Anda di halaman 1dari 50

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA BERAT

DI PUSKESMAS BUKIT SANGKAL

TAHUN 2022

Disusun oleh :
dr. Irfana Efendi

Pendamping:
dr. Dewy Mismarita
NIP. 196303071989102001

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


PUSKESMAS KELURAHAN JAGAKARSA I
DEPARTEMEN KESEHATAN PROVINSI DKI
JAKARTA TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan izin-Nya saya dapat menyelesaikan evaluasi program ini. Evaluasi
program ini merupakan hasil kegiatan yang saya lakukan sebagai dokter internsip
di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Begitu banyak dukungan dan bantuan yang
saya terima dari banyak pihak. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kepala Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I sekaligus dokter pendamping
internsip atas bimbingan dan bantuannya
2. Staff Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I atas bantuan dan kerjasamanya
3. Teman-teman sejawat dokter internsip atas bantuan dan dukungannya.

Akhir kata saya berharap semoga evaluasi program ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, November 2021

dr. Irfana Efendi


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan dan mutu pelayanan
dasar minimal sebagai urusan pemerintah untuk memenuhi hak setiap warga
negara (Kemenkes, 2019). Sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan
pemerintah untuk memenuhi setiap SPM yang berlaku diharapkan target dapat
mencapai 100% untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat.

Mutu suatu pelayanan tidak terlepas dari adanya suatu standar acuan yang
dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan. Pemerintah dalam mendukung
pelayanan yang bermutu yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan. Pencapaian target SPM dengan program prioritas lainnya menjadi
indikator bagi Pemerintah Daerah untuk menilai baik atau tidaknya kinerja Kepala
Daerah dalam melaksanakan tugas dengan adanya reward dan punisment.

Standar Pelayanan Minimal merupakan ketentuan dalam memberikan


pelayanan bermutu yang secara minimal harus dilaksanakan oleh Pemerintah
daerah dengan target capaian SPM harus 100% setiap tahunnya. SPM bidang
kesehatan mencakup 12 indikator jenis layanan yaitu pelayanan kesehatan ibu
hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar,
pelayanan kesehatan pada usia produktif, pelayanan kesehatan pada usia lanjut,
pelayanan kesehatan penderita hipertensi, pelayanan kesehatan penderita diabetes
melitus, pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat, pelayanan
kesehatan orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan orang dengan risiko
terinfeksi HIV.

Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I merupakan fasilitas pelayanan kesehatan


yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
terpadu
bagi masyarakat di Wilayah Kelurahan Jagakarsa, puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:
kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan
kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan golongan
umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

Dalam menuju pencapaian SPM sesuai target, dibutuhkan analisis atau


evaluasi. Ridwan, Jane dan Chreisye (2015) telah melakukan penelitian tentang
Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di salah satu puskesmas
di kota Manado yakni Puskesmas Tuminting dengan hasil masih banyak program
yang belum sesuai target. Oleh karena itu, peneliti pun juga tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui rumusan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
mengenai Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengevaluasi terkait masukan (input) yang dilihat dari kebijakan, tenaga,
dana, dan prasarana dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021
2. Mengevaluasi terkait proses (process) yang dilihat dari pendataan,
pelatihan, pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan monitoring evaluasi
dalam pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari
– Oktober 2021.
3. Mengevaluasi terkait keluaran (output) yaitu pencapaian target dalam
pelaksanaan SPM Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari –
Oktober 2021

1.4 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan wawasan, kemampuan, dan pengalaman peneliti mengenai


SPM serta mengaplikasikan ilmu yang peneliti dapatkan selama mengikuti
perkuliahan di Fakultas Kedokteran.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk melakukan langkah-
langkah pencapaian target dalam pelaksanaan SPM di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi
Fakultas Kedokteran terutama bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat dalam
ilmu dan teknologi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan pencapaian SPM.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan SPM Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021. Meliputi pendekatan sistem
dilihat dari unsur input (kebijakan, tenaga, dana dan sarana), proses (pendataan,
pelatihan, pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan monitoring evaluasi), dan
output dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknis
dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, puskesmas adalah salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tolak ukur dari pembangunan
kesehatan. Puskesmas memiliki tugas untuk melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas
untuk mewujudkan kecamatan sehat, puskesmas menyelenggarakan fungsi
penyelenggaraan UKM (Upaya kesehatan Masyarakat) tingkat pertama, dan
penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara lebih merata,
bermutu dan sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat yang berada
disekitarnya agar tercapai kemampuan hidup sehat bagi masyarakat untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Selain itu pelayanan kesehatan
masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/ atau
masyarakat.

2.1.2 Peranan dan Fungsi Puskesmas


Peranan Puskesmas Peranan Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan upaya kesehatan
2. Pembinaan upaya Kesehatan
3. Pelayanan upaya keseha
Fungsi Puskes :
Puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :
a. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan Kesehatan
1. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha wilayah kerja
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
b. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat keluarga dan
masyarakat :
1. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat
2. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan
3. Ikut menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program Kesehatan
4. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
5. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri
6. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinu) mencakup :
1. Pelayanan kesehatan perorangan yakni pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah
rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat yakni pelayanan yang bersifat
publik dengan tujuan utama memlihara dusun meningkatkan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan
keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.

2.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas


Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas bisa
meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Luas wilayah kerja
puskesmas ditetapkan berdasrakan faktor- faktor :
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan geografis
c. Keadaan sarana perhubungan
d. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya
Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, dalam upaya
memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, memungkinkan
Puskesmas untuk ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang luas dan merata
dan lebih sederhana dalam bentuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan
satuan Pelayanan Kesehatan Swasta dalm bentuk Poliklinik. Balai pengobatan,
Balai Kesehatan Ibu
dan anak , Rumah Bersalin, dokter praktek swasta serta kegiatan Kader Kesehatan
dalam rangka PKMD (Pusat kesehatan Dan Masyarakat Desa) yang secara teknis
di bawah pengawasan dan pengaturan puskesmas.
Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan Kuratif (pengobatan), Preventif (kesehatan
pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan
kesehatan) yang ditujukan kepada semua jenis dan golongan umur, sejak
pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

2.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Puskesmas.

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan


modal setiap warga negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan
mencapai kemakmuran. Sehat merupakan modal setiap individu untuk
meneruskan kehidupannya secara layak.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga
negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan dasar, setiap individu bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan orangorang yang menjadi tanggung
jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap
kesehatan adalah tanggung jawab setiap warga negara.
Sejak era reformasi urusan pemerintahan secara bertahap diserahkan dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan hal ini sesuai dengan
pasal 18 ayat (6) amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan
daerah menjalankan otonomi seluasluasnya. Peraturan terakhir yang mengatur
tentang pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah
UU Nomor 23 Tahun 2014 yang merupakan pengganti UU Nomor 32 Tahun
2004. Pada UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kesehatan adalah
satu dari enam urusan concurrent (bersama) yang bersifat wajib dan terkait
dengan pelayanan dasar. Enam urusan tersebut adalah:
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
5. Ketentraman dan ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
6. Sosial

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah suatu standar


dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark).
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh
Badan layanan Umum terhadap masyarakat Adapun fungsi Standar Pelayanan
Minimum (SPM) yaitu :
1. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyarakat
secara merata.
2. Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai
pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat.
3. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan
4. Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang
kesehatan

Tujuan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yaitu :

1. Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan kepada


masyarakat.
2. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.
3. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang
dibutuhkan.
4. Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya.
5. Mendorong terwujudnya checks and balances.
Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja
Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemda
diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat,
tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan adekuat.
Karena kondisi kemampuan sumber daya Pemda di seluruh Indonesia tidak sama
dalam melaksanakan keenam urusan tersebut, maka pelaksanaan urusan tersebut
diatur dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk memastikan ketersediaan
layanan tersebut bagi seluruh warga negara.
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan indikator SPM, Kementerian/ Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan
dan/atau sasaran/lokus tertentu. SPM juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk
memperkuat pelaksanaan Performance Based Budgeting. UU 23 Tahun 2014 juga
mengamanatkan pada Pemda untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah
untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar yang
ditetapkan dengan SPM (pasal 298). Kedepannya nanti pengalokasian DAK ke
daerah akan berdasar pada kemampuan daerah untuk pencapaian target-target
SPM, daerah dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan menjadi
prioritas dalam pengalokasian DAK.
Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan bersatu padu
berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian target-target SPM, termasuk di
dalamnya adalah pemenuhan sumber daya manusia kesehatan terutama di level
Puskesmas sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
akan menjadi unit terdepan dalam upaya pencapaian target-target SPM.
Implementasi SPM juga menjadi sangat strategis dalam kaitannya dengan
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang sampai saat ini masih
bermasalah dengan adanya defisit anggaran. Implementasi SPM akan memperkuat
sisi promotif – preventif sehingga diharapkan akan ber-impact pada penurunan
jumlah kasus kuratif yang harus ditanggung oleh JKN.
Tabel 1. Standar Pelayanan Kesehatan (SPM) Di Puskesmas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik ketersediaan dana,


pencapaian cakupan Indikator SPM juga nampaknya akan semakin baik.
Sebaliknya, semakin program yang memiliki kekurangan biaya biasanya
cenderung untuk semakin rendah peluangnya memenuhi target SPM. Begitu pula
dengan keberadaan sarana prasarana penunjang program juga berpengaruh
terhadap pencapaian target SPM. Semakin baik sarana prasarana (peralatan medis
dan non medis), berdampak pada semakin tingginya pencapaian cakupan indikator
SPM.

2.3 Puskesmas Kelurahan Jagakarsa


2.3.1 Keadaan Geografis
Wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I merupakan salah satu dari enam
Puskesmas Kelurahan yang berada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Jagakarsa,
wilayah Kelurahan Jagakarsa mempunyai 2 Puskesmas kelurahan sehingga
wilayah kerjanya dibagi menjadi 2, Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I dengan
wilayah Kerja RW 02, 04, 06 dan 07 sedangkan puskesmas Jagakarsa II dengan
wilayah Kerja RW 01, 03 dan 05.
Secara Geografis letak wilayah Kelurahan Jagakarsa I Kecamatan Jagakarsa
Jakarta Selatan terletak di 06° 15'40,8” Lintang Selatan dan 106° 45'0,00” Bujur
Timur. Luas wilayah ± 485 Ha. Terletak pada ketinggian 26,2 meter diatas
permukaan laut.

2.3.2 Batas Wilayah


Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Ragunan & Kebagusan.
Sebelah Timur : berbatasan dengan kelurahan lenteng Agung
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Ciganjur & S. Sawah.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Pondok Labu

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Jagakarsa


Puskesmas Kelurahan Jagakarsa 1

Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I mempunyai 4 RW, dan 43 RT. Jumlah


penduduk 41.659 jiwa . Dengan Rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan dan Jenis kelamin;
WNI WNA
RW JUMLAH
LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
02 5666 5029 10.695 0 0 0 10.695
04 3910 5109 9.019 4 0 4 9.023
06 4508 4457 8.965 0 0 0 8.965
07 6553 6410 12.963 11 2 13 12.976
JML 20637 21005 41.642 15 2 17 41.659
Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa

Tabel 3. Jumlah KK PER RW


WNI WNA
RW JUMLAH
LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
02 2306 251 2557 - - - 2557
04 2241 199 2440 4 - 4 2444
06 2226 208 2434 2 - 2 2436
07 2244 163 2407 - 1 1 2408
JML 9017 821 9838 6 1 7 9845
Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa

Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama


JML KK KRISTEN JUMLAH
RW ISLAM KHATOLIK HINDU BUDHA
LK PR PROTESTAN PENDUDUK

02 2306 251 9.122 455 297 145 115 10.695


04 2245 199 6.694 474 324 138 147 9.023
06 2227 209 7.477 325 297 167 112 8.965
07 2245 164 11.714 532 345 120 100 12.976
JML 9023 823 35.077 1.786 1.263 570 474 41.659
Data Penduduk bulan Desember 2020 dari kantor Lurah jagakarsa

Tabel 5. Data proyeksi Program


WNI
RW
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
02 3.923 3.348 7.271
04 2.412 3.335 5.747
06 2.838 2.898 5.736
07 4.732 4.822 9.554
JUMLAH 13.905 14.403 28.308

Fasilitas pelayanan kesehatan di Wilayah Puskesmas Kelurahan Jagakarsa


I terdiri dari 1 Puskesmas Kelurahan, 1 RSUD, 2 Rumah bersalin, 4 apotek, 6
klinik dokter praktik dan 12 bidan praktik swasta dan 4 toko obat, 17 Posyandu.
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I berdiri pada tahun 1975 diatas tanah
seluas 385 meter persegi. Terdiri dari 1 lantai dengan luas bangunan 286 meter
persegi. Letak Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I di Jalan Jagakarsa I RT 03 RW
07 No 15, dengan No Barang : 01011104012-00005, rehabilitasi bangunan
terakhir pada tahun 2003.
Kondisi gedung puskesmas saat ini masih baik. Untuk operasional petugas
puskesmas, puskesmas memiliki 1 unit kendaraan roda dua/motor, yang diperoleh
pada tahun 2006. Kendaraan tersebut sampai saat ini masih layak pakai dan sangat
membantu untuk kegiatan di luar gedung.

2.3.3 Data Kepegawaian


- Dokter Umum = 2 orang - Petugas Kesling = 1 orang
- Dokter Gigi = 1 orang - Petugas TU = 1 orang
- Bidan = 2 orang - Petugas Loket = 1 orang
- Asisten Apoteker = 1 orang - Petugas TU = 1 orang
- Perawat = 2 orang - Pengaman Kantor = 1 orang
- Perawat Gigi = 1 orang - Cleaning Service = 1 orang
- Penata Gizi = 1 orang TOTAL = 16 orang
Data lengkap kepegawaian terlampir.

2.3.4 Struktur Organisasi Pukesmas Kelurahan


Struktur organisasi Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I adalah turunan dari
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dimana tanggung jawab kepala puskesmas
kelurahan secara administrasi adalah membawahi bagian tata usaha, bagian
keuangan, bagian kesehatan masyarakat dan bagian pelayanan kesehatan. Masing-
masing bagian membawahi beberapa program. Bagian tata usaha bertanggung
jawab terhadap loket, kepegawaian, SP2TP/SIK, diklat dan perlengkapan. Bagian
Kesmas bertanggung jawab terhadap program penyakit menular, penyakit tidak
menular, gizi/PSM dan kesehatan lingkungan. Bagian pelayanan kesehatan
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan dasar, pelayanan peserta JKN,
dan farmakmin.

2.3.5 Peran Serta Masyarakat


- Jumlah kader kesehatan: 165 orang
- Jumlah Posyandu: 17 pos
- Jumlah Dokter Kecil: 162 siswa
- Jumlah Guru UKS/UKGS: 12 orang
2.3.6 Keadaan Sosial Ekonomi
2.3.6.1 Agama
- Islam : 96,76%
- Kristen : 3,06%
- Hindu/budha : 0,18%
2.3.6.2 Jumlah Keluarga Miskin :
Jumlah Keluarga Miskin sebanyak 1005 KK. Se Kelurahan Jagakarsa
Jumlah KK dengan PBI sebanyak kartu (Tidak ada data)
2.3.6.3 Pendidikan
- SD : 30%
- SMP : 45%
- SLTA : 20%
- PT : 5%
2.3.6.4 Mata Pencaharian
- PNS : 34,84%
- Pedagang : 22,22%
- Buruh : 13,59%
- TNI/Polri : 1,2%
- Petani : 0,18%
- Lain-lain : 24,71%
2.3.6.5 Daerah Rawan Banjir
- RW 02 : RT 02
- RW 04 : RT 03

2.3.6.6 Posko Narkoba


- Kantor Kelurahan Jagakarsa
- Posko Narkoba RW 07
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan deskriptif
analitik yang bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober
2021.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan
November 2021 di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.

3.3 Subjek Penelitian


Informan utama pada penelitian ini adalah semua penanggung jawab
program di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Informan lain yang mendukung
penelitian ini adalah dokter, perawat, dan kader di wilayah Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian ini terdiri dari input (man, money, method, material,
machine), proses (planning, organizing, actuating, controlling), dan output
(capaian standar pelayanan minimal/SPM).

3.5 Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam
kepada informan, observasi, dan telaah dokumen. Jenis data yang diambil adalah
data sekunder yang didapatkan dari laporan bulanan Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I. Data yang sudah terkumpul dianalisis secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk uraian singkat sesuai dengan variabel penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Langkah Pelaksanaan Evaluasi Program


1.1.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah kesehatan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I
dilakukan dengan membandingkan target dengan capaian program pada setiap
standar pelayanan minimal (SPM). Masalah diidentifikasi ketika terjadi
kesenjangan antara target dengan capaian. Berikut merupakan tabel capaian SPM
di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I Bulan Januari – Oktober 2021.

Tabel 6. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Puskesmas Kelurahan


Jagakarsa I Bulan Januari- Oktober 2021

No. Standar Pelayanan Minimal Target Capaian


Bulan Januari – Oktober Bulan Januari –
2021 (100%/12 * 10) Oktober 2021
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 83,3% 84,2%
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 83,3% 94,1%
3. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 83,3% 79,62%
4. Pelayanan Kesehatan Balita 70%/bulan* 56,15%
5. Pelayanan Kesehatan pada Usia 83,3% 88,6%
Pendidikan Dasar
6. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif 60%/bulan* 65,92%
7. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut 83,3% 63,1%
8. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 83,3% 86,45%
9. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 83,3% 56,23%
Melitus (DM)
10. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan 83,3% 56,9%
Gangguan Jiwa (ODGJ)
11. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan 83,3% 34,15%
Tuberkulosis (TB)
12. Pelayanan Kesehatan Dengan Risiko 0% 0%**
Terinfeksi HIV
*Target perbulan
**Tidak ada pelayanan
1.1.2 Prioritas Masalah
Prioritas masalah ditentukan dengan melihat kesenjangan tertinggi antara
target yang ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian. Setelah
diurutkan berdasarkan kesenjangannya, didapatkan 6 masalah pelayanan
kesehatan dengan kesenjangan tertinggi yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
2. Pelayanan Kesehatan Balita
3. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut
4. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
6. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB)
Selanjutnya, penentuan prioritas masalah dilakukan menggunakan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth), yaitu dengan cara menentukan tingkat
urgensi, keseriusan, dan perkembangan masalah dengan memberikan nilai dari
skala 1-5. Masalah yang memiliki total nilai tertinggi merupakan masalah
prioritas. Kriteria urgency dilihat dari tersedianya waktu, yaitu seberapa mendesak
masalah tersebut harus diselesaikan. Seriousness dilihat dari seberapa serius
dampak yang diakibatkan masalah tersebut. Growth dilihat dari seberapa besar
kemungkinan masalah tersebut semakin memburuk apabila dibiarkan.

Tabel 7. Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan Metode USG


No. Program U S G Total
1. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 2 2 2 6
2. Pelayanan Kesehatan Balita 4 3 3 10
3. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut 4 4 3 11
4. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 4 3 3 10
Melitus (DM)
5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan 4 3 3 10
Gangguan Jiwa (ODGJ)
6. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan 5 4 5 14
Tuberkulosis (TB)
Berdasarkan hasil skoring USG di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
masalah yang menjadi prioritas utama adalah pelayanan kesehatan orang dengan
tuberkulosis (TB), dilanjutkan pelayanan kesehatan Usia Lanju, ODGJ, Balita dan
DM terakhir yakni Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir.

1.1.3 Analisis Penyebab Masalah


Setelah menentukan prioritas masalah, dilakukan analisis
kemungkinan- kemungkinan penyebab dari masalah tersebut. Metode yang
digunakan adalah diagram sebab-akibat Ishikawa/fishbone.

4.1.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

Gambar 2. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan


Kesehatan Bayi Baru Lahir

Planning LINGKUNGAN
Actuating - Kondisi pandemi COVID-19 dan
Eksekusi program
takut keluar rumah
INPUT Perencanaan intervensi langsung
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
Man jadwal program ke masyarakat
salah satu wilayah kerjanya
Tidak ada masalah dengan melakukan belum optimal di
Money kunjungan awal masa pandemi
Tidak ada masalah neonatus
Method
Alat peraga penyuluhan OUTPUT
perawatan neonatus belum PROSES Perawatan
memadai Neonatus
Material yang salah
Tidak ada masalah
Market
Kurangnya pemahaman ibu Tidak ada masalah Pelaporan neonatus
terhadap informasi yang baru lahir di
diberikan wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal

Masih adanya
Organizing Controlling &
keluarga yang
Evaluating
melakukan
perawatan yang
salah. (misal:
membubuhi tali
pusat dengan
ramuan
4.1.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan bayi baru lahir di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.

Tabel 8. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR


Pelayanaan Kesehatan Bayi Baru Lahir
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Neonatus 5 3 3 30
Masih Kurang
2. Alat Peraga Penyuluhan Tentang Perawatan 2 1 2 4
Neonatus Masih Belum Memadai

3. Masih Ada Keluarga Yang Melakukan 3 3 2 18


Perawatan Neonatus Yang Salah

4. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut 5 5 5 125


Terkena Covid-19

Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa


penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani
ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil
diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan
Kesehatan bayi baru lahir saat ini terkait dengan takutnya keluarga pasien untuk
keluar rumah dikarenakan kondisi pandemic covid-19.
4.1.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi
referensi
dan wawancara mendalam dengan pemegang program.

Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di Menyampaikan Kunjungan neonatal Seluruh neonatus baru 0
Puskesmas Kelurahan
informasi dilakukan untuk lahir di wilayah kerja
Jagakarsa I
mengenai memantau puskesmas
pentingnya kesehatan bayi
memeriksakan sehingga bila terjadi
diri ke fasilitas masalah dapat
kesehatan bagi segera
neonatus baru diidentifikasi.
lahir
2. Kerjasama antar sector Melakukan Agar mengetahui Seluruh pihak terkait 0
(Kelurahan dan fasyankes Kerjasama terkait data berapa jumlah
setempat) pelaporan data neonatus yang baru
neonatus baru lahir
lahir di wilayah
kerja puskesmas
3. Membuat pelatihan kader Mengadakan Agar semua Seluruh kader di wilayah Rp. 500.000
untuk sosialisasi pentingnya pertemuan dengan neonatus baru lahir kerja Puskesmas
memeriksaan neonatus baru para kader secara dapat diperiksa di (Zoom premium)
lahir ke puskesmas virtual untuk puskemas
disampaikan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
memeriksakan
neonatus baru
lahir
4.1.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan
Bayi Baru Lahir

Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan


yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi
dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.

Tabel 10. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode


MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15

2. Kerjasama antar sector (Kelurahan dan fasyankes setempat) 3 2 2 3 4


3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya 5 4 4 5 16
memeriksakan neonatus baru lahir ke puskesmas

Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada


alternatif pemecahan masalah berupa membuat pelatihan kader untuk sosialisasi
pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir. Solusi ini kemudian akan disusun
sebagai rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan bayi baru lahir di
Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
4.2.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Balita

Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan


Kesehatan Balita

Planning LINGKUNGAN
Actuating - Kondisi pandemi COVID-19 dan
Eksekusi program
INPUT takut keluar rumah
Perencanaan intervensi langsung
- Jarak Puskesmas cukup jauh dari
Man jadwal program ke masyarakat
salah satu wilayah kerjanya
Tidak ada masalah dengan melakukan belum optimal di
Money pemeriksaan berat masa pandemi
Tidak ada masalah badan balita
Method berkala
OUTPUT
Langkah-langkah yang
tercantum di buku tumbuh Cakupan
kembang anak belum
PROSES kunjungan
dilakukan dengan optimal Balita yang
Material belum optimal
Tidak ada masalah
Market
Tidak ada masalah Pelaporan
Kurangnya pemahaman ibu
pemeriksaan berat
tentang tumbuh kembang
badan balita di
anak
wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal
Organizing Controlling &
Masih adanya
Evaluating
keluarga yang
belum melakukan
penimbangan berat
badan balita
dikarenakan tidak
memiliki alat
timbang

4.2.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Balita


Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I. Agar
dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan
penilaian dari skala
1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan. Faktor
yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Tabel 11. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Balita
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang 5 3 3 30
Balita Masih Kurang
2. Tidak Memiliki Alat Ukur Timbangan 5 3 4 60
3. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut 5 4 4 80
Terkena Covid-19

Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa


penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani
ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil
diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan
Kesehatan balita saat ini terkait dengan takutnya keluarga pasien untuk keluar
rumah dikarenakan kondisi pandemic covid-19.

4.2.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita


Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi
referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program.

Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita


No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di Menyampaikan Kunjungan balita Seluruh balita di wilayah 0
Puskesmas Kelurahan
informasi dilakukan untuk kerja puskesmas
Jagakarsa I
mengenai memantau tumbuh
pentingnya kembang anak
memeriksakan sehingga
tumbuh kembang mengetahui
balita
perkembangan dari
balita.
2. Membuat pelatihan kader Mengadakan Memantau tumbuh Seluruh kader di wilayah Rp. 500.000
untuk sosialisasi pentingnya pertemuan dengan kembang balita di kerja Puskesmas
memeriksakan tumbuh para kader secara wilayah kerja (Zoom premium)
kembang balita virtual untuk puskesmas
disampaikan jagakarsa I
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
memeriksakan
tumbuh kembang
balita
3. Penimbangan balita secara Melakukan Memantau tumbuh Seluruh balita di wilayah 0
mandiri di rumah dengan penimbangan kembang balita di kerja puskesmas
pelaporan via Google Form secara mandiri di wilayah kerja
rumah dengan puskesmas
pantuan dari jagakarsa I
kader di wilayah
setempat.

4.2.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Balita

Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan


yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi
dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.

Tabel 13. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode


MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Balita
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15

2. Membuat Pelatihan Kader Untuk Sosialisasi Pentingnya 4 3 3 4 9


Memeriksakan Tumbuh Kembang Balita
3. Penimbangan Balita Secara Mandiri di Rumah dengan 5 5 4 2 50
Pelaporan via Google Form

Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada


alternatif pemecahan masalah berupa penimbangan balita secara mandiri di rumah
dengan pelaporan via Google Form. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai
rekomendasi intervensi program pelayanan kesehatan balita di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I.
4.3.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Gambar 4. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan


Kesehatan Usia Lanjut

Planning LINGKUNGAN
Actuating - Kondisi pandemi COVID-19 dan
Eksekusi program
INPUT intervensi takut keluar rumah
langsung ke - Jarak Puskesmas cukup jauh dari
Man 1. Posbindu Lansia masyarakat belum salah satu wilayah kerjanya
Tidak ada masalah
2. Kunjungan ke lansia optimal di masa
Money yang tidak bisa ke pandemi
Tidak ada masalah fasyankes terdekat (Posbindu dan
Method 3. Skrining di Poli OUTPUT
Belum adanya pelayanan Umum
khusus lansia sehingga Cakupan
pelayanan masih bergabung
PROSES kunjungan
dengan pelayanan umum lansia yang
lainnya. belum optimal
Material
Tidak ada masalah
Tidak ada masalah
Market
Masih banyak
Kurangnya pengetahuan
lansia yang tidak
tentang Kesehatan lansia
ingin berobat ke
dokter dikarenakan
ada pengobatan
herbal.
Organizing Controlling &
Evaluating
Minat lansia yang
kurang dikarenakan
kondisi pandemi.

4.3.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Tabel 14. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Usia Lanjut
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Tidak Ada Pelayanan Posbindu Lansia 5 5 5 125
2. Minat Lansia Yang Kurang dan Masih Ada 2 3 2 12
Pengobatan Herbal
3. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut 5 4 5 100
Terkena Covid-19

Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa


penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak ada
pelayanan posbindu. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang
program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan Kesehatan Usia Lanjut yakni
tidak ada posbindu hal ini terjadi dikarenakan kondisi pandemi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan pelayanan posbindu.

4.3.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi
referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program.

Tabel 15. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di Menyampaikan Kunjungan Lansia Seluruh Lansia di 0
Puskesmas Kelurahan
informasi bertujuan untuk wilayah kerja puskesmas
Jagakarsa I
mengenai memeriksakan
pentingnya status kesehatan
kesehatan bagi
usia lanjut
2. Membuat pelatihan kader Mengadakan Memantau Seluruh kader di wilayah Rp. 500.000
untuk sosialisasi pentingnya pertemuan dengan Kesehatan lansia di kerja Puskesmas
memeriksaan pasien usia para kader secara wilayah kerja (Zoom premium)
lanjut virtual untuk
disampaikan puskesmas
kepada lansia jagakarsa I
bahwa
memeriksakan
status kesehatan
dan kontrol
pengobatan itu
penting.
3. Kunjungan ke rumah lansia Melakukan Memantau dan Seluruh lansia di wilayah 0
yang memiliki Riwayat pemeriksaan memeriksa status kerja puskesmas
penyakit secara berkala kesehatan lansia di
bagi pasien lansia wilayah kerja
yang tidak bisa ke kelurahan jagakarsa
fasyankes. I
4. Skrinning Lansia di Melakukan Memantau dan Seluruh lansia di wilayah 0
Vaksinasi Covid-19 skrinning lansia memeriksa status kerja puskesmas
sebelum kesehatan lansia di
dilakukan wilayah kerja
vaksinasi covid- kelurahan jagakarsa
19 I

4.3.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Usia


Lanjut

Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan


yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi
dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.

Tabel 16. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode


MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15

2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya 4 3 3 4 9


memeriksaan pasien usia lanjut
3. Kunjungan ke rumah lansia yang memiliki Riwayat penyakit 5 5 5 2 62.5
4. Skrinning Lansia di Vaksinasi Covid-19 5 4 3 2 30

Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada


alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah lansia yang memiliki
riwayat penyakit. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi
intervensi program pelayanan kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I.
4.4.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Melitus

Gambar 5. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan


Kesehatan Penderita Diabetes Melitus

Planning LINGKUNGAN
Actuating - Kondisi pandemi COVID-19 dan
Eksekusi program
takut keluar rumah
intervensi
Skrinning PTM di - Jarak Puskesmas cukup jauh dari
INP langsung ke
salah satu wilayah kerjanya
Man Poli Umum dan
masyarakat belum
Tidak ada masalah Vaksinasi Covid- optimal di masa
Money 19
pandemi.
Tidak ada masalah
Method Posbindu PTM OUTPUT
Belum semua masyarakat Cakupan
terskrinning PTM PROSES kunjungan
Material penderita
Tidak ada masalah diabetes
Market melitus belum
Kurangnya pengetahuan Pelaporan pasien optimal
tentang Diabetes Melitus Tidak ada masalah diabetes melitus di
wilayah kerja
Puskesmas belum
optimal

Masih banyak
Organizing Controlling & masyarakat yang
Evaluating belum terskrining
PTM, dikarenakan
tidak melakukan
kunjungan ke
fasyankes

Tidak beroperasi
nya Posbindu PTM
dikarenakan kondisi
pandemi

4.4.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes


Melitus
Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan penderita DM di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I.. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.

Tabel 17. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR


Pelayanaan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Tidak Ada Pelayanan Posbindu PTM 5 4 5 100
2. Tidak Berani ke Fasyankes Dikarenakan Takut 5 5 5 125
Terkena Covid-19

Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa


penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak berani
ke fasyankes terdekat dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan
dengan hasil diskusi bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam
pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus yakni menurun nya jumlah
pasien yang berkunjung di puskesmas jagakarsa I dikarenakan pandemi covid-19.

4.4.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan


Penderita Diabetes Melitus
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi
referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program.

Tabel 18. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita DM


No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di Menyampaikan Meningkatkan Seluruh warga di wilayah 0
Puskesmas Kelurahan
informasi pengetahuan kerja puskesmas
Jagakarsa I
mengenai mengenai penyakitb
penyakit tidak tidak menular
menular salah
satu nya Diabetes
Melitus
2. Membuat pelatihan kader Mengadakan Memantau Seluruh kader di wilayah Rp. 500.000
untuk sosialisasi pentingnya pertemuan dengan Kesehatan warga di kerja Puskesmas
skrining penyakit tidak para kader secara wilayah kerja (Zoom premium)
menular virtual untuk puskesmas
disampaikan jagakarsa I
kepada warga nya
bahwa skrining
penyakit tidak
menular itu
penting sehingga
mengetahui
kondisi kesehatan
terkini
3. Kunjungan ke rumah warga Melakukan Memantau dan Seluruh warga di wilayah 0
(door to door) untuk skrining PTM memeriksa status / kerja puskesmas
skrining PTM secara door to skrining kesehatan
door agar warga di wilayah
mengetahui status kerja kelurahan
Kesehatan terkini. jagakarsa I
4. Kerjasama antar sector Mengikutser Memantau dan Seluruh warga di wilayah 0
(RS, Fasyankes, Ormas dll) takan pihak memeriksa status / kerja puskesmas
pada saat melakukan puskesmas ketika skrining Kesehatan
vaksinasi covid-19 massal melakukan di wilayah kerja
di wilayah kerja puskesmas vaksinasi covid- kelurahan jagakarsa
19 di wilayah I
kerja puskesmas,
pihak puskesmas
melakukan
skrining PTM
sebelum
dilakukan
vaksinasi covid-
19
4.4.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan
Kesehatan Penderita Diabetes Melitus

Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan


yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi
dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.

Tabel 19. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode


MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15

2. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi pentingnya skrining 4 3 3 4 9


penyakit tidak menular
3. Kunjungan ke rumah warga (door to door) untuk skrining PTM 5 5 4 2 50
4. Kerjasama antar sector (RS, Fasyankes, Ormas dll) pada saat 4 4 3 2 24
melakukan vaksinasi covid-19 massal di wilayah kerja
puskesmas

Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada


alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah warga (door to door)
untuk skrining PTM. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi
intervensi program pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I.

4.5.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ

Gambar 6. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan


Kesehatan Penderita ODGJ

Planning LINGKUNGAN
Actuating - Kondisi pandemi COVID-19 dan
Eksekusi program
Kunjungan ke takut keluar rumah
intervensi
INPUT rumah pasien - Jarak Puskesmas cukup jauh dari
langsung ke
Man ODGJ salah satu wilayah kerjanya
masyarakat belum
Tidak ada masalah optimal di masa
Money Skrining jiwa di pandemi.
Tidak ada masalah Poli Umum
Method OUTPUT
Belum adanya pelayanan Cakupan
khusus pasien ODGJ sehingga PROSES kunjungan
pelayanan masih bergabung penderita
dengan pelayanan umum ODGJ belum
lainnya. optimal
Material Pelaporan pasien
Belum adanya buku Tidak ada masalah ODGJ di wilayah
pedoman skrining gg jiwa kerja Puskesmas
bagi petugas Kesehatan belum optimal
maupun kader Market
Kurangnya pengetahuan Kurangnya
tentang ODGJ dukungan
Organizing Controlling & pengetahuan
Evaluating keluarga

Kurangnya
kepedulian keluarga
terhadap pasien

Kasus ODGJ di
wilayah kerja
sedikit.

4.5.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ


Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan penderita ODGJ di Puskesmas Kelurahan
Jagakarsa I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu
ditentukan prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini
dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical
Feasibility, Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara
memberikan penilaian dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-
masing kriteria dikalikan. Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan
prioritas penyebab masalah.

Tabel 20. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR


Pelayanaan Kesehatan Penderita ODGJ
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Tidak Ada Kunjungan ke Rumah Penderita 5 4 5 100
ODGJ
2. Keluarga Tidak Berani Membawa Kontrol 5 5 5 125
Pasien ODGJ Dikarenakan Kondisi Pandemi
Covid-19

Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa


penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah tidak
beraninya keluarga untuk membawa pasien ODGJ ke fasyankes terdekat
dikarenakan takut terkena covid-19. Hal ini juga sejalan dengan hasil diskusi
bersama pemegang program ini bahwa masalah utama dalam pelayanan
Kesehatan Penderita ODGJ yakni menurun nya jumlah pasien ODGJ yang
berkunjung di puskesmas jagakarsa I dikarenakan pandemi covid-19.

4.5.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan


Penderita ODGJ
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi
referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program.
Tabel 21. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ
No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya
1. Pelaksanaan penyuluhan di Menyampaikan Meningkatkan Seluruh warga di wilayah 0
Puskesmas Kelurahan
informasi pengetahuan kerja puskesmas
Jagakarsa I
mengenai mengenai
Kesehatan jiwa Kesehatan jiwa
2. Membuat pelatihan kader Mengadakan Memantau Seluruh kader di wilayah Rp. 500.000
jiwa untuk dapat membina pertemuan dengan kesehatan jiwa kerja Puskesmas
pasien ODGJ para kader jiwa warga di wilayah (Zoom premium)
secara virtual dan kerja puskesmas
memberikan jagakarsa I
pelatihan
mengenai
pembinaan pasien
ODGJ
3. Kunjungan ke rumah pasien Melakukan Memantau dan Seluruh pasien ODGJ di 0
ODGJ (door to door) pemeriksaan memeriksa status wilayah kerja puskesmas
kesehatan pasien kesehatan pasien
ODGJ secara ODGJ di wilayah
berkala di rumah. kerja kelurahan
jagakarsa I

4.5.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan


Kesehatan Penderita ODGJ

Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan


yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi
dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.

Tabel 22. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode


MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita ODGJ
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Pelaksanaan Penyuluhan di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I 5 3 2 2 15

2. Membuat pelatihan kader jiwa untuk dapat membina pasien 4 3 3 4 9


ODGJ
3. Kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to door) 5 4 4 2 40

Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada


alternatif pemecahan masalah berupa kunjungan ke rumah pasien ODGJ (door to
door). Solusi ini kemudian akan disusun sebagai rekomendasi intervensi program
pelayanan kesehatan penderita ODGJ di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa I.
4.6.3.1 Analisis Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB

Gambar 7. Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Fishbone Pelayanan


Kesehatan Penderita TB

INPUT
Man LINGKUNGAN
Tidak masalah Planning Actuating - Kondisi pandemi COVID-19 dan
Eksekusi program
Money takut keluar rumah
Perencanaan intervensi langsung
Tidak ada masalah - Jarak Puskesmas cukup jauh dari
jadwal program ke masyarakat
Method salah satu wilayah kerjanya
penyuluhan TB belum optimal di
Kurangnya program belum optimal masa pandemi
sosialisasi mengenai
pentingnya deteksi dini
suspek TB OUTPUT
Material Rendahnya
Tidak ada masalah PROSES pelayanan
Market kesehatan
- Kurangnya pengetahuan orang dengan
masyarakat tentang TB
TB
- Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berobat Tidak ada masalah Pelaporan pasien
- Stigma negatif masyarakat TB dari faskes lain
terhadap penderita TB di wilayah kerja
- Pasien dengan tingkat Puskesmas belum
sosioekonomi menengah optimal
ke bawah terkendala akses
untuk pergi ke Puskesmas
Organizing Controlling &
Evaluating

4.6.3.2 Prioritas Penyebab Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB


Berdasarkan analisis penyebab masalah, didapatkan beberapa faktor mulai
dari komponen input, proses, dan lingkungan yang mempengaruhi output berupa
rendahnya pelayanan kesehatan penderita TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I. Agar dapat fokus memecahkan suatu penyebab masalah, maka perlu ditentukan
prioritas penyebab masalah. Penentuan prioritas penyebab masalah ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks ITR (Importance, Technical Feasibility,
Resources Availability). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan penilaian
dari skala 1-5 pada setiap faktor penyebab, lalu masing-masing kriteria dikalikan.
Faktor yang memiliki total nilai tertinggi merupakan prioritas penyebab masalah.
Tabel 23. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Berdasarkan Metode ITR
Pelayanaan Kesehatan Penderita TB
No. Penyebab Masalah I T R Total
1. Kurangnya petugas Puskesmas dalam
3 1 1 3
pelayanan TB
2. Kurangnya program sosialisasi mengenai
5 4 5 100
pentingnya deteksi dini suspek TB
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB 5 3 4 60
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat 5 3 3 45
5. Stigma negatif masyarakat terhadap penderita TB 4 2 3 24
6. Pasien dengan tingkat sosioekonomi menengah ke
4 2 1 8
bawah terkendala akses untuk pergi ke Puskesmas
7. Perencanaan jadwal program penyuluhan TB belum
5 3 4 60
optimal
8. Eksekusi program intervensi langsung ke
4 2 2 16
masyarakat belum optimal di masa pandemi
9. Pelaporan pasien TB dari faskes lain di
3 3 3 27
wilayah kerja Puskesmas belum optimal
10. Jarak Puskesmas cukup jauh dari salah satu wilayah
4 1 1 4
kerjanya
11. Kondisi pandemi COVID-19 5 1 1 5

Berdasarkan skoring dengan metode ITR tersebut, didapatkan bahwa


penyebab masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah kurangnya
program sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini suspek TB. Hal ini juga
sejalan dengan hasil diskusi bersama pemegang program TB di Puskesmas
Kelurahan Jagakarsa I , bahwa masalah utama dalam pelayanan TB saat ini terkait
dengan rendahnya penemuan kasus baru TB akibat suspek yang enggan diperiksa.
Suspek yang terdiri dari kontak erat pasien terkonfirmasi TB ini tidak mau
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dengan berbagai alasan, di antaranya
karena merasa sehat dan tidak bergejala, merasa takut terdiagnosis TB karena
harus berobat dalam jangka waktu lama, merasa malu karena stigma negatif
penderita TB masih tinggi di masyarakat, atau merasa takut untuk datang ke
Puskesmas karena kondisi pandemi COVID-19 yang belum mereda.
4.6.3.3 Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB
Setelah didapatkan prioritas penyebab masalah, selanjutnya dilakukan
penyusunan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah tersebut.
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah yang disusun berdasarkan studi
referensi dan wawancara mendalam dengan pemegang program.

Tabel 24. Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Penderita TB

No. Solusi Deskripsi Tujuan Sasaran Estimasi Biaya


1. Membuat leaflet edukasi Menyampaikan Agar suspek TB Seluruh kontak erat Rp300.000
pentingnya deteksi dini informasi bersedia pasien terkonfirmasi TB
bagi suspek TB mengenai memeriksakan diri
pentingnya ke fasilitas
memeriksakan kesehatan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
suspek TB
melalui media
cetak yang
diberikan kepada
pasien ter-
konfirmasi TB
yang datang
berobat untuk
disampaikan
kepada kontak
erat/keluarganya
2. Membuat penyuluhan di Menyampaikan Agar suspek TB Seluruh pasien yang Rp200.000
dalam gedung informasi bersedia berobat ke Puskesmas
menggunakan slide mengenai memeriksakan diri
presentasi dan video pentingnya ke fasilitas
edukasi memeriksakan kesehatan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
suspek TB
melalui metode
interaktif dan
media elektronik
audiovisual
3. Membuat pelatihan kader Mengadakan Agar suspek TB Seluruh kader di wilayah Rp500.000
untuk sosialisasi pentingnya pertemuan dengan bersedia kerja Puskesmas
deteksi dini bagi suspek TB para kader secara memeriksakan diri
kepada masyarakat virtual untuk ke fasilitas
disampaikan kesehatan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
memeriksakan
diri ke fasilitas
kesehatan bagi
suspek TB

4.6.3.4 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Pelayanan


Kesehatan Penderita TB

Dalam menentukan prioritas dari solusi pemecahan masalah, pendekatan


yang dilakukan adalah dengan menggunakan matriks MxIxV/C. Metode ini terdiri
dari komponen:
1. Magnitude, dilihat dari seberapa besar alternatif solusi mampu untuk
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin besar solusi dapat
menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
2. Importance, dilihat dari seberapa permanen solusi tersebut dapat
memecahkan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin permanen solusi
dalam menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
3. Vulnerability, dilihat dari seberapa cepat solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5 dimana semakin cepat solusi
dapat menyelesaikan masalah maka nilai mendekati angka 5.
4. Cost yaitu besar biaya solusi. Diberi nilai 1-5 dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan maka nilai mendekati angka 1.
Tiga komponen pertama dikalikan, lalu dibagi dengan komponen cost.
Solusi dengan skor tertinggi merupakan pemecahan masalah terpilih.

Tabel 25. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode


MxIxV/C Pelayanan Kesehatan Penderita TB
No. Alternatif Pemacahan Masalah M I V C MxIxV / C
1. Membuat leaflet edukasi pentingnya deteksi dini
4 3 4 3 16
bagi suspek TB
2. Membuat penyuluhan di dalam gedung
3 2 2 2 6
menggunakan slide presentasi dan video edukasi
3. Membuat pelatihan kader untuk sosialisasi
pentingnya deteksi dini bagi suspek TB kepada 5 4 3 5 12
masyarakat

Tabel di atas menunjukkan bahwa total skoring tertinggi terdapat pada


alternatif pemecahan masalah berupa pembuatan leaflet edukasi pentingnya
deteksi dini bagi suspek TB. Solusi ini kemudian akan disusun sebagai
rekomendasi intervensi program pelayanan TB di Puskesmas Kelurahan Jagakarsa
I.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan kesehatan puskesmas
kelurahan jagakarsa I dari bulan januari – oktober 2021 didapatkan
ada 6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang tidak tercapai target
yakni
a. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
b. Pelayanan Kesehatan Balita
c. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut
d. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
e. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
f. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB)
2. Alasan utama SPM pelayanan Kesehatan bayi baru lahir tidak tercapai
yakni tidak berani ke fasyankes dikarenakan takut terkena covid-19.
Alternatif pemecahan masalah dapat berupa membuat pelatihan kader
untuk sosialisasi pentingnya memeriksakan neonatus baru lahir.
3. Alternatif pemecahan masalah pelayanan kesehatan balita dapat
dilakukan penimbangan balita secara mandiri di rumah dengan
pelaporan via Google Form. Alternatif ini akan bisa lebih efektif jika
terjadi kerjasama antara orang tua balita dan kader setempat.
4. Masalah yang terjadi dengan kesehatan pada usia lanjut yakni tidak
terjalan nya program posbindu sehiggga cakupan kesehatan usia lanjut
tidak berjalan optimal. Solusi yang akan dilakukan adalah dengan
melakukan kunjungan ke rumah warga usia lanjut yang memiliki
riwayat penyakit.
5. Kunjungan penderita diabetes melitus di daerah wilayah kerja
puskesmas mengalami penurunan hal ini terjadi oleh karena masih
banyak warga yang takut memeriksakan kesehatan ke puskesmas
karena kondisi pandemi covid-19. Intervensi yang akan dilakukan
adalah dengan melakukan skrining penyakit tidak menular secara
masal dengan cara door to door ke rumah warga.
6. Cakupan pelayanan kesehatan ODGJ belum tercapai dengan optimal,
hal ini terjadi karena program door to door ke rumah pasien ODGJ
terkendala karena pandemic covid-19. Solusi yang akan diberikan
adalah dijalan kan kembali program tersebut dengan meminta bantuan
kader setempat untuk mengumpulkan data dan melakukan pembinaan
terhadap pasien dengan ODGJ.
7. Rendahnya capaian pelayanan TB disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satu penyebab yang paling utama adalah kurangnya program
sosialisasi mengenai pentingnya deteksi dini bagi orang terduga TB
(suspek). Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada,
dipilih solusi berupa pembuatan leaflet sebagai media edukasi
mengenai pentingnya deteksi dini yang akan dibagikan kepada pasien
baru terkonfirmasi TB yang selanjutnya disampaikan kepada kontak
erat/keluarganya sebagai suspek TB.

5.2 Saran

1. Bagi tenaga kesehatan terutama pemegang program pelayanan yang


belum tercapai diharapkan dapat meningkatkan kegiatan sosialisasi
atau penyuluhan, baik di dalam maupun di luar gedung melalui
metode- metode yang inovatif dan aplikatif dengan segala keterbatasan
yang dihadapi pada masa pandemi COVID-19 ini.
2. Penanggung jawab program pelayanan diharapkan memiliki timeline
tugas, target dan capaian dalam kurun waktu yang ditentukan.
3. Pemegang program pelayanan memberikan laporan evaluasi setiap
bulan kepada Kepala Puskesmas sebagai pengawas dan pembina
program pelayanan.
4. Pemegang program pelayanan diharapkan melakukan pelatihan kepada
kader masing-masing program dengan pengawasan dari dokter
puskesmas dan atau Kepala Puskesmas.
5. Pemegang program pelayanan yang belum menguasai program atau
terkendala bisa berkonsultasi dengan dokter puskesmas maupun
Kepala Puskesmas.
6. Pemegang program pelayanan yang sudah tercapai cakupannya
diharapkan juga memiliki inovasi-inovasi baru sehingga program yang
dijalankan dapat lebih optimal lagi. Inovasi yang akan dikembangkan
bisa didiskusikan dengan dokter puskesmas maupun dengan Kepala
Puskesmas.
7. Pemegang program pelayanan diharapkan update ilmu terbaru,
sehingga bisa lebih mengusai program pelayanan.
8. Bagi kader, perangkat desa, dan tokoh masyarakat diharapkan dapat
mengambil peran aktif untuk memberikan sosialisasi, dukungan, dan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai