Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fadhlurrahman

Nim : 12110813418
Kelas : Pgmi 4B
Mata kuliah : Arab Melayu
Tanggal : 15 Maret 2023

Huruf Arab Melayu berjumlah 37 (tiga puluh tujuh) huruf, yang ditulis dari kanan ke kiri.
Penulisannya disesuaikan menurut posisinya, yakni di awal, tengah, dan/atau tunggal. Tidak
seperti huruf latin, Huruf Arab Melayu akan merangkai serta putus otomatis bila bertemu
dengan huruf lainnya dalam satu kata, menurut kaidah dasar penulisan yang harus dikuasai
sebelumnya. Penguasaan termaksud meliputi bentuk/wujud huruf, kaidah penulisan huruf,
sifat huruf dan bunyi huruf. Kita dituntut untuk mengetahui dan memahami keempat dasar ini
sebelum menulis Arab Melayu.

Perlambangan huruf Arab Melayu merujuk pada bentukan huruf Arab. Setiap huruf,
walaupun merupakan huruf tambahan dan/atau adaptasi untuk mewakili bunyi bahasa
Melayu, harus tetap merujuk pada rujukan utama. Dengan merujuk pada ihwal di atas, maka
di dalam ejaan penulisan huruf Arab Melayu terdapat 3 (tiga) jenis huruf, yakni:

1. Huruf Hijaiyyah

Huruf Hijaiyyah berjumlah 29 huruf Menurut Sejarah Peradaban Bahasa Arab, ketetapan
huruf- huruf ini berlangsung selama 5 (lima) periode/masa, yaitu:

> Masa Jahiliyah: bermula pada 150 tahun sebelum Islam (sekitar 480 M) dan berakhir saat
kemunculan Islam.

> Masa Islam sejak lahir Islam hingga muncul

Bani Umaiyah (41 H/661 M). > Masa Bani Umayyah (661-705 M).

> Dinasti Turki Utsmani, mula jatuhnya Bagdad, berakhir pada tahun 1220 H / 1804 M. Pada
masa ini. Khalil bin Ahmad al-Farahidy meletakkan dasar penulisan tanda baca

> Periode Akhir, diusung oleh Muhammad Ali Basya di Mesir (1220 H); penetapan jenis
huruf untuk keperluan koran, surat, poster, kantor, sekolah dan/atau lainnya.

2. Huruf Elah
Huruf Elah berfungsi untuk menegaskan bunyi A, I dan U pada huruf lainnya. Selain itu huruf
ini juga berperan untuk membantu bunyi diftong. Dalam penulisan bahasa Turki dan Melayu,
huruf Elah juga berperan untuk membunyikan E dan O. Adapun huruf Elah yang dimaksud
adalah:

Secara numografi (nama huruf), semua huruf Elah disebut alif. Namun secara tipografi
(bentukan huruf), hanya alif yang berbentuk khas, sedangkan alif maksurah berbentuk ya'
tanpa titik, alif maksurah 'ala ya' berbentuk huruf ya' sepenuhnya dan alif madmumah
berbentuk huruf waw.
Menurut pakar bahasa Arab, huruf Elah bukan lah bagian dari Huruf Hijaiyyah, melainkan
hanya sebuah lambang. Dalam ilmu Tajwid disebut Mad (tanda panjang-pendek) dan Arab
Melayu saat ini menyebutnya huruf Saksi. Namun penyebutan 'Saksi' tidak lah tepat,
mengingat secara bahasa harfiyah, 'Saksi bermakna pembagian atau pembedaan. Akan
lebih tepat lagi kalau kita sebut huruf Elah; yang bermakna membuat atau melakukan; sebab
tugas Elah memang demikian.

3. Huruf Melayu

Selain digunakan oleh puak Melayu sedunia, beberapa dari huruf ini juga digunakan oleh
Turki, India, Pakistan, Bangladesh, dan beberapa negara mayoritas muslim lainnya.
Huruf-huruf ini muncul dari keperluan untuk mewakili bunyi huruf yang tidak dimiliki oleh
Hijaiyah.

Diduga bahwa pengembangan huruf Melayu merujuk pada konvensi Turki Utsmani, sebagai
mercu bagi kesultanan Islam se dunia. Sayangnya hal ini tidak tercatat dalam sejarah.

Pemakaian lambang huruf Arab Melayu tidak hanya antara sesama bangsa Melayu. Bahkan
perhubungan antar bangsa, khususnya dengan Eropa, dilakukan dengan Arab Melayu.
Penulisan Arab Melayu antar bangsa ini meliputi Perjanjian Dagang, Surat-menyurat antara
Raja-Raja di kerajaan Melayu dengan Pemerintah Eropa, dan lainnya

Perkembangan tulisan Arab Melayu selanjutnya tidak terlepas dari perkembangan bahasa
Melayu itu sendiri. Ulama-Ulama Islam di nusantara, banyak yang telah menerjemahkan
berbagai kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Melayu dengan tulisan Arab Melayu.
Puncak kejayaan Arab Melayu adalah dengan ditulisnya Kamus Arab - Melayu oleh Syekh
Muhammad Idris al-Marbawi, yang dikenal dengan Kamus al-Marbawi.

Anda mungkin juga menyukai