Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL OBSERVASI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS (INKLUSI)

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

FAKULTAS AGAMA ISLAM


JURUSAN PIAUD
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

BAB I

Kata Pengantar..............................................................................................................................1.1

Latar Belakang..............................................................................................................................1.2

Rumusan Masalah.........................................................................................................................1.3

Tujuan...........................................................................................................................................1.4

Manfaat.........................................................................................................................................1.5

BAB II

Pembahasan & Metodenya............................................................................................................2.1

Pelaksanaan Observasi..................................................................................................................2.2

BAB III

Kesimpulan..................................................................................................................................3.1

Saran............................................................................................................................................3.2
BAB I

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pendidikan inklusi dan manfaatnya
untuk calon guru.

    Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari kerabat saya
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada kerabat yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
   
    Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
    Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang pendidikan inklusi dan manfaatnya untuk
calon guru ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Latar Belakang

Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-inteletual, social, emosional) dalam proses
pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun seorang
anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut
tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak
tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Ada berbagai macam jenis Anak Berkebutuhan Khusus. Di sini penulis menemukan ada
beberapa jenis Anak Berkebutuhan Khusus, yaitu : Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita,
Tuna Daksa, Tuna Laras, Kesulitan Belajar, Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa, Autisme,
ADHD, Indigo, dan Hiperaktif. Dari beberapa jenis Anak Berkebutuhan Khusus tersebut
tentunya memiliki karakteristik maupun ciri-ciri yang berbeda pada setiapnya. Keadaan inilah
yang menuntut pemahaman terhadap hahekat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak
berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemukan jenis dan
pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Oleh karena itu seperti yang kita ketahui bahwa
tersedia SLB, yaitu lembaga pendidikan yang khusus menangani Anak Berkebutuhan Khusus
dengan berbagai jenis ketunannya.
Namun saat ini lembaga pelayanan pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus tidak
hanya SLB, namun juga telah tersedia lembaga “Pendidikan Inklusi”. Pendidikan inklusi
ialah Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Tujuan Pendidikan Inklusi
bedasarkan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 ialah:

(1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
(2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik, sebagaimana yang dimaksud pada point ke 1.
Dan untuk kepentingan pengajaran, dan penyelidikan tentang anak berkebutuhan khusus
dengan klasifikasi kesulitan belajar spesifik, serta bagaimana proses pendidikan anak
berkebutuhan khusus tersebut di lembaga pendidikan inklusi maka diperlukan observasi
maupun penelitan. Tentu dengan bertujuan mengetahui lebih lanjut tentang masalah-masalah
yang dihadapi di lapangan serta cara-cara lembaga pendidikan mengatasi permasalahan yang
ada secara langsung. Karena itu, penulis perlu melakukan observasi di lapangan, atau di
lembaga pendidikan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan observasi di TK Darma Wanita


2. Apa saja hasil observasi di TK Darma Wanita
3. Bagaimana gambaran umum tentang Tuna Grahita?

Tujuan

1. Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan observasi TK Darma Wanita Mengetahui apa


saja hasil yang diperoleh dari observasi di TK Darma Wanita
2. Mengetahui gambaran umum Tuna Grahita.

Manfaat

1. Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan observasi TK Darma Wanita Mengetahui apa


saja hasil yang diperoleh dari observasi di TK Darma Wanita
2. Mengetahui gambaran umum Tuna Grahita.
BAB II

Metode & Pembahasan

Dalam pelaksanaan observasi ini, penulis melaksanakan observasi di TK Darma Wanita


Pada hari pertama ini penulis tiba di TK Darma Wanita pada pukul 08.00 WIB karena
kegiatan di TK Darma Wanita baru dimulai pada pukul 08.30. Penulis bertemu dengan kepala
sekolah Ibu Adis terlebih dahulu untuk diantar melihat salah satu anak berkebutuhan khusus
di sekolah tersebut yang akan dijadikan objek penelitian oleh penulis. Anak ini bernama
“Alfian”, dia anak kedua dari 2 bersaudara. Sambil mengamati Alfian, bu Adis menjelaskan
sedikit tentang Alfian, bahwa Alfian sangat pendiam. Terlihat murid-murid telah banyak
yang sudah datang, sehingga kegiatan pembuka dapat segera dilaksanakan. Penulispun mulai
mengamati kegiatan pembuka ini, namun tentu penulis lebih cenderung pada pengamatannya
terhadap Alfian.
Tepat pada pukul 07.30 murid-murid mulai berbaris di lapangan sekolah untuk
melaksanakan senam pagi bersama. Semua guru ikut serta dalam kegiatan ini dengan satu
guru ditemani 2 orang murid memimpin senam di depan. Setelah senam selesai, murid
berbaris seperti kereta untuk berbaris bersalaman dengan guru-guru TK Darma Wanita
sebelum masuk ke dalam kelas masing-masing. Setelah melihat anak-anak telah terkondisi
masuk tertib ke dalam kelas, penulis ditemani kepala sekolah kembali ke dalam kantor untuk
pelaksanaan wawancara seputar Alfian. Kurang lebih 1 jam lamanya penulis melakukan
wawancara dengan kepala sekolah. Setelah wawancara selesai penulis menyalin data-data
meliputi profil sekolah dan profil tenaga pengajar di sekolah TK Darma Wanita.
Selanjut saya hanya berkunjung untuk melaksanakan wawancar. Namun saya diberikan
kesempatan untuk ikut serta masuk ke dalam kelas guna mengamati secara langsung kegiatan
siswa, terutama Alfian di dalam kelas. Jadi pada hari kedua ini, penulis melakukan
pengamatan dari mulai kegiatan pembuka yaitu senam, kegiatan di dalam kelas, kegiatan saat
istirahat, dan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas setelah istirahat telah usai.
Kegiatan pembuka di sekolah TK Darma Wanita ini adalah senam pagi bersama seperti
yang penulis lihat pada observasi hari pertama. Kegiatan senam yang berlangsung masih
sama dengan kegiatan senam pada hari pertama observasi, dipimpin oleh salah satu guru
dengan didampingi 2 murid di depan. Setelah senam selesai, semua berbaris untuk
bersalaman dengan para guru. Kemudian semua murid-murid berhamburan menuju kelas
mereka masing-masing. Penulis ikut serta dengan ibu Dinda dan ibu Sisil masuk ke dalam
kelas di mana Alfian belajar, yaitu di kelas TK A. Murid-murid dikondisikan untuk duduk
rapi di tempat duduk mereka masing-masing untuk memulai berdo’a sebelum belajar
dibimbing oleh dua guru di kelas mereka. Seusainya berdo’a, ibu guru mulai serentak
mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama. Lagu-lagu yang dinyanyikan sebelum
kegiatan pembelajaran, ternyata memang lagu-lagu rutin yang dinyanyikan sebelum kegiatan
belajar formal dimulai.
Kegiatan pertama yang dilakukan di dalam kelas adalah tanya jawab seputar kegiatan
yang dilakukan anak-anak kemarin setelah pulang dari sekolah dan kegiatan sebelum
berangkat sekolah pagi itu. Lalu Ibu Dinda menggambar sebuah lilin di papan tulis. Spontan
anak-anak berteriak dengan berbagai macam celotehan mengetahui apa yang digambar oleh
sang guru. Sembari Ibu Dinda melayani berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan para
murid Ibu Sisil membagikan sebuah jarum sepatu, satu papan dari kain, dan kertas segi empat
yang masing-masing diberi gambar lilin pada setiap anak. Kegiatan selanjutnya adalah
“Mencocol Lilin”. Dengan hati-hati para murid mulai mencocol gambar llilin di kertas
dengan jarum sepatu yang telah disediakan. Dalam kegiatan ini guru terus berkeliling
mengawasi setiap murid-muridnya.
Setelah selesai mencocol lilinya masing-masing, anak-anak dibimbing untuk
menyobeknya perlahan (memisahkan lilin yang sudah dicocol dari kertasnya). Setelah itu
hasilnya dikumpulkan di meja Bu Dinda. Bu Sisilsudah menerima semua pekerjaan para
muridnya termasuk Alfian. Sembari Bu Sisil menempel tugas murid di buku tugas masing-
masing murid, Bu Dinda kembali mengkondisikan anak-anak untuk memperhatikan
penjelasan di papan tulis seputar benda ciptaan Allah dan benda ciptaan manusia. Di sana Bu
Dinda menggambarkan layang-layang, lampu neon, matahari, rumput, matahari. Anak-anak
dituntun untuk membedakan mana yang ciptaan Tuhan dan mana yang ciptaan manusia.
Setelah itu Bu Dinda meminta anak-anak untuk mengambil buku bergambar mereka
masing-masing di loker, dan membuka halaman 12. Di sana telah tersedia gambar-gambar
yang digambar di papan tulis oleh Bu Dinda tanpa warna. Anak-anak diperintahkan utnuk
membubuhi tanda centang pada benda ciptaan Tuhan dan tanda silang untuk benda ciptaan
manusia. Lalu mewarnai gambar yang ada dengan crayon ataupun pensil warna milik
masing-masing anak.
Semua kegiatan telah dilaksanakan dengan baik oleh para murid, kemudian bel berbunyi
tanda istirahat. Saat istirahat ini murid-murid hanya diperkenankan membeli jajanan atau kue
yang tersedia di dalam sekolah. Sebagian murid ada yang langsung berlalri berebut bermain
di halaman, entah ayunan, jungkat-jungkit dan yang lainnya. Ada pula yang segera menuju
kantin sekolah untuk membeli beberapa kue dan es. Waktu yang tersedia untuk istirahat
kurang lebih setengah jam sebelum murid-murid kembali ke dalam kelas.
Waktu telah menunjukkan bahwa istirahat usai, belpun berbunyi menandakan murid-
murid harus segera kembali ke kelas. Kegiatan yang dilakukan setelah istirahat ini adalah
guru bercerita dengan menggunakan boneka tangan yang setiap harinya digunakan untuk
menceritakan cerita yang berbeda. Murid-murid sangat antusias mendengar cerita Bu Dinda.
Tentu cerita yang dipaparkan di depan kelas selalu mengandung nilai pembelajaran untuk
anak. Setelah usai bercerita dan pengambilan kesimpulan suasana kelas kembali gaduh
karena guru dan murid mulai menyanyika lagu-lagu yang biasa dinyanyika sebelum pulang
sekolah. Lalu kemudian guru mengkondisikan kelas dalam posisi siap berdo’a. Kegiatan
observasi pun telah usai dengan myrid-murid bergiliran meninggalkan kelas. Dan kemudian
penulis meminta waktu oada guru kelas untuk diwawancarai seputar Alfain di dalam kelas.

a. Pengertian Tuna Grahita

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama :
lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah
bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan,
keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan
atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus
untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari
segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan
pendidikan khusus.

b. Klasifikasi Tuna Grahita


Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan anak
tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita
sangat diperlukan. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu
anak tungrahita dapat dikelompokkan.
1. Tunagrahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda
dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga
termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis
dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat
kelas IV SD Umum.
2. Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah
dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok
ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat
ke;las II SD Umum.
3. Tunagrahita Berat atau Idiot
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima
pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ
mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan
orang lain.

c. Karakteristik Tuna Grahita

1. Fisik :

Hampir sama dengan anak normal, Kematangan motorik lambat, Koordinasi gerak kurang,
Anak tunagrahita berat dapat kelihatan dari penampilan fisik yang tidak seimbang, misalnya
kepala terlalu kecil/besar.

2. Intelektual :

Sulit mempelajari hal-hal akademik, setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 –
70, setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50, setaraf anak normal usia 3 – 4
tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
3. Sosial dan Emosi :

Bergaul dengan anak yang lebih muda, Suka menyendiri, Mudah dipengaruhi, Kurang
dinamis, Kurang pertimbangan/kontrol diri, Kurang konsentrasi, Mudah dipengaruhi, Tidak
dapat memimpin dirinya maupun orang lain, Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan.

d. Faktor Penyebab Tuna Grahita

1. Prenatal (sebelum lahir)


Adalah proses sebelum dilahirkan (dalam kandungan) adalah sebagai berikut :
Adanya faktor genetika, Ibu waktu hamil perokok berat dan minuman keras, Ibu yang
mengalami depresi berat, Ibu mengalami kecelakaan waktu hamil (benturan), Ibu hamil yang
kekurangan gizi, Ibu hamil pemakai obat-obatan (naza), Campak, Diabetes, Cacar.

2. Natal (waktu lahir)


Adalah proses ibu melahirkan yang :
Sudah terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi, Tulang panggul ibu
yang terlalu kecil dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak
(anoxia), Sewaktu melahirkan menggunakan alat bantu (penjepit, tang), Melahirkan belum
waktunya (prematur), Ibu yang mempunyai penyakit kelamin.
3. Pos natal (sesudah lahir)
Adalah setelah ibu melahirkan :
Anak mengalami kecelakaan (jatuh mengenai bagian kepala), Anak mengalami gizi buruk,
busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, Radang selaput otak (meningitis)
dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).
BAB III

Kesimpulan

Mengetahui tentang apa itu anak berkebutuhan khusus dan juga jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus menjadi dasar untuk menciptakan layanan pendidikan bagi mereka anak
berkebutuhan khusus tersebut. Pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini
sekarang telah disediakan lembaga pendidikan inklusi selain SLB. Pada pendidikan inklusi
ini, anak berkebutuhan khusus juga dapat menikmati bagaimana rasanya bergabung dengan
para anak-anak yang normal.
Observasi tentang pendidikan inklusi yang dilakukan penulis membuahkan hasil berupa
pengetahuan tentang keadaan sesungguhnya di lapangan. Termasuk di dalamnya
permasalahan-permasalahan yang umumnya terjadi di lapangan serta cara-cara bagaimana
menyelesaikannya. Dan di sini penulis meneliti satu objek untuk penelitian dalam kegiatan
observasi yaitu Alfian. Seorang anak yang berumur 7 tahun namun masih duduk di bangku
TK A. Latar belakang keluarga yang mempengaruhi keadaan Alfian yang seperti ini. Lalu
melihat apa yang terjadi dengan Arif, penulis mencoba menyimpulkan bahwa Alfian ini
tergolong anak Tuna Grahita kelompok Debil atau ringan karena dilihat dari segi
perkembangannya. Penulis menyebutnya sebagai tuna grahita debil, karena Alfian mengalami
perekmbangan pesat dalam satu semester ini.

Saran

Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus bukan berarti tidak layak untuk
mendapatkan pendidikan, namun justru dengan adanya kebutuhan khusus tersebut melalui
pendidikanlah anak dapat mengembangkan bakat yang tersembunyi di dalam dirinya, bahkan
tertutup oleh kekurangan yang mereka miliki. Dan pendidik sangat berperan penting dalam
hal ini.
Demikian laporan tentang hasil observasi Pendidikan Inklusi di TK Darma Wanita.
Mohon maaf, apabila makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis butuhkan. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai