Anda di halaman 1dari 2

Arbitrase, Mediasi, dan Negosiasi

1 Berdasarkan kasus tersebut, Metode atau bentuk dari Alternatif Penyelesaian Sengketa,
apabila Negosiasi berakhir dengan kebuntuan, maka dilanjutkan dengan Proses Mediasi.
Dalam hal ini mediasi dilakukan oleh seorang Mediator dengan rentan waktu dimulainya
mediasi paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditunjuknya seorang mediator, serta dilakukan
paling lama 30 Hari untuk mendapatkan kesepakatan antar kedua belah pihak dengan
ditanda tanganinya kesepakatan yang ada. Adapun hal ini didasarkan pada Pasal 6 ayat 3
sampai Ayat 9 UU No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.

2 Dari kasus tersebut, dapat dijabarkan bahwa Negosiasi merupakan proses pengambilan
keputusan/kesepakatan yang umumnya dilakukan melalui pertukaran pendapat/usul
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pertengkaran dan perselisihan. Dalam
melaksanakan proses negosiasi ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh seorang
negosiator agar negosiasinya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keinginan.
Adapun Tahapan pertama yang perlu dilakukan oleh negosiator, yaitu adanya persiapan
yang dilakukan dalam proses negosiasi. Sebelum melakukan negosiasi, para pihak perlu
melakukan penetapan lokasi dan waktu pertemuan serta siapa yang harus menghadiri
pertemuan negosiasinya. Pembatasan jangka waktu pelaksanaan negosiasi juga dapat
membantu untuk mencegah perselisihan yang berkelanjutan. Melakukan persiapan
sebelum membahas suatu permasalahan terkait akan membantu menghindari konflik lebih
lanjut dan sangat menentukan kesuksesan keberhasilan dalam bernegosiasi.
Tahap selanjutnya yaitu Tahap Penyusunan dalam tahap ini perlu adanya penyusunan
atau langkah-langkah dari tahap awal dan akhir yang dapat mempengaruhi kualitas
negosiasi tersebut. Sehingga akan ada panduan yang bisa digunakan masing-masing pihak
ketika proses negosiasi akan berlangsung. Keterampilan yang diperlukan dalam tahap ini
adalah bertanya, mendengarkan dan mengklarifikasikan. Membuat catatan juga sangat
membantu selama tahap diskusi terutama pada poin yang diajukan dan poin-poin yang
perlu diklarifikasikan.
Setelah itu, Pengumpulan data terkait dengan kepentingan dan sudut pandang dari kedua
pihak antara PT. Cahaya dan PT. Indah yang berselisih yang telah didiskusikan bersama
perlu diklarifikasikan. Negosiator harus mampu membaca karakteristik seseorang dari
masing-masing kedua belah pihak sehingga dapat mengetahui gaya pembicaraan dan
sudut pandangnya. Hal itu dimaksudkan agar dimungkinkan untuk membangun landasan
bersama. Pengumpulan data dan klarifikasi merupakan bagian penting dalam proses
negosiasi sehingga tidak perlu terjadi kesalahpahaman yang akan menyebabkan masalah
baru.
Tahapan keempat yaitu pilihan strategi. Tahap ini berfokus pada apa yang disebut sebagai
hasil “win-win solution” yang mana saran akan strategi alternatif dan kompromi perlu
dipertimbangkan pada poin ini. Kedua belah pihak merasa telah memperoleh sesuatu
yang positif melalui proses negosiasi dan kedua belah pihak juga merasa bahwa sudut
pandang mereka telah dipertimbangkan.
Pada tahap akhir perlu dilakukannya perjanjian dapat dicapai setelah pemahaman tentang
sudut pandang dan kepentingan kedua belah pihak telah dipertimbangkan. Kesepakatan
apa pun harus dibuat sangat jelas sehingga kedua belah pihak tahu apa yang telah
diputuskan. Lalu menerapkan perjanjian yang telah disepakati bersama, sehingga
nantinya tidak akan ada masalah dibelakang karena telah ada kesepakatan baik tertulis
ataupun tidak tertulis dalam sebuah negosiasi. 
3 - Pada Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan berisi kan tentang Proses mediasi dan
segala tahapan yang harus dilakukan, Adapun keharusan menyelesaikan perkara
melalui Mediasi dalam proses penyelesaian perkara perdata didasarkan pada Pasal
2 ayat 1 dan Pasal 4 ayat 1 pada Aturan ini.
- Pada Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003
Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan, keharusan menyelesaikan perkara
melalui Mediasi di atur pada Pasal 2 Ayat 1 yang termaktub “Semua perkara
perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk lebih dahulu
diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator”
- Sedangkan pada Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan, Keharusan melakukan mediasi
terdapat dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 4 terkait Pelaksanaan Mediasi sebagai
langkah awal dalam peradilan perdata.

4 kewenangan Arbitrase berdasarkan kasus antara PT. Cahaya v PT. Indah, yaitu lembaga
arbitrase memiliki kewenangan untuk menyelesaikan suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa. Adapun kewenangan Arbitrase terdapat dalam Pasal 9 ayat
1 yang berbunyi “Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase
setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu
perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak.”

Referensi :
- HKUM4409
- UU No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
- Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003
Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan
- Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008
Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan
- Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan

Anda mungkin juga menyukai