Anda di halaman 1dari 3

Mekanisme Proses Konsolidasi

Dalam proses konsolidasi, kertas kerja digunakan sebagai tempat proses penggabungan dan
penyesuaian saldo akun dalam konsolidasi. Induk dan anak perusahaan memiliki pembukuan
mereka masing-masing. Tidak ada pembukuan untuk entitas konsolidasi, saldo tiap akhir periode
diperoleh dari pembukuan induk dan anak perusahaan akan dimasukkan dalam kertas kerja
konsolidasi.
Seperti contoh kertas kerja konsolidasi untuk pembuatan laporan keuangan konsolidasian
PT Indah pada tampilan berikut ini. Saldo akun untuk PT Indah dan PT Andika diambil dari
pembukuan masing-masing, yang kemudian dimasukkan dalam dua kolom pertama yang
berdampingan sehingga jumlah dari tiap aset, liabilitas, dan ekuitas dapat ditambahkan mendatar
untuk mendapatkan saldo konsolidasian.
Ketika penambahan jumlah saldo dari kedua perusahaan menimbulkan angka konsolidasi
yang berbeda dengan saldo yang seharusnya akan muncul jika kedua perusahaan adalah
perusahaan tunggal, maka jumlah gabungan harus disesuaikan menjadi angka yang seharusnya.
Hal ini dilakukan melalui pembuatan ayat jurnal eliminasi (eliminating entries). Kolom debit dan
kredit disediakan untuk membuat ayat jurnal eliminasi dalam kertas kerja pada Figur 3-2. Kolom
kedua dari kertas kerja menyajikan jumlah yang akan muncul di laporan posisi keuangan
konsolidasi. Jumlahnya diperoleh dari menjumlahkan mendatar tiap baris dan termasuk pengaruh
dari penyesuaian debit atau kredit. Jumlah konsolidasi yang muncul di laporan posisi
konsolidasian diperlihatkan dalam figure 3-1.
Bab-bab selanjutnya akan membahas kertas kerja konsolidasian dan ayat jurnal eliminasi
Prosedur dan kertas kerja konsolidasian penting karena memfasilitasi pembuatan laporan
konsolidasian, membantu memastikan akurasi klerikal, dan memberikan jejak untuk verifikasi
akun dalam laporan keuangan konsolidasian. Akan tetapi, sampai titik ini, fokus pembaca dan
pemahaman mengenai berapa angka yang akan muncul dalam laporan keuangan pada saat ma
sudut pandang entitas tunggal, bukan berkonsentrasi pada prosedur khusus atau teknik
kertas kerja.

Kepentingan Non-Pengendali
Kepentingan non pengendali adalah bagian dari hak kepemilikan anak perusahaan oleh
pemegang saham minoritas yang dikonsolidasikan pada perusahaan induk sebagai pengendali.
Hak yang dimiliki tersebut tidak sepenuhnya dipegang oleh perusahaan induk. Melainkan
dimiliki oleh pihak lain. Dengan kata lain, kepentingan non-pengendali atau noncontrolling
interest merupakan nilai atau hak kepemilikan atas anak perusahaan yang dimiliki selain oleh
perusahaan induk. Perusahaan induk disini juga bisa diganti dengan pemilik saham atau entitas
induk. Kepemilikan atas perusahaan selain entitas induk ini tidak memiliki peran atau memegang
kendali atas operasional perusahaan. Untuk itu bagian tersebut disebut sebagai non pengendali.
Induk perusahaan tidaklah selalu memiliki 100% saham biasa dari anak perusahaannya
yang beredar. Perusahaan dapat memiliki kurang dari 100% saham suatu perusahaan dalam
kombinasi bisnis. Dimana pada awalnya memiliki 100% tetapi kemudian pada saat tertentu
dijual atau diberikan beberapa lembar kepada pihak lain. Dalam mengonsolidasi anak
perusahaan, induk perusahaan hanya perlu memiliki kepentingan pengendali. Saham lain dari
anak perusahaan yang tidak dimiliki perusahaan disebut pemegang saham “nonpengendali”.
Klaim dari pemegang saham tersebut atas laba dan aset anak perusahaan disebut kepentingan
non pengendali (noncontrolling interest).
FIGUR 3-2
PT INDAH DAN ANAK PERUSAHAAN
Kertas Kerja Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
31 Desember 20X1
Eliminasi
PT Indah PT Andika Debit Kredit Konsolidasian
Kas Rp 5.000.000 Rp 3.000.000 Rp 8.000.000
Piutang
Rp 84.000.000 Rp 30.000.000 (a) Rp 1.000.000 Rp 113.000.000
(bersih)
Persediaan Rp 95.000.000 Rp 60.000.000 (b) Rp 2.000.000 Rp 153.000.000
Aset Tetap
Rp 375.000.000 Rp 250.000.000 Rp 625.000.000
(bersih)
Aset Lain-
Rp 25.000.000 Rp 15.000.000 Rp 40.000.000
lain
Investasi
pada Saham Rp 300.000.000 © Rp 300.000.000
PT Andika
Rp 884.000.000 Rp 358.000.000 Rp 939.000.000
Utang
Jangka Rp 60.000.000 Rp 8.000.000 (a) Rp 1.000.000 Rp 67.000.000
Pendek
Utang
Jangka Rp 200.000.000 Rp 50.000.000 Rp 250.000.000
Panjang
Modal
Saham Rp 500.000.000 Rp 200.000.000 © Rp 200.000.000 Rp 500.000.000
Biasa
Saldo Laba Rp 124.000.000 Rp 100.000.000 © Rp 100.000.000 Rp 122.000.000
(b) Rp 2.000.000
Rp 884.000.000 Rp 358.000.000 Rp 303.000.000 Rp 303.000.000 Rp 939.000.000
Keterangan:
(a) Eliminasi piutang/utang antarperusahaan
(b) Eliminasi laba antarperusahaan belum terealisasi yang terdapat dalam persediaan akhir
terhadap saldo laba konsolidasian
(c) Eliminasi investasi dengan ekuitas pemegang saham anak perusahaan
Dalam situasi tidak rumit, jumlah kepentingan nonpengendali hanyalah bagian
proporsional sederhana dari jumlah yang relevan di anak perusahaan. Sebagai contoh, jika anak
perusahaan mempunyai laba bersih Rp 150.000.000 dan pemegang saham non-pengendali
memiliki 10% saham dari anak perusahaan, maka bagian mereka atas laba adalah Rp 15.000.000
yang berasal dari perhitungan laba bersih anak perusahaan dikalikan dengan persentase
kepemilikan saham non pengendali yakni Rp 150.000.000 x 10%. Begitu pula, jika ekuitas
pemegang saham anak perusahaannya terdiri dari saham biasa sebesar Rp 600.000.000 dan
saldo laba Rp 200.000.000, total kepentingan non-pengendali, yang mencerminkan klaim
pemegang saham non-pengendali atas aset bersih anak perusahaan, dihitung sebagai berikut:

Saham biasa anak perusahaan Rp 600.000.000


Saldo laba anak perusahaan Rp 200.000.000
Nilai buku anak perusahaan Rp 800.000.000
Bagian proporsional pemegang saham nonpengendali 10%
Kepentingan nonpengendali Rp 80.000.000

Anda mungkin juga menyukai