Disusun Oleh :
Kelompok :2
Ketua : Angga Saputraa
Anggota : Lukman Nulhakim
Irna Nuraeni
Kelas : XII IPS
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pertempuan 5
Hai Di Semarang”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah dan untuk
memberi pengetahuan tentang Sejarah pertempuran 5 Hari di Semarang bagi para
pembaca.
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami banyak berterima kasih kepada
semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Kami juga
berharap semoga Makalah bermanfaat dan menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan bagi para pembaca.
Cianjur, September 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokohnya
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah
dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki.
Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9 Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut,
Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
3. Kaburnya tawanan Jepang
Hal pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia adalah
ketika pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu,
dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidobutai
dibawah pimpinan Jendral Nakamura. Kidobutai terkenal sebagai pasukan yang
paling berani, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung
bersama pasukan Kidobutai di Jatingaleh.
4. Tewasnya Dr. Kariadi
Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul
6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan
memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan
milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut
aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu.
Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan
serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang
waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang
Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa
dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara
Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah.
Cadangan air di Candi, desa Wungkal, (Sekarang menjadi kawasan industri Candi
Semarang) waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang.
Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi) Dokter Kariadi
berniat memastikan kabar tersebut.
Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang
memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera
memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter
Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana
3
sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa
tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg.
Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat
genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran
desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang.
Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam
perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi
dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang
menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat
dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah,
keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat
diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.
4
Pihak Jepang
1. Mayor Kido
2. Mayor Yogi
3. Kapten Wada
4. Sersan Tanaka
5
tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan
tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu.
Pada bagian kaki tugu terdapat relief dengan lima buah sangga
pilar,yang kecuali dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam
relief,juga dimaksudkan sebagai lambang Pancasila. Pada tiap-tiap sangga
terdapat hiasan-hiasan yang berbeda satu dengan yang lain yaitu:
1. Relief Hongerodeem
Menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia pada zaman penjajahan
Belanda dan Jepang yang sangat tertindas dan banyak yang menderita
kelaparan,hingga hongerodeem atau penyakit busung lapar merajalela di kalangan
masyarakat.
2. Relief Pertempuran
Menggambarkan betapa besar gelora semangat serta keberanian para
pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan negara dan bangsanya.
3. Relief Penyerangan
Melambangkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak penjajahan
untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
4. Relief Korban
Menggambarakan bahwa dalam Pertempuran Lima Hari di
Semarang,banyak rakyat yang menjadi korban.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertempuran lima hari di semarang, adalah pertempuran rakyat melawan
pasukan – pasukan Jepang, yang hendak meniadakan arti proklamasi
kemerdekaaan Republik Indonesia. Terutama di Semarang, telh ditanamkan benih
– benih kebencian kepada Jepang sejak jepang mendarat ke Nusantara, dan
tentang propagandanya. Semarang, Rakyat Semarang tidak ingin kembali terjajah
oleh Jepang, karena Warga Semarang juga telah tersakiti akibat perlakuan jepang
yang menyakiti hati masyarakat Semarang Khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Penyebaran benih rasa tidak senang kepada jepang yang dilakukan secara
sadar, bersumber kepada tokoh – tokoh perjuangan, yang memang sejak zaman
Hindia Belanda dulu sudah mencita – citakan Indonesia Merdeka.
Oleh sebab itu, setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya maka
merekamenginginkan bangsa Indonesia benar – benar bersih dari para penjajah,
terutama di Semarang. Rakyat Indonesia mulai menyusun kekuatan untuk
menghadapi penolakan Jepang terhadap kemerdekaan Indonesia. Contohnya
dengan pergerakan anti Jepang yang muncul sejak Akhir 1942, namun pada saat
itu kesatuan dan persatuan belum dimiliki masyarakat, utamanya di tingkat
daerah, mereka lebih mengutamakan daerahnya sendiri.
3.2 Saran
Saya menyarankan kepada generasi muda agar dapat meneruskan
perjuangan dari pahlawan-pahlawan yang telah rela mngorbankan nyawanya demi
bangsa ini. Dan saya juga menyarankan agar generasi muda dapat mengenang
jasa-jasa pahlawan dan tidak melupakan begitu saja jasa-jasa pahlawan kita.
7
DAFTAR PUSTAKA
http//:wikipedia/sejarah pertempuran5haridisemarang.co.id
http://cahayasumbingindah.blogspot.com/2017/10/makalah-pertempuran-5-hari-
di-semarang.html
8
LAMPIRAN