Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MEMBUAT NOVEL

“A-TEEN”

GURU PEMBIMBING
Hj. Ida Suhada, S.Pd

DISUSUN OLEH
Zahra Ghita Kallista Manurung
XII MIPA III

SMA NEGERI 2 LAHAT


Jl. Jaksa Agung R. Suprapto Kab. Lahat Sumatera Selatan
2022/2023
Unsur Intrinsik :
1. Tema
Novel ini memakai tema persahabatan.
2. Tokoh
Tokoh yang ada di dalam novel :
1. Do Hana
2. Kim Hana
3. Yeo Boram
4. Ha Min
5. Cha Gi Hyun
6. Nam Shi Woo
3. Alur
Novel ini menggunakan alur maju.
4. Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
5. Amanat
Amanat/ pesan dari novel ini adalah rubahlah diri sendiri menjadi lebih baik untuk diri
sendiri, bukan karena orang lain dan jangan playing victim terhadap seseorang.
Prolog
Do Hana atau Kim Hana? Serupa tapi tak sama. Entah Kim Hana yang meniru Do
Hana, atau justru Do Hana yang meniru Kim Hana. Siapa sih yang punya nama Hana yang
sebenarnya? Siapa Hana yang asli? Yang asli ada badaknya. Ga dehh canda... Penasaran?
Baca sampai habis yaa~
A-TEEN

Kisah berawal dari kenaikan kelas 11 semester 1. Cuaca yang cerah, burung berkicau,
serta suara-suara remaja SMA yang sangat bersemangat untuk memulai semester baru.
Kim Hana dan Do Hana berjalan berdua sambil mengobrol asyik.
“Hana!” panggil seseorang dengan berteriak.
Mereka berdua menoleh seraya tersenyum dan tertawa, karena mengenal orang yang
memanggilnya.
“Hai!” Bo Ram melambaikan tangan dan langsung berlari ke arah mereka berdua dan
merangkulnya.
“IH SAKIT TAU!!!” Do Hana dan Kim Hana mengernyit.
“Hehehe, maapp yaaa.. eh ngomong-ngomong kelas kita nanti dimana yaaa?” Boram
bertanya sambil melepaskan rangkulannya.
“Emm gatauu nih, kita liat denahnya di papan pengumuman itu yokk, gue ga sabar lagi
nih liat kelas kita” balas Do Hana dengan semangat yang membara.
Mereka bertiga pun berjalan menuju papan pengumuman yang dipenuhi oleh kumpulan
para remaja. Mereka lihat di papan pengumuman tersebut dan mendapati bahwa mereka akan
berada di kelas 11-B yang berada di lantai 2. Tanpa menunggu lama, mereka langsung pergi
menuju ke kelas dengan bersemangat.
Sesampainya di kelas, mereka melihat Shi Woo, Ha Min dan Gi Hyun sedang
mengobrol bertiga. Hana dan Boram kaget dan tidak menyangka akan sekelas lagi. Mereka
berdua juga kaget melihat 2 Hana dan 1 Boram yang tiba-tiba masuk ke kelas mereka.
“Eh lu bertiga ngapain disini?” Boram sambil bertanya-tanya.
“Mau berak! Ya mau belajarlah, ini kelas kamii ye.” Gi Hyun geram.
“Busett sekelas lagi nihh kitaa, bagus dehh kalo gituuu. BTW gue duduk ama lu ye
Hyun. Lo kan duduk sendirian tuh, biar si 2 kembar tak seiras itu duduk sebangku.”
“Yaudah serah lu dah bohlam lampu. Ehh2 liat tuhh ada pak guru!!!”
Seluruh murid-murid langsung duduk di bangkunya masing-masing. Seperti biasa,
pada hari pertama belum dimulai proses belajar-mengajar dan hanya diberi nasihat-nasihat
tentang bagaimana perjalanan yang akan dilalui di kelas 11 ini, serta melakukan kebersihan.
Murid-murid bekerja dengan giat untuk membersihkan kelas mereka yang baru demi
kenyamanan mereka sendiri, dan mereka juga didampingi oleh wali kelas masing-masing
untuk mengawasi mereka. Setelah selesai, mereka akan dipulangkan ke rumah masing-
masing, pembelajaran akan dimulai pada hari berikutnya.
Untuk merayakan tahun ajaran baru, Kim Hana mengajak teman-temannya untuk
makan bersama. Saat menuju keluar sekolah Kim Hana berkata
“Guyss, ayo kita makan bareng di kafe! Dalam rangka ngerayain tahun ajaran baru
eheheh dan juga kita dah lama lo ga makan bareng semenjak libur semester kemarin.”
“YOKSS, eh btw kita mau makan dimana?” Do Hana excited.
“Di kafe tempat langganan kita aja yoks, dah kangen juga gue makan di tempat ituu.”
“OKE!!!”
Mereka berjalan menuju ke kafe tersebut karena tempatnya begitu dekat dengan
sekolah. Sesampainya di sana mereka langsung memesan makanan yang mereka inginkan,
serta duduk di bangku tempat biasa mereka duduki. Yaitu, di dekat jendela yang mempunyai
view yang cantik nan indah dan mejanya yang panjang dan muat untuk mereka berenam.
Seraya menunggu makanan mereka dihidangkan Shi Woo berkata
“Eh kan besok udah mulai proses belajar-mengajar nihh, jadi besok kita udah mulai les
dong?”
“Iya. Hadehh... mulai padat lagi nih jadwal kita, padahal baru kemarin nyantai-nyantai
ga mikirin pelajaran sama sekaliii.” Do Hana menghela nafas.
“Yaa penderitaan telah dimulai kembali ya ges ya, semangat remaja jompo! ”
Dan mereka lanjut bercerita mengenai libur sekolah mereka, apa yang mereka lakukan
selama libur, dll. Tak lama kemudian makanan yang mereka pesan pun sampai. Tanpa
menunggu lama mereka langsung menyantap makanan mereka dengan lahap, dengan rasa
rindu yang menggebu-gebu.
“GILA! Ini dia yang namanya surga dunia, enak beutt. Ga salah kita nemuin harta
karun ini, udah deket sekolah, mana enak pula makanan disini” Gi Hyun merasa terharu,
sambil pura-pura mengusap air mata.
“Woiya dongg, gue yang nemuin harta karun ini & gue rekomendasiin ke kalian.”
Boram merasa bangga.
Setelah sibuk makan sambil ngobrol-ngobrol asyik, makanan yang mereka santap pun
habis. Mereka segera membayarnya, dan langsung pulang ke rumah masing-masing.
***

Keesokan harinya di kelas pada jam istirahat, mereka seperti biasa berkumpul sambil
berbincang-bincang.
“Eh ke kantin yok beli jajanan, terus kita ke taman!” Boram mengangkat alisnya.
“Yaudah ayokk, sekalian kita jelong-jelong liat keadaan sekolah setelah ditinggalin
berhari-hari, siapa tau ada yang berubah.” Do Hana senyum tipis.
Saat mereka sampai di kantin, Shi Woo melihat dompet dan lipstik yang sedang
dipegang oleh Do Ha. Dia bertanya dengan heran, kenapa Kim Ha membeli dompet dan
lipstik yang sama seperti Do Ha? Do Ha terkejut mendengarnya, tetapi juga senang, karena
semua orang berpikir dia yang meniru Kim Ha.
Dan salah seorang murid pindahan keluar dari kantin, Park Yeji. Park Yeji terkejut
melihat Do Ha, karena Yeji merupakan teman SMP Do Ha. Begitu juga dengan Kim Ha.
Wajahnya menjadi masam saat melihat Yeji. Kim Do Ha langsung memperkenalkan Yeji
kepada yang lain. Kim Ha dan Yeji saling bertatap muka.
“Kau Jo Yeon kan?” tanya Yeji mengenali Kim Ha sebagai Jo Yeon.
“Bukan” bantah Kim Ha
Yeji mengenali Kim Ha sebagai Jo Yeon. Dan dia memuji Kim Ha menjadi sangat
cantik. Kim Ha terus menerus bersikap tidak mengenali Yeji, hingga membuat dia kesal.
Boram membela Kim Ha. Dia menegaskan mungkin Yeji salah orang. Yeji tetap pada
pendiriannya, dia bahkan mencoba mengingatkan Do Ha, kalau dulu di tempat les mereka
ada anak yang duduk di sebelahnya, yang selalu ia contek PR-nya. Akan tetapi, Do Ha tidak
ingat.
Boram kesal Yeji selalu menyebut Kim Ha sebagai Jo Yeon. Mereka pun berdebat
sengit. Bo Ram meminta Kim Ha untuk membantah perkataan Yeji, dan katakan kalau dia
adalah Kim Ha bukan Jo Yeon. Kim Ha terlihat tidak tahan dan menepis tangan Bo Ram
dengan kasar. Semua langsung terdiam. Yeji bersikap kelewatan dengan menuduh Kim Ha
operasi plastik hingga menjadi cantik. Do Ha langsung menegur sikap Yeji yang kelewatan
itu.

***
Keesokan harinya di sekolah...
Kim Ha duduk di seberang depan mereka. Dan dia mengenakan earphone agar tidak
mendengar perbincangan Do Ha dan Boram. Boram melihatnya dan bertanya apa Do Ha
tidak bicara dengan Kim Ha?
“Dia ngehindarin gue..." jawab Do Ha.
"Sama. Dia ga nyapa gue balik." ujar Boram dengan sedih.
Dan ada dua siswi yang bergosip kalau sepertinya Do Ha dan Boram mengucilkan
Kim Ha. Kim Ha jelas mendengar hal itu, tetapi dia mengabaikannya. Boram menegur
mereka karena berbicara sembarangan.
Saat itu, dua orang siswi melihat kalau dompet dan lipstik yang Kim Ha gunakan sama
dengan yang Do Ha gunakan. Dua siswi itu mendekati Kim Ha dan bertanya apa Kim Ha
terima di tiru oleh Do Ha?
"Eh? Apanya?"
"Do Hana beli sesuatu yang sama kayak lo." ujar siswi itu.
"Lo ga sadar?"
Kim Ha tersadar dan mengerti kalau maksud mereka adalah dompet dan lipstiknya
yang sama seperti Do Ha.
"Kami temen. Sesama temen biasanya punya barang couple" (Astaga, padahal
tampang baik tapi nusuk di belakang, jelas dompet dan lipstik itu Do Hana yang ngasih dan
merekomendasikannya. Dia yang niru Do Hana).
"Lo baik bangettt" ujar siswi itu, mengagumi Kim Hana.
Do Ha dan Bo Ram belajar keras untuk ujian. Dan Kim Ha mengabaikan mereka,
seolah mereka tidak pernah berteman. Pas sekali, Gi Hyun datang dan memberikan coklat
untuk Bo Ram. Saat Gi Hyun sudah pergi, Boram membagikan 2 cokelat untuk Do Ha dan 1
lagi punya Do Ha dia berikan pada Kim Ha. Kim Ha menolak. Do Ha memberitahu kalau
cokelat tersebut dari Boram.
"Kalo makan cokelat, gue selalu sakit perut. Gue harus berhasil dalam ujian kali ini."
Tolak Kim Ha dengan alasan. Do Ha mengerti dan tidak memaksa lagi.
Dan seperti biasa, sebelum ujian, Kim Ha selalu makan almond, mengikat rambut dan
membawa catatan ujian. Tetapi, ternyata catatan ujian Kim Ha hilang. Kim Ha membongkar
tas dan laci mejanya, tetapi buku catatannya tidak ketemu.
Ujian di mulai, dan hasilnya di bagikan. Hasil ujian Do Ha kali ini bagus, dan Do Ha
tentu senang. Kim Ha menangis karena nilai ujiannya buruk. Semua teman sekelas tentu
khawatir karena Kim Ha menangis. Tangis Kim Ha semakin keras. Dia memberitahu teman
sekelas kalau buku catatannya hilang. Dan anehnya, semua malah melihat ke arah Do Ha dan
Boram, dengan pandangan menuduh. Do Ha jelas tidak nyaman dan mengajak Boram untuk
pulang saja. Tetapi, teman-teman sekelas malah semakin menggosipi Do Ha dan Boram yang
tidak peduli pada Kim Ha.
Boram dan Do Ha ke kafe dan minum jus. Boram membahas mengenai kejadian di
kelas tadi, mengenai teman-teman sekelas yang mencurigai Do Ha. Boram merasa kalau
mereka harus menegaskan pada teman-teman sekelas, kalau bukan dia atau Do Ha pelakunya.
Dia merasa tidak adil di tuduh seperti itu.
"Gue bisa membela diri sih, tapi mungkin bakalan buat Kim Ha kesulitan.” ujar Do Ha,
masih mengkhawatirkan Kim Ha.
Boram kemudian mengajak Do Ha kembali ke sekolah, karena dia lupa membawa
tasnya. Do Ha mengeluh karena Boram bisa lupa bawa pulang tas, tetapi dia tetap menemani
Bo Ram kembali. Kim Ha dan yang lain masih belum pulang. Kim Ha sudah sedikit tenang.
Dan karena itu, mereka mulai menjelek-jelekan Do Ha dan Boram yang tidak peduli dengan
Kim Ha yang menangis tadi. Dan pas sekali, Do Ha dan Boram sampai di kelas.
"Lo yakin bukan Do Hana yang nyuri?"
"Hmm... entahlah." jawab Kim Ha.
"Hei! Apa lo bilang? Kasih tau mereka bukan gue yang nyuri” Marah Do Ha, karena
jawaban Kim Ha tadi bisa membuat orang-orang salah paham kalau dia mencuri buku catatan
Kim Ha.
"Apa?"
"Lo tau, bukan gue yang nyurinya."
"Huh. Gimana gue bisa tau? Entah lo yang nyuri atau bukan. Nilai ujian lo bagus."
jawab Kim Ha dengan nada menuduh.
"Itu ga ada hubungannya sama buku catatan lo!."
“Buku gue hilang. Ujian gue jadi kacau. Dan ujian lo bagus!" ujar Kim Hana
menuduh.
"Dan hubungan kita sekarang ga baik. Dan lo tau buku catatan ini bagian dari kutukan
gue.”
Boram sampai terdiam tidak menyangka Kim Ha bisa menuduh Do Ha seperti itu. Do
Ha juga marah karena Kim Ha menuduhnya seperti itu. Dan Kim Ha bahkan menyebut diri
sebagai Hana yang pintar, sementara Do Hana bukan.
"Lo kenapa sih? Apa karena yang terjadi di tempat les?" tanya Do Ha.
“Apa maksud lo?"
“Jangan bertele-tele. Bilang aja. Apa yang lagi lo pikirin? Gue belajar keras biar ibu
ngebiarin gue melakukan apa yang gue inginkan. Lo belajar keras bukan karena ingin
melakukan sesuatu?”
“Jangan berlagak seolah lo tau semuanya!!” Kim Ha dengan tajam.
Do Ha tidak tahan lagi, dan pergi keluar kelas. Boram menatap Do Ha dengan
pandangan tidak percaya.

***

Dua orang pemuda menemukan buku catatan dengan nama Hana di bangku taman.
Dan pas sekali Shi Woo lewat, jadi mereka memberikan buku itu pada Shi Woo, karena Shi
Woo dekat dengan Do Hana dan Kim Hana. Melihat buku itu, Shi Woo sudah bisa langsung
menebak kalau itu punya Kim Hana.
Saat itu Shi Woo langsung mengembalikan buku Hana secepatnya begitu sampai di
kelas. Karena Do Ha dan Kim Ha bertengkar karena buku catatan itu, dan teman-teman di
kelas menuduh Do Ha yang mencuri.
Pas sekali, Kim Ha lewat. Shi Woo segera memanggilnya dan mengembalikan buku
catatan itu. Shi Woo juga memberitahu kalau beberapa anak menemukannya dan
memberikannya padanya.
"Gue ga butuh lagi." Ujar Kim Hana.
"Kenapa?"
"Ujian dah selesai. Ujian gue kacau balau.”
"Lo ga ada niatan untuk minta maaf ?” tanya Shi Woo.
"Untuk apa?" tanya Kim Ha balik.
Dan pas sekali Do Ha lewat dan mendengar pembicaraan mereka.
"Do Hana di tuduh nyuri buku ini..."
"Terus?"
"Minta maaflah."
"Kenapa harus gue?"
"Lo yang mancing."
"Ga. Gue korbannya."
"Kalian temen. Bukannya lo dan Do Hana temenan?"
"Gue ga pernah temenan ama dia!" ujar Kim Ha dan masuk ke dalam kelas.
Do Hana tidak tahan lagi. Dia mengambil buku catatan itu dari tangan Shi Woo dan
melemparkannya pada Kim Hana. Dia sangat marah dan kecewa karena selama ini, Kim Ha
tidak pernah menganggapnya sebagai teman. Dan pertengkaran mereka, menarik perhatian
seluruh kelas. Termasuk Ha Min, Boram dan Gi Hyun yang baru pulang dari kantin.
"Lo menyedihkan, lo make kosmetik dan dompet yang sama dengan punya gue." fitnah
Kim Hana. "Lo suka sama orang yang gue sukai!"
"Hei, Kim Hana!!!!" marah Do Ha, karena Hana memfitnahnya seperti itu.
"Lo mau ke sekolah seni sama kayak gue. Apa lo juga mau dapet nilai bagus kayak
gue?"
Dan perkataannya membuat orang-orang memandang bersalah pada Do Hana. Do
Hana terluka. Dia tidak tahan lagi dengan Kim Hana.
"Hei! Kim Jo Yeon!"
Dan semua orang jadi bertanya-tanya, siapa Kim Jo Yeon? Apa Kim Hana bertukar
nama?
Min masuk dan melerai mereka. Kim Ha terlanjur malu dan langsung lari keluar. Do
Ha mengejarnya, dan seluruh murid mengikuti mereka. Do Ha menahan Kim Ha yang
hendak kabur. Kim Ha sangat marah dan menyuruh Do Ha untuk tidak memanggilnya Jo
Yeon, dia adalah Hana. Kim Ha merasa terhina dan merasa kalau Do Ha mengasihaninya.
Dia menuduh Do Ha berpura-pura seperti penipu. Do Ha membalikan kata-kata itu kepada
Kim Ha. Kim Ha terpojok, melihat banyak orang yang melihat pertengkaran mereka, dia
ingin kabur dan bicara nanti saja.
"Lo takut yang lain bakalan tau betapa mengerikannya diri lo itu?" tanya Do Hana.
"Liat, Lo itu penipu, berpura-pura baik dan bersikap keren!"
"Hentikan! Lo yang niru gue."
"Ohh lo ngerasa begitu? Nilai, satu-satunya yang gue sukai. Lo senang, gue berpikir
meniru lo? Oke, anggap aja gitu. Tapi... niru lo ga akan buat kita sama. Entah gue yang niru
lo, atau justru lo yang niru gue!."
"Bukan gue!."
Dan melihat pertengkaran yang semakin memanas. Min berusaha membubarkan
semuanya.
"Hana, kita ini temen," ujar Do Hana. "Kenapa kita harus kayak gini? Gue... seneng
kalau lo dan gue itu Hana."
Kim Ha menangis, "Lo seneng gue punya nama yang sama dengan lo? Berhenti
berbohong. Lo ga suka saat yang lain bandingin kita karena nama kita sama!!!" teriak Kim
Ha.
“Gue kira, kita bisa jadi temen deket karena nama itu."
"Jangan pura-pura baik"
"Lo serius... ingin terlihat seperti korban" Kecewa Do Ha, dan matanya berkaca-kaca.
"Gue suka kita temenan," lanjut Do Hana.

Teman, kata biasa, memberikan luka.

"Gue ga nyangka lo bisa berpikir kalau kita ga pernah temenan." ujar Do Hana lagi.
"Gue benci sama lo!" ujar Kim Ha pada Do Ha.
"Gue juga."
Berita mengenai Do Hana dan Kim Hana yang bertengkar muncul di akun sosmed
sekolah, Do Ha mengirim pesan kepada admin, untuk menghapus foto itu. Do Ha berusaha
tidur tetapi tidak bisa. Dia merasa sedih dengan yang terjadi hari ini.

***

Esok hari... Do Ha datang ke sekolah, dan para murid masih menggosipkan


pertengkaran Do Ha dan Kim Ha kemarin. Dan sejak saat itu, Kim Ha tidak masuk sekolah.
Boram merasa khawatir, di tambah Kim Ha tidak menjawab teleponnya. Do Ha bersikap
tidak peduli, tetapi tetap saja dia khawatir. Karena Kim Ha yang tidak kunjung masuk selama
berhari-hari. Boram membujuk Do Ha untuk pergi menjenguk Kim Ha. Do Ha awalnya tidak
mau, tapi, tetap saja dia memikirkan Kim Ha. Do Ha bahkan menangis di kamarnya, karena
hubungannya dengan Kim Ha menjadi seperti ini.
Boram dan Do Ha menemui guru wali kelas, dan memohon agar di berikan alamat Kim
Ha karena merasa khawatir Kim Ha tidak masuk sekolah beberapa hari dan bahkan tidak
mengangkat teleponnya. Guru heran karena mereka akrab dengan Kim Ha, tapi tidak tahu
alamat rumah Kim Ha. Dan akhirnya guru memberikan alamat rumah Kim Ha.
Pulang sekolah, mereka langsung menuju rumah Kim Ha sesuai dengan alamat. Dan
rumah Kim Ha ternyata sangat jauh. Akhirnya mereka tiba di sebuah apartemen sederhana.
Bo Ram menekan bel rumah, tetapi tidak ada jawaban. Do Ha mencoba mengetuk pintu,
tetapi tidak ada jawaban juga.
"Lo yakin ini rumahnya?" tanya Do Ha
"Heem.." jawab Bo Ram.
Dan pintu rumah terbuka. Kim Ha kaget melihat Do Ha dan Bo Ram di depan
rumahnya. Nenek Kim Ha menyapa mereka, dan Do Ha memperkenalkan diri sebagai teman
dari Kim Ha. Nenek sangat senang karena teman-teman Kim Ha datang ke rumah. Dan Bo
Ram bahkan dengan sangat cepat dekat dengan nenek, dan bahkan membantu nenek
memasak. Tinggallah Kim Ha dan Do Ha
berdua.
Suasana terasa canggung, tetapi Do Ha berusaha membuka pembicaraan dengan
bertanya keadaan Kim Ha. Dia juga meminta maaf karena sudah memanggil Kim Ha dengan
nama dulunya, Je Yeon. Kim Ha juga meminta maaf karena sudah mengatakan kalau mereka
tidak berteman. Do Ha menjawab kalau dia tahu. Mereka akhirnya berbaikan.
Do Ha meminta Kim Ha untuk masuk sekolah besok. Dan Kim Ha senang
mendengarnya. Nenek menghindangkan makanan untuk mereka. Dan mereka mulai makan
dan Kim Ha cukup senang karena mereka berdua mau makan di rumahnya. Bo Ram
kemudian bertanya pada Kim Ha, apa dia tahu kalau Shi Woo menyukai Do Ha? Semua
orang di sekolah sudah tahu hal itu dan membicarakannya. Do Ha tampak malu. Dan Bo Ram
serta Kim Ha menggodanya. Mereka tampak bersenang-senang.
Kim Ha kemudian tiba-tiba menangis. Dia mengucapkan terimakasih pada Bo
Ram dan Do Ha yang sudah mau datang untuk menjenguknya. Bo Ram meminta Kim Ha
untuk tidak menangis. Mereka tidak bisa berhenti berteman dengan Kim Ha. Do Ha
membenarkan dan juga mereka tahu kalau perkataan Kim Ha waktu itu adalah bohong. Jadi,
Kim Ha bisa berhenti menangis.

***

Kim Ha sudah masuk sekolah. Dan saat dia berjalan sendiri di taman, beberapa siswa-
siswi menggosipinya sebagai orang yang bertengkar dengan Do Ha. Dan bahkan Kim Ha
menukar namanya, mungkin karena ingin mengubah takdir. Kim Ha jelas merasa tidak
nyaman mendengarnya.
Min melihatnya, dia menyapa Kim Ha dengan riang, seolah mereka tidak pernah
bertengkar. Gi Hyun melihat mereka, dan menggoda mereka, yang tidak pacaran tetapi sangat
dekat. Dia mengajak mereka untuk segera ke lapangan dan melihat pertandingan Shi Woo.
Mereka bersemangat menonton pertandingan Shi Woo.
Pertandingan usai. Do Ha menghampiri Shi Woo dan memberikan minuman kaleng.
Shi Woo merasa dia akan kalah. Dan Do Ha memberikannya semangat.
Shi Woo mulai melanjutkan babak kedua pertandingan. Kali ini, dia lebih fokus agar
bisa menang dan pacaran dengan Do Ha. Dan lagi-lagi, Shi Woo mendapat kesempatan
lemparan bebas. Dan kali ini, Shi Woo bisa mencetak angka.. Akhirnya tim mereka menang.
Dan Shi Woo langsung memeluk Do Ha. Semua siswi melihat mereka dan tampak terkesan
dengan Shi Woo yang keren.

***

Bo Ram, Do Ha, Shi Woo, Ki Hyun, Ha Min, dan Kim Ha melihat pertunjukkan
nyanyi di jalanan.
"Lo bilang lagi suka sama cowok. Siapa?" tanya Min pada Kim Ha.
"Ada deh. Dia cowok yang baik..."
"Cowok yang baik?"
Penyanyi selesai menyanyi dan mengundang pengunjung untuk maju dan menyanyi.
Jika ada yang mau maju, dia akan memberikan tiket konser sebagai hadiah. Boram menyuruh
Gi Hyun untuk maju, tetapi Gi Hyun menolak. Karena tidak ada yang mau maju, penyanyi itu
memilih. Dia memilih Do Ha. Gi Hyun dan Bo Ram sudah yakin Do Ha tidak akan mau
maju. Tetapi, tidak di sangka, Do Ha maju. Shi Woo dan yang lain sampai kaget.
Do Ha memperkenalkan dirinya. Do Ha tampak gugup sebelum mulai menyanyi. Dia
menatap Shi Woo, dan Shi Woo tersenyum melihatnya. Do Ha menyanyi dan mengingat
kenangannya di usia 18 tahun, begitu pula dengan yang lainnya.

Di usia 18, aku bertemu orang-orang yang berarti.


- Do Hana.

Mereka bilang usia 18 adalah masa yang menyenangkan. Mereka bilang kami bebas.
- Cha Gi Hyun.

Sulit untuk mengatakan begitu. Karena kami punya kekhawatiran yang berbeda.
- Yeo Boram.
Usia 17, rasanya bersemangat masuk SMA. Usia 19, merasa tertekan karena ujian untuk masa
depan. Usia 18, di antaranya. Seperti itulah rasanya.
- Ha Min.

Mudah untuk menceritakan masa remaja. Tapi, tetap kita hidup sebagai remaja untuk pertama
kalinya.
-Kim Hana.

Di antara hari-hari biasa, tidak ada yang biasa.


- Nam Shi Woo.

The End
Epilog
Merubah diri menjadi yang baru dan ingin lebih baik dari orang lain? Boleh kok, why
not?. Manusia memang tidak pernah merasa puas. Asal jangan sampai merugikan orang lain
dan membuat pertikaian yang tidak jelas. Sampai-sampai menuduh orang lain padahal diri
sendiri yang melakukannya dan selalu menyangkal (playing victim).

Anda mungkin juga menyukai