Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH KEPANDUAN PERSATUAN ISLAM DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Pelajaran Pramuka

Disusun oleh: Kelompok Pegasus

1. Dzaki Aiman Putra (12)


2. Ibrahim Al-Hanif (14)
3. Nadhif Fairuzabadi (33)
4. Rava Anandito Suherman (35)
5. Ziyad Muhammad Ramadhan (39)

KELAS 10-B

MADRASAH ‘ALIYYAH

PESANTREN PERSATUAN ISLAM TAROGONG

KAB. GARUT

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Pramuka ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang
sudah kita ketahui, Pramuka atau kepanduan sudah berdiri sejak lama sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada
masa-masa tersebut juga terdapat banyak orang Indonesia yang terinspirasi untuk membuat Gerakan
Kepanduan yang serupa di nusantara, yang salah satunya yaitu ormas Islam terbesar ketiga di Indonesia ini.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang sejarah Kepanduan Persatuan Islam di Indonesia.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa membantu memperluas wawasan pengetahuan kita agar
menjadi lebih baik. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah menolong dan turut serta dalam
penyelesaian makalah ini, atas perhatian serta waktunya. Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI

SEJARAH KEPANDUAN PERSATUAN ISLAM DI INDONESIA..........................................................1


KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
BAB 1.................................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................................5
A. Pembentukan Kepanduan Persatuan Islam (KPI)...................................................................................5
B. Penafsiran terhadap perubahan...............................................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.............................................................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal abad ke 20, gerakan kepanduan dibawa ke Indonesia oleh para penjajah (Belanda).
Yakni, pada 1921 oleh John P. Smiths dengan nama “Padvinderij” sebagai terjemahan dari scout
movement. Kata “Padvinder” inilah yang kemudian diserap menjadi kosakata Indonesia, “pandu”,
oleh KH. Agus Salim. Dipilihnya kata “pandu” tidak hanya karena faktor kemiripan makna dengan
“padvinder”, namun juga dinisbahkan pada sosok tokoh pewayangan Pandu, ayah dari pandawa
lima, sebagai cermin seorang ksatria.
Maka, gerakan kepanduan pun bersinergi dengan semangat nasionalisme. Sebagai contoh
pada masa tersebut, pelajar-pelajar umum biasanya menjadi anggota “Kepanduan Bangsa Indonesia”
(KBI). Organisasi Muhammadiyah yang memiliki berbagai macam lembaga pendidikan, juga
mendirikan “Pandu Hizbul Wathan” (terkenal dengan akronim ‘Pandu HW’) untuk pada pelajarnya
(sebagai catatan: Hizbul Wathan berasal dari bahasa Arab yang artinya tentara tanah air). Yang
kemudian disusul juga oleh organisasi Persatuan Islam yang membuat gerakan kepanduan nya
sendiri yang disebut dengan “Kepanduan Persatuan Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Kapan waktu terbentuknya gerakan “Kepanduan Persatuan Islam” dan bagaimana proses upaya
pembentukannya pada masa tersebut?
2. Siapa saja tokoh-tokoh Persatuan Islam yang terlibat ataupun berperan dalam pembentukan
gerakan kepanduan tersebut?
3. Bagaimana proses perjalanan gerakan kepanduan tersebut dari masa dahulu hingga era sekarang?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana sejarah “Kepanduan Persatuan Islam”,
kapan pembentukannya, bagaimana proses perjalanan dan pembentukannya, kemudian siapa saja
tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kepanduan Persatuan Islam (KPI)

Sebagaimana telah disebutkan, gerakan kepanduan telah muncul pada organisasi Islam sejak
awal abad ke-20. Bagaimana dengan organisasi Persatuan Islam yang juga telah berdiri sejak awal
abad ke-20? Tidak kalah dengan yang Iain, organisasi reformis dari Bandung ini pun turut
mendirikan gerakan kepanduan. Tentu saja, karena Persis juga dikenal melalui lembaga
pendidikannya. Waktu itu bernama lembaga "Pendis" (akronim dari Pendidikan Islam) yang
dikomandani oleh M. Natsir. Nah, Yang mernfasilitasi pembentukan gerakan kepanduan itu sendiri
adalah Pemuda Persis!

Berita tentang pendirian gerakan kepanduan ini ada pada al-Lisan No. 26/ April 1938. Diberitakan
bahwa Pemuda Persis merencanakan pembentukan gerakan kepanduan Persis. Yang dicalonkan
sebagai pemimpinnya adalah E. Djoedjoe dan R. Ibin. Pada waktu itu, 16-17 April 1938, Persatuan
Islam memang mengadakan kongres [muktamar] di Bogor. Tampaknya, kongres tersebut dijadikan
momen dicetuskannya ide tentang pendirian gerakan kepanduan Persis Oleh Pemuda Persis. Hanya
saja, ide gerakan tersebut belum terealisasi langsung Saat itu juga. Yang baru bisa dilaksanakan
adalah komite pembentukan [kepanitiaan].

Barulah pada bulan berikutnya, Mei 1938, komite tersebut dapat secara formal mendirikan gerakan
kepanduan di bawah koordinasi Pemuda Persis. Berbeda dengan Muhammadiyah Yang nama
gerakan kepanduannya diambil dari bahasa Arab [Hizbul Wathan], maka Pemuda Persis
menamainya 100% bahasa 'lokal', yakni "Kepandoean Persatoean Islam" Yang disingkat KPI.
Majalah al-Lisan No. 27/Mei 1938 memberitakan pendirian KPI sebagai berikut; "...sekarang
comitte terseboet telah dapat memboektikan tjita-tjitanja dengan satoe badan jang bernama
Kepandoean Persatoean Islam dengan bersingkat K.P.I. jang menjadi tjabang dari Pemoeda Persis
jang berpoesat di Bandoeng".

Hal ini tidaklah aneh. Persis dikenal sebagai organisasi Yang dipimpin Oleh orang-orang Sumatera,
sehingga konsisten dengar, bahasa Melayu. Perhatikan saja nama-nama organ otonomnya. Bagian
kewanitaan bernama Persatuan Islam Isteri [Persistri]. Demikian juga bagian kepemudaannya
bernama Pemuda Persatuan Islam. Persis waktu itu berbeda dengan organisasi reformis Iain yang
justru cenderung memakai istilah dari bahasa Arab.

Selanjutnya disebutkan tujuan pendirian ini adalah "soepaja dapat diadjarkan beberapa ilmoe
kepandaian jang akan bergoena oentoek diri dan agamanja". Jelas, hal ini menunjukkan pendekatan
integratif dalam gerakan Pemuda Persis. Melalui KPI, anggota Pemuda Persis dilatih dengan
berbagai keterampilan fisik dan pengetahuan semi-militeristik sebagaimana lazimnya gerakan
kepanduan. Namun demikian, pendalaman nilai-nilai ruhani merupakan fondasi Yang tidak bisa
dilepaskan pada gerakan KPI-nya Pemuda Persis.

Adapun kantornya bertempat di gedung Pendis, Groote Lengkong-Bandung. Dengan demikian,


orientasi keanggotaan KPI ditujukan juga kepada para pelajar yang tergabung dalam lembaga
pendidikan Persis. Karena memang sejak tahun 1936, Pendis Yang dikelola Natsir di Bandung itu
telah berkembang pesat dan mempunyai cabang-cabangnya di antaranya; Majalaya, Cianjur, Tanah
Abang, Mr. Cornelis, dan Tanjung Priok [al-Lisan, no. 5/1936]. Logikanya sederhana. Dengan
menempatkan kantornya di Pendis, para pelajarnya Yang terdapat di berbagai daerah dapat
“digiring" menjadi anggota KPI.

Spesifikasi KPI lebih lanjut adalah sebagai berikut: Seragam Yang dikenakan anggota KPI berwarna
kehijau-hijauan [perhatikan, mirip seragam militer!], dengan dasi [syal?] juga hijau. Tidak
ketinggalan, lambang yang disematkan adalah; 'Bintang-Bulan'. Lambang ini memang biasa
diinterpretasikan sebagai simbol Islam. Jadi, Pemuda Persis telah menggunakan simbol ‘Bintang-
Bulan’ sejak 1938!
Sebagai tambahan data historis, Yang terpilih menjadi Pengurus [awal] KPI adalah: R. Ibin sebagai
ketua KPI, sedangkan yang menjadi Komandan pasukan adalah Mansoer. Sebagai Pembantu
[komandan] diangkatlah Hoesen. Mereka inilah yang tercatat sejarah berjuang membesarkan gerakan
kepanduan dalam organisasi Pemuda Persis. Disebut-sebut Oleh Majalah al-Lisan, KPI itu sendiri
berkembang pesat dengan membuka cabang-cabangnya, dari mulai wilayah Jakarta sampai
Gorontalo!
B. Penafsiran terhadap perubahan
Seiring pembubaran Ormas-ormas keagamaan pada waktu pendudukan balatentara Nipon-
Jepang [1942], maka Pemuda Persis dengan KPI-nya pun ikut hilang. Para tokoh dan anggotanya
jelas sejak itu terlibat dalam proses perjuangan fisik. Mereka bergerak secara individual, tidak lagi
atas nama sebuah organisasi.

BaruIah setelah Jepang hengkang, pemimpin-pemimpin Persis dapat memperbaharui


keorganisasiannya. Di bawah kendali KH. M Isa Anshary, Persis kembali menjalankan aktivitasnya,
termasuk penyelenggaraan organ otonom-otonomnya, sejak 1948. Dengan sendirinya, Pemuda
Persis pun kembali bergiat dengan aktivitas Yang menjadi ciri khas gerakan kepemudaan.

Pada awal pergerakan masa kemerdekaan ini, Pemuda Persis menghidupkan aktivitas 'gerakan
kepanduan'. Hanya ada sedikit perubahan. Namanya berganti, Yang asalnya berbahasa Melayu
[Kepanduan Persatuan Islam] rnenjadi berbahasa Arab, yakni "Syubbanul Yaum". Terjemahannya
sangat pas; pemuda hari ini! Korelasinya sangat jelas dengan organisasi pelajar Pesantren Persis,
Yang disebut-sebut bernama Arab juga; Rizalul Ghad.
Mengapa namanya harus diubaii meniadi berbahasa Arab? Tampaknya, perubahan nama ini
lebih merupakan bentuk "kesengajaan" daripada ketidaksengajaan. Pada jaman prakemerdekaan,
identitas Melayu-lslam tampak "lebih" ditonjolkan oleh pemimpin-pemimpin Persis karena
berhadapan dengan kultur kaum kolonial Belanda. Sebagai penegas Mr. Mohammad Roem [197 5]
menyatakan;

"Di tahun 2O-an bangsa kita dengan sadar dan tekun memakai bahasa Melayu sebagai
bahasa sendiri, sehingga diadakan Sumpah Pemuda 1928. Dalam hubungan ini saya ingin
mengemukakan. bahwa dalam ikut mernperkembangkan bahasa itu, terutama bahasa yang
ditulis Persatuan Islam, telah memberikan darma baktinya yang tidak sedikit...kalau dilihat
apa yang ditulis dan diterbitkan, barangkali persatuan Islam paling besar, setidaknya
paling rajin...".
Setelah kemerdekaan dicapai, kondisi sosial-politik berubah total. Pada awal kemerdekaan
ini, pemimpin Persis justru berhadapan dengan orang-orang sebangsa, namun berbeda ideologi.
Persis Yang dikomandoi Oleh Isa Anshary menghadapi tiga kelompok sekaligus; kelompok
tradisionalisme-Jawa, nasionalisme-sekuler yang dipimpin Presiden Soekarno dan lebih-lebih
kelompok komunisme dengan gembongnya, DN Aidit (Feith, 1989].

Dengan sendirinya, Persis pun mengedepankan secara lugas identitas keislamannya. Dan
bahasa Arab itu dipandang identik dengan simbol keislaman. Wajarlah kalau masa itu istilah dari
bahasa Arab banyak mewarnai organisasi Persis. Bahkan, sebagaimana dicatat Kang Dadan [1995],
nama "Persatuan Islam" itu sendiri hendak diubah menjadi “Jama’atul Muslimin" oleh ketua Persis
waktu itu, KH Isa Anshary [namun. itu tidak terjadi]. Oleh karena itu, istilah "Rizalul Ghad” pun
disematkan pada organisasi pelajar Persis, serta istilah "Syubbanul Yaum" menjadi nama organisasi
kepanduan Pemuda Persis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demikianlah riwayat singkat organisasi kepanduan Pemuda Persis ini. Sayangnya, pada masa
Orde Baru sampai era kejatuhannya, gerakan kepanduan Pemuda Persis kembali Surut. Tampaknya,
permusuhan 'politis' tokoh Persis dengan Pemerintah Orde Baru berdampak penghapusan Segala
bentuk aktivitas pemuda dan santri pesantren Yang 'mirip-mirip' pelajar umum. Justru yang naik
pamor pada masa itu adalah kegiatan bela-diri [kungfu] Thifan Pokhan Yang sejatinya dipandang
'identitas baru'. Wajar, memang.

Sekarang, di era Reformasi, gerakan kepanduan Pemuda Persis kembali bergaung. Tidak
hanya di Garut, tetapi juga gaungnya muncul di kantong-kantong Pemuda Persis Iainnya, walaupun
ada yang masih berupa wacana saja. Terlepas dari apapun namanya, kami berharap, semoga
kemunculannya kembali gerakan kepanduan ini merupakan sebuah petanda baik. Ya, tentu saja
berguna bagi pengembangan proses kaderisasi Pemuda Persis yang selama ini [harus diakui] masih
tersendat-sendat.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan mengenai sejarah
Kepanduan Persis di Indonesia. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan,
karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah ini,
terlebih lagi sumber yang kami dapatkan sangat terbatas. Terlepas dari segala kekurangan ataupun
kesalahan dari makalah ini, mohon di maafkan. Wa-l'Lah A'lam bi al-Shawab. Wassalamu‘alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/315140349/Syubbanul-Yaum-by-Pepen
https://www.persis.or.id/esensi-penting-di-balik-jargon-pemuda-persis
https://m.facebook.com/infopersis/photos/menjelang-muktamar-12-pemuda-persis-di-bandung-
admin-menurunkan-sebuah-tulisan-l/10153132702235213/

Anda mungkin juga menyukai