Anggota Kelompok :
1. HAFIZ FEBRI HIDAYAT
2. NOVAL IBRAHIM
3. REVI JULIANSYAH
4. SETIADI
Kelas VII. 4
Jl. Raya Ciwaru-Luragung Desa Ciwaru Kec. Ciwaru Kab. Kuningan 45583
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kisah
Bawang Merah & Bawang Putih”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR REDAKSI 1
A. Naskah & Illustrasi.............................................................................1
B. Editor...................................................................................................1
C. Layout.................................................................................................1
D. Penerbit...............................................................................................1
KISAH BAWANG MERAH & BAWANG PUTIH 2
ii
DAFTAR REDAKSI
B. Editor
Trifia Astuti
C. Layout
Aksara Tim
D. Penerbit
Aksara Press
1
KISAH BAWANG MERAH & BAWANG PUTIH
Bawang putih adalah gadis yang sudah tak punya ibu dan bapak. la hidup
bersama ibu tirinya yang juga punya anak seusia dengannya namanya Bawang
Merah. Bawang Putih selalu dibebani pekerjaan yang berat-berat, misalnya
mengambil air dari sumber yang jaraknya cukupjauh dari rumah.
"Tidak mengapa..." gumam Bawang Putih sambil bekerja. "Mengambil air dari belik
(sumber). Jaraknya dari rumah cukup jauh.
Sementara saudara tirinya yaitu Bawang Merah tidak pemah disuruh bekerja
membantu ibunya. Pekerjaannya sehari-hari hanya bersolek dan bermalas-malasan.
"Ngapain bekerja keras. Biar si Bawang Putih saja yang melakukannya." kata
Bawang Merah." Dulu aku sudah sering melakukannya. Sekarang gantian dong!"
2
la jalani hidup ini dengan tabah, walau kadang ia juga merasa diperlakukan
tidak adil oleh ibu tirinya. Seperti memberti makan ayam harus dia yang melakukan,
padahal itu pekerjaan mudah dan Bawang Merah pasti bisa melakukannya.
"Ingat jangan ulangi lagi kesalahanmu, dasar gadis bodoh ! Jelek !" bentak ibu
tirinya suatu hari.
"Maaf Bu....saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi. Maafkan saya Bu " kata
Bawang Putih dengan sopan. "Sudah sana cepat cuci pakaian adikmu."bentak si ibu
tiri.
"Mengapa dia tetap lebih cantik dariku?" tanya Bawang Merah dalam hati.
Ya, Bawang Merah merasa iri hati dan berusaha terus berdandan sebaik
mungkin, tapi walaupun sudah berdandan sedemikian rupa ia tetap kalah cantik bila
dibandingkan dengan Bawang Putih.
3
"Kasihan kau ikan.....!" bisik Bawang Putih sambil membungkuk.
"Tidak mengapa.....sekarang masukkan cucianmu ke dalam air." pinta ikan aneh itu.
Bawang Putih memasukkan pakain-pakaian kotor itu ke dalam air. Ikan itu
menyelam kembali ke dasar sungai. Begitu Bawang Putih mengangkat pakaiannya
seketika pakaian-pakaian itu sudah bersih sekali.
Semenjak saat itu sang ikan menjadi sahabat Bawang Putih. Bila Bawang
Putih mencuci pakaian di sungai sang ikan muncul ke purmukaan, dan anehnya
Bawang Putih mampu menyelesaikan cuciannya yang banyak itu dalam tempo yang
cukup singkat tanpa merasa lelah. Kiranya sang ikan jelmaan Dewa itu telah
membantunya secara ghaib.
Melihat pekerjaan yang berat dapat diselesaikan dalam waktu singkat, si ibu
tiri menjadi curiga. Suatu ketika Bawang Merah disuruh mengamati dari jauh
siapakah yang membantu pekerjaan si Bawang Putih.
"Oh, ternyata dia dibantu oleh ikan ajaib? Begitu pakaian dicelupkan ke dalam air
seketika itu juga pakaian itu menjadi bersih dengan sendirinya." gumam Bawang
Merah."Hem, aku ada akal untuk.... "
4
Bawang Merah terus bersembunyi hingga Bawang Putih pulang ke rumah.
Bawang Putih sama sekali tidak menduga jika Bawang Merah sudah melihat dan
mengamatinya sejak tadi.
Esok harinya, pagi-pagi Bawang Putih disuruh mencari kayu bakar dan air
untuk memasak, sementara Bawang Merah pergi ke sungai sambil membawa cucian.
Di tepi sungai Bawang Merah menirukan apa yang kemarin dilakukan oleh
Bawang Putih. Pada saat ikan ajaib itu muncul, ia langsung menjaring dan
menangkapnya.
"Apa melepasmu? Enak saja! Kau yang selama ini membantu Bawang
Putih.....sekarang jangan harap kau dapat melakukannya lagi."
"Mana, coba Ibu lihat!" sahut si ibu jahat ini sambil melangkap ke luar rumah.
"Hem....kukira diajuga harus dapat bagian dari ikan ini." "Bagian apanya?"
5
"Bagian durinya sajaaa.....hihihihiiiiiii...!" Bawang Merah tertawa kesenangan
sambil membayangkan betapa sedih dan kecewanya si Bawang Putih kehilangan ikan
kesayangannya.
Setelah cukup masak ibu dan anak itu memakannya hingga habis dagingnya.
Hanya duri dan kepala yang disisakan oleh ibu dan anak yang dengki itu.
"Hati-hati....sebaiknya kau bungkus duri ikañ itu agar dia tidak menyangka bahwa
ikannya telah kita goreng!" pesan ibu Bawang Merah.
Ketika Bawang Putih pulang sehabis mencari kayu bakar, mereka pura-pura
berbaik hati. Mereka sediakan nasi di atas meja, lalu Bawang Putih dipersilakan
makan.
"Ayo Bawang Putih makanlah dulu, ini nasinya masih hangat. Dan ini bungkusan
berisi lauk yang sangat lezat...cepatlah kau buka dan kau makan." kata Bawang
Meiah.
"Terima kasih apakah kalian berdua sudah makan?" tanya Bawang Putih.
Bawang Putih putih membuka bungkusan itu ternyata berisi duri ikan emas.
Seketika pucat pasi wajah Bawang Putih."Ka...kalian telah membunuh dan memakan
ikan emasku, teganya kalian....!"
Ibu dan anak itu hanya tertawa-tawa penuh kemenangan. Tanpa banyak bicara
Iagi Bawang Putih membawa duri ikan itu ke halaman rumah dan menguburnya
dengan hati-hati.
Esok harinya terjadilah keajaiban. Di tempat ikan itu dikubur telah tumbuh
tanaman bunga yang indah. Bawang Putih merawat tanaman itu dengan penuh kasih
sayang.
6
Pada suatu hari ada Pangeran Kerajaan disertai patih dan pengawal yang
melintas di tempat itu. Pangeran sangat tertarik atas keindahan bunga yang sedang
mekar di halaman rumah Bawang Putih.
Pangeran turun dari kudanya dan bertanya siapakah yang menanam bunga itu.
Begitu melihat ada seorang Pangeran memasuki halaman rumahnya.seketika Bawang
Merah dan Ibunya segera menyambutnya dengan tergopoh-gopoh.
"Benar Pangeran!"
Melihat ada tamu penting Bawang Putih ikut keluar rumah. Ketika sepasang
matanya beradu pandang dengan Pangeran jantungnya berdebar kencang. Ia
tertunduk malu.
"Oh...jadi kau yang bernama Bawang Putih. Telah lama aku mencarimu. Aku telah
mendapay bisikan dalam samadiku bahwa gadis bernama Bawang Putih adalah
calon istriku."
"Kau dan ibumu telah memakan ikan jelmaan Dewa, tubuh kalian akan
mengeluarkan sisik seperti ikan." Baru saja Pangeran berkata demikian ibu dan anak
yang jahat itu menjerit karena tubuhnya jadi bersisik, seluruh kulit di tubuh mereka
7
terasa gatal menyengat, mereka menggaruk-garuk sekujur tubuh namun rasa gatal itu
bukannya hilang malah menjadi-jadi. Akhirnya mereka lari tak tentu rimbanya karena
malu.
"Ampun...ampunkan kami wahai para Dewa...!" jerit si ibu sambil berlari kencang
meninggalkan Bawang Merah.
"Aduh ! Gatal sekali seluruh kulitku...lbu tolong anakmu! lbu dimanakah kau ?" jerit
Bawang Merah karena ia tak tahu kemana arah lari ibunya.