Anda di halaman 1dari 1

PERTEMPURAN 5 HARI DI SEMARANG

Pada 8 Maret pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Belanda
Jepang. Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah
dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Indonesian
kemudian memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Berita
proklamasi dari Jakarta akhirnya sampai ke Semarang. Para pemuda berusaha untuk
melucuti senjata tentara Jepang Kidobutai Jang bermarkas di Jatingaleh. Tanggal 14
Oktober Mayor Kido menolak penyerahan senjata sama sekali.

Pertempuran 5 hari di Semarang dipicu oleh sikap Jepang yang tidak mau
menyerahkan senjatanya kepada para pemuda. Selain itu para tawanan Jepang yang
melarikan diri juga menjadi membuat rakyat marah . Ditambah lagi dengan peristiwa
terbunuhnya dr.Kariadi yang merupakan Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit
Rakyat (RS Purasara)juga menjadi pemicu meletusnya pertempuran ini.

Beberapa tokoh yang terlibat dalam peristiwa ini adalah :

•dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (RS Putasara)
•dr. Soenarti istri dari dr. Kariadi Mr. Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah
•Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta, tokoh Indonesia yang ditangkap oleh jepang
bersama Mr. Wongsonegoro.
•Walukota Kido, pemimpin Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh
•Kasman Singodimedjo, Perwakilan perundingan gencatan senjata dari indonesia
•Jendral Nakamura, perwira tinggi yang ditangkap oleh TKR di Magelang

Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian


pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Untuk
memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangun Tugu Muda sebagai
monumen peringatan. Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950.
Diresmikan oleh presiden Ir. Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Selain pembangunan
Tugu Muda, Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di
Semarang

Kesimpulan pertempuran 5 hari di Semarang itu mempunyai nilai tersendiri,


khususnya bagi rakyat Jawa tengah. Pristiwa itu menunjukkan kedaulatan tekad rakyat
untuk mengambil ahli kekuasaan dari Jepang. Tindakan kekerasan harus diambil,
karena cara berunding dan diplomasi diabaikan oleh Jepang.

Anda mungkin juga menyukai