Anda di halaman 1dari 3

Mediasi Sidang Perkara Wanprestasi Bank CIMB Niaga Dan KPKLN Belum Temukan

Titik Terang

(Official Cahaya TV, 2022) Pada hari Rabu 26 Januari 2022 mediasi ketiga sidang
perkara antara Bank CIMB Niaga Dan KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang) dengan nomor perkara sidang no. 88/pdt.g/2021/pn pti atas gugatan perbuatan inkar
janji atau wanprestasi kepada Bapak Mashuri Cahyadi oleh PT. Bank CIMB Niaga pusat dan
KPKLN Semarang mendapatkan hasil bahwa sidang akan digelar kembali pada tanggal 03
februari 2022 mendatang. Hal ini dikarenakan belum adanya titik temu antara pihak
penggugat dan tergugat. Menurut keterangan Pengacara penggugat yakni Solihin S.H,
penggugat mengalami kerugian secara materiil dan immateriil karena kelalaian pendataan
yang dilakukan oleh PT. Bank CIMB Niaga pusat dan KPKLN Semarang. Objek dari perkara
tersebut ialah sebidang tanah yang dibeli oleh tergugat namun salah letak sehingga penggugat
tidak bisa menguasai tanah tersebut. (Mondes, 2022) Penggugat menuntut ganti rugi untuk
gugatan materiilnya sebesar 1 milyar 150 juta sedangkan untuk gugatan immateriilnya
sebesar 100 milyar. Apabila perkara ini tidak bisa diselesaikan secara mediasi maka akan
berlanjut ke persidangan perkara perdata sampai ada suatu putusan yang pastinya akan
memunculkan pihak menang dan kalah.

Pengadilan Negeri (selanjutnya disebut PN) Pati yang sudah mengupayakan adanya
mediasi diantara penggugat dan tergugat tidak berjalan lancar. Kedua belah pihak
memutuskan untuk melanjutkan perkara ke persidangan. Hal itu terbukti dengan
dibacakannya putusan PN PATI Nomor 88/Pdt.G/2021/PN Pti pada tanggal 5 April 2022.
(Putusan PN PATI Nomor 88/Pdt.G/2021/PN Pti, t.t., hlm. 21) Dalam putusannya, Majelis
Hakim memutuskan bahwa pengadilan Mengabulkan eksepsi kompetensi relatif Tergugat,
menyatakan Pengadilan Negeri Pati tidak berwenang mengadili perkara nomor
88/Pdt.G/2021/PN Pti, menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk verklaard) dan menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp. 1.672.500,00 (satu juta enam ratus tujuh puluh dua ribu lima ratus rupiah).

(Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang


Prosedur Mediasi Di Pengadilan, t.t., art. 5) Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau
kuasa hukum wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui Mediasi. Berdasarkan
pasal ini maka mediasi menjadi proses yang harus penggugat dan tergugat lalui. Apabila
dalam mediasi ditemukan titik temu maka para pihak bisa membuat akta perdamaian namun
apabila mediasi tidak berhasil maka akan dilanjutkan dengan persidangan. Dalam perkara
dengan nomor 88/Pdt.G/2021/PN Pti para pihak tidak menemukan titik temu sehingga
pengadilan melanjutkannya dengan menggelar persidangan perdata.

Seluruh pihak yang telibat dalam perkara ini telah menjalankan Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan
dengan baik sesuai prosedur yang ada. Oleh karena itu tidak ada pelanggaran peraturan dalam
proses mediasi yang dilakukan oleh para pihak. Akan tetapi keberhasilan atau kegagalan
dalam suatu mediasi tidak berada dalam kuasa para pihak yang berperkara. Banyak faktor
yang mempengaruhi mediasi, terutama itikad baik para pihak. (Agus Sahbani, t.t., hlm. 1)
“Sehebat apapun mediator kalau salah satu pihaknya tidak beriktikad baik, mediasi tidak akan
mungkin berhasil,” ujar peraih Peace Prize Award 2016 dari Presiden Asociation Asia Pacific
Mediation Forum (APMF) saat berlangsungnya konferensi Mediasi Asia Pasifik.

(Kushendra, Eka An Aqimudin, 2020, hlm. 181) Pengertian itikad baik menurut
Subekti yakni, Itikad Baik secara subjektif maknanya adalah kejujuran, dan kejujuran harus
ada sebelum perjanjian dilaksanakan oleh para pihak dan Itikad Baik secara objektif adalah
kepatutan dan berada pada tahap kontraktual. Hal ini terjadi karena masa kontraktual
perjanjian berisi hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan itikad baik pula.
(Kushendra, Eka An Aqimudin, 2020, hlm. 182) Sementara pengertian prinsip itikad baik
dalam PERMA No.1 Tahun 2016 meliputi, Para pihak menempuh mediasi dengan itikad baik
mulai dari pemanggilan yang sudah dijadwalkan sesuai dengan kesepakatan para pihak, pihak
yang tidak hadir pada pemanggilan pertama karena alasan yang sah akan diberi kesempatan
oleh hakim mediator, apabila tetap tidak hadir dalam pemanggilan ke dua dan tanpa ada
alasan yang sah maka mediasi dianggap gagal dan hakim mediator akan mengukum untuk
membayar biaya mediasi.

Pengertian mediasi yang diberikan oleh Subekti maupun PERMA No.1 Tahun 2016
secara garis besar telah menempatkan itikad baik sebagai pijakan dari pembuatan kontrak
atau perjanjian hingga penyelesaian sengketanya. Itikad baik tidak cukup jika hanya dimiliki
oleh salah satu pihak saja karena perkara melibatkan dua pihak yang terdiri dari penggugat
dan tergugat. Oleh karena itu posisi itikad baik yang sifatnya abstrak ini menjadi sangat vital.
Selain untuk mempermudah penyelesaian perkara dalam pengadilan ketika proses mediasi,
dengan adanya itikad baik maka penyelesaian perkara akan menguntungkan kedua belah
pihak dengan win-win solution. Disamping itu itikad baik tidak akan menimbulkan
permusuhan atau dendam setelah perkara terselesaikan.

Itikad baik bisa mempermudah jalannya mediasi karena semua pihak tidak memiliki
niat terselubung dan bisa meredam ego masing-masing sehingga masalah akan menemukan
solusi secara cepat dan tepat tanpa merugikan kedua belah pihak. Salah satu implementasi
itikad baik yang bisa terlihat dari awal dimulainya mediasi ialah kehadiran para pihak.
Apabila salah satu atau semua pihak yang berperkara tidak datang sesuai dengan kesepakatan
waktu mediasi maka bisa dikatakan bahwa tidak ada itikad baik sejak awal mediasi dimulai.
Itikad tidak baik inilah yang nantinya akan merusak efisiensi dari mediasi sehingga mediasi
tidak akan berhasil. Disamping itu ego yang dimiliki para pihak juga harus ditekan untuk
menemukan solusi terbaik bagi para pihak.

Kegagalan Mediasi Sidang Perkara Wanprestasi Bank CIMB Niaga Dan KPKLN
merupakan salah satu contoh dimana mediasi tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak
sehingga berlanjut ke persidangan di pengadilan negeri. Kegagalan mediasi tersebut bisa
disebabkan oleh banyak faktor. Akan tetapi secara garis besar prosedur mediasi telah diikuti
oleh para pihak dengan baik. Jadi ketentuan terkait Perma No.1 Tahun 2016 tidak dilanggar
dalam proses selama mediasi berlangsung. Akan tetapi karena hasil akhir dari suatu mediasi
ditentukan oleh berbagai faktor maka proses yang sesuai dengan Perma belum tentu
menjamin akan ditemukan titik temu dalam mediasi. Jadi titik temu dalam mediasi akan
ditemukan jika para pihak mengesampingkan ego masing-masing dan mulai berdiri dari
prespektif yang lain sehingga win-win solution bisa diimplementasikan dan perdamaian bisa
tercipta.

Anda mungkin juga menyukai