Anda di halaman 1dari 4

1 Suatu kecamatan (X) mempunyai luasan 12,3 km2, dihuni oleh 35.

000 jiwa dengan


rata-rata per Kepala Keluarga (KK) adalah 4 jiwa. Kecamatan tersebut terletak di
pinggir kota (sub urban), sehingga kebutuhan akan air bersih penduduk (domestik)
sebesar 120 Liter/orang/hari, sedangkan kebutuhan air non domestik 10% dari
jumlah KK. Selain itu mempunyai 2 (dua) embung (setu) yang masing-masing
mempunyai daya tampung 350. 000 m3, dan 270. 000 m3. Apabila rata-rata curah
hujan tahunan sebesar 1.645 mm, Evapotranspirasi sebesar 82 mm, & debit aliran
permukaan (run off) sebesar 0,65 m3/detik
Perhitungan neraca air di kecamatan X dan makna dari hasil perhitungan tersebut

P=E+Q+U±∆S
P = presipitasi (curah hujan)
E = Evaporasi
Q = Debit (run off)
U = penggunaan air (konsumsi)
∆ S = strorage

Diketahui P = 1.645 mm ---------- > 1,645 m (1)


Luas kecamatan X 12,3 km2 ----- > 12.300.000 m2 (2)
Kecamatan X akan mendapatkan air dari hujan sebanyak (1) x (2)
P = 1,645 x 12.300.000
P = 20.233.500 m 3

Evapotranspirasi = 82 mm --------- > 0,082


Seperti perhitungan P diatas, maka kecamatan X akan mengalami evapotranspirasi
Sebanyak 0,082 x 12.300.000 = 1.008.600 m3 air
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari Evaporasi & Transpirasi.
Mengingat Kecamatan X merupakan kawasan pemukiman pinggir kota (Sub Urban),
menurut Enggar Hastoyuando koefisien kanaman (kc) untuk area pemukiman = 0 1)
sehingga nilai Evaporasi bernilai sama dengan Evapotranspirasi.
E = 1.008.600 m3

Daya tamping 2 embung (Setu) = 270.000 + 360.000


∆ S = 630.000 m3

1)
Enggar Hastoyuando , Analisis Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air Di Surabaya
Timur , Propinsi Jawa Timur (Tugas Akhir Universitas Islam Indonesia, Halaman :12)
Menghitung penggunaan air konsumsi dalam 1 tahun (365 hari) untuk 35.000 jiwa
Kebutuhan domestik------ > 120 x 35.000 x 365 = 1.533.000.000 Liter
= 1.533.000 m3 (1)
Kebutuhan air non domestik 10% dari jumlah KK dengan 1 KK= 4 jiwa
Jumlah KK = 35.000 / 4 = 8.750 KK ----- > x 10% = 875 m3 (2)
Total penggunaan air (U) = (1)+(2)
U = 1.533.000 + 875
U = 1.533.875 m3

Dari beberapa hasil perhitungan di atas, apabila dimasukan ke dalam rumus


P = E + Q + U ± ∆ S, akan di dapat ;
20.233.500 = 1.008.600 + Q + 1.533.875 + 630.000 ----- > kondisi embung penuh
20.233.500 = 3.172.475 + Q
20.233.500 – 3.172.475 = Q
Q = 17.061.025 m3
Dari soal tersebut di atas diketahui debit permukaan (run off) sebesar 0,65 m3/detik
Maka untuk mencapai keseimbangan Q sebesar 17.061.025 m3 diperlukan waktu
17.061.025 / 0,65 = 26.247.731 detik
= 7.291 jam
= 304 hari

20.233.500 = 1.008.600 + Q + 1.533.875 - 630.000----- > kondisi embung kosong


20.233.500 = 1.912.475 Q
20.233.500 – 1.912.475 = Q
Q = 18.321.025 m3
Dari soal tersebut di atas diketahui debit permukaan (run off) sebesar 0,65 m3/detik
Maka untuk mencapai keseimbangan Q sebesar 18.321.025 m3 diperlukan waktu
18.321.025 / 0,65 = 28.186.192 detik
= 7.829 jam
= 326 hari

Dari data-data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa;


1. Kecamatan X akan terjadi banjir apabila ada hujan selama 304 hari secara
terus menerus atau nonstop disaat embung kondisi penuh
2. Apabila embung dalam kosong maka Kecamatan X baru akan kebanjiran
seandainya terjadi hujan selama 326 hari secara terus menerus
2 Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dll letaknya di
pesisir, sehingga sering mengalami bencana, salah satunya adalah intrusi

Intrusi adalah kejadian masuknya air laut ke dalam akuifer daratan yang terjadi di
bawah permukaan bumi. Air laut akan mencemari air tanah sehingga air tanah su-
dah tidak bisa dipakai untuk keperluan kehidupan sehari-hari

Perbedaan dengan Rob adalah lokasi/ letak kejadianya. Intrusi terjadi di bawah per-
mukaan bumi, sementara Rob terjadi di permukaan bumi

Dampak intrusi mengakibatkan air tanah tidak layak pakai untuk kehidupan.
Kenaikan permukaan air laut, penurunan permukaan tanah dan pengambilan air ta-
nah yang dilakukan secara terus-menerus menyebabkan majunya air laut kearah da-
rat utamanya terjadi pada akuifer dalam akan bercampur dengan air tanah dan me-
nyebabkan penurunan kualitas air tanah tersebut. Pengambilan air tanah yang berle-
bihan menyebabkan banyaknya ruang kosong di dalam akuifer dan mengakibatkan
tinggi muka air tanah lebih rendah dari pada permukaan air laut, perbedaan tinggi
permukaaan air tanah dengan permukaan air laut ini menyebabkan air laut yang
mengandung unsur garam seperti khlorida (Cl) merembes ke dalam air tanah sehi-
ngga menimbulkan pencemaran air tanah. 2)

Cara mengatasi :
1. Pemukiman di area pinggir pantai dikelola lebih baik sehingga tidak terjadi
kepadatan penduduk yang tinggi
2. Pemakaian air tanah lebih bijaksana terutama di daerah pinggir pantai, se-
hingga tidak terjadi kekosongan / rongga di bawah permukaan bumi yang
membuat air laut lebih mudah masuk ke daratan
3. Penyediaan air bersih (PAM) lebih menyentuh lapisan masyarakat terutama
mengenai harga yang lebih terjangkau, sehingga masyarakat tidak melakukan
pengeboran air tanah

2)Edy Suhartono, Purwanto, Suripin, Faktor Penyebab Intrusi Air Laut Terhadap Air Tanah Pada Akuifer Dalam Di
Kota Semarang (Wahana Teknik Sipil Universitas Diponegoro Vol.18 No.2 Desember 2013 Halaman :76)
3 Penggunaan air sungai di bagin hulu tidak boleh dihabiskan, tetapi harus memper-
hatikan penggunaan untuk lingkungan

Apabila pengambilan air terus bertambah sementara ketersediaan air di sungai rela-
ltif tetap maka aliran air yang tersisa mengalir ke hilir sungai tersebut akan semakin
kecil. Akibatnya, dari menurunnya aliran air sungai yang ke hilir tersebut maka ke-
tersediaan air di hilir menjadi berkurang sehingga mengganggu aktivitas yang ada di
bagian hilir ini. Aktivitas yang terganggu tersebut bisa saja sebuah kegiatan pertanian
sawah beririgasi yang menggunakan air sungai sebagai sumber air irigasi. Dari aspek
lingkungan maka kegiatan yang terganggu akibat menurunnya debit sungai, antara
lain ketersediaan air dan mata rantai makanan yang dibutuhkan oleh biota air yang
ada di sungai. Selain itu, kegiatan sanitasi alam badan air menjadi terganggu karena
kemampuan alaminya sudah rusak akibat berkurangya volume air di hilir tersebut 3)

Kebutuhan debit aliran yang berkelanjutan ini mengacu pada jumlah air atau aliran
di badan air yang ada dan menjadi daya dukung ekosistem yang terdiri atas
1. penyediaan air untuk proses ekologis, misalnya keseimbangan nutrisi atau
aliran energi
2. Fungsi air atau aliran untuk pengendalian banjir, pemurnian air, produksi ikan
dan fungsi sanitasi

3)
Dr.Ir. M. Yanuar J Purwanto, MS dan Drs Agus Susanto, M.Si, Pengelolaan Sumber Daya Air (Jakarta :
Penerbit Universitas Terbuka 2015 halaman 6.20

Anda mungkin juga menyukai