Anda di halaman 1dari 8

PENGALAMAN AHLI

TERKAIT KODE ETIK DAN ETIKA PROFESI

Disusun Oleh:
Nama : Lila Andari
NIM : 22/506606/TK/55546
Prodi : Profesi Insinyur
Mata Kuliah : Kode Etik & Etika Profesi Insinyur

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 1


BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 2
I.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 2
I.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………… 2
I.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………... 3
BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 6

Halaman | 1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


UU No 11/2014 tentang keinsinyuran dan perumusan kode etik dalam kode etik Insinyur
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) sebagai latar belakang penulisan tentang pengalaman
ahli yang terkait dengan Kode Etik dan etika Profesi, yang sering atau kadang terjadi
dalam suatu proyek pembangunan gedung. Sebagai seorang ahli dihadapkan pada
permasalahan yang terjadi di lapangan dan harus menjadi saksi ahli dalam kasus tertentu,
atau sebagai penanggung jawab, misalnya kecelakaan atau kegagalan dalam proses
konstruksi tersebut
I.2. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan kami bahas tentang Kode Etik dan etika profesi yang berkaitan
dengan pengalaman ahli. Sebagai seorang ahli di bidang Engineering pada bidang
perencanaan konstruksi terutama bida Mekanikal Elektrikal harus dapat mempertangung
jawabkan perencaan atau desain yang dibuat pada proses pembangunan sebuah gedung.
Dalam hal ini terkhusus pada bidang ilmu keahlian Mekanikal dan elektrikal bangunan
baru.
Permasalahan yang sering / kadang timbul adalah adanya permasalahan di lapangan yang
harus dipertanggungjawabkan oleh kontraktor pelaksana yang mengerjakan proyek
tersebut, dan terjadi kegagalan pada satu atau beberapa bagian dari konstruksi. Misalnya
adanya kecelakaan kerja pada salah satu pekerja karena tersengat listrik, atau kegagalan
instalasi pemipaan yang menyebabkan kerugian besar proyek tersebut, terkait kebocoran
pipa air dan beberapa masalah lain.
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan ini adalah agar dapat dimengerti oleh para pelaku kerja terutama
seorang ahli yang dipercaya dalam suatu proyek, sehingga seorang ahli mempunyai dasar
yang tepat dalam proses desain dan penentuan spesifikasi teknis material yang dipilih.

Halaman | 2
Dengan ketepatan tersebut akan dapat dihindarkan kecelakaan dan kegagalan proses yang
tidak dikehendaki. Dan bila terjadi kegagalan, seorang ahli dapat menjadi saksi yang
benar dan jujur terhadap masalah tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

. Berdasatkan UU no 11 tahun 2014 Tentang Keinsinyuran, dan diterjemahkan dalam


Kode Etik Insinyur PII, maka Kode Etik dan etika Profesi harus selalu dipegang oleh seorang
insinyur dimanapun berada. Terutama pada pelaksanaan pekerjaan yang menyangkut profesi nya
sebagai seorang ahli perencaan dan pengawasan.
Pembahasan kali ini adalah terkait pengalam seorang ahli pada suatu kejadia etik di
proses konstruksi bangunan, yang melibatkan beberapa disiplin ilmu yang menangani proyek
tersebut. Sering terjadi suatu peristiwa yang tidak dikehendaki terutama masalaha kegagalan.
Kegagalan tersebut dapat berupa, kegagalan produk atau material yang dipasang, kegagalan
instalasi, dan kegagalan pengawasan, yang mengakibatkan kerugian pada proyek tersebut.
Terlebih lagi bila terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kegagalan diatas.
Pada suatu proyek XXX di daerah Selatan Jakarta, dibangun sebuah bangunan baru
Mixed Use (Mall, Apartemen dan Hotel), terjadi suatu kegagalan yang terkait dengan bidang
Mekanikal, Elektrikal dan Plambing. Pada pembahasan kali ini akan dibahas proses pengalaman
ahli dalam bidang konstruksi. Yaitu :
1. Testing dan Commisioning instalasi pipa air bersih untuk apartemen
2. Terjadi kebocoran pada valve instalasi pipa oli thermal di pabrik
Pada kasus pertama, saat proses testing pipa air bersih, dengan mengisi pipa dengan air dan
diberi tekanan menggunakan pompa. Menurut spesifikasi pipa tersebut dapat ditest tekanan
sebesar 20 kg/cm2 selama 24 jam. Test tekan dapat dilaksanakan dengan lancar sampai tekanan
mencapai 20kg/cm2. Prosedur pengetesan tersebut dengan mengecek tekanan setiap 2 jam sekali
untuk mengetahui apakah tekanan dalam pipa tersebut masih stabil atau terjadi penurunan.
Namun saat waktu pengecekan pada 12 jam berikut, terjadi penurunan tekanan pada pipa yang
drastis. Hingga tidak ada tekanan lagi atau tekanan sebesar 0 kg/cm 2. Segera dilakukan
pengecekan pada instalasi pipa tersebut, sepanjang instalasi tersebut untuk mengetahui dimana

Halaman | 3
lokasi kebocoran tersebut. Hal tersebut dapat dipastikan bahwa pipa mengalami kebocoran besar
mengingat tekanan air dalam pipa hilang atau tidak ada tekanan.
Setelah ditelusuri sepanjang instalasi pipa tersebut ditemukan ada pipa yang mengalami
keretakan dan pecah. Segera dilakukan pengecekan kasus tersebut, dengan mengambil sampel
pipa tersebut dan dilakukan penyelidikan. Karena kasus tersebut sangat langka terjadi. Karena
yang mengalami pecah adalah bagian pipa, bukan bagian sambungannya. Bila terjadi kegagalan
pada sambungan maka hal itu tidak merupakan masalah yang urgent, karena pasti ada kesalahan
pemasangan saja.
Penyelidikan dilakukan oleh berbagai pihak yang berkompeten, yaitu pihat Engineer Owner,
Pengawas Lapangan (MK), Kontraktor dan Konsultan Perencana.
Langkah langkah yg dilakukan adalah :
a. Pengumpulan data data pipa (katalog dari pabrik)
b. Pengecekan daftar spesifikasi teknis pipa
c. Pengecekan dokumen approval material
d. Pengecekan dokumen Site Instruction.
Sebagai seorang ahli, konsultan perencana menyampaikan tentang Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) atau dokumen spesifikasi teknis yang sudah dibuat. Dalam dokumen tersebut disebutkan
tentang syarat dan kriteria material pipa yang bisa dan boleh dipasang pada proyek tersebut
dengan menguraikan semua data data teknis pipa sesuai aturan yang berlaku di Standard
Nasional Indonesia (SNI), antara lain : :
SNI 8153-2015 : Sistem plambing pada bangunan gedung.
SNI 03-2453-2002 : Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk
lahan perkarangan 2002.
SNI 03-2459-1991 : Sumur resapan air hujan untuk lahan perkarangan,
spesifikasi teknis.
SNI 03-6373-2000 : Tata cara pemilihan dan pemasangan ven pada sistem
plambing .
SNI 03-6422-2000 : Spesifikasi konstruksi sumur bor produksi air tanah untuk
kapasitas 150 LPM sampai dengan 300 LPM.
SNI 06-0162-1987 : Pipa PVC untuk saluran buangan di dalam dan di luar
bangunan.

Halaman | 4
Selain dokumen RKS juga dibuat daftar produk dan merk yang diperbolehkan dalam
proyek tersebut. Penyusunan daftar produk dilakukan dengan mempertimbangkan data teknis
dari pabrik pemegang merk tersebut, setelah sebelumnya konsultan menyaksikan pengetesan
yang dilakukan di pabrik pembuat dan mengetahui bagaimana produk tersebut dibuat di pabrik.
Sehingga sebagai konsultan perencana dalam menyusun daftar produk sudah sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan,
Setelah dicermati semua dokumen yang berkaitan, didapat temuan tentang kasus
pecahnya pipa tersebut. Dari kecocokan produk dan jenis pipa yang dipasang semua kriteria
sudah sesuai. Sehingga harus dilakukan pengecekan ke pabrik pembuat. Tenaga ahli dari pabrik
pembuat dipanggil dan diminta keterangannya tentang kasus tersebut. Dari pabrik pembuat
meminta dokumen pembelian (purchase order) dari kontraktor pelaksana. Dari dokumen
tersebut disebutkan dari mana kontraktor memperoleh barang tersebut, dari data data Delivery
Order (DO) yang dibuat. Disitu terdapat beberapa pipa yang dimabil dari pembuatan pabrik
pada batch tertentu. Dimana batch tersebut juga ada kasus lain yang dilaporkan tentang
kegagalan pembuatan. Dengan demikian dari pihak pabrik, mengakui adanya kegagalan
pembuatan tersebut dan bertanggung jawab atas kerugian dan berkomitmen mengganti semua
produk pipa yang dibuat pada batch yang sama dan yang sudah dipasang tersebut. Dan kasus
tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kasus kedua tentang kebocoran katup (valve) instalasi pipa oli thermal di pabrik.
Pada saat pengetesan, sesuai kesepakatan bersama, yang dilakukan adalah hanya dengan
pengetesan kebocoan saja, yaitu dengan melakukan tes tekan selama 24 jam dengan tekanan 2x
tekanan kerja. Yaitu sebesar 24 kg/cm2. Pengetesan dapat dilakukan dengan baik dan lancar
selama 24 jam. Sehingga disepakati bahwa instalasi sudah siap untuk dialirkan thermal oil. Pada
awal mesin yang menggunakan pemanas thermal oil tersebut dapat berjalan dengan baik. Dan
mesin dapat memproduksi produk dengan lancar.
Namun beberapa hari kemudian, terdapat temuan bahwa ada katup/valve yang bocor dan thermal
oil yang bersuhu 750oC , merembes melalui katup tersebut. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan
dalam waktu yang lama. Sehingga dilakukan penghentian produksi mesin tersebut setelah batch
saat itu selesai. Setelah beberapa lama dan oli thermal suhunya sudah turun, dan memungkinkan
untuk dilepas ktup tersebut dari instalasi pipanya, maka dilakukan pencopotan katup tersebut
untuk diselidiki mengapa katup tersebut bocor.

Halaman | 5
Setelah dilakukan pengecekan semua dokumen terkait, dan konsultan perencana sudah
menyampaikan standard perencanaan yang dibuta, dan semua sudah sesuai persyaratan, maka
dilakukan pengecekan terhadap katup tersebut. Pada saat pengecekan dilakukan, perencana
menemukan bahwa katup tersebut tudak sesuai spesifikasi yang ditentukan. Dimana katup
tersebut tidak diperuntukkan untuk oli thermal dengan suhu 750 oC. Tetapi hanya pada suhun
500oC. Setelah dilakukan pengecekan ke semua katup yang dipasang, yang tdaik sesuai dengan
spesifikasi hanya 1 katup tersebut. Sebagai kontraktor pelaksana yang mengadakan katup
tersebut, mengakui kalo memang hanya 1 katup tersebut yang tidak sesuai mengingat saat
pengadaan, ada kekurangan jumlah. Sehingga tetap mengadakan katup tersebut. Kontraktor tidak
mengajukan pertanyaan saat tidak adanya barang yang diperlukan, dengan membuat Request For
Information kepada MK atau perencana. Sehingga tidak diketahui ada permasalahan pada prises
pengadaan material.
Sebagai kontraktor pelaksana bertanggung jawab atas kebocoran tersebut dan kerugian produksi
akibat berhentinya mesin produksi.

Halaman | 6
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Sebagai seorang ahli, terutama di bidang perencanaan harus dapat merencanakan dan
menguraikan kebutuhan teknis proyek dengan baik, dan sesuai standard standard yang berlaku.
Antara lain : Standard Nasional Indonesia, Peraturan Pemerintah, dan Term of Reference dari
pemilik proyek yang sudah disampaikan pada saat awal proyek dimulai. Sehingga apa yang
sudah direncanakan dapat dipertanggungjawabkan dengan benar sesuai dengan keahlian yang
melekat pada profesi perencana.

III.2. Saran
Seorang ahli harus dapat melakukan pengembangan kemampuan keahlian juga
diperlukan terutana sebagai seorang perencana agar perencana semakin profesional seuai bidang
kehalian, dengan cara antar lain, seminar seminar tentang teknologi yang sedang berkembang,
update peraturan dan standard yang berlaku di Indonesia.
Kode etik profesi harus selalu dijunjung pada setiap pekerjaan, agar bila ke depan ada
suatu permasalahan yang terjadi, seorang ahli dapat menunjukkan kebenaran tentang apa yang
sudah dilakukan .

Halaman | 7

Anda mungkin juga menyukai