BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DESKRIPSI UMUM PROYEK
2.1 UMUM
Organisasi proyek dapat diartikan sebagai suatu bentuk kerja sama yang baik
dan bertanggung jawab antara semua unsure yang terkait agar dapat mencapai suatu
keberhasilan semua jenis pekerjaan yang dihasilkan, ketetapan, dan kelancaran
pekerjaan. Struktur organisasi dalam proyek dibentuk agar pelaksanan proyek dapat
berjalan dengan lancar tanpa adanya tumpang tindih antara wewenang dan kewajiban,
karena hal tersebut setiap unit kerja, yaitu pemilik proyek konsultan dan kontraktor
perlu mengatur system organisasi masing proses kerja antara dua orang atau lebih dan
bersifat non teknis yang mencakup masalah umum dan keuangan, baik tentang
peraturan dan ketentuan, hubungan kerja, prosedur dan lain sebagainya yang
menunjang kegiatan teknis lapangan. Dalam realita praktek konstruksi sehari-hari,
aspek administrasi dan kontrak merupakan hal yang penting yang tidak boleh
diabaikan oleh pihak penyelenggara konstruksi, baik dari pihak owner, konsultan,
kontraktor dan supplier. Sering kali kontrak dan administrasi oleh beberapa pihak
sering dianggap tidak terlalu penting untuk diperhatikan, bukan tidak dibuat jika skala
proyeknya tidak terlalu besar. Pembuatan dan penyusunan administrasi kontrak dalam
industry konstruksi berlaku penting untuk semua skala dan jenis proyek yang hendak
dilaksanakan mengingat resiko dan dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi
mengingat resiko dan dampak yang dapat ditimbulkan jika terjadi klaim yang
tentunya dapat merugikan pihak-pihak penyelenggara konstruksi.
poin pengumuman dinyatakan nama tender dan kategori pekerjaan serta nilai pada
paket yang diberikan. Berdasarkan pengumuman tersebut terdapat 29 peserta yang
ikut ambil bagian. Dari hasil seleksi pada poin pemenang disebutkan bahwa tender
untuk kategori Pekerjaan Konstruksi bagi Pembangunan Baru Gedung Puskesmas
Aramaba dimenangkan oleh PT. KEVIN NABALIS UTAMA seperti tercantum
dalam gambar dibawah ini.
Pemilik proyek
Salah satu bagian dari manajemen proyek yang juga memegang peranan
penting dalam pelaksanaan proyek adalah organisasi proyek. Berikut adalah struktur
organisasi proyek, dapat di lihat pada Gambar 2.3 dibawah ini .
Pemilik Proyek
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA BADAN
PENEMBANGAN DAN
PEMBERDAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
DIREKTUR UTAMA
PROJECT
ADMINISTRASI
MANAGER
PROYEK
Pelaksana Utam
Struktur
Pelaksana Utam
Arsitektur
2.4.1 Direktur
Uraian tugas dan tanggungjawab adalah sebagai berikut :
a. Penanggungjawab tertinggi secara umum atas semua kegiatan dan sebab akibat yang
dilakukan sehubungan dengan perusahaan yang dipimpinnya;
b. Pengambil keputusan tertinggi menyangkut hal-hak yang berhubungan dengan
pekerjaan dimaksud;
c. Membuat keputusan dan kebijakan atas semua masalah/persoalan yang dihadapi
oleh level dibawahnya;
d. Menandatangani seluruh yang berhubungan dengan kontrak kerja.
Struktur organisasi kontraktor dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini
2.4.9 Ahli K3 Konstruksi
Uraian tugas dan tanggungjawab adalah sebagai berikut :
a. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi;
b. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi;
c. Merencanakan dan menyusun program K3;
d. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3;
2.4.12 Logistik
Uraian tugas dan tanggungjawab adalah sebagai berikut :
1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
a. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil, dan
perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan
mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan yang
dilakukan. Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan mobil trailer,
trailer yang digunakan harus memiliki perlengkapan yang memadai.
Demobilisasi, pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan
peralatan yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan yang
telah digunakan sebgai tempat penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain
sebaginya kembali ke kondisi awal.
b. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari
sampah, rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan
pekerjaan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat
excavator. Sampah-sampah yang dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di
suatu tempat yang telah disetujui oleh pengawas, kemudian baru diangkut dengan
menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini
dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan mencantumkan data-data proyek
antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan,
pengawas pelaksana proyek, dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan
pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi
dan titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan
rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor. Titik-titik yang
menjadi acuan ditandai dengan menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu bulat
dengan panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam tanah.
c. Pekerjaan Pemasangan Bouplank
Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran
dilakukan. Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh
Pihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara
Pematokan.
Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok kayu
persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan
ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan bowplank
harus di waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk mengukur dari titik As
ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran ditandai dengan
paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada papan bouwplank agar
mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5
m dari As sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok – patok yang terlebih
dahulu ditancapkan kedalam tanah.
Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang sifatnya
untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang penyimpanan
semen, tempatnya harus baik sehingga terlindung dari kelembaban atau keadaan
cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus kuat dan berjarak minimal 30
cm dari permukaan tanah.
Bidang horizontal galian tanah harus mempunyai jarak yang lebih besar dari lebar
pondasi, hal ini berfungi untuk memungkinkan pemasangannya, penopangan dan
lainlain. Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana. Tanah hasil
galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh pengawas, karena tanah
tersebut akan dipakai kembali.
b. Pekerjaan Lantai Kerja
Setelah tanah digali dan diberikan urugan pasir, selanjutnya dibuat lantai kerja
dengan campuran beton 1Pc:3Ps:5Kr. Sebelum campuran beton diletakkan, dasar
tanah diratakan terlebih dahulu. Tebal dari lantai kerja ini sekitar 5 cm, setelah
lantai kerja mengeras barulah diatasnya diletakkan pondasi Plat Setempat.
c. Pekerjaan Urugan Pasir
Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian
dipadatkan dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk
menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan beban. Urugan Pasir
dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan Urugan Pasir yang sesuai dengan
gambar kerja dan spesifikasi teknis yang ada yaitu sekitar 5 cm.
d. Pekerjaan Urugan Tanah
Pekerjaan urugan tanah dilakukan setelah pondasi selesai dan telah mengeras.
Tanah hasil galian dikembalikan lagi, dan digunakan untuk menimbun pondasi.
Tanah tersebut dipadatkan lapis demi lapis baik dengan cara manual atau
menggunakan alat stamper. Selain itu urugan tanah juga dilakukan pada
permukaan lantai. Bagian lantai yang perlu ditinggikan di urug dengan tanah urug.
Tanah urug yang dipakai dapat berasal dari hasil galian ataupun tanah urug yang
didatangkan. Tanah dihamparkan kemudian dipadatkan lapis demi lapis hingga
didapatkan kepadatan dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis. Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S.
e. Pekerjaan Pondasi
Dalam Proyek ini ada dua buah jenis pondasi yang digunakan yaitu pondasi
Pondasi Plat Setempat, yang mana metode pelaksanaan pekerjaan pondasi tersebut
sebagai berikut : Pondasi Plat Setempat terbuat dengan beton footplat (berupa pile
cap). Hal pertama dilakukan yaitu merakit tulangan dan bekisting pondasi sesuai
dengan gambar kerja. Perakitan dan pembuatan mal ini dapat dilakukan
bersamaan dengan pengalian tanah pondasi. Setelah itu bekisting diletakkan diatas
lantai kerja dan besi tulangan dimasukkan ke dalam bekisting. Sebelum besi
tulangan diletakkan di dalam bekisting, diatas lantai kerja di berikan beton tahu
kira-kira berukuran 2x2x2 cm dengan mutu beton yang sama. Beton tahu ini
berfungsi agar kedudukan tulangan pas berada di tengah dan memberikan ruang
untuk selimut beton yang cukup. Jika tulangan dan bekisting telah dipasang maka
campuran beton dapat dituang. Ketinggian curahan harus diperhatikan agar
seluruh rongga dapat tertutupi oleh material. Bahan-bahan yang digunakan dalam
campuran beton harus sesuai dengan job mix design yang ada. Bebas dari material
organik, debu dan telah mendapat persetujuan dari pengawas.
f. Pekerjaan Cor Balok Sloof .
Pengecoran balok sloof dilakukan setelah pondasi plat setempat dan pile cap
selesai dilakukan. Pada dasarnya pelaksanaan balok sloof sama dengan
pelaksanaan Pondasi Plat Setempat. Bekisting dan tulangan besi dirakit terlebih
dahulu sesuai dengan shop drawing. Setelah itu barulah campuran beton
dituangkan, campuran beton yang digunakan sama dengan campuran beton
Pondasi yaitu mutu beton K-250. Campuran beton tersebut terlebih dahulu telah
dilakukan job mix design dan nilai slump tesnya sesuai dengan spesifikasi teknis.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu adanya persetujuan dari pengawas.
g. Pekerjaan Cor Beton Kolom
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
Pekerjaan Pembesian. Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi.
Besi yang digunakan sesuai gambar rencana sebagai tulangan utama dan
sebagai sengkang (begel). Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai dengan shop
drawing.
Pembuatan Bekisting. Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang
diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak
mudah roboh.
Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan.
Kontrol kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan
pengecoran meliputi kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting,
posisi dan penempatatan pembesian, jarak antar tulangan, panjang
penjangkaran, ketebalan beton decking (Beton tahu), ukuran baja tulangan
yang digunakan, posisi penempatan water stop. Kontrol Kualitas kedua
posisi yang benar diatas perancah yang telah disiapkan. Pengaturan level
balok dan pelat dapat dilakukan dengan mengatur ketinggian perancah
(Scafolding). Proses pemasangan bekisting ini dibantu oleh surveyor untuk
mengontrol level balok dan pelat.
Pekerjaan Pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap,
besi tulangan yang telah siap dipasang dan dirangkai dilokasi. Pembesian
balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat
lantai. Panjang penjangkaran dipasang 30xD Tulangan Utama.
Leveling Pengecoran pelat lantai.
Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi
perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling
pengecoran. Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L.50.50.5 yang
ditumpukan pada beberapa titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan
hingga posisi besi siku tidak lagi bergeser. Penempatan besi siku diukur
dengan waterpass dan diukur pada level sesuai gambar desain.
Pekerjaan Kontrol Kualitas.
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang
dilakukan pada pekerjaan kolom.
Pengecoran beton .
Pengecoran dilakukan dengan Ready Mix truck yang dibantu dengan
penggunaan Concrete Pump. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara
sekaligus balok dan pelat seluruh lantai. Untuk mempercepat proses
pengecoran dipakai Concrete Pump. Pengecoran dibantu dengan alat
vibrator untuk meratakan dan memadatkan campuran. Selanjutnya
finishing lantai cor ini adalah rata namun dibiarkan kasar karena
selanjutnya akan dilakukan pekerjaan lantai.
Pekerjaan curing .
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan
sehari setelah dilakukan pengecoran.
BAB III
PELAKSANAAN DAN PENGELOLAHAN PROYEK
Pondasi memiliki banyak jenis salah satunya ialah pondasi yang digunakan dalam
pembangunan gedung Puskesmas ini yaitu pondasi Tapak . Pondasi ini biasanya digunakan
sebagai tumpuan struktur kolom, khususnya untuk bangunan bertingkat. Agar bisa
meneruskan beban ke lapisan tanah keras di bawahnya dengan baik, dimensi pondasi tapak
sengaja dibuat lebih besar daripada ukuran kolom di atasnya.
- Benang
- Paku
- Tahu Beton
2) Menggali Tanah dengan Excavator sampai pada elevasi -2 m atau sampai pada
tanah keras kemudian di beri lantai pondasi tapak diberi rabat beton.
Sloof adalah sebuah struktur balok (beton bertulang) yang terletak persis diatas pondasi
batu kali yang diletakan secara horizontal sepanjang pasangan pondasi itu sendiri. Selain itu
sloof juga merupakan struktur yang menghubungkan antar kolom dimana fungsinya yaitu
untuk meneruskan beban ke pondasi melalui kolom pedestal. Sloof pada proyek ini terbuat
dari konstruksi beton bertulang. Sloof ini sangat penting dan mempunyai banyak sekali
manfaat. Fungsi utama sloof adalah untuk meratakan gaya/tekanan akibat beban dari atas
suatu bangunan ke pondasi dibawahnya. Dengan adanya sloof ini diharapkan tidak terjadi
penurunan pondasi pada suatu tempat, sehingga keretakan dinding bangunan diatas pondasi
dapat dihindari. Sloof juga berfungsi sebagai pengikat antar pondasi sehingga tiap-tiap
pondasi bisa saling membantu ketika terjadi penurunan bangunan. Ukuran sloof pada gedung
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
25
5D16
40
5D16
SENGKANG O 8 - 200
pemotong besi, meter roll, kereta dorong (pengangkut material pasir &
kerikil) , serta senduk semen.
3. Pekerjaan Bekisting
Pemasangan bekisting pada sloof dikerjakan dengan ukuran yang sesuai dengan
rencana. Bekisting merupakan multiplex dengan tebal 12 mm dan diperkuat
dengan kayu usuk dengan ukuran 5/7. Alat yang digunakan pada saat perakitan
bekisting adalah gergaji, palu, mistar siku, meter roll dan pensil. Bekisting dirakit
sesuai dengan ukuran dari sloof.
4. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan tenaga manusia
dengan alat bantu ember dan sekop dan juga menggunakan ready mix.
Pengadukan beton dilakukan dengan perbandingan campuran 1 pc : 2 psr : 3 krl.
Campuran beton lalu dituangkan ke dalam bekisting dengan menggunakan mesin
pompa dan kemudian diratakan menggunakan vibrator. Bekisting dibongkar
setelah 1 – 2 hari dari saat pengecoran. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan
hati-hati agar tidak merusak beton yang telah dicor. Dan sedapat mungkin
bekisting yang dibongkar dalam keadaan baik sehingga dapat digunakan lagi
untuk pekerjaan pengecoran sloof selanjutnya.
Kolom Baja merupakan kolom utama hanya kolom ini menggunakan bahan dari Baja.
Fungsi kolom baja ini juga sama dengan kolom utama beton sebagain penopang dinding dan
penerus beban banguna atas ke pondasi dan diteruskan ke tanah. Kolom baja ini juga
disesuaikan dengan tinggi dinding.
Profil baja yang digunakan dalam konstruksi ini adalah baja WF. Pemilihan dari
ukuran baja WF yang digunakan sudah sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan
oleh pihak perencana.
Dalam pelaksanaan pekerjaan kolom baja, alat dan bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Alat yang digunakan :
- Katrol
- Tali Tarik (Tali Baja)
H B D T ix iy rx ry zx zy
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm4) (mm4) (mm) (mm) (mm) (mm)
dan pekerjaan saluran drainase dan bak bunga 0,81% Sedangkan progres
pekerjaan fisik yang direalisasikan adalah sebesar 18,04%. pekerjaan pada
minggu ini mengalami keterlambatan,dimana diketahui komulatif realisasi
18,04% - komulatif rencana 19,73% = -1.69% yang artinya progres pada
minggu ini tergolong lebih lambat dari rencana dengan deviasi sebesar -1.69%
6. Pada minggu ke - 6 dibulan November, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 28,22% yang terdiri dari pekerjaan beton struktur 1,86%,
pekerjaan pasangan 2,36%, pekerjaan pintu, jendela partisi dan ralling 2,67%,
pekerjaan saluran drainase dan bak bunga 0,81% dan pekerjaan tangga darurat
0,79% Sedangkan progres pekerjaan fisik yang direalisasikan adalah sebesar
28,22%. pekerjaan pada minggu ini tidak mengalami keterlambatan maupun
peningkatan, dimana diketahui komulatif realisasi 28,22% - komulatif rencana
28,22% = +0,00% yang artinya progres pada minggu ini tergolong netral dari
rencana dengan deviasi sebesar 0.00%
7. Pada minggu ke - 7 dibulan November, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 40,7% yang terdiri dari pekerjaan beton struktur 1,86%,
pekerjaan pasangan 2,36%, pekerjaan pintu, jendela partisi dan ralling 2,67%,
pekerjaan atap dan plafon 4%, pekerjaan saluran drainase dan bak bunga 0,81%
dan pekerjaan tangga darurat 0,80% Sedangkan progres pekerjaan fisik yang
direalisasikan adalah sebesar 38,22%. pekerjaan pada minggu ini mengalami
keterlambatan,dimana diketahui komulatif realisasi 38,22% - komulatif rencana
40,7% = -2,48% yang artinya progres pada minggu ini tergolong lebih lambat
dari rencana dengan deviasi sebesar -2,48%
8. Pada minggu ke - 8 dibulan November, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 50,56% yang terdiri dari pekerjaan pasangan 2,36%,
pekerjaan atap dan plafon 4%, pekerjaan saluran drainase dan bak Bunga
0,81% dan pekerjaan electrical 2,7% Sedangkan progres pekerjaan fisik yang
direalisasikan adalah sebesar 50,65%. pekerjaan pada minggu ini tidak
mengalami keterlambatan,dimana diketahui komulatif realisasi 50,56% -
komulatif rencana 0.50,65% = +0.09% yang artinya progres pada minggu ini
tergolong lebih cepat dari rencana dengan deviasi sebesar 0.09%
9. Pada minggu ke - 9 dibulan Desember, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 67,77% yang terdiri dari pekerjaan lantai dan dinding
8,7%, pekerjaan atap dan plafon 4%, pekerjaan pagar 1,81%, pekerjaan
electrical 2,7% Sedangkan progres pekerjaan fisik yang direalisasikan adalah
sebesar 69,65%. pekerjaan pada minggu ini tidak mengalami
keterlambatan,dimana diketahui komulatif realisasi 69,65% - komulatif rencana
67,77% = +1.89% yang artinya progres pada minggu ini tergolong lebih cepat
dari rencana dengan deviasi sebesar 1.89%
10. Pada minggu ke - 10 dibulan Desember, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 85,72% yang terdiri dari pekerjaan Lantai dan dinding
8,70%, pekerjaan atap dan plafon 4%, pekerjaan pagar 1,81%, pekerjaan
plumbing 2,35%, pekerjaan elektronik 1,1% Sedangkan progres pekerjaan fisik
yang direalisasikan adalah sebesar 85,82%. pekerjaan pada minggu ini tidak
mengalami keterlambatan, dimana diketahui komulatif realisasi 85,82% -
komulatif rencana 85,72% = +0,1% yang artinya progres pada minggu ini
tergolong lebih cepat dari rencana dengan deviasi sebesar 0,1%
11. Pada minggu ke - 11 dibulan Desember, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 96,79% yang terdiri dari pekerjaan fire hydrant 7,85%,
pekerjaan pengecetan 3,2% Sedangkan progres pekerjaan fisik yang
direalisasikan adalah sebesar 97,82%. pekerjaan pada minggu ini tidak
mengalami keterlambatan,dimana diketahui komulatif realisasi 97,82% -
komulatif rencana 96,79% = +1.04% yang artinya progres pada minggu ini
tergolong lebih cepat dari rencana dengan deviasi sebesar 1.04%
12. Pada minggu ke - 12 dibulan Desember, progres pekerjaan fisik yang
direncanakan adalah 100% yang terdiri dari pekerjaan pengecetan 3,2%.
Sedangkan progres pekerjaan fisik yang direalisasikan adalah sebesar 100%.
pekerjaan pada minggu ini mengalami terselesaikan pekerjaan bangunan,
dimana diketahui komulatif realisasi 100% - komulatif rencana 100% =
+0.00% yang artinya progres pada minggu ini terselesaikan proyek
pembangunan dengan deviasi sebesar 0,00%
b. Pengendalian Biaya
Pada pembangunan Gedung Puskesmas Aramaba, kontraktor melaksanakan
pekerjaan dengan mengandalkan kemampuan kontraktor. Sistem pembayaran
angsuran dilakukan setelah memasukan besarnya progres pekerjaan yang telah
dicapai kepada pemilik proyek. Kontraktor dibayar berdasarkan hasil progres
pekerjaan dengan menyisakan ritensi sebesar 5% dari nilai progres pekerjaan.
Selain itu sistem pembayaran pekerja adalah upah harian. Cara pembayarannya
adalah dilakukan sekali dalam seminggu. Besarnya upah tergantung dari keahlian
masing-masing pekerja dan telah ditentukan sebelum pekerja mulai bekerja.
Pembayaran para pekerja yang tidak pernah telah menjadi salah satu faktor
progres pekerjaan yang terus meningkat.
3. Tenaga kerja yang ada atau dikerjakan dalam proyek ini adalah tenga kerja
lokal.
4. Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah setiap hari kerja dari pukul 08.00 s/d
17.00 WITA. Akan tetapi pada jenis pekerjaan tertentu, para pekerja
diwajibkan untuk lembur dengan menggunakan waktu diatas pukul 17.00
WITA.
5. Produktivitas Tenaga Kerja
Perhitungan produktivitas tenaga kerja akan dilakukan untuk tukang besi,
tukang batu dan tukang kayu selama masa kerja praktek (90 hari).
a. Produktivitas tenaga kerja tukang besi
Volume (V) = 65.914,30 kg
Jumlah Tenaga Kerja (T) = 50 orang
Lama Pelaksanaan (n) = 90 Hari
V
P=
T ×n
65.914,30
P=
90 ×50
P=14,65 kg/hari/orang
b. Produktivitas tenaga kerja tukang batu
Volume (V) = 694,23 m3
Jumlah Tenaga Kerja (T) = 15 orang
Lama Pelaksanaan (n) = 90 Hari
V
P=
T ×n
694,23
P=
90 ×15
P=¿0,51 m3/hari/orang
c. Produktivitas tenaga kerja tukang kayu
Volume (V) = 1.826,78 m2
Jumlah Tenaga Kerja (T) = 20
Lama Pelaksanaan (n) = 90 Hari
V
P=
T ×n
1.826,78
P=
90 ×20
P=¿1,01 m3/hari/orang
d. Pengendalian Material
Untuk pengendalian material dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola penyimpanan material
Setelah material didatangkan ke lokasi pekerjaan, material seperti semen
disimpan dalam gudang. Sedangkan material seperti besi beton disimpan
diluar. Hal ini menyebabkan kotornya besi beton sehingga dapat
mempengaruhi kekuatan beton.
2. Pola permintaan bahan
Menurut pantauan selama melakukan kerja praktek, material selalu tersedia di
lokasi. Hal ini dikarenakan apabila material yang dibutuhkan sudah tinggal
sedikit maka pelaksana lapangan segera melapor ke pimpinan perusahaan agar
material yang dibutuhkan segera didatangkan.
3. Jenis bahan
Jenis bahan yang tersedia di lokasi adalah semen, besi beton, kayu, tripleks,
pasir, kerikil dan air kerja.
e. Pengendalian peralatan
Peralatan yang tersedia di lokasi seperti concrete mixer, dump truck, tangki air,
serta peralatan pertukangan. Peralatan yang dipakai kebanyakan untuk pengadaan
bahan seperti semen, air, pasir, kerikil, besi beton dan bahan lain yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
1.6 KESIMPULAN
Kerja praktek menjadi mata kuliah yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa/i. Melalui
kerja praktek, mahasiswa dapat melihat secara langsung proses konstruksi yang
berjalan, membantu mengawasi, membandingkan dengan teori-teori yang dipelajari
selama perkuliahan dan belajar ilmu-ilmu baru. Sehingga, kesimpulan yang dapat
diambil dari pelaksanaan kerja praktek “Pembangunan Baru Gedung Puskesmas
Aramaba” adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembangunan gedung puskesmas Aramaba tahun 2020, menggunakan
pelelangan umum dan jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak Lump Sump
dengan pemilik proyek (owner) adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Alor, Konsultan
Perencana adalah PT. Kevin Nabalis Utama, Konsultan Pengawas adalah PT. Sasen
Jaya Konsultan, Pelaksana Konstruksi (kontraktor) adalah PT. Kevin Nabalis Utama
2. Pelaksanaan konstruksi di lapangan mengikuti gambar rencana (Detailed Engineer
Drawing / DED) serta ketentuan yang berlaku (Spesifikasi Teknis) yang ada. Bila
dalam pelaksanaan di lapangan, mengharuskan adanya perubahan sehingga tidak
sesuai gambar dan spesifikasi yang ada, maka harus dikonsultasikan serta mendapat
izin terlebih dahulu dari pihak konsultan pengawas dan pihak owner.
3. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat terlaksana dengan baik apabila material
serta tenaga dalam melaksanakan pekerjaaan konstruksi tersedia. Bila dalam
pelaksanaan pekerjaan terdapat hambatan atau kendala maka, dilakukan koordinasi
antara pihak pelaksana (kontraktor), dan pihak pengawas (konsultan pengawas) untuk
mencari solusi terhadap kendala yang terjadi.
4. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan ini, Penerapan human safety / keselamatan
kerja bagi para pekerja kurang diperhatikan. Hal ini ditakutkan karena dalam
pelaksanaan pekerjaan bisa terjadi hal – hal yang membahayakan keselamatan para
pekerja.
1.7 SARAN
Selama menjalani kerja praktek pada Pembangunan Baru Gedung Puskesmas Aramaba
2020 ditemukan sejumlah kekurangan selama pelaksanaan. Untuk itu penulis hendak
memberikan saran yang membangun sebagai berikut :
1. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi para pekerja dapat lebih
diperhatikan sehingga terhindar dari bahaya selama pelaksanaan pekerjaan.
2. Kontrol terhadap material dan pekerjaan yang hendak dikerjakan harus diperhatikan
sehingga tidak terjadi keterlambatan pelaksanaan akibat material yang habis atau
belum ready.
3. Penggunaaan alat berat untuk mempercepat proses mobilisasi material ke tempat
yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan sehingga waktu tidak terbuang.
4. Terus menjaga komunikasi tetap lancar antara pekerja dengan mandor, mandor
dengan kontraktor begitupun sebaliknya agar tidak terjadi kesalahan dalam
pekerjaan yang dilakukan.
5. Perlu adanya koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan.
Adapun juga saran bagi mahasiswa yang akan menjalani kerja praktek nantinya yaitu :
1. Penentuan lokasi kerja praktek (memilih proyek) dilakukan dengan memperhatikan
kejelasan, kelengkapan dan administrasi dari proyek tersebut.
2. Perlu mengikuti kegiatan pelaksanaan proyek di lapangan secara rutin sesuai waktu
yang ditetapkan, sehingga mahasiswa dapat lebih banyak berinteraksi dengan
pengelola proyek, mencatat hal-hal penting dan mendokumentasikan perkembangan
pekerjaan proyek untuk kebutuhan penyusunan laporan.
3. Dalam menjalani kerja praktek di lapangan, bila menemukan hal – hal yang kurang
dipahami sebaiknya ditanyakan kepada pihak proyek (kontraktor atau pengawas).
DAFTAR PUSTAKA
M Prian, D, dkk. 2017. Analisis Perbandingan Waktu, Biaya dan Direct Waste
Penggunaan Tulangan Konvensonal, Wiremesh, dan Floordeck Pada Pekerjaan
Wardhani. Inees Kusuma. 2016. Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan
Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural.
(TugasAkhir) : Universitas Muhammadiyah Pelat Lantai. Semarang. Universitas
Diponegoro
Warsika Darma P. 2017. Analisis Waktu dan Biaya Berdasarkan Anlisa Produktivitas
Tenaga Kerja Pada Proyek Pembangunan Konstruksi. Denpasar. Universitas Udayana.
LAMPIRAN