Anda di halaman 1dari 3

PROGRESIF 2019

“ SANTRI BERJIWA SHALAF BERFIKIR KHALAF ”

(Berjiwa Agamis, Berfikir Kritis, Berpenampilan Modis)

Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorng yang mengikuti pendidikan agama
islam dipesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut
Bahasa, istilah santri berasal dari bahasa sansekerta ,”shastri” yang memiliki akar kata yang
sama dengan sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.

Pada dasarnya pesantren merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk mewadahi dan
mengembangkan berbagai bidang yang dapat mengisi ruang-ruang struktur di masyarakat
melalui basis Pendidikan Agama, bagian bidang tersebut aplikatif sekali bila diterapkan pada
kondisi masyarakat saat ini, yaitu melalui ilmu-ilmu agama yang berguna bagi individu dan juga
sebagai kontrol norma di masyarakat, melalui budaya pengabdian tanpa pamrih yang telah
berkembang sejak lama, juga mampu memupuk pribadi masyarakat yang bertanggung jawab dan
toleran dalam memenuhi tugas atau pekerjaannya, pesantren juga menjadi benteng sekaligus
mewadahi keislaman yang bercorak pada kebudayaan lokal dan bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar.

Adapun pesantren dibagi menjadi dua yaitu pesantren salaf dan pesantren kholaf. Pondok
pesantren salaf adalah jenis pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab- kitab klasik
sebagai inti pendidikannya. Dipesantren ini , pendidikan formal tidak diberikan,.Pada dasarnya,
pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga persantren itu ssendiri. Sejak munculnya
pesantren, format pendidikan pesantren adalah berbaasis salaf. Kata salaf berasal dari bahasa
arab yang berartri terdahulu, klasik, kuno, atau tradisional. Sedangkan pesantren kholaf
(modern)adalah pesantren yang memberikan mata pelajaran umum di pesantren dengan sistem
klasikal dan membuka sekolah-sekolah umum dilingkungan pesantren walau demikian, kitab-
kitab islam klasik dan tradisi terdahulu tetap dipertahankn
Dalam Undang-Undang pesantren pasal 1 ayat (2 dan 3) lembaga pesantren harus
mengajarkan para santrinya menggunakan kurikulum kitab kuning. Dengan adanya Undang-
Undang Pesantren tersebut kemudian menjadi suatu pola pendidikan pesantren, baik kurikulum
yang berbasis klasik atau modern. Hal ini yang kemudian membagi stigma masyarakat menjadi 2
bagian. 1) masyarakat yang beranggapan bahwa santri bisa mengungguli pada semua bidang
(pendidikan bidang formal dan non formal), 2) masyarakat yang beranggapan bahwa santri
hanya focus pada pola pendidikan di Pesantren saja. Dengan begitu maka DMPA (Dewan
Mahasiswa Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Asy’ariyyah), membuat suatu program bagi
mahasiswa baru khususnya di pesantren Al-Asy’ariyyah berupa PROGRESIF (Proses Orientasi
Generalisasi Fundamental), yaitu suatu program pengenalan mahasiswa terhadap lingkungan
barunya.

Dalam kegiatan PROGRESIF kali ini, kami mengambil tema “SANTRI BERJIWA
SALAF BERFIKIR KHALAF” yang memiliki eksistensi menumbuhkan stigma masyarakat
maupun santri, bahwasannya pendidikan pesantren tidak hanya mengajarkan tentang ilmu agama
saja, namun di dalam pesantren santri juga diberi pengalaman-pengalaman tentang
keorganisasian dan interaksi social terhadap masyarakat, sehingga cara berfikir Khalafi perlu
diterapkan terhadap santri, karena mengingat pada dasarnya santri (mahasiswa) dibagi menjadi 2
yaitu, mahasiswa yang sebelumnya penah mengemban pendidikan di pesantren, dan mahasiswa
yang sebelumnya belum pernah mengemban pendidikan di pesantren. Dengan begitu diharapkan
ini menjadi suatu output bagi perkembangan individu santri dalam “Berjiwa Agamis, Berfikir
Kritis Berpenampilan Modis”. Berjiwa agamis, berarti sadar akan prilaku dan memperlihatkan
diri terkait dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Berfikir kritis, berarti konsep
untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema yang kita terima. Respon tersebut melibatkan
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis (Wikipedia). Sedangkan berpenampilan
modis, berarti pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya, bukan semerta-merta
berpenampilan atau bersanding dengan galamor.

Pendedikasian diri, berilmu dan berakhlaqul karimah dalam menyikapi pengaruh-


pengaruh budaya sosial pada era globalisasi sekarang ini sangat penting, kegiatan ini diusahakan
mampu membentuk mahasiswa secara individu untuk dapat memasukkan dalam dirinya dan
mengimplementasikan melalui sikapnya terhadap nilai-nilai kepesantrenan namun tetap memiliki
cara berfikir intelektual yang mana dalam perkembangannya dituntut untuk menjadi agen
perubahan, baik perubahan pada diri sendiri maupun perubahan untuk orang lain dan lingkungan
yang tentunya perubahan tersebut menuju kejalan yang lebih baik. Dengan tetap memegang
teguh nilai-nilai kepesantrenan di dalam masyarakat.

Semoga acara PROGRESIF ini dapat berjalan lancar dan mampu memenuhi tujuan serta
tercapai segala yang diharapkan, bermanfaat bagi semua yang berperan di dalamnya lalu
senantiasa mendapatkan ridho dari Allah SWT dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan.

Anda mungkin juga menyukai