Disusun Oleh:
Nama : Lila Andari
NIM : 22/506606/TK/55546
Prodi : Profesi Insinyur
Mata Kuliah : Kode Etik & Etika Profesi Insinyur
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI
Halaman | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Halaman | 2
Dengan ketepatan tersebut akan dapat dihindarkan kecelakaan dan kegagalan proses yang
tidak dikehendaki. Dan bila terjadi kegagalan, seorang ahli dapat menjadi saksi yang
benar dan jujur terhadap masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Halaman | 3
lokasi kebocoran tersebut. Hal tersebut dapat dipastikan bahwa pipa mengalami kebocoran besar
mengingat tekanan air dalam pipa hilang atau tidak ada tekanan.
Setelah ditelusuri sepanjang instalasi pipa tersebut ditemukan ada pipa yang mengalami
keretakan dan pecah. Segera dilakukan pengecekan kasus tersebut, dengan mengambil sampel
pipa tersebut dan dilakukan penyelidikan. Karena kasus tersebut sangat langka terjadi. Karena
yang mengalami pecah adalah bagian pipa, bukan bagian sambungannya. Bila terjadi kegagalan
pada sambungan maka hal itu tidak merupakan masalah yang urgent, karena pasti ada kesalahan
pemasangan saja.
Penyelidikan dilakukan oleh berbagai pihak yang berkompeten, yaitu pihat Engineer Owner,
Pengawas Lapangan (MK), Kontraktor dan Konsultan Perencana.
Langkah langkah yg dilakukan adalah :
a. Pengumpulan data data pipa (katalog dari pabrik)
b. Pengecekan daftar spesifikasi teknis pipa
c. Pengecekan dokumen approval material
d. Pengecekan dokumen Site Instruction.
Sebagai seorang ahli, konsultan perencana menyampaikan tentang Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) atau dokumen spesifikasi teknis yang sudah dibuat. Dalam dokumen tersebut disebutkan
tentang syarat dan kriteria material pipa yang bisa dan boleh dipasang pada proyek tersebut
dengan menguraikan semua data data teknis pipa sesuai aturan yang berlaku di Standard
Nasional Indonesia (SNI), antara lain : :
SNI 8153-2015 : Sistem plambing pada bangunan gedung.
SNI 03-2453-2002 : Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk
lahan perkarangan 2002.
SNI 03-2459-1991 : Sumur resapan air hujan untuk lahan perkarangan,
spesifikasi teknis.
SNI 03-6373-2000 : Tata cara pemilihan dan pemasangan ven pada sistem
plambing .
SNI 03-6422-2000 : Spesifikasi konstruksi sumur bor produksi air tanah untuk
kapasitas 150 LPM sampai dengan 300 LPM.
SNI 06-0162-1987 : Pipa PVC untuk saluran buangan di dalam dan di luar
bangunan.
Halaman | 4
Selain dokumen RKS juga dibuat daftar produk dan merk yang diperbolehkan dalam
proyek tersebut. Penyusunan daftar produk dilakukan dengan mempertimbangkan data teknis
dari pabrik pemegang merk tersebut, setelah sebelumnya konsultan menyaksikan pengetesan
yang dilakukan di pabrik pembuat dan mengetahui bagaimana produk tersebut dibuat di pabrik.
Sehingga sebagai konsultan perencana dalam menyusun daftar produk sudah sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan,
Setelah dicermati semua dokumen yang berkaitan, didapat temuan tentang kasus
pecahnya pipa tersebut. Dari kecocokan produk dan jenis pipa yang dipasang semua kriteria
sudah sesuai. Sehingga harus dilakukan pengecekan ke pabrik pembuat. Tenaga ahli dari pabrik
pembuat dipanggil dan diminta keterangannya tentang kasus tersebut. Dari pabrik pembuat
meminta dokumen pembelian (purchase order) dari kontraktor pelaksana. Dari dokumen
tersebut disebutkan dari mana kontraktor memperoleh barang tersebut, dari data data Delivery
Order (DO) yang dibuat. Disitu terdapat beberapa pipa yang dimabil dari pembuatan pabrik
pada batch tertentu. Dimana batch tersebut juga ada kasus lain yang dilaporkan tentang
kegagalan pembuatan. Dengan demikian dari pihak pabrik, mengakui adanya kegagalan
pembuatan tersebut dan bertanggung jawab atas kerugian dan berkomitmen mengganti semua
produk pipa yang dibuat pada batch yang sama dan yang sudah dipasang tersebut. Dan kasus
tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kasus kedua tentang kebocoran katup (valve) instalasi pipa oli thermal di pabrik.
Pada saat pengetesan, sesuai kesepakatan bersama, yang dilakukan adalah hanya dengan
pengetesan kebocoan saja, yaitu dengan melakukan tes tekan selama 24 jam dengan tekanan 2x
tekanan kerja. Yaitu sebesar 24 kg/cm2. Pengetesan dapat dilakukan dengan baik dan lancar
selama 24 jam. Sehingga disepakati bahwa instalasi sudah siap untuk dialirkan thermal oil. Pada
awal mesin yang menggunakan pemanas thermal oil tersebut dapat berjalan dengan baik. Dan
mesin dapat memproduksi produk dengan lancar.
Namun beberapa hari kemudian, terdapat temuan bahwa ada katup/valve yang bocor dan thermal
oil yang bersuhu 750oC , merembes melalui katup tersebut. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan
dalam waktu yang lama. Sehingga dilakukan penghentian produksi mesin tersebut setelah batch
saat itu selesai. Setelah beberapa lama dan oli thermal suhunya sudah turun, dan memungkinkan
untuk dilepas ktup tersebut dari instalasi pipanya, maka dilakukan pencopotan katup tersebut
untuk diselidiki mengapa katup tersebut bocor.
Halaman | 5
Setelah dilakukan pengecekan semua dokumen terkait, dan konsultan perencana sudah
menyampaikan standard perencanaan yang dibuta, dan semua sudah sesuai persyaratan, maka
dilakukan pengecekan terhadap katup tersebut. Pada saat pengecekan dilakukan, perencana
menemukan bahwa katup tersebut tudak sesuai spesifikasi yang ditentukan. Dimana katup
tersebut tidak diperuntukkan untuk oli thermal dengan suhu 750 oC. Tetapi hanya pada suhun
500oC. Setelah dilakukan pengecekan ke semua katup yang dipasang, yang tdaik sesuai dengan
spesifikasi hanya 1 katup tersebut. Sebagai kontraktor pelaksana yang mengadakan katup
tersebut, mengakui kalo memang hanya 1 katup tersebut yang tidak sesuai mengingat saat
pengadaan, ada kekurangan jumlah. Sehingga tetap mengadakan katup tersebut. Kontraktor tidak
mengajukan pertanyaan saat tidak adanya barang yang diperlukan, dengan membuat Request For
Information kepada MK atau perencana. Sehingga tidak diketahui ada permasalahan pada prises
pengadaan material.
Sebagai kontraktor pelaksana bertanggung jawab atas kebocoran tersebut dan kerugian produksi
akibat berhentinya mesin produksi.
Halaman | 6
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Sebagai seorang ahli, terutama di bidang perencanaan harus dapat merencanakan dan
menguraikan kebutuhan teknis proyek dengan baik, dan sesuai standard standard yang berlaku.
Antara lain : Standard Nasional Indonesia, Peraturan Pemerintah, dan Term of Reference dari
pemilik proyek yang sudah disampaikan pada saat awal proyek dimulai. Sehingga apa yang
sudah direncanakan dapat dipertanggungjawabkan dengan benar sesuai dengan keahlian yang
melekat pada profesi perencana.
III.2. Saran
Seorang ahli harus dapat melakukan pengembangan kemampuan keahlian juga
diperlukan terutana sebagai seorang perencana agar perencana semakin profesional seuai bidang
kehalian, dengan cara antar lain, seminar seminar tentang teknologi yang sedang berkembang,
update peraturan dan standard yang berlaku di Indonesia.
Kode etik profesi harus selalu dijunjung pada setiap pekerjaan, agar bila ke depan ada
suatu permasalahan yang terjadi, seorang ahli dapat menunjukkan kebenaran tentang apa yang
sudah dilakukan .
Halaman | 7