Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muhammad Alif Fahyunarta (13)

Muhammad Rafie Permajaya (17)

PERTEMPURAN LIMA HARI


SEMARANG
Pertempuran Lima Hari adalah serangkaian pertempuran antara
rakyat Indonesia melawan Tentara Jepang . Yang terjadi dari tanggal 15 -
19 Oktober 1945. Awal mula pertempuran ini karena tawanan Jepang
yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu. Setelah itu,
Jepang melakukan serangan mendadak kepada warga bahkan tersiar
kabar bahwa Jepang memberi racun pada cadangan air minum warga
Semarang. Untuk memastikan Dr. Kariadi melakukan uji laboratorium.
Namun Dr. Kariadi di tembak oleh Jepang, yang mengakibatkan para
warga Semarang marah dan terjadinya perang.untuk mengenang jasa
beliau di jadikan nama rumah sakit.

 KRONOLOGI

 Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan


tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial
Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia
diduduki oleh Jepang.

 Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada


sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di
Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9 Agustus
1945 Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian
memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

 Hal pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia


adalah ketika pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang
dari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan
bergabung dengan pasukan Kidō Butai dibawah pimpinan Jendral
Nakamura dan Mayor Kido. Pada saat itu pasukan Kidō Butai
berjumlah 2000 orang. Selain itu, pasukan ini terkenal karena
keberaniannya, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka
bergabung bersama pasukan Kidō Butai di Jatingaleh.

 Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945,


pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi
untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan
RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas
senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari
tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu.
Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap
melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan
anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber
air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di
Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan
dibawa ke markas Kidō Butai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar
tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat
pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, waktu
itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang.
Sebagai kepala RS Purusara (sekarang RSUP Dr. Kariadi) Dokter
Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada
telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang
memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara
segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang
menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat
memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat
berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di
beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda.
Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi
mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi
berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu
karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg.
Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan
menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi
dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara
pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi
ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar
pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi
sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat
diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.

 Pertempuran itu berhenti ketika Gubernur Jawa Tengah


Wongsonegoro dan pimpinan TKR berunding dengan komandan
tentara Jepang. Proses gencatan senjata dipercepat, ketika Brigadir
Jendral Bethel dan sekutu ikut berunding pada tanggal 20 Oktober
1945. Pasukan sekutu kemudian melucuti senjata dan menawan
para tentara Jepang.

 Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa


tokoh yang terlibat adalah sbb:

1. Dr. Kariadi, dokter yang akan mengecek cadangan air minum di
daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga
merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.

2. Mr. Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan


oleh Jepang.

3. Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta, tokoh Indonesia yang


ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.
4. Mayor Kido (Pemimpin Kidō Butai), pimpinan Batalion Kidō Butai
yang berpusat di Jatingaleh.

5. Drg. Soenarti, Istri dr. Kariadi

6. Kasman Singodimejo, Perwakilan perundingan gencatan senjata


dari Indonesia.

7. Jenderal Nakamura, perwira tinggi yang ditangkap oleh TKR di


Magelang

Anda mungkin juga menyukai