Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH TEKNOLOGI-TEKNOLOGI REPRODUKSI

TERNAK

DI SUSUN OLEH:

RIRIN ANANDA (211016022)

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI
HAYATI
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
2022

Teknologi reproduksi merupakan salah satu upaya manfaat dan kesejahteraan


bagi peternak. Inseminasi buatan (IB), merupakan teknologi reproduksi yang
menarik untuk dikembangkan karena menawarkan berbagai keunggulan.

teknologi inseminasi buatan memiliki beberapa keuntungan, yaitu peningkatan


efisiensi pejantan, peningkatan mutu genetik keturunannya, efisiensi biaya, dan
sebagai pencegahan penyakit. Inseminasi buatan dengan semen sexing
merupakan salah satu metode inseminasi yang memisahkan antara spermatozoa
X dan Y untuk menentukan jenis kelamin ternak. Inseminasi ini telah lama
diaplikasikan pada peternakan pembibitan komersial dengan tujuan efisiensi
usaha.

multiple ovulation embryo transfer (MOET), yaitu salah satu bentuk teknologi
reproduksi di mana embrio yang baru terbentuk sebelum implantasi dikeluarkan
dari saluran reproduksi betina dan dipindahkan ke saluran reproduksi ternak
betina lain dari spesies yang sama. Metode ini menawarkan beberapa
keuntungan, yaitu meningkatkan potensi genetik suatu ternak dalam waktu yang
relatif singkat, dapat meningkatkan produksi susu pada peternakan sapi perah,
dan dapat meningkatkan bobot sapih pada sapi potong.

Metode MOET dapat dilakukan pada berbagai komoditas ternak, tetapi banyak
dilakukan pada sapi karena meningkatkan produktivitas keturunan secara
signifikan. Seekor betina unggul yang disuperovulasi dan diinseminasi dengan
semen dari pejantan unggul berpotensi menghasilkan 40 ekor pedet setiap tahun,
sedangkan dengan inseminasi buatan, seekor betina hanya mampu melahirkan
anak 1 ekor setiap tahun.

faktor utama dalam keberhasilan program transfer embrio adalah kualitas dan
pemilihan donor. Ternak donor harus memiliki nilai genetik dan daya jual yang
unggul agar dapat menutup biaya transfer embrio. Selain itu, dengan
mempertimbangkan nilai genetik dan nilai potensial ekonomi turunannya (pedet).

Sementara itu, fertilisasi in vitro atau embrio in vitro (IVEP) merupakan teknik
generasi ketiga di bidang teknologi reproduksi. Produksi embrio in vitro dapat
digunakan untuk memproduksi embrio dengan genetik unggul secara masal,
menyediakan sumber embrio berbiaya rendah untuk penelitian dasar tentang
perkembangan biologi dan fisiologi, penerapan bioteknologi baru seperti nuclear
transfer, dan produksi hewan transgenik dan penelitian sel punca,Teknologi
IVEP menjanjikan berbagai keunggulan.

1. teknologi ini dapat menghasilkan embrio dalam jumlah banyak dan jika
ditransfer, akan dihasilkan kebuntingan yang lebih tinggi per unit waktu.
2. dapat diterapkan pada ternak yang gagal merespons perlakuan
superovulasi.
3. dapat digunakan untuk menyimpan potensi genetic ternak yang terkendala
untuk produksi embrio secara konvensional.
4. semen dari pejantan yang berbeda dapat digunakan untuk membuahi oosit
dari ovarium seekor betina dan berpotensi menjadi embrio. Kelima, oosit
untuk IVEP dapat diperoleh dari ovarium donor hidup melalui ovum pick
up (OPU) atau dari ovarium yang merupakan hasil samping rumah potong
hewan.

Sampai saat ini hanya IB yang telah diterapkan secara luas di Indonesia pada
sapi potong dan sapi perah. Hal ini disebabkan masyarakat telah menyadari arti
dan manfaat IB untuk meningkatkan produktivitas ternaknya, yaitu untuk
menghasilkan pedet yang kualitas genetiknya lebih baik daripada induknya serta
untuk efisiensi reproduksi. Sementara itu, MOET dan IVF masih dalam tahap
pengembangan dan penelitian sehingga belum diterapkan secara luas di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai