Anda di halaman 1dari 3

PENYALAHANGUNAAN PANCASILA SEBAGAI ALAT POLITIK DALAM REZIM

SOEKARNO

Mantan Presiden soekarno menggunakan Pancasila sebagai alat politik selama masa
jabatannya. Menggunakan kekuasaannya sebagai presiden, dia bertindak sembarangan, hanya
memikirkan dirinya sendiri. Ada beberapa contoh penyimpangannya dari nilai dan norma
Pancasila. Yaitu :
Di masa Demokrasi Terpimpin, Sukarno mencetuskan konsep Nasakom (Nasionalis, Agama,
Komunis). Dia berupaya merangkul kelompok komunis yang selama periode 1950-an kerap
tidak diajak kelompok nasionalis dan agamis dalam pembentukan kabinet parlementer
padahal memiliki suara keempat terbanyak di DPR.

Arrsa menilai konsep Nasakom merupakan awal membawa Pancasila sebagai alat politik.
Semua seolah dipaksa setuju, padahal kala itu pertentangan kelompok agamis dengan
komunis sudah sangat kental di berbagai lapisan masyarakat.

“Dikeluarkannya ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk memperkuat kedudukan
presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan menolak presiden,” tulis Arrsa
dalam buku tersebut.

Di masa itu, Sukarno membubarkan Partai Sosialis Indonesia dan partai Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi). Sukarno juga menasbihkan dirinya sebagai kepala negara,
kepala pemerintahan serta panglima angkatan perang. Semua anggota DPR pun ditunjuk
olehnya.
PENYALAHANGUNAAN PANCASILA SEBAGAI ALAT POLITIK DALAM

REZIM SOEHARTO

Mantan Presiden Suharto adalah salah satu presiden paling luar biasa dari kebijakan

yang ditengahi. Tidak hanya Sukarno tetapi juga Suharto berbeda dari Pancasila

dalam hal politik Indonesia. Bahkan, penyimpangan Suharto lebih besar dari pada

Solcano. Di bawah ini adalah beberapa contoh penyimpangan tersebut.

1. Suharto menyatakan bahwa semua kekuasaan pemerintahan Indonesia sepenuhnya

berada di tangan Presiden. Ada banyak lembaga negara yang dikendalikan atau diatur

untuk memiliki kekuasaan sendiri tanpa campur tangan presiden.

2. Suharto juga memberlakukan pembatasan hak politik di Indonesia, termasuk

pemilu. Pemilu bahkan tidak demokratis karena hanya alat untuk meningkatkan

kekuasaan presiden untuk terus memilih presiden berikutnya.

3. Suharto juga secara tidak langsung mendenormalisasi (merendahkan) sistem

birokrasi dan pemerintahan. Sesuai dengan prinsip "selama kamu bahagia", Suharto

hanya akan melakukan apa yang dia inginkan, terlepas dari apakah keinginannya akan

berdampak positif bagi rakyat atau bangsa.


PENYALAHANGUNAAN PANCASILA SEBAGAI ALAT POLITIK

SETELAH PASCA REFORMASI DI REZIM JOKOWI.

Setelah masa reformasi, Pancasila juga mengalami penyimpangan, terutama dengan presiden
Indonesia saat ini, Joko Widodo. Ada berbagai penyimpangan yang dilakukannya sejak awal
menjabat hingga kepemimpinannya. Penyimpangan ini sangat merugikan manusia dan
negara. Di bawah ini adalah beberapa contoh penyimpangan tersebut.

1. Dia menghilangkan, memutus, dan secara tidak langsung merongrong fungsi beberapa
instansi pemerintah. Seperti DPR, BPK, KPK, dan Kejaksaan. Hal ini pada akhirnya merusak
situasi hukum saat ini.

2. Dia juga yang menyusun RUU Omnibus (Cipta Tenaga Kerja). RUU itu hanya akan
menguntungkan pengusaha atau kelas menengah, dan akan merugikan pekerja, petani,
nelayan, masyarakat adat, UMKM, dan koperasi.

Anda mungkin juga menyukai