Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makan dan minum di dalam kelas merupakan salah satu hal yang barangkali
di Indonesia dianggap tidak wajar, tidak sopan dan beberapa sekolah/kampus
malahan melarang keras. Namun di Belanda, kenyataan yang terjadi adalah
sebaliknya. Pagi ini, penulis datang ketika kelas akan dimulai. Di sana sudah ada
guru yang siap mengajar. Tepat di depan penulis, ada seorang murid Belanda
yang mengeluarkan buku dan satu kotak makanan berisi roti. Sambil
mendengarkan guru berbicara, dia makan dengan lahap roti yang dibawa.
Beberapa murid lain juga terlihat menikmati kopi dalam gelas plastik yang
dibawanya.

Sore hari di dalam kelas yang berbeda, untuk kesekian kalinya penulis
melihat murid Belanda yang menikmati buah apel yang dibawa ketika tengah
mendengarkan materi pelajaran. Penulis tertarik untuk mengupas apa yang
beberapa kali saya lihat di dalam kelas tersebut. Inilah yang mungkin disebut
dengan "desa mawa cara negara mawa tata" yang bisa dimaknai bahwa setiap
komunitas, kelompok, desa, negara memiliki tata cara, adat, kebiasaan, atau
aturannya sendiri-sendiri. Jadi, kebiasaan dan tata adat suatu daerah akan
berbeda dengan daerah yang lainnya.

Sebelum ke topik tersebut, salah satu hal yang berbeda yang penulis juga
temui adalah murid Belanda terbiasa untuk membawa dari rumah kotak
makanan berisi bekal berupa roti atau buah. Sepertinya, makan siang bukan adat
dan budaya di Belanda. Mereka tidak pernah membawa makanan yang berat ke
kampus atau ke kantor. Roti dan buah dalam kotak sudah cukup. Untuk minuman,
mereka biasanya membeli di kantin atau membeli di mesin otomatis berupa kopi
atau soft drink. Tidak jarang pula mengambil langsung dari kran dan langsung
meminumnya. Ketika makan siang tiba, maka mereka makan bekal yang mereka
bawa itu sambil tetap melakukan aktivitas yang mereka lakukan atau duduk
santai di taman dan tempat-tempat yang mereka pilih. Berbeda dengan Indonesia,
makan siang berarti piring akan penuh dengan nasi, sayur, lauk pauk hingga satu
gelas es teh.

Dengan kebiasaan tersebut, ketika berada di dalam kelas, saat mereka


merasa lapar dan membutuhkan suntikan energi, maka mereka tinggal membuka
kotak makanan yang mereka bawa lalu menikmatinya sambil tetap
mendengarkan kuliah. Sesekali memang terdengar suara orang sedang menggigit
apel, namun sama sekali tidak ada reaksi dari sesama murid ataupun guru.
Pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang
diatas kami sangat tertarik untuk membahas topik ini didalam proposal yang
berjudul "Dampak Pelarangan Makan Makanan Didalam Kelas Pada Saat Jam
Pelajaran Di SMAN 7 Banjarmasin".
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah :

1. Apa yang terjadi jika makan makanan pada saat jam pelajaran dilarang?

2. Apa yang terjadi jika makan makanan pada saat jam pelajaran diperbolehkan?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dampak jika diperbolehkan atau


dilarangnya makan makanan di kelas pada saat jam pelajaran di SMAN 7
Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

A. Untuk mengetahui kondisi murid yang makan dan yang tidak.

B. Untuk mengetahui apakah makan di kelas saat jam pelajaran merupakan

hal yang sopan atau tidak.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan referensi dalam upaya Dampak Pelarangan Makan Makanan


Didalam Kelas Pada Saat Jam Pelajaran Di SMAN 7 Banjarmasin.

2. Manfaat Praktis

A. Bagi murid, dapat meningkatkan tingkat kefokusan dalam belajar.

B. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan agar murid tetap fokus dan

tetap memperhatikan materi pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai