EMERGENCY
ANESTHESIAPembimbing:
dr. Sylvia Sukma Dewi, Sp.An
PENDAHULUAN
bab I
LATAR BELAKANG
TINJAUAN
PUSTAKA
BAB II
DEFINISI
Kasus darurat merupakan hal yang harus segera ditangani.
Kardiovaskular merupakan masalah umum yang sering
terjadi, karena sering mengalami hipovolemia, dehidrasi, syok,
dan aritmia.
PERSIAPAN SEBELUM OPERASI
Hal yang perlu ditangani sebelum operasi :
a. Syok
Pasien darurat dalam keadaan syok harus dirawat sebelum anestesi. Kristaloid dan
koloid diberikan untuk mengembalikan volume vaskular. Jika ada infeksi atau ada
kecurigaan infeksi, antibiotik harus diberikan dan Pemberian oksigen harus dilakukan.
b. Pneumotoraks
Lakukan thoracocentesis sekali atau dua kali. Jika tanda-tanda gangguan pernapasan
tetap ada, selang dada harus dipasang sebelum anestesi.
c. Hemotoraks
Jika hemotoraks menyebabkan gangguan pernapasan, torakosentesis harus
dilakukan dan darah diaspirasi dari rongga pleura.
PERSIAPAN SEBELUM OPERASI
Trauma kepala
Tujuan terapi adalah mempertahankan perfusi serebral. Hal ini dapat
dicapai dengan mengoptimalkan tekanan arteri (terapi cairan) dan
mengurangi tekanan intrakranial. Untuk terapi cairan, larutan kristaloid
isotonik seperti Ringer Laktat, NaCl 0,9%, atau Normosol biasanya cocok.
Manitol (20%) dan salin hipertonik 7,5% diindikasikan pada pasien dengan
tanda-tanda neurologis yang memburuk. Koloid dapat digunakan untuk
mengurangi edema serebral dan meningkatkan perfusi serebral.
Penggunaan kortikosteroid (methyprednisolone sodium succinate dan
dexamethasone sodium phosphate) masih kontroversial. Oksigen tambahan
harus disediakan.
PERSIAPAN SEBELUM OPERASI
Hiperkalemia, asidosis, dehidrasi, dan uremia
Hiperkalemia meningkatkan risiko anestesi. Hiperkalemia dan dehidrasi harus
dikoreksi sebelum anestesi.
Shock
Pasien darurat dalam keadaan syok harus dirawat sebelum anestesi. Kristaloid dan
koloid diberikan untuk mengembalikan volume vaskular. Jika ada infeksi atau ada
kecurigaan infeksi, antibiotik harus diberikan. Pemberian oksigen harus dilakukan
secara rutin.
PREMEDIKASI
Tiga alasan utama untuk premedikasi pada pasien gawat
darurat adalah:
untuk melanjutkan pemberian analgesia, meminimalkan
kecemasan dan stres, dan untuk mengurangi dosis yang
diperlukan untuk menginduksi anestesi.
OPOID
Opioid memiliki sifat analgesik dan sedatif. Pasien dengan nyeri hebat
membutuhkan agonis penuh seperti morfin, hidromorfon, dan metadon.
Pada pasien anak-anak (<4 minggu) dan geriatri, dosis opioid yang lebih
rendah harus digunakan terlebih dahulu. Pasien dengan trauma kepala
harus diberikan opioid dosis rendah untuk mencegah hipoventilasi berat.
Kadar karbon dioksida yang tinggi akan meningkatkan tekanan
intrakranial yang merugikan perfusi serebral.
Hidromorfon, metadon, dan fentanil dapat diberikan secara intravena
tanpa bahaya pelepasan histamin. Morfin dan meperidin akan
menyebabkan pelepasan histamin jika diberikan secara IV, terutama
dengan kecepatan tinggi.
SEDATIVE
Sebagian besar pasien darurat mengalami depresi saat akan
operasi. acepromazine, diazepam atau midazolam dapat diberikan
sebagai bagian dari premedikasi. Diazepam atau midazolam
sebaiknya diberikan pada pasien yang lebih rentan. Jika pasien
agresif dan sangat sulit ditangani, maka obat yang cocok diberikan
adalah dexmedetomidine dengan dosis rendah.
ANTIKOLINERGIK
Atropin atau glikopirrolat dapat diberikan jika pasien mengalami
bradikardia sinus saat muncu. Pasien yang kedinginan harus
dihangatkan sebelum anestesi. Penggunaan antikolinergik
dikontraindikasikan pada kasus kontusio miokard. Jika diperlukan,
atropin dapat diberikan 0,02-0,04 mg/kg IM atau IV. Dosis
glikopirrolat adalah 0,005-0,01 mg/kg IM atau IV. Gunakan
kisaran dosis yang lebih rendah untuk pemberian IV.
PROPOFOL
ETOMIDATE
Cairan
Larutan kristaloid yang tersedia pada volume dan ekspansi
adalah larutan Ringer laktat, Normosol, Plasmalyte, dan saline
0,9%. Dalam kasus perdarahan intraoperatif akut, saline
hipertonik 4 ml/kg IV selama 5 menit dapat diberikan segera
dan kemudian diikuti dengan larutan kristaloid isotonik.
Pemulihan
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dalam anestesi, keadaan darurat ditandai dengan memburuknya
kondisi klinis pasien secara cepat, yang harus diimbangi dengan
intervensi terapeutik yang sama cepatnya. Sebagian besar pasien
darurat mengalami depresi saat presentasi. Setiap obat yang
diberikan selama anestesi umum untuk memberikan analgesia dan
mengurangi kebutuhan inhalasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Martin et al. 2021. Emergencies in anaesthesia. Eur J Anaesthesiol. Vol. 28 HAL: 902-903.
2. Lusito et al. 2011. Emergency anesthesia: What should we do? (Proceedings). HAL : 120-127
3. Joshua., M. 2013. A Checklist for Trauma and Emergency Anesthesia. anesthesia-analgesia.org.
Vol. 117. HAL : 1179-1184
4. Rotondo MF, Zonies DH. The damage control sequence and underlying logic. Surg Clin North Am
1997;77:761–77
5. Barthel ER, Pierce JR. Steady-state and time-dependent thermo- dynamic modeling of the
effect of intravenous infusion of warm and cold fluids. J Trauma Acute Care Surg 2012;72:1590–
600
6. Gray et al. 2013. The principles and conduct of anaesthesia for emergency surgery.
Anaesthesia a 2012 The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. Vol. 68. HAL :
14-29.
Thank You