Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN GABUNGAN

PRAKTIKUM MODEL DAN SIMULASI EKOSISTEM

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ir. Sutrisno Anggoro, M. S

Disusun Oleh:

FELANIA PUTRISIA KUSUMANINGSIH

26010120130047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2022
MODUL 1
Tugas MSE Tentang Model Simpal Kausal Waduk Undip Tembalang
 Tipe Ekositem
Waduk dalam pengertian umum adalah suatu tempat di permukaan bumi yang
berfungsi untuk menampung air pada kelebihan air/musim hujan sehingga dapat
digunakan pada musim kemarau. Air waduk terutama berasal dari limpasan permukaan
dan curah hujan langsung. Danau/danau/danau/waduk/bendungan merupakan sumber
air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial
ekonomi manusia. Ketersediaan sumber daya air sangat penting dalam menunjang
pembangunan ekonomi daerah. Keterbatasan sumber daya air di wilayah tersebut
berdampak pada terbatasnya kegiatan pembangunan, yang pada akhirnya membatasi
kegiatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ekosistem waduk
berperan penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas air tawar yang tersedia. Danau
juga sangat sensitif terhadap perubahan parameter iklim. Variasi suhu dan curah hujan
dapat secara langsung mempengaruhi, misalnya, penguapan air, ketinggian air
permukaan, keseimbangan air, dan produktivitas biologis perairan danau. Waduk dapat
terjadi secara alami atau buatan. Waduk buatan dibangun dengan membangun
bendungan yang menampung air sampai waduk tersebut penuh. Fungsi waduk pada
dasarnya adalah untuk menyimpan air pada saat debit tinggi dan digunakan pada saat
debit rendah. Seperti halnya struktur teknik sipil, masalah reservoir mencakup aspek
desain, operasional, dan pemeliharaan. Menurut Setyoko et al (2015), Suatu waduk
dapat dimanfaatkan dengan mengoptimalkan semua elemen dan potensi waduk yang
ada dengan menggunakan pola operasi tertentu. Biasanya studi optimalisasi waduk
dilakukan dengan mengkaji operasi waduk melalui metode simulasi. Dalam
penyusunan simulasi operasi waduk, hal yang perlu diketahui adalah ketersediaan air,
pemanfaatan air, kehilangan air, dan karakteristik waduk.
Waduk UNDIP dibangun pada tahun 2013 di atas tanah milik UNDIP yang terletak di
dekat area pemukiman. Waduk Perguruan Tinggi Diponegoro adalah waduk terletak di
daerah Tembalang, kota Semarang, Jawa Tengah digunakan untuk membatasi aliran
air dan menyediakan genangan air, menjaga keseimbangan ekosistem, meningkatkan
penyerapan air tanah untuk konservasi, rekreasi dan pengendalian banjir di kawasan
sekitar kampus Undip Tembalang. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Departemen Umum Sumber Daya Air Pusat Cekungan Pemali-
Juana (BBWS) menyatakan Waduk Tembalang Undip berpotensi berisi genangan
umum hingga 13.500 m2 dengan luas tangkapan 10,24 km2

 Struktur Komponen Input, Proses dan Output Waduk Undip Tembalang


1. Input Waduk Undip tembalang

Input adalah semua faktor yang mempengaruhi sistem, yang mungkin atau
mungkin tidak dikendalikan. Input waduk Diponegoro memanfaatkan aliran
Sungai Siketak jadi pintu masuk ke dalam ekosistem waduk berupa air, limpasan
air hujan, sedimen, materi fisik, pencemar sungai. Materi fisis berupa padatan
diskrit, koloid, serta yang kemudian tersuspensi di perairan waduk Undip.
Beberapa air yang tercemar masuk kedalam waduk dan memiliki kandungan bahan
yang terkontaminasi. Tentu saja, mengandung senyawa nitrogen, fosfat dan
polutan organik. Zat pencemar atau kontaminan dapat di kelompokan dalam
beberapa kategori. Zat pencemar yang di tinjauIdi sini adalah zat pencemar yang
berbentuk cair atauIdapat larut dalam air, yang dapatIdi bagi menjadi:
a. Kontaminan anorganik.
b. KontaminanIorganik.
c. Material radioaktif.
d. Mikroorganisme.

2. Proses Waduk Undip Tembalang

Proses adalah factor diantara input dan output yang mempengaruhi hasil akhir
dari buangan air tersebut.
3. Output Waduk Undip Tembalang

Output adalah hasil dari input yang telah diproses dan dikeluarkan pada output.
 Struktur Model Simpal Kausal Waduk Undip Tembalang

Pada saat musim hujan inputnya berupa curah hujan yang tinggi, sehingga air
meluap ke permukaan (aliran) juga meningkat. Kemudian masuk ke perairan
Waduk Undip Tembalang, mempengaruhi kualitas air tangki. Aliran airnya relatif
besar, sehingga jumlah airnya juga tinggi, input bahan organiknya tinggi Tingkat
penyerapan yang tinggi dari berbagai nutrisi yang sangat diperkaya, sehingga
mendukung kehidupan tumbuhan air dan plankton. Bentos dan konsumen lain
yang memakan bahan organik, termasuk fitoplankton dan tumbuhan yang
mengandungnya. Outputnya adalah membuang air keluar untuk sebagian besar,
kandungan bahan organik total, padatan tersuspensi, N dan P yang relatif tinggi.
Pada musim kemarau, jumlah air yang disuplai rendah karena curah hujan yang
rendah, sehingga debit air relatif rendah, kandungan hara dan lanau relatif rendah,
sehingga kurang disukai kehidupan plankton dan tanaman air dan populasi
organisme lain bahkan ketika terkena sinar matahari yang intens. Outputnya adalah
jumlah air limbah yang relatif rendah, konsentrasi N dan P dan tingkat saprobity
yang rendah.
Referensi:
Setioko, D., Susilo, G. E., dan Zakaria, A. 2016. Optimasi Waduk Regulating Dam
di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Rekayasa: Jurnal Ilmiah Fakultas
Teknik Universitas Lampung, 19(1): 1-12.
SOAL MODUL 2
.

Kegiatan penambangan pasir untuk memperdalam atur pelabuhan di pesisir Jepara.


Kedalaman pengerukan -10 m. daratan pantai sebagian bervegetasi mengrove,
bagian lainnya merupakan hamparan pasir terbuka. Disamping itu juga ada kegiatan
pembangunan Jetty pelabuhan sepanjang 800 m. koefisien hanyut materi sedimen
sebesar 0,75. Pasang tinggi m (Spring Tide) 2,5 m dan surut rendah (Neap Tide) 0,5
m

JAWAB
 Besarnya peningkatan tekanan arus dan gelombang yang menekan
pantai
Cspring tide =(9,2 x 12,5)/4,15
=115/4,15
=27,71
=5,26
Cneap tide=(9,2 x 10,5)/4,15
=96,6/4,15
=23,28
=4,83
 Jauhnya persebaran dampak abrasi dan akresi di wilayah pantai
a. Pantai dengan vegetasi mangrove
D = p mangrove x L x z
= 5 x 800 x 0,75
= 3.000 m
b. Pantai terbuka berpasir
D = p berpasir x L x z
= 9 x 800 x 0,75
= 5.400 m
 Tebal atau luas kawasan pantai yang perlu dilindungi dengan
GREEN_BELT
a. Pantai dengan vegetasi mangrove
= L x D Pantai bervegetasi mangrove
= 260 x 3.000
= 780.000 m 2

b. Pantai terbuka berpasir


= L x D Pantai terbuka berpasir
= 260 x 5.400
= 1.404.000 m 2
SOAL MODUL 3
Pembangunan kawasan industri di pesisir Kendal (mengurug reklamasi)
ekosistem mangrove seluas 250 Ha dari total luas kawasan mangrove (M) 900 Ha.
Kecepatan arus maksimum 5 m/s pada bulan Januari dan menurun 5% setiap
bulan sampai Desember. Arah arus terbagi menjadi 2 yaitu (1) Barat ke Timur
bulan Desember-Mei, (2) Timur ke Barat bulan Juni-November. Koefisien hanyut
materi 0,75; koefisien geser mangrove 0,31; koefisien geser laut 0,29. Sistem
reklamasi urugan tanpa ikan gelodok, kepiting, tiram, dan biawak. Pola pasut
Tunggal
 Luas dan jauh sebaran dampak pada bulan Januari-Maret, April-Juni, Juli-
September, Oktober-Desember
Kecepatan arus max. = 5 m/s (Januari)
Penurunan 5% tiap bulan = 5 x 5% = 0,25
 Januari : 5 m/s
c = kecepatan arus max dalam
 Februari : 4,75 m/s rentang bulan
 Maret : 4,5 m/s
Q (1x pasang, 1x surut) = 24/2 x
 April : 4,25 m/s 3.600 = 43.200
 Mei : 4 m/s
z = 0,75
 Juni : 3,75 m/s
 Juli : 3,5 m/s
 Agustus : 3,25 m/s
 September : 3 m/s
 Oktober : 2,75 m/s
 November : 2,5 m/s
 Desember : 2,25 m/s

D Januari-Maret = c Januari x Q x z
= 5 x 43.200 x 0,75
= 162.000 m 2

D April-Juni = c April x Q x z
= 4,25 x 43.200 x 0,75
= 137.700 m 2

D Juli-September = c Juli x Q x z
= 3,5 x 43.200 x 0,75
= 113.400 m 2

D Oktober-Desember = c Oktober x Q x z
= 2,75 x 43.200 x 0,75
= 89.100 m 2

 Besarnya dampak karena erosi gen


Eg = Sdp/Stp x 100%
= (C . A dp / C . A tp) x 100%
z z

= ((1 x (650) / 1 x (650) )) x 100%


0,31 0,29

= (7,45 / 6,54) x 100%


= 1,14 %
 Tingkat pentingnya dampak terhadap ekosistem mangrove dan pesisir
Kendal dan coastal cell teluk Semarang
Dapat diketahui dampak timbul karena vegatasi mangrove yang tidak
merata dan hanya tumbuh atau tersebar pada subtrat terbuka berpasir dapat
terlihat dari habitat vital yang ada. Dampk pembangunan kawasan industry
pesisir Kendal membawa dampak yang tidak begitu besar karena hanya
1,14% , tetapi jika dibiarkan terus menerus dampak pembuangan lmbah
tersebut dapat merusak ekosistem mangrove dan Coastal cell yang ada
dikawasan pesisir tersebut.
SOAL MODUL 4

 Besarnya peningkatan tekanan arus dan gelombang yang menekan pantai


 Jauhnya persebaran dampak abrasi dan akresi di wilayah pantai
a. Pantai bervegetasi mangrove
D = p mangrove x L x z
= 5 x 1500 x 0,75
= 5.625 m
b. Pantai terbuka berpasir
D = p berpasir x L x z
= 9 x 1500 x 0,75
= 10.125 m
 Tebal atau luas kawasan pantai yang perlu dilindungi dengan GREEN_BELT
a. Pantai bervegetasi mangrove
= L x D Pantai bervegetasi mangrove
= 260 x 5.625
= 1.462.500 m 2

b. Pantai terbuka berpasir


= L x D Pantai terbuka berpasir
= 260 x 10.125
= 2.632.500 m 2

 Luas bentang Groin untuk perisai GREEN_BELT


a. Pantai bervegetasi mangrove
= D Pantai bervegetasi mangrove x 130/2
= 5.625 x 130/2
= 365.625 m 2

b. Pantai terbuka berpasir


= D Pantai terbuka berpasir x 130/2
= 10.125 x 130/2
= 658.125 m 2
 banyak Groin (G) yang diperlukan bila jarak antar Groin (JAG) = 50 m
a. Pantai bervegetasi mangrove
= D Pantai bervegetasi mangrove / JAG
= 5.625 / 50
= 112,5
b. Pantai terbuka berpasir
= D Pantai terbuka berpasir / JAG
= 10.125 / 50
= 202,5
MODUL 11

MODUL XI

KASUS A
Dampak Akibat Adanya Kegiatan Penyebab Suksesi Ekosistem
A. Kondisi awal sebelum adanya kegiatan proyek
Diketahui :
Produksi Mikroba Trofik (𝜆 𝐿) = 10 ton/Ha/tahun
Produksi Mikroba Saprobik (𝜆 𝑁) = 10 ton/Ha/tahun
Efisiensi Ekologis (Et1) =?
Et1 = (𝜆𝐿/𝜆𝑁-1) × 100 %
= (10/10-1) × 100%
= (1,1) × 100%
= 1,1

B. Kondisi sesudah adanya kegiatan proyek


Produksi Mikroba Trofik (𝜆 𝐿) = 15 ton/Ha/tahun
Produksi Mikroba Saprobik (𝜆 𝑁) = 20 ton/Ha/tahun
Efisiensi Ekologis (Et1) =?
Et1 = (𝜆𝐿/𝜆𝑁-1) × 100 %
= (15/20-1) × 100%
= (0,79) × 100%
= 0,79
Et = Et1 – Et2
= 1,1 – 0,79
= 0,31
KASUS B
Dampak Pencemaran Allochthon Terhadap Faktor Kondisi (Ponderal Index Nekton) di
DAS Kaligarang
1. Kriteria
K = 0,75 - 1,00 = Normal
K = <0,75 & >1,00 = Tidak Normal
2. Faktor kondisi nekton dengan data nilai K lokasi musim hujan musim kemarau
Lokasi A = L/D 0,87/0,92 (Normal) 0,43-0,70 (Tidak Normal)Lokasi B = L/D 0,78/0,88 (Normal)
0,30-1.18 (Tidak Normal) Lokasi C = L/D 0,60/0,74 (Tidak Normal) 0,76-0,81 (Normal) Lokasi D
= L/D 0,80/1,00 (Normal) 0,77-0,98 (Normal)
3. Pembahasan
a. Nilai K pada musim hujan di lokasi A adalah 0,87/0,92. Nilai ini menunjukkan bahwa
lokasi A tetap dalam kondisi yang normal pada saat musim hujan sedangkan pada musim
kemarau mengalami kondisi yang tidak normal, yaitu 0,43-0,70
b. Nilai K pada musim hujan di lokasi B adalah 0,78/0,88. Nilai ini menunjukkan bahwa
lokasi B tetap dalam kondisi yang normal pada saat musim hujan sedangkan pada musim
kemarau mengalami kondisi yang tidak normal, yaitu 0,30-1,18.
c. Nilai K pada musim hujan di lokasi C adalah 0,60/0,74. Nilai ini menunjukkan bahwa
lokasi C dalam kondisi yang tidak normal pada saat musim hujan sedangkan pada musim
kemarau mengalami kondisi normal, yaitu 0,76-0,81.
d. Nilai K pada musim hujan di lokasi D adalah 0,80/1,00. Nilai ini menunjukkan bahwa
lokasi D tetap dalam kondisi yang normal pada saat musim hujan sedangkan pada musim
kemarau mengalami kondisi yang normal pula, yaitu 0,76-0,81.

KASUS C
Dampak Perubahan Saprobitas Perairan Akibat Adanya Kegiatan Budidaya Intensif dari
Jaring Apung di Waduk Gajak Mugkur Wonogiri
A. Kondisi sebelum adanya budidaya apung Diketahui:
Mikroba Oligasaprobik (A) = 1000 Individu/liter Mikroba Beta-mesosaprobik (B) = 1200
Individu/liter Mikroba Alfa-mesosaprobik (C) = 1000 Individu/liter

14
Mikroba Polisaprobik (D)= 500 Individu/liter
Nilai TSI dan SI ?
TSI = C + D / A + B
= 1000 + 500 / 1000 + 1200
= 1500 / 2200
= 0,68
SI =A+B/C+D
= 1000 + 1200 / 1000 + 500
= 2200 / 1500
= 1,46

B. Kondisi sesudah terdapat proyek budidaya jaring apung Diketahui:


Mikroba Oligasaprobik (A)= 900 Individu/liter
Mikroba Beta-mesosaprobik (B) = 1000 Individu/liter
Mikroba Alfa-mesosaprobik (C)= 1100 Individu/liter
Mikroba Polisaprobik (D) = 750 Individu/liter
Nilai TSI dan SI= ?
TSI= C + D / A + B
= 1100 + 750 / 900 + 1000
= 1850 / 1900
= 0,97
SI= A + B / C + D
= 900 + 1000 / 1100 + 750
= 1900 / 1850
= 1,02

15
RESPONSI MATERI

Berdasarkan gambar model di atas, gambar tersebut menunjukkan gambaran


ekosistem perairan dengan populasi ikan. Secara spesifik, terdapat penangkaran
ikan, di antaranya merupakan penangkaran ikan, rusa roe, dan benur ikan.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa ada kegiatan penangkapan ikan di sekitar
zona lindung, menurut prinsip pengelolaan berkelanjutan, , sumber daya alam
tidak boleh digunakan di zona ini. Terdapat beberapa organisme di area zona inti
untuk tujuan yang diketahui, seperti kemampuan untuk bermigrasi atau hal
lainnya. Beberapa orang di sekitar Zona dapat mengeksploitasi bioma masa
depan, sehingga diperlukan strategi dan upaya untuk menghentikan eksploitasi ini.
Berikut ini kami jelaskan dua model matematis:
1. Model konservasi alam
Model konservasi alam adalah model matematis dari model pendekatan
altruistik
ekofilantropi, yang diterapkan pada cakupan wilayah zona badan air (zona
dalam). garis dan di luar garis pada gambar). Zona Inti Perairan adalah zona di
mana terdapat unit stok biasa yang masuk ke area di Zona atau migrasi ikan ke
Zona Inti dan unit stok keluar dari Zona Dasar, disebut emigrasi, yang bukan
merupakan imigrasi. dan emigrasi, lalu ada juga memancing atau menangkap
ikan. Zona inti memiliki penanda yang belum diketahui yaitu N (kematian alami)
yang tidak dapat ditentukan karena badan air tersebut merupakan perairan
terbuka dengan daerah pemijahan dan pembibitan yang dilindungi. Zona inti juga

16
berisi habitat primer dan endemik untuk kehidupan air tertentu, kondisi air murni,
dan tutupan awan yang cukup untuk memastikan kelangsungan hidup spesies
ikan tertentu untuk mendukung pengelolaan perikanan yang efektif dan proses
bioekologi alami. Berdasarkan penjelasan tersebut, model defender adalah model
yang didasarkan pada prinsip altruisme dan ekonomi biru, dimana model defender
berfokus pada perlindungan total terhadap reproduksi ( spawning ground) dan
perluasan wilayah. ikan muda (kawasan pertanian), sehingga tidak diperuntukkan
sebagai kawasan penangkapan ikan. Model ini didasarkan pada prinsip ekonomi
biru, di mana alam harus memiliki masukan yang berkelanjutan atau berkelanjutan
dan proses bersih yang tidak merusak ekosistem perairan dan serobium, atau
serodegradation, di mana penangkapan ikan tidak menyebabkan polusi atau
merusak produk, atau produksi berkelanjutan. Singkatnya, konservasi berarti
melestarikan sumber daya hayati dalam keadaannya saat ini. Contoh kegiatan
berdasarkan model konservasi alam adalah kegiatan penangkapan ikan di kawasan
atau pelaksanaan perlindungan penuh melalui konservasi sumber daya alam dan
tidak mengizinkan penggunaan sumber daya alam dengan tujuan konservasi
sumber daya hayati dan persediaan ikan. yang ada diarea tersebut agar tidak
merusak dan terjaga keawetannya.
2. Model Conservationist
Model Conservationist adalah model matematis dengan pendekatan altruistik
pada model ekofilantropi yang diterapkan pada zona pemanfaatan badan air
utama, zona perikanan berkelanjutan (semua zona pada gambar). Kawasan yang
dicakup oleh penerapan model konservasi atau ditunjuk sebagai kawasan lindung
dapat memiliki satu atau lebih zona dengan karakteristik fisik, bioekologi, sosial,
ekonomi dan budaya dan nilai konservasi dan yang luasnya cukup untuk
memastikan kemungkinan keberlanjutan. dan daya tarik untuk penggunaan
ekonomi biru yang berkelanjutan sesuai aturan. Pembela berbeda dengan
konservasionis karena konservasionis memiliki makna yang lebih dalam atau
lebih spesifik daripada konservasi. Konservasionis sendiri berupaya melestarikan
sedangkan konservasionis berupaya melestarikan keadaan sumber daya hayati
agar tidak rusak dan tetap lestari tanpa mengubah atau mengurangi sumber daya
tersebut. Model defender berfokus pada perlindungan unit sumber daya hayati

17
dan ikan di perairan zona inti, zona perikanan berkelanjutan dan zona
eksploitasi menurut pendekatan altr

18
RESPONSI PRAKTIKUM

Dari gambar model loop kausal ikonik ekosistem terumbu karang dan lamun,
dapat dilihat bahwa ekosistem perairan yang dimaksud adalah ekosistem lamun
dan ekosistem terumbu karang. kelestarian kedua ekosistem tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik yang berada di dalam ekosistem tersebut
maupun di luar ekosistem tersebut. Ekosistem terumbu karang dan lamun terletak
di perairan yang sangat dipengaruhi oleh kualitas air dan banyak faktor seperti
penangkapan ikan terumbu karang, limpasan, pencemaran tanah/sungai, reklamasi
dan pengerukan, dan sedimentasi. Ekosistem terumbu karang dan padang lamun
dapat menjadi habitat bagi organisme yang berbeda, sehingga pengaruh input,
proses dan output ini perlu dikaji ulang. Selanjutnya dalam pemodelan rantai
sebab akibat ini, jasa ekosistem lingkungan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
abiotik, biotik, dan juga faktor manusia yang mempengaruhi proses ekosistem.
Hasil akhir atau output yang bersangkutan tergantung dari besarnya pengaruh
yang ditimbulkan oleh faktor input tersebut. Input, proses dan output yang akan
dimodelkan dijelaskan secara rinci di bawah ini.

19
 Input
Input merupakan masuknya komponen dalam sebuah sistem yang dapat
mempengaruhi proses dan output yang dihasilkan. Input yang ada dalam
ekosistem lamun dan terumbu karang yaitu Penangkapan ikan di terumbu
karang, run off, membawa kandungan dan nutrisi pada perairan mempengaruhi
kandungan perairan tersebut pada perairan ekosistem. aloochtion cemaran
daratan/sungai, masalah kualitas air pencemaran tanah/sungai. Sebaran sedimen
dapat mempengaruhi kejernihan air, karena sebaran sedimen yang tinggi
membuat air menjadi keruh, sehingga mempengaruhi intensitas sinar matahari
yang masuk ke badan air. Kegiatan reklamasi dan dredging juga membawa
dampak bagi ekosistem di bawah air. Sebaran sedimen merupakan input yang
masuk ke badan perairan yang akan berefek pada ekosistem sekitar.

 Proses
Proses adalah cara mengelola input atau komponen yang kemudian harus diproses
menjadi output. Input yang dimasukkan dalam model untuk ekosistem terumbu
karang dan ekosistem lamun mempengaruhi lingkungan perairan, habitat inti,
biomassa terumbu karang, biomassa lamun, produsen primer, serta filter dan
konsumen. Kehadiran input ini mempengaruhi proses ekosistem terumbu
karang dan juga rumput laut. Efek dari input ini mempengaruhi komposisi dan
interaksi ekosistem. Secara umum, ekosistem terumbu karang dan lamun
merupakan ekosistem krusial yang menjadi habitat utama bagi berbagai
organisme. Selain itu, ekosistem juga merupakan faktor produktivitas primer.
Faktor abiotik dan biotik juga merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi
oleh kontribusi ini. Proses input seperti reklamasi dan dregging.

 Output
Dari proses yang terjadi akibat adanya input berupa cemaran yang
masuk kedalam ekosistem padang lamun terumbu karang, dapat dikatakan
bahwa terjadi penurunan pada biomassa padang lamun dan terumbu karang.
Dilihat dari fungsinya terhadap biota perairan, kedua ekosistem ini

20
dimanfaatkan oleh biota perairan sebagai wilayah Producing serta Nursery
Ground. Kedua zona tersebut sangat krusial keberadaannya untuk memastikan
keberadaan stok ikan serta kelestarian biota perairan. Tingkat sebaran sedimen
yang tinggi serta dengan adanya bahan cemaran yang masuk ke dalam kedua
ekosistem tersebut, mengakibatkan penurunan luasan padang lamun serta
penurunan kualitas perairan. Hal ini akan diikuti dengan juga berkurangnnya
jumlah wilayah yang menjadi Producing serta Nursery Ground. Maka dapat
dikatakan jumlah benih ikan yang akan menetas serta bertahan hidup mencapai
dewasa juga akan berkurang sehingga dapat merujuk pada permasalahan
penyediaan stok ikan di masa yang akan datang.

21

Anda mungkin juga menyukai