1. Jumlah eritrosit dapat dihitung dengan Haemocytometer
2. Pipet pengencer yang digunakan mempunyai skala 101 dengan inti gelas berwarna
merah
3. Ujung jari diolesi dengan alkohol 70% ,ditusuk dengan lanset steril dan dibiarkan
darah keluar tanpa harus dipijit
4. Kemudian darah dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5
5. Kemudian dihisap larutan Hayem, hingga tepat pada skala 101
6. Kemudian dipegang kedua ujung pipet dengan jari dan dikocok secara hati-hati
selama 2 menit
7. Setelah itu tetesan pertama dari pipet tersebut dibuang
8. Kemudian sampel diteteskan dan dibiarkan suspensi tersebut mengalir dengan
sendirinya disekeliling counting chambers
9. Diamati sel serta jumlahnya dengan bantuan mikroskop. Dibiarkan 1-2 menit
supaya sel-sel mengendap
10. Pengamatan dilakukan pada 5 kotak R yaitu 4 kotak ditiap ujung dan 1 kotak
paling tengah

b. Menghitung Jumlah Leukosit


1. Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan dengan Haemocytometer
2. Pipet pengencer mempunyai skala 11 dengan inti gelas berwarna putih
3. Ujung jari diolesi dengan alkohol 70%. Kemudian ditusuk dengan lanset steril dan
dibiarkan darah keluar tanpa harus dipijit
4. Kemudian darah dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5
5. Kemudian dihisaplah larutan Turk, hingga tepat pada skala 11
6. Kemudian dipegang kedua ujung pipet dengan jari dan dikocok secara hati-hati
selama 2 menit
7. Setelah itu tetesan pertama dari pipet tersebut dibuang
8. Kemudian sampel diteteskan dan dibiarkan suspense tersebut mengalir dengan
sendirinya disekeliling counting chambers
9. Kemudian diamati sel serta jumlahnya dengan bantuan mikroskop
10. Dibiarkan 1-2 menit supaya sel-sel mengendap. Pengamatan dilakukan pada 5
kotak W yaitu 4 kotak ditiap ujung
D. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Eritrosit Leukosit
Ruang Banyaknya Sel Ruang Banyaknya Sel
Ruang 1 145 sel Ruang A 25 sel
Ruang 2 158 sel Ruang B 20 sel
Ruang 3 72 sel Ruang C 25 sel
Ruang 4 39 sel Ruang D 25 sel
Ruang 5 210 sel
Total 624 sel Total 95 sel

SDM = Ne x p x 50
= 624 x 200 x 50
= 6.240.000/ml

SDP = Nl x p x 2,5
= 95 x 200 x 2,5
= 47.500/ml

E. Pembahasan
Hitung sel dapat dilakukan secara manual atau dengan analisa hematologi otomatis.
Hitung sel secara manual dilakukan setelah pengenceran sampel dalam hemocytometer
(kamar hitung khusus yang mengandung volume spesifik), kemudian sel dihitung dengan
mikroskop. Sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dapat dihitung secara manual
(Greer et al, 2019).
Prinsip pemeriksaan hitung sel darah secara manual adalah melakukan pengenceran
darah dengan larutan pengencer. Selanjutnya sejumlah kecil sel darah yang sudah
dilakukan pengenceran tersebut dihitung dengan menggunakan kamar hitung, dan
dihitung dengan mikroskop (Mckenzie et al, 2015).
Prinsip pengenceran pada hitung sel darah secara manual adalah semakin banyak sel
yang akan dihitung, semakin tinggi pengenceran yang dilakukan. Dengan demikian,
pengenceran yang dilakukan yang dilakukan pada pemeriksaan hitung eritrosit lebih
tinggi daripada pengenceran yang dilakukan pada pemeriksaan hitung leukosit. Perlu
diingat bahwa faktor pengenceran menentukan ketelitian dan ketepatan hasil perhitungan
(Sudiono et al, 2016).
Larutan pengencer untuk pemeriksaan eritrosit harus bersifat isotonis dan sebelum
digunakan harus disaring terlebih dahulu. Larutan pengencer dapat menggunakan larutan
Hayem yang mengandung 5 gram natrium sitrat (berair kristal), 1 gram natrium klorida,
0,5 gram merkuri khlorida kemudian volumenya dijadikan 200 mL dengan penambahan
air suling. Juga boleh dipakai larutan Gower yang mengandung 12,5 gram natrium sulfat,
33,3 mL asam asetat glasial kemudian volumenya dijadikan 200 mL (Gandasoebrata,
2010).
Larutan pengencer hitung eritrosit dapat juga menggunakan larutan formal sitrat yang
mengandung 10 mL formalin 40% yang volumenya dijadikan satu liter dengan
penambahan larutan trisodium sitrat 0.109M. larutan formal sitrat bersifat isotonis, mudah
dibuat dan tidak berubah dalam jangka lama. Bentuk discoid eritrosit tetap diperahankan
dan tidak menyebabkan terjadi aglutinasi (Sudiono et al, 2016).
Larutan pengencer untuk hitung sel leukosit menggunakan larutan Turk yang terdiri
dari larutan asam asetata 2% dan ditambahkan gention violet 1%. Tujuan penambahan
gention violet untuk mewarnai inti leukosit. Sedangkan larutan Turk menghancurkan
eritrosit dan trombosit sehingga hanya leukosit yang terlihat (Sudiono et al, 2016).
Berdasarkan praktikum menghitung jumlah eritrosit dan leukosit, diketahui bahwa
pada sel darah yang diteliti mempunyai eritrosit dengan total sebanyak 624 sel, dimana
pada ruang 1 terdapat 145 sel, ruang 2 terdapat 158 sel, ruang 3 terdapat 72 sel, ruang 4
terdapat 39 sel, dan ruang 5 terdapat 210 sel. Sedangkan leukosit dengan total sebanyak
95 sel, dimana pada ruang A terdapat 25 sel, ruang B terdapat 20 sel, ruang C terdapat 25
sel, dan ruang D terdapat 25 sel. Dimana ketika dihitung menggunakan rumus didapatkan
hasil yaitu jumlah sel darah merah (SDM) sebanyak 6.240.000/ml dan jumlah sel darah
putih (SDP) sebanyak 47.500/ml.
Eritrosit (sel sarah merah) merupakan sel yang berbentuk cakram bikonkaf, tidak
berinti, berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Eritrosit berdiameter 7,5
mikron meter dan tebal 2,0 mikron meter. Jumlah didalam tubuh paling banyak kira-kira
mencapai 4,5-5 juta sel/mm3 dan memiliki bentuk yang bersifat elastis agar bisa berubah
bentuk ketika melalui berbagai macam pembuluh darah yang dilaluinya (Nugraha, 2017).
Leukosit (sel drah putih) secara umum memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit, tidak
berwarna, dan dapat melakukan pergerakan dengan adanya kaki semu dengan masa hidup
13-20 hari. Jumlah leukosit paling sedikit diantara ketiga jenis sel darah di dalam tubuh,
sekitar 4.000 – 11.000/ mm3 (Nugraha, 2017). Sebagai alat pertahanan tubuh, sel darah
putih berfungsi membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi (Jitowiyono, 2018).

TEKANAN DARAH
A. Tujuan Praktikum
Menghitung tekanan darah sistol dan diastol

B. Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan
No Alat Jumlah
1 Sphygmomanometer (tensimeter) 1 buah
2 Stethoscope 1 buah

C. Langkah Kerja
1. Duduk dengan tenang, diletakkan lengan kiri seolah-olah sejajar dengan jantung
2. Dibalut manset pada lengan atas (kanan atau kiri) yang mengandung arteri brachialis
kira-kira 2,5 cm diatas dari sikut
3. Dipompa manset denagn memijit-mijit karet pemompa hingga manometer air raksa
mencatat tekanan kurang lebih 200 mmHg
4. Ditempelkan stethoscope di atas arteri brachialis dan tekanan dalam manset dikurangi
dengan perlahan-lahan sampai terdengar adanya suaru timbul. Suara yang pertama
kali timul ini menunjukkan tekanan sistol untuk itu diperhatikan skala pada
manometer sehingga didapatkan nilai tekanan sistol
5. Tekanan manset terus diturunkan, akhirnya suara yang terdengar akan hilang. Saat
dimana suara hilang menunjukkan tekanan diastol, diperhatikan skala pada
manometer maka akan didapatkan nilai tekanan diastol tersebut
6. Dilakukan pengukuran tekanan darah setelah melakukan gerakan fisik, bandingkan
isinya dengan keadaan tanpa melakukan gerakan fisik sebelumnya
7. Diulangi sekali lagi pengukuran sehingga didapatkan tekanan darah rata-rata
D. Hasil Pengamatan
Tabel 2. Hasil Tekanan Darah
No Nama Sistol Diastol
1 Adinda Sulis Nurhaliza 100 80
2 Ayu Nurpatimah 120 83
3 Dewi Rahayu 119 90
4 Dinda Nurul Aini 83 70
5 Firyal Rifdah Rachman 104 62
6 Helfiyyan Hani Silmi 83 60
7 Isna Ahsanu Nadya 120 70

E. Pembahasan
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal
bisanya 120/80 (Smeltzer dan Bare, 2001).
Terdapat dua pengukuran penting dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak dan
memompakan darah. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat jantung
beristirahat detakan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan yaitu pemeriksaan tekanan darah, diketahui
hasilnya yaitu anggota kelompok mememiliki tekanan darah yang berbeda-beda. Adinda
memiliki tekanan darah sistolik 100 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg, Ayu
memiliki tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 83 mmHg, Dewi
memiliki tekanan darah sistolik 119 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg, Dinda
memiliki tekanan darah sistolik 83 mmHg dan tekanan diastolik 70 mmHg, Firyal
memiliki tekanan darah sistolik 104 mmHg dan tekanan diastolik 62 mmHg, Helfiyyan
memiliki tekanan darah sistolik 83 mmHg dan tekanan diastolik 60 mmHg, dan Isna
memiliki tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 70 mmHg.
Berikut tabel jenis (kategori) tekanan darah menurut William Wilkins (2007).
Tabel 3. Jenis Tekanan Darah
Kategori Tekanan Sistolik, mmHg Tekanan Diastolik, mmHg
Hipotensi < 90 < 60
Normal 90-119 60-79
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi Tingkat 2 160-179 100-109
Hipertensi Tingkat Darurat ≥ 180 ≥ 110
Sumber: William Wilkins (2007)
Berdasarkan tabel klasifikasi tekanan darah diatas, tekanan darah yang normal adalah
berkisar antara 90 sampai 119 mmHg untuk tekanan sistolik sedangkan untuk tekanan
diastolik adalah sekitar 60 mmHg sampai 79 mmHg. Tekanan darah dibawah 90/60
mmHg dikategorikan sebagai hipotensi atau tekanan darah rendah, sedangkan diatas
140/90 mmHg sudah dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Menurut (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010) faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah yaitu :
1) Curah jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa jantung selama satu menit.
Tekanan darah sangat bergantung pada curah jantung. Curah jantung yang meningkat
dapat menyebabkan naiknya tekanan darah karena adanya perubahan frekuensi
jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung atau peningkatan voleme
darah. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi lebih cepat dari perubahan
kontraktilitas atau volume darah, hal itu menyebabkab terjadinya penurunan tekanan
darah.
Kecepatan aliran darah yang melalui seluruh sistem sirkulasi sama dengan
kecepatan pompa darah oleh jantung yakni, sama dengan curah jantung. Isi sekuncup
jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisian (preload), kekuatan yang dihasilkan oleh
otot jantung, dan tekanan yang harus dilawan oleh jantung saat memompa (afterload).
Normalnya, afterload berhubungan dengan tekanan aorta untuk ventrikel kiri, dan
tekanan arteri untuk ventrikel kanan. Afterload meningkat bila tekanan darah
meningkat, atau bila terdapat stenosis (penyempitan) katup arteri keluar. Peningkatan
afterload akan menurunkan curah jantung jika kekuatan jantung tidak meningkat.
Baik laju denyut jantung maupun pembentukan kekuatan, diatur oleh sistem saraf
otonom.
2) Tahanan perifer
Tahanan pembuluh darah perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang
ditentukan oleh tonus otot vaskuler dan diameter pembuluh darah. Semakin kecil
lumen pembuluh, semakin besar tahanan vaskuler terhaap aliran darah. Tekanan darah
pada arteri naik ketika tahanan vascular juga meningkat.
3) Volume darah
Ketika terjadi penurunan volume darah (misalnya akibat hemoragi atau dehidrasi),
tekanan darah akan menurun akibat berkurangnya jumlah cairan dalam arteri.
Sebaliknya, ketika terjadi peningkatan volume darah (misalnya, akibat pemberian
cairan intravena yang sangat cepat), tekanan darah akan meningkat karena terdapat
darah dalam jumlah besar dalam sistem sirkulasi.
4) Viskositas darah
Tekanan darah akan meningkat apabila darah sangat kental, yaitu ketika
perbandingan antara sel darah dan plasma darah meningkat. Perbandingan ini disebut
dengan hematrokit. Viskositas darah akan menigkat secara bermakna ketika hematrokit
lebih dari 60%-65%.
5) Elastisitas
Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Elastisitas arteri
berfungsi untuk mengakomodasi perubahan tekanan darah. Hilangnya elastisitas
dinding arteri akan menimbulkan peningkatan tekanan sistemik. Kenaikan tekanan
sistolik lebih signifikan dari tekanan diastolik sebagai akibat dari penurunan elastisitas
arteri.
6) Usia
Tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada lansia, arteri
akan keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan
tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah
tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah. Tekanan nadi pada
orang lanjut usia kadang-kadang meningkat sampai dua kali nilai normal, karena arteri
menjadi lebih kaku akibat arteriosklerosis dan karenanya, arteri relatif tidak lentur.
7) Olahraga
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi peningkatan curah jantung dan tekanan darah
(Sherwood, 2012). Pada saat olahraga terjadi peningkatan aktivitas otot yang
mendorong lebih banyak darah keluar keluar vena dan masuk ke jantung.
Meningkatnya aktivitas simpatis dan vasokontriksi vena yang ditimbulkan pada saat
berolahraga semakin meningkatkan aliran balik vena.
8) Efek gravitasi dan posisi tubuh
Tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka
tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi salah satu
atau kedua faktor tersebut. Tekanan vena perifer seperti tekanan arteri dipengaruhi oleh
gravitasi. Tekanan meningkat sebesar 0,77 mmHg untuk setiap 1 sentimeter dibawah
atrium kanan dan menurun dengan jumlah yang sama untuk setiap 1 sentimeter diatas
atrium kanan tempat tekanan diukur (Ganong, 2012).
Efek gravitasi terjadi didalam tubuh manusia, tepatnya pada system vascular
manusia akibat berat dalam pembuluh. 10 sampai 20 persen volume darah dapat
hilang dari sistem sirkulasi dalam waktu 15 sampai 30 menit sejak berdiri diam
sempurna. Faktor tekanan gravitasi pada sistem sirkulasi disebabkan oleh perubahan
posisi tubuh (Guyton & Hall, 2011).
a) Berdiri
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang
kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan
adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari
posisi duduk atau berbaring ke posisiberdiri.
Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau
hanya diam, akan menyebabkan kenaikan volume cairan antara jaringan pada
tungkai bawah (Ganong, 2012). Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena
lebih banyak. Dengan demikian selisih volume darah yang kembali ke jantung
sedikit, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun
(Guyton & Hall, 2011).
b) Duduk
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokontrantor simpatis terangsang melalui
saraf rangka menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus dasar
otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu
mengeluarkan dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal tersebut membuat
darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan
respon ini disebut reflek kompresi abdomen (Guyton & Hall, 2011).
Dalam posisi duduk, tingkat atrium kanan adalah titik tengah sternum atau
ruang intercostal IV. Kerja jantung pada posisi duduk, dalam memompa darah
akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung
meningkat (Sucipto, Nurhidayati, & Syamsianah, 2013).
c) Berbaring
Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit
dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan karena, saat
seseorang berbaring, atrium kanan berada pada sekitar setengah antara tempat tidur
dan sternum, dengan demikian jika lengan sedang beristirahat di tempat tidur maka
posisinya akan berada di bawah permukaan jantung. Maka efek grafitasi pada
tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke
jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih
banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal
ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi
kebutuhan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit. Pada posisi
berbaring, gaya gravitasi bekerja secara merata. Darah dapat kembali ke jantung
secara mudah pada posisi berbaring. Isi secukuncup dalam posisi berbaring
mencapai nilai maksimal (Guyton & Hall, 2011).

9) Posisi Lengan

Idealnya, tekanan darah akan sama saja saat diukur di lengan kanan atau lengan
lengan kiri. Namun jika terdapat perbedaan, bisa jadi menandakan bahwa jantung
sedang ada masalah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
tekanan darah antara lengan kanan dan kiri, diantaranya adalah faktor usia, adaanya
oklusi pembuluh darah, penyakit pembuluh darah perifer, adanya gangguan pada
jantung (Arwani & Sunarno, 2007).

Variasi tekanan darah dapat ditemukan pada arteri yang berbeda. Variasi normal
sering ditemukan pada kedua lengan, tidak lebih dari 5-10 mmHg. Perbedaan yang
lebih dari 10 mmHg merupakan indikasi terjadinya gangguan vaskuler, dan apabila
perbedaan lebih dari 20-30 mmHg pada kedua lengan dicurigai terdapat adanya
gangguan organis aliran darah pada daerah yang tekanan darahnya rendah (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2010).

Dalam penelitian (Arwani & Sunarno, 2007), hasil dari penelitian menyebutkan
bahwa pada penyakit hipertensi sangat besar kemungkinan terjadi gangguan vaskuler
yang dapat menyebabkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara lengan
kanan dan lengan kiri.

Pertanyaan
 Kegiatan I : Observasi Pembuluh Darah
1. Apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan aliran darah pada
pembuluh darah tersebut?
Jawaban :
Kecepatan aliran darah dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu jari-jari pembuluh darah,
gradien tekanan darah, dan kekentalan darah. Pembuluh darah arteri merupakan
pembuluh darah yang memiliki aliran darah yang berdenyut, cepat, dan bertekanan
besar. Aliran darah pada vena cenderung lambat dan bertekanan rendah. Aliran darah
di kapiler paling lambat karena total luas penampang kapiler paling besar.

2. Pada pembuluh manakah kecepatan aliran darah selalu tetap dan pada
pembuluh mana yang berubah-ubah?
Jawaban :
Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh darah yang memiliki kecepatan aliran
darah yang selalu tetap, karena pembuluh darah arteri harus mempertahankan tekanan
dari jantung agar darah dapat tersalurkan ke seluruh tubuh. Sedangkan pembuluh
darah vena cava merupakan pembuluh darah balik utama pada tubuh yang membawa
darah yang banyak mengandung karbondioksida untuk kembali ke jantung, kemudian
ke paru-paru, untuk bertukar dengan oksigen. Kecepatan ini dapat berubah-ubah
terutama ketika seseorang sedang melakukan aktivitas berat, misalnya ketika sedang
berolahraga.

3. Apakah pengaruh suhu terhadap kecepatan jalannya aliran darah, kalau ada
bagaimana pengaruhnya?
Jawaban :
Suhu mempengaruhi kecepatan jalannya aliran darah. Saat tubuh dalam keadaan
panas maka arteri akan melebar (vasodilatasi) akan tetapi saat tubuh dalam kedaan
dingin maka arteri akan menyempit (vasokintriksi). Dengan adanya vasodilatasi darah
akan mengalir lancar dan cepat.
 Kegiatan II : Golongan Darah
1. Buatlah diagram hubungan transfuse antara golangan darah ABO, mana yang
dimaksud donor universal dan resifien universal?
Jawaban :

Dari diagram/skema tranfusi darah diatas dapat diketahui bahwa golongan darah A
bisa mendonorkan sel darah merahnya ke golongan darah A dan AB. Golongan darah
B bisa mendonorkan sel darah merahnya ke golongan darah B dan AB. Golongan
darah AB hanya bisa mendonorkan sel darah merahnya ke golongan darah AB, tetapi
bisa menerima dari seluruh golongan darah lainnya (resipien universal). Golongan
darah O bisa mendonorkan sel darah merahnya ke golongan darah manapun (donor
universal), namun hanya bisa menerima dari sesama golongan darah O.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, antibodi, aglutinogen, dan


aglutinin serta zat dan jelaskan hubungannya dengan transfuse darah?
Jawaban :
- Antigen : adalah zat yang merangsang renspons imunitas, terutama
dalam menghasilkan antibodi
- Antibodi : adalah protein larut yang dihasilkan oleh sistem imunitas
sebagai respons terhadap keberadaan suatu antigen dan akan
beraksi dengan antigen tersebut
- Aglutinogen : adalah jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan
terdapat pada eritrosit
- Aglutinin : adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan
aglutinogen
Golongan darah A adalah jenis golongan darah yang didalam eritrositnya
mengandung aglutinogen A dan aglutinin β didalam plasma darahnya. Sehingga
golongan darah A bisa menerima tranfusi darah dari golongan darah A dan O, dan
hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah A dan AB. Golongan darah B
adalah golongan darah yang mengandung aglutinogen B didalam eritrositnya dan
aglutinin α didalam plasma darahnya. Sehingga golongan darah B hanya bisa
menerima tranfusi darah dari golongan darah B dan O, dan hanya bisa mendonorkan
darah kepada golongan darah B dan AB. Golongan darah AB mengandung
aglutinogen A dan B didalam eritrositnya, namun tidak mengandung aglutinin
didalam plasma darahnya. Sehingga golongan darah AB bisa menerima tranfusi darah
dari semua golongan darah, namun hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan
darah AB saja (resipien universal). Golongan darah O adalah golongan darah yang
eritrositnya tidak mengandung aglutinogen apa pun, namun mengandung aglutinin α
dan β didalam plasma darahnya. Sehingga golongan darah O bisa mendonorkan darah
kepada semua golongan darah yang ada, namun hanya bisa menerima tranfusi darah
dari golongan darah O (donor universal).

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan erythroblastosis fetalis?


Jawaban :
Erythroblastosis fetalis adalah kelainan darah yang berpotensi mengancam nyawa
janin atau bayi yang baru lahir. Erythroblastosis fetalis umumnya disebabkan
terjadinya isoimunisasi, yaitu proses pembentukan antibodi terhadap antigen individu
lain yang berbeda.

 Kegiatan III : Sel Darah


1. Berdasarkan hasil pengamatan Anda, apakah perbedaan sel darah merah dan
sel darah putih bagian mana dari sel-sel darah tersebut yang menyerap warna?
Jawaban :
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui perbedaan sel darah merah dan sel darah
putih yaitu sel darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti sel.
Ukurannya kecil dan fleksibel. Jumlah sel darah merah jauh lebih banyak daripada sel
darah putih. Sedangkan sel darah putih (leukosit) berbentuk bulat dan tidak beraturan
dan memiliki inti sel. Ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Jumlah sel darah
putih lebih sedikit dibandingkan sel darah merah.
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel darah yang menyerap warna. Sel darah
merah berwarna merah, penyebab sel ini berwarna merah adalah karena mengandung
hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu protein yang bertugas membawa oksigen yang
terbagi menjadi 4 protein yaitu 2 alpha globin dan 2 beta globin. Dimana masing-
masing dari protein globin tersebut ada molekul yang disebut heme, dalam heme ini
terdapat atom besi (Fe) yang berfungsi mengikat oksigen.

 Kegiatan IV : Menghitung Jumlah Sel Darah


1. Adakah perbedaan jumlah sel darah merah ataupun sel darah putih dari
masing-masing praktikan yang diperiksa? Kenapa demikian? Kemukakanlah
hal-hal yang memungkinkan adanya perbedaan tersebut!
Jawaban :
Terdapat perbedaan jumlah sel darah merah yang dimiliki oleh setiap orang. Hal ini
dikarenakan jenis kelamin mempengaruhi jumlah sel darah merah, jumlah sel darah
merah yang normal pada laki-laki dan perempuan berbeda. Jumlah sel darah merah
yang normal pada laki-laki adalah 5-6 juta sel per mikroliter darah, sedangkan pada
perempuan adalah 4-5 juta sel per mikroliter darah.

2. Dalam percobaan tersebut diatas, digunakan pengenceran baik pada


perhitungan sel darah merah maupun sel darah putih, mengapa demikian?
Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban :
Untuk bisa menghitung jumlah sel darah merah maupun sel darah putih harus
dilakukan pengenceran. Pengenceran yang dilakukan pada perhitungan sel darah
merah (eritrosit) menggunakan larutan Hayem, digunakan larutan ini karena
merupakan lautan yang isotonik dengan sitoplasma eritrosit dan memiliki kemampuan
untuk melisis sel darah putih. Sedangkan larutan pengencer yang digunakan pada
perhitungan sel darah putih (leukosit) yaitu larutan Turk, digunakan larutan ini karena
merupakan larutan yang isotonis dengan sitoplasma sel darah putih sekaligus
memberikan pewarnaan (ungu muda) dan dapat menghemolisiskan eritrosit.

 Kegiatan V : Hemoglobin Darah


1. Apakah fungsi HB? Apakah juga terdapat pada hewan-hewan rendah?
Jawaban :
Hemoglobin (Hb) dalam darah berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke
paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Hewan tingkat rendah (invertebrata) tidak
memiliki sel darah merah. Sehingga, beberapa tidak memiliki hemoglobin ataupun
memiliki hemoglobin dalam plasma darah.

2. Apakah tujuan membiarkan darah selama 10 menit pada cara Sahli?


Jawaban :
Tujuan membiarkan larutan campuran darah selama 10 menit pada cara Sahli adalah
agar Hb bereaksi dengan HCl sehingga dapat terbentuk asam hematin dan kadar asam
ini dapat dihitung dan yang sekaligus kadar Hb juga dapat diketahui.

3. Jelaskan hubungan konsentrasi HB dengan stamina seseorang?


Jawaban :
Stamina seseorang berpengaruh terhadap kadar hemoglobin yang dimiliki. Seseorang
yang sehat akan memiliki kadar hb yang cenderung normal dan stabil. Sedangkan
seseorang yang memiliki penyakit anemia memiliki kadar hb yang rendah. Aktivitas
fisik manusia juga sangat mempengaruhi kadar hb dalam darah. Seseorang yang
sering berolahraga akan memiliki kadar hb yang lebih tinggi.

4. Sebutkan faktor-faktor rendahnya HB seseorang?


Jawaban :
- Terkena penyakit anemia (jumlah sel darah merah rendah)
- Tubuh kekurangan zat besi
- Kehilangan banyak darah
- Pendarahan pada tubuh
- Penyakit ginjal

 Kegiatan VI : Tekanan Darah


1. Apakah yang dimaksud dengan tekanan darah sistol dan diastol?
Jawaban :
Sistol adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh
nadi (saat jantung mengerut). Diastol adalah tekanan darah pada saat jantung
mengembang dan menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong
(Dhianingtyas, dkk., 2006).

2. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mampu mempertahankan tekanan darah?


Jawaban :
Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu :
1) Jumlah darah yang dipompa jantung
Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung, semakin tinggi tekanan darah.
Darah yang dipompa akan berkurang jika kontraksinya lemah (Smeltzer, 2001).
2) Viskositas darah di dalam pembuluh darah
Viskositas darah akan mempengaruhi tekanan darah. Viskositas darah ditentukan
oleh hematokrit. Peningkatan hematokrit akan mengakibatkan aliran darah
melambat, sehingga tekanan darah arteri akan naik (Smeltzer, 2001).
3) Kapasitas pembuluh darah
Pelebaran pembuluh darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan
penyempitan pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
(Smeltzer, 2001).

3. Mengapa dengan bertambahnya usia tekanan darah juga naik?


Jawaban :
Semakin bertambahnya usia tekanan darah akan meningkat. Tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun, tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun (Protter dan Perry, 2005). Pengaruh usia terhadap tekanan darah dilihat dari
pembuluh darah yaitu semakin bertambah usia maka elastisitas pembuluh darah akan
menurun, sehingga meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Peningkatan
tahanan perifer akan meningkatkan tekanan darah (Guyton dan Hall, 2014).

Kesimpulan
Dari praktikum menghitung jumlah sel darah dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa jumlah sel darah merah (SDM) sebanyak 6.240.000/ml dan
jumlah sel darah putih (SDP) sebanyak 47.500/ml. Jumlah sel darah merah (eritrosit) didalam
tubuh paling banyak kira-kira mencapai 4,5-5 juta sel/mm3, sedangkan jumlah sel darah putih
(leukosit) paling sedikit diantara ketiga jenis sel darah di dalam tubuh, sekitar 4.000 – 11.000/
mm3.
Pada praktikum tekanan darah dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal bisanya
120/80. Tekanan darah setiap individu berbeda-beda dan tekanan darah juga dapat berubah-
ubah. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah diantaranya yaitu curah
jantung, tahanan perifer, volume darah, viskositas darah, elastisitas, usia, olahraga, efek
gravitasi dan posisi tubuh, dan posisi lengan.

Daftar Pustaka
Arwani dan Sunarno. 2007. Analisis Perbedaan Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara
Lengan Kanan dan Lengan Kiri Pada Penderita Hiperensi di RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
Dhianingtyas. 2006. Risiko Obesitas, Kebiasaan, Merokok, dan Konsumsi Garam Terhadap
Kejadian Hipertensi Pada Usia Produktif. The Indonesian Journal of Public Health.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Ganong, W. F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong Edisi 22. Jakarta: EGC.
Jitowiyono, Sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., dan Snyder, S. J. 2010. Buku Ajar Fudamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Nugraha, Gilang. 2017. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar, Edisi II.
Jakarta Timur: Trans Info Media.
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan
Suddarth, Vol. 2, E/8. Jakarta: EGC.
Sucipto, J., Nurhidayati, T., dan Syamsianah, A. 2013. Perbedaan Hasil Pengukuran
Tekanan Darah Antara Posisi Duduk dan Berbaring Pada Lansia di Unit Rehabilitasi
Sosial Pucang Gading Semarang.
Williams, L. E. dan Wilkins, R. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan
Praktik, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Lampiran (Foto Dokumentasi)

Anda mungkin juga menyukai