Anda di halaman 1dari 4

PENYIMPANGAN TERHADAP UUD45 DAN PANCASILA DI ERA ORDE BARU

1966-1978

Nama:
1.M.Irsyad Fuadi[23]
2.F.Bintang.M[09]
3.Fahmi Akbar[19]
4.M.Rizky Aditya[25]
Berakhirnya Orde Lama (Orla) pada 1966 sebagai pertanda dimulainya masa
pemerintahan Orde Baru (Orba). Masa pemerintahan Orba dipimpin oleh
Suharto sebagai presiden Indonesia menggantikan Sukarno. Kehadiran masa
Orba membuat arah pemahaman terhadap Pancasila mulai diperbaiki. Karena
pada masa pada Orla terjadi banyak penyimpangan. Dalam buku Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (2019) karya Edi Rohani, pengalaman
instabilitas politik dan kemerosotan ekonomi menjadi dalih bagi Suharto untuk
memulihkan pasca gejolak politik menggunakan Pancasila. Ia menggunakan P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia
Pancakarsa. Suharto menggunakan istilah Demokrasi Pancasila untuk
memperoleh kesan kuat, bahwa dirinya adalah seorang yang memegang teguh
Pancasila.

Pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 1967 , Presiden Suharto


mengatakan, "Pancasila makin banyak mengalami ujian zaman dan makin bulat
tekad kita mempertahankan Pancasila." Ia juga mengatakan bahwa Pancasila
bukan dasar falsafah negara yang sekedar dikeramatkan dalam naskah UUD,
melainkan Pancasila harus diamalkan. Masa Orba merupakan masa
pemerintahan yang terlama. Di mana berkuasa hingga tahun 1998 sebelum
digantikan masa reformasi. Pada masa tersebut juga dikatakan sebagai masa
pemerintahan yang stabil. Di mana, stabilitas keamanan dan pembangunan serta
merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila.
Penyimpangan Pancasila pada masa Orba

Penyimpangan Pancasila pada masa Orba Meski stabilitas politik tercapai dan
pembangunan ekonomi dapat teraih. Namun kebebasan dan hak-hak warga
negara diatur dalam konstitutisi.
Penyimpangan-penyimpangan pun terjadi tidak dapat diabaikan dan
merugikan banyak pihak. Berikut beberapa bentuk-bentuk penyimpangan
Pancasila yang dilakukan pada masa Orde Baru: Pancasila sebagai
dasar negara malah diredusir, disalahartikan dan disalahgunakan oleh
Suharto sebagai simbol kekuasaan. Pancasila dijadikan alat untuk
menguasai rakyat. Sehingga pemerintah Orde Baru dapat melegitimasi
kelanggengan masa jabatannya. Pancasila sebagai sumber nilai dibuat
seakan kabur (blurred) oleh banyaknya praktik penyimpangan dan
segala bentuk kebijakan yang berlindung di balik fungsi pokok Pancasila.
Sehingga siapapun yang menentang kebijakan tersebut dianggap telah
menentang Pancasila. Penyimpangan terhadap asas kekeluargaan yang
terkandung di dalam kelima Pancasila. Di mana Suharto hanya
mempercayakan orang-orang terdekatnya untuk menguasai perusahaan
besar negara. Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia hingga
menjadi ajang praktik-praktik korupsi. Suharto memimpin negara dalam
bentuk keotoritarian. Padahal Indonesia adalah negara demokrasi yang
mengutamakan rakyat, dari, untuk, dan oleh rakyat. Fungsi Pancasila
digunakan sebagai alat meleburnya heterogenitias, sehingga membuat
kelompok-kelompok minoritas tersingkir dan timbulah masalah SARA.
Suharto melarang adanya kritikan-kritikan untuk pemerintah. Karena
kritikan menganggu ketidakstabilan negara. Sehingga sering dilakukan
kekuatan militer bagi siapapun yang mengkritik pemerintah.
Diterapkannya demokrasi sentralistik yaitu demokrasi yang berpusat
pada pemerintah. Lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dipegang
oleh presiden. Selama Orba dalam kenyataannya Pancasila digunakan
sebagai alat legitimasi politik sehingga melahirkan gelombang
perlawanan masyarakat.
Puncak dari keadaannya tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi
nasional. Timbul berbagai gerakan masyarakat sebagai gerakan moral
politik yang menuntut adanya reformasi disegala bidang. Puncak dari
perlawanan tersebut terjadi pada 1998. Pada tahun tersebut Suharto
mengundurkan diri sebagai presiden dan munculah masa reformasi.

Anda mungkin juga menyukai